2. Etiologi
Bagaimana terjadinya persalinan belum diketahui dengan pasti, sehingga
menimbulkan beberapa teori yang berkaitan dengan mulai terjadinya kekuatan his.
Saat hamil terjadi keseimbangan antara estrogen dan progesterone, sehingga
kehamilan dapat dipertahankan. Perubahan keseimbangan estrogen dan
progesteron menyebabkan oksitosin yang dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis
posterior dapat menimbulkan kontraksi dalam bentuk Braxton Hicks. Kontraksi
Braxton Hicks akan menjadi kekuatan dominan saat mulainya persalinan, oleh
karena itu makin tua kehamilan, frekuensi kontraksi makin sering.
a. Teori keregangan
Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas tertentu
Setelah melewati batas tersebut terjadi kontraksi sehingga persalinan dapat
mulai
b. Teori penurunan progesteron
Proses penuaan plasenta terjadi mulai umur kehamilan 28 minggu, dimana
terjadi penimbunan jaringan ikat, pembuluh darah mengalami penyempitan
dan buntu.
Produksi progesteron mengalami penurunan, sehingga otot rahim sensitif
terhadap oksitosin
Akibatnya otot rahim mulai berkontraksi setelah tercapai tingkat
penurunan progesteron tertentu
c. Teori oksitosin internal
Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis posterior
Perubahan keseimbangan estrogen dan progesteron dapat mengubah
sensitivitas otot rahim, sehingga sering terjadi kontraksi Braxton Hicks.
Menurunnya konsentrasi progesteron akibat tuanya kehamilan maka
oksitosin dapat meningkatkan aktivitas, sehingga persalinan dapat mulai
d. Teori prostaglandin
Konsentrasi prostaglandin meningkat sejak umur kehamilan 15 minggu
yang dikeluarkan oleh desidua
Pemberian prostaglandin saat hamil dapat menimbulkan kontraksi otot
rahim sehingga hasil konsepsi dikeluarkan
Prostaglandin dianggap merupakan pemicu terjadinya persalinan
e. Teori hipotalamus - pituitari dan glandula suprarenalis
Teori ini menunjukkan pada kehamilan dengan anensefalus sering terjadi
kelambatan persalinan karena tidak terbentuknya hipotalamus. Teori ini
dikemukakan oleh Liggin 1973.
Malpar pada tahun 1993 mengangkat otak kelinci percobaan, hasilnya
kehamilan kelinci berlangsung lebih lama
Pemberian kortikosteroid yang dapat menyebabkan maturitas janin,
induksi (mulainya persalinan)
Dari percobaan tersebut disimpulkan adanya hubungan antara
hipotalamus-pituitari dengan mulainya persalinan
Glandula suprarenal merupakan pemicu terjadinya persalinan
3. Mekanisme Persalinan
1. Engagement
Diameter biparietal melewati PAP
Pada nullipara terjadi 2 minggu sebelum persalinan
Pada multipara biasanya baru terjadi pada permulaan persalinan
Kebanyakan kepala masuk panggul dengan sutura sagitalis melintang pada
PAP-flexi ringan.
2. Descent (turunnya kepala)
Merupakan turunnya presentasi pada inlet
Turunnya kepala disebabkan oleh 4 hal :
Tekanan cairan ketuban
Tekanan langsung oleh fundus pada bokong
Kontraksi diafragma dan otot perut (kala II)
Melurusnya badan janin akibat kontraksi uterus
Synclitismus : sutura sagitalis terdapat di tengah - tengah jalan lahir, tepat
antara symphisis dan promontroium. Os parietal depan dan belakang sama
tinggi.
Asynclitismus : jika sutura sagitalis agak ke depan mendekati symphisis /
agak kebelakang mendekati promontorium
Asynclitismus posterior : sutura sagitalis mendekati symphisis, os
parietal belakang lebih rendah dari os parietal depan
Asynclitismus anterior : sutura sagitalis mendekati promontorium
3. Fleksi
Dengan majunya kepala maka kepala mendapat tahanan dari cervix,
dinding panggul atau dasar panggul sehingga terjadi fleksi. Keuntungan :
ukuran kepala yang lebih kecil melalui jalan lahir : diameter suboccipito
bregmatica (9.5) menggantikan diameter suboccipito frontalis (11 cm).
Ukuran - ukuran diameter kepala bayi yang menentukan di antaranya :
1. Suboksipito-bregmatikus (+ 9.50 cm) : pada persalinan presentasi
belakang kepala.
2. Oksipito-frontalis (+ 11.75 cm) : pada persalinan presentasi puncak kepala
3. Oksipito-mentalis (+ 13.50 cm) : pada persalinan presentasi dahi
4. Submento-bregmatikus (+ 9.50 cm) : pada persalinan presentasi muka
5. Bi-parietalis (-+ 9.50 cm) : ukuran terbesar melintang dari kepala
6. Bi-temporalis (+ 8.00 cm) : ukuran antara os temporalis kiri dan kanan
4. Putaran Paksi Dalam
Bagian terendah memutar ke depan ke bawah symphisis
Merupakan usaha untuk menyesuaikan posisi kepala dengan bentuk jalan
lahir (bidang tengah dan PBP) meletakkan pada ukuran muka belakang
PBP
Terjadi bersamaan dengan majunya kepala
Rotasi muka - belakang secara lengkap terjadi setelah kepala di dasar
panggul.
7. Ekspulsi
Bahu depan sampai di bawah symphisis dan menjadi hypomoclion untuk
kelahiran bahu belakang
Bahu depan menyusul dan selanjutnya seluruh badan anak lahir searah
dengan paksi jalan lahir.
a. Kala persalinan
Proses persalinan terdiri dari 4 kala, yaitu :
1. Kala I
Dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus dan pembukaan serviks hingga
mencapai pembukaan lengkap (10 cm). persalinan kala satu dibagi menjadi
2 fase yaitu :
a. Fase laten
Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan
pembukaan serviks secara bertahap. Pembukaan serviks kurang dari 4
cm dan biasanya berlangsung dibawah 8 jam.
b. Fase aktif
Frekuensi dan lama kontraksi uterus umumnya meningkat (kontraksi
dianggap adekuat/ memadai jika terjadi tiga kali atau lebih dalam
waktu 10 menit dan berlangsung selama 40 detik atau lebih. Serviks
membuka dari 4 cm hingga mencapai pembukaan lengkap (10 cm),
biasanya dengan kecepatan 1 cm perjam pada primigravida atau lebih
dari 1 cm hingga 2 cm perjam pada multigravida dan terjadi penurunan
bagian terbawah janin. Dapat dibedakan menjadi tiga fase :
Akselerasi : pembukaan dari 3 cm menjadi 4 cm yang membutuhkan
waktu 2 jam
Dilatasi maksimal : pembukaan dari 4 cm menjadi 9 cm dalam
waktu 2 jam
Deselarasi : pembukaan menjadi lambat, dari 9 menjadi 10 cm
dalam waktu 2 jam
Fase – fase tersebut dijumpai pada primigravida. Pada multigravida
pun terjadi demikian, akan tetapi pada fase laten, fase aktif deselerasi
akan terjadi lebih pendek. Mekanisme membukanya serviks berbeda
antara pada primigravida dan multigravida. Pada premi osteum uteri
internum akan membuka lebih dahulu, sehingga serviks akan mendatar
dan menipis baru kemudian osteum uteri eksternum membuka. Pada
multigravida osteum uteri internum sudah sedikit terbuka. Osteum uteri
internu dan eksternum serta penipisan dan pendataran terjadi dalam
saat yang sama.
2. Kala II
Kala dua persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10
cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi. Kala dua dikenal juga sebagai kala
pengeluaran. Ada beberapa tanda dan gejala kala dua persalinan :
a. Ibu merasakan keinginan meneran bersamaan dengan terjadinya
kontraksi
b. Ibu merasakan makin meningkatnya tekanan pada rectum dan atau
vaginanya.
c. Perineum terlihat menonjol
d. Vulva-vagina dan sfingter ani terlihat membuka
e. Peningkatan pengeluaran lender dan darah
Diagnosis kala dua persalinan dapat ditegakkan atas dasar hasil
pemeriksaan dalam yang menunjukkan :
a. Pembukaan serviks telah lengkap
b. Terlihatnya bagian kepala bayi pada introitus vagina
3. Kala III
Kala tiga persalinan dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan
lahirnya plasenta.
a. Fisiologi kala tiga
Otot uterus berkontraksi mengikuti berkurangnya ukuran rongga uterus
secara tiba – tiba setelah lahinya bayi. Penyusutan ukuran rongga
uterus ini menyebabkan berkurangnya ukuran tempat implantasi
plasenta. Karena tempat implantasi menjadi semakin kecil, sedangkan
ukuran plasenta tidak berubah maka plasenta akan menekuk, menebal
kemudian dilepaskan dari dinding uterus. Setelah lepas plasenta akan
turun ke bagian bawah uterus atau bagian atas vagina.
b. Tanda – tanda lepasnya plasenta
Perubahan ukuran dan bentuk uterus
Tali pusat memanjang
Semburan darah tiba – tiba
4. Kala IV
4. Pemeriksaan Fisik
Kala I :
Minta mengosongkan kandung kemih
Nilai keadaan umum, suasana hati, tingkat kegelisahan, warna konjungtiva,
kebersihan, status gizi, dan kebutuhan cairan tubuh
Nilai tanda – tanda vital (TD, nadi, suhu, dan pernafasan), untuk akurasi
lakukan pemeriksaan TD dan nadi diantara dua kontraksi.
Kala II :
Tekanan darah meningkat
Kemungkinan terjadi distensi kandung kemih.
Servik dilatasi penuh (10 cm)
Kala III :
Kondisi umum ibu
Tanda vital (tekanan darah, nadi, respirasi, suhu tubuh), status mental klien.
Inspeksi
Perdarahan aktif dan terus menerus sebelum atau sesudah melahirkan plasenta.
Palpasi
Tinggi fundus uteri dan konsistensinya baik sebelum maupun sesudah
pengeluaran plasenta.
Kala IV :
Fundus keras berkontraksi, pada garis tengah dan terletak setinggi umbilikus
Drainase vagina atau lokhia jumlahnya sedang, merah gelap dengan hanya
beberapa bekuan kecil
Perineum bebas dari kemerahan, edema, ekimosis, atau rabas
Striae mungkin ada pada abdomen, paha, dan payudara
Payudara lunak dengan puting tegang
5. Pemeriksaan Dalam
Kala I :
Pendataran servik
Pembukaan servik
Posisi servik
Masuknya kepala
Letak bagian-bagian anak dan posisi janin
Kala II :
Servik dilatasi penuh (10 cm)
Intervensi:
Identifikasi derajat ketidak nyamanan
Berikan tanda / tindakan kenyaman seperti perawat kulit, mulut, perineal,
dan alat-alat tenun yang kering
Bantu klien memilih posisi yang optiomal untuk mengedam
Pantau tanda vital dan DJJ
Kalaborasi pemasangan kateter dan anastesi
2. Perubahan curah jantung pada fluktuasi pada aliran balik darah vena d/d
variasi tekanan darah, perubahan frekwensi nadi, penurunan haluaran
urine, bradikardi janin.
Intervensi:
Pantau tekanan darah dan nadi tiap 5-15 menit
Anjurkan klien atau pasangan memilih posisi persalinan yang
mengoptimalkan sirkulasi
Anjurkan klien untuk inhalasi dan ekhalasiselam upaya mengedam
Pantau DJJ setiap kontraksi
Intervensi :
Bantu klien dan pasangan pada posisi tepat
Bantu klien sesuai kebutuhan
Kolaborasi episiotomy garis tengan atau media lateral
Kolaborasi terhadap pemantauan kandung kemih dan kateterisasi
KALA III
1. Pengkajian
Pengkajian Dasar Data Klien.
1. Identitas klien
Nama, umur, alamat, kehamilan ke -, atau jumlah anak.
2. Keluhan saat ini
Keluhan saat pengkajian.
3. Riwayat kesehatan (kehamilan) dahulu
Riwayat perdarahan post partum, riwayat retensio plasenta, riwayat kehamilan
gemeli, komplikasi dalam kehamilan.
4. Riwayat penyakit
Mengalami penyakit seperti DM, hipertensi, asma, atau penyakit keturunan
lainnya.
5. Data bio-psiko
Aktivitas/istirahat
Perilaku dapat direntang dari senang sampai keletihan.
Sirkulasi
Tekanan darah meningkat saat curah jantung meningkat kemudian
kembali ke tingkat normal dengan cepat.
Hipotensi dapat terjadi sebagai respon terhadap analgesik dan anastesi.
Frekuensi nadi lambat pada respon terhadap perubahan jantung.
Makanan / cairan
Kehilangan darah normal 200 - 300ml.
Nyeri / ketidaknyamanan
Inspeksi manual pada uterus dan jalan lahir menetukan adanya robekan atau
laserasi. Perluasan episiotomi atau laserasi jalan lahir mungkin ada.
Seksualitas
Darah yang berwarna hitam dari vagina terjadi saat plasenta lepas dari
endometrium, biasanya dalam 1-5 menit setelah melahirkan bayi. Tali pusat
memanjang pada muara vagina. Uterus berubah dari discoid menjadi bentuk
globular.
6. Pemeriksaan fisik
Kondisi umum ibu
Tanda vital (tekanan darah, nadi, respirasi, suhu tubuh), status mental klien.
Inspeksi
Perdarahan aktif dan terus menerus sebelum atau sesudah melahirkan
plasenta.
Palpasi
Tinggi fundus uteri dan konsistensinya baik sebelum maupun sesudah
pengeluaran plasenta.
2. Diagnosa Keperawatan
1. Risiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan b/d kurangnya masukan oral,
muntah, diaforesis, peningkatan kehilangan cairan secara tidak disadari, atonia
uterus, laserasi jalan lahir, tertahannya fragmen plasenta.
2. Risiko cedera (meternal) b/d posisi selama melahirkan/pemindahan, kesulitan
dengan plasenta.
3. Perubahan proses keluarga b/d terjadinya transisi (penambahan anggota
keluarga), krisis situasi (perubahan pada peran/tanggung jawab).
4. Nyeri b/d trauma jaringan, respon fisiologis setelah melahirkan.
5. Kurang pengetahuan b/d kurang informasi/kesalahan interpretasi informasi.
6. Risiko infeksi b/d trauma jaringan, sisa plasenta yang tertahan.
Prioritas Keperawatan
1. Meningkatkan kontraktilitas uterus.
2. Mempertahankan volume cairan sirkulasi.
3. Meningkatkan keamanan maternal dan bayi baru lahir.
4. Mendukung interaksi orang tua - bayi.
4. Implementasi
Sesuai dengan intervensi keperawatan.
5. Evaluasi
1. Tidak terjadi kekurangan volume cairan.
2. Tidak terjadi cedera maternal.
3. Tidak terjadi perubahan proses dalam keluarga.
4. Nyeri berkurang.
5. Pengetahuan pasien bertambah dengan pemberian informasi.
6. Tidak terjadi infeksi.
KALA IV
A. Pengkajian
1. Aktivitas / Istirahat
2. Sirkulasi
Nadi biasanya lambat (50 – 70 x / menit) karena hipersensitivitas vagal
TD bervariasi : mungkin lebih rendah pada respon terhadap analgesia /
anastesia, atau meningkat pada respon terhadap pemeriksaan oksitosin
atau hipertensi karena kehamilan
Edema : bila ada mungkin dependen (misal : pada ekstremitas bawah),
atau dapat juga pada ekstremitas atas dan wajah atau mungkin umum
(tanda hipertensi pada kehamilan)
Kehilangan darah selama persalinan dan kelahiran sampai 400 - 500 ml
untuk kelahiran per vagina atau 600-800 ml untuk kelahiran sesaria
3. Integritas Ego
Reaksi emosional bervariasi dan dapat berubah-ubah misal : eksitasi atau
perilaku menunjukkan kurang kedekatan, tidak berminat (kelelahan), atau
kecewa
Dapat mengekspresikan masalah atau meminta maaf untuk perilaku
intrapartum atau kehilangan kontrol, dapat mengekspresikan rasa takut
mengenai kondisi bayi baru lahir dan perawatan segera pada neonatal.
4. Eliminasi
Hemoroid sering ada dan menonjol
Kandung kemih mungkin teraba di atas simpisis pubis atau kateter
urinarius mungkin dipasang
Diuresis dapat terjadi bila tekanan bagian presentasi menghambat aliran
urinarius dan atau cairan IV diberikan selama persalinan dan kelahiran.
5. Makanan / Cairan
6. Neurosensori
7. Nyeri / Ketidaknyamanan
8. Keamanan
Pada awalnya suhu tubuh meningkat sedikit (dehidrasi)
Perbaikan episiotomi utuh dengan tepi jaringan merapat
9. Seksualitas
Fundus keras berkontraksi, pada garis tengah dan terletak setinggi
umbilikus
Drainase vagina atau lokhia jumlahnya sedang, merah gelap dengan hanya
beberapa bekuan kecil
Perineum bebas dari kemerahan, edema, ekimosis, atau rabas
Striae mungkin ada pada abdomen, paha, dan payudara
Payudara lunak dengan puting tegang
10.Penyuluhan / Pembelajaran
Catat obat-obatan yang diberikan, termasuk waktu dan jumlah
11.Pemeriksaan Diagnostik
B. Diagnosa Keperawatan
1. Kekurangan volume cairan b/d kelelahan / kegagalan miometri dari
mekanisme homeostatik (misal : sirkulasi uteroplasental berlanjut,
vasokontriksi tidak komplet, ketidakadekuatan perpindahan cairan, efek - efek
hipertensi saat kehamilan)
2. Nyeri akut b/d trauma mekanis / edema jaringan, kelelahan fisik dan
psikologis, ansietas
3. Perubahan proses keluarga b/d transisi / peningkatan perkembangan anggota
keluarga
4. PK Perdarahan
C. Intervensi
Intervensi :
Kriteria Evaluasi :
Tindakan Keperawatan :
Observasi jumlah, warna darah yang keluar dari uterus setiap 15 menit
Kolaborasi :
1. Periksa Hb, Ht pada pemeriksaan laboratorium yang harus
dilakukan segera
2. Dx 2 : Nyeri akut b/d trauma mekanis / edema jaringan, kelelahan fisik dan
psikologis, ansietas
Kriteria Evaluasi :
Tindakan Keperawatan :
Berikan kompres es
Kriteria Evaluasi :
Tindakan Keperawatan :
Terima keluarga dan sibling dengan senang hati selama periode pemulihan
bila diinginkan oleh pasien dan dimungkinkan oleh kondisi ibu / neonatus
dan lingkungan
Rasional : Meningkatkan unit keluarga, dan membantu sibling untuk
memulai proses adaptasi positif pada peran baru dan masuknya anggota
baru dalam struktur keluarga.
Anjurkan dan bantu pemberian ASI, tergantung pada pilihan pasien dan
keyakinan / praktik budaya
D. Implementasi
E. Evaluasi
Dx 1 : Tidak terjadi kekurangan volume cairan
Dx 2 : Klien dapat mengontrol nyeri, nyeri berkurang
Dx 3 : Keluarga dapat menerima kehadiran anggota keluarga baru
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Bari Saifudin, Prof. dr. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Hanifa Wiknjosastro, Prof. dr. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
Henderson & Jones. 2006. Buku Ajar Konsep Kebidanan. Jakarta : EGC.
Reeder, et al. 1992. Maternity Nursing. Philadelphia : J. B. Lippincott.
Waspodo, dkk. 2007. Asuhan Persalinan Normal, Buku Acuan. Jakarta : Jaringan Nasional
Pelatihan Klinik Kesehatan Reproduksi.
Manuaba, I.B Gde. 2002. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan & Keluarga Berencana
Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC