Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS

Disusun Oleh :

Laily Aditya Ramadhani

NIM. P17310184088

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI D-III KEBIDANAN MALANG
TAHUN 2020
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS

Malang, 12 November 2020

Laporan pendahuluan ini telah mendapatkan pengesahan dan persetujuan


dari pembimbing.

Mahasiswa,

Laily Aditya Ramadhani

NIM: P17310184088

Mengetahui,

Pembimbing Institusi,

Didien Ika S,S.SiT, M.Keb


TINJAUAN TEORI

1. Pengertian
Masa nifas (puerperium) dimulai sejak 2 jam setelah lahirnya
plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari). Puerperium yaitu dari kata
puer artinya bayi dan paros artinya melahirkan. Jadi puerparium berarti
masa setelah melahirkan bayi yaitu masa pulih kembali, mulai dari
persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra hamil
(Susilo Reni dan Feti Kumala, 2017)
Masa nifas adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan
selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti prahamil. Lama masa
nifas 6-8 minggu (Heni Puji Wahyuningsih, 2018)
Adalah masa setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat
kembali kepada adaan sebelum hamil, masa post partum berlangsung
selama kira-kira 6 minggu (Sri Wahyuningsih dan Mahasiswa D3
Keperawatan, 2019)
2. Perubahan Sistem Reproduksi
A. Involusi
Pengertian involusi adalah kembalinya uterus pada ukuran,
tonus dan posisi sebelum hamil. Kecepatan kontraksi uterus dan
durasi involusi sangat bervariasi dan tidak terjadi secara khusus
dalam hitungan hari. Serviks mengalami involusi juga bersama-
sama dengan uterus. Setelah persalinan, osteum eksterna agak
terbuka hingga kurang lebih dapat dimasuki oleh 2 hingga 3 jari
tangan, setelah 6 minggu postpartum serviks menutup sempurna.
Segera setelah lahirnya plasenta, pada uterus yang
berkontraksi posisi fundus uteri berada kurang lebih pertengahan
antara umbilikus dan simfisis, atau sedikit lebih tinggi. Dua hari
kemudian, kurang lebih sama dan kemudian mengerut, sehingga
dalam dua minggu telah turun masuk kedalam rongga pelvis dan
tidak dapat diraba lagi dari luar. Involusi uterus melibatkan
pengreorganisasian dan pengguguran desidua serta penglupasan
situs plasenta, sebagaimana diperlihatkan dalam pengurangan
dalam ukuran dan berat serta warna dan banyaknya lokhea.
Banyaknya lokhea dan kecepatan involusi tidak akan terpengaruh
oleh pemberian uterotonika pada saat manajemen aktif kala 3
proses persalinan. Involusi tersebut dapat dipercepat proses bila
ibu menyusui bayinya.
Involusi Uteri TFU Berat Uterus Diameter
Uterus
Plasenta lahir Setinggi pusat 1000 gram 12,5 cm
7 hari (minggu 1) Pertengahan 500 gram 7,5 cm
pusat dan
simpisis
14 hari (minggu 2) Tidak teraba 350 gram 5 cm
6 minggu Normal 60 gram 2,5 cm

B. Pengeluaran lokhea
Lochea berasal dari bahasa Latin, yang digunakan untuk
menggambarkan perdarahan pervaginam setelah persalinan.
Menjelang akhir minggu kedua, pengeluaran darah menjadi
berwarna putih kekuningan yang terdiri dari mukus serviks,
leukosit dan organisme. Proses ini dapat berlangsung selama tiga
minggu, dan hasil penelitian telah menunjukkan bahwa terdapat
variasi luas dalam jumlah darah, warna, dan durasi kehilangan
darah/cairan pervaginam dalam 6 minggu pertama postpartum.
Jenis Keterangan
Lokhea rubra Lokhea ini muncul pada hari pertama sampai hari
ke-3 masa postpartum. Warnanya merah dan
mengandung darah dari perobekan pada plasenta
dan serabut dari desidua dan chorion. Terdiri dari
sel desidua, verniks caseosa, rambut lanugo, sisa
mekoneum dan sisa darah.
Lokea Lokhea ini berwarna kuningan berisi darah dan
sanguinolenta lendir karena pengaruh plasma darah,
pengeluarannya pada hari ke 4-7 postpartum.
Lokhea Lokhea ini muncul pada hari ke 8-14 postpartum.
serosa Warnanya kekuningan atau kecoklatan. Lokhea
ini terdiri dari lebih sedikit darah dan lebih
banyak serum, juga terdiridari leukosit dan
robekan laserasi plasenta.
Lokhea alba Lokhea ini muncul lebih dari hari ke-14
postpartum. Warnanya lebih pucat, putih
kekuningan dan lebih banyak mengandung
leukosit, selaput lendir serviks dan serabut
jaringan yang mati.

C. Perineum, vagina dan vulva


Estrogen pascapartum yang menurun berperan dalam
penipisan mukosa vagina dan hilangnya rugae. Vagina yang
semula sangat teregang akan kembali secara bertahap keukuran
sebelum hamil, 6 sampai 8 minggu setelah bayi lahir. Rugae akan
kembali terlihat sekitar minggu ke-4, walaupun tidak akan
menonjol pada wanita nulipara. Mukosa tetap atrofik pada wanita
yang menyusui sekurang-kurangnya sampai menstruasi dimulai
kembali. Penebalan mukosa vagina terjadi seiring pemulihan
fungsi ovum.
Kekurangan estrogen menyebabkan penurunan jumlah
pelumas vagina dan penipisan mukosa vagina. Kekeringan lokal
an rasa tidak nyaman saat koitus menetap sampai fungsi ovarium
kembali normal dan menstruasi dimulai lagi.
3. Perubahan Tanda Vital
a) Suhu
Satu hari (24 jam) postpartum suhu badan akan naik sedikit (37,5 C
– 38C) sebagi akibat kerja keras waktu melahirkan, kehilangan
cairan dan kelelahan. Pada hari ke-3 suhu badan akan naik lagi
karena ada pembentukan ASI buah dada menjadi bengkak, merah
karena banyaknya ASI. Bila suhu tidak kunjung menurun
kemungkinan ada infeksi pada endometrium, mastitis, tractus
genetalia atau simlem lain.
b) Nadi
Denyut nadi normalnya pada orang dewasa adalah 60-80 x/menit.
Sehabis melahirkan biasanya denyut nadi cenderung lebih cepat.
c) Tekanan darah
Biasanya tidak berubah, kemungkinan tekanan darah rendah akibat
perdarahan setelah melahirkan.
d) Pernafasan
frekuensi pernapasan relatif tidak mengalami perubahan pada masa
postpartum, berkisar pada frekuensi pernapasan orang dewasa 12-
16 x/menit.
4. Perubahan Sistem Kardiovaskuler
a) Volume darah
Perubahan volume darah bergantung pada beberapa faktor,
misalnya kehilangan darah selama melahirkan dan mobilisasi, serta
pengeluaran cairan ekstravaskular (edema fisiologis). Pada
persalinan pervaginam, ibu kehilangan darah sekitar 300-400 cc.
Pada persalinan dengan tindakan SC, maka kehilangan darah dapat
dua kali lipat. Tiga perubahan fisiologi sistem kardiovaskuler
pascapartum yang terjadi pada wanita antara lain sebagai berikut :
1) Hilangnya sirkulasi uteroplasenta yang mengurangi ukuran
pembuluh darah maternal 10-15%.
2) Hilangnya fungsi endokrin placenta yang menghilangkan
stimulus vasodilatasi.
3) Terjadinya mobilisasi air ekstravaskular yang disimpan
selama wanita hamil.
b) Curah jantung
Denyut jantung, volume dan curah jantung meningkat sepanjang
masa hamil. Segera setelah wanita melahirkan, keadaan ini
meningkat bahkan lebih tinggi selama 30-60 menit karena darah
yang biasanya melintasi sirkulasi uteroplacenta tiba-tiba kembali
ke sirkulasi umum.
c) Sistem hematologi
Pada akhir kehamilan, kadar fibrinogen dan plasma serta faktor-
faktor pembekuan darah meningkat. Pada hari pertama
postpartum, kadar fibrinogen dan plasma akan sedikit menurun
tetapi darah lebih mengental dengan peningkatan viskositas, dan
juga terjadi peningkatan faktor pembekuan darah serta terjadi
Leukositosis dimana jumlah sel darah putih dapat mencapai
15.000 selama persalinan akan tetap tinggi dalam beberapa hari
pertama dari masa postpartum.
5. Sistem Kardiovaskuler
a) Nafsu makan
Pemulihan nafsu makan diperlukan waktu 3–4 hari sebelum faal
usus kembali normal. Meskipun kadar progesteron menurun
setelah melahirkan, asupan makanan juga mengalami penurunan
selama satu atau dua hari.
b) Motilitas
penurunan tonus dan motilitas otot traktus pencernaan menetap
selama waktu yang singkat beberapa jam setelah bayi lahir, setelah
itu akan kembali seperti keadaan sebelum hamil.
c) Pengosongan usus
Pasca melahirkan, ibu sering mengalami konstipasi. Hal ini
disebabkan tonus otot usus menurun selama proses persalinan dan
awal masa pascapartum.
6. Kebijakan Program Nasional Masa Nifas
Kunjunga Waktu Asuhan
n
I 6-8 jam
Mencegah perdarahan masa nifas oleh karena
postpartum
atonia uteri.
Mendeteksi dan perawatan penyebab lain
perdarahan serta melakukan rujukan bila
perdarahan berlanjut.

Memberikan konseling pada ibu dan keluarga


tentang cara mencegah perdarahan yang
disebabkan atonia uteri.
Pemberian ASI awal
Mengajarkan cara mempererat hubungan
antara ibu dan bayi baru lahir.
Menjaga bayi tetap sehat melalui pencegahan
hipotermi.
Setelah bidan melakukan pertolongan
persalinan, maka bidan harus menjaga ibu dan
bayi untuk 2 jam pertama setelah kelahiran
atau sampai keadaan ibu dan bayi baru lahir
dalam keadaan baik.
II 6 hari post Memastikan involusi uterus barjalan dengan
partum normal, uterus berkontraksi dengan baik, tinggi
fundusuteri di bawah umbilikus, tidak ada
perdarahan abnormal.
Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi
dan perdarahan.
Memastikan ibu mendapat istirahat yang
cukup.
Memastikan ibu mendapat makanan yang
bergizi dan cukup cairan.
Memastikan ibu menyusui dengan baik dan
benar serta tidak ada tanda-tanda kesulitan
menyusui.
Memberikan konseling tentang perawatan bayi
baru lahir.
III 2 minggu Asuhan pada 2 minggu post partum sama
post partum dengan asuhan yang diberikan pada kunjungan
6 hari post partum.
IV 6 minggu Menanyakan penyulit-penyulit yang dialami
post partum ibu selama masa nifas.
Memberikan konseling KB secara dini.
7. Tahapan Masa Nifas
A. Puerperium dini
Yaitu kepulihan dimana ibu diperbolehkan berdiri dan berjalan
serta menjalankan aktivitas layaknya wanita normal lainnya.
B. Puerparium intermediate
Yaitu suatu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang
lamanya sekitar 6-8 minggu.
C. Remote puerperium
Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama
apabila ibu selama hamil atau persalinan mempunyai komplikasi.
1) Immediate post partum
Masa segera lahir sampai 24 ja. Sering terdapat masalah,
misal perdarahan. Bidan teratur melakukan pemeriksaan
pengeluaran lokhea, kontraksi uterus dan tanda-tanda vital.
2) Early post partum (24 jam- 1 minggu)
Bidan memastikan involusi uteri dalam keadaan normal,
tidak ada perdarahan, lokhea tidak berbau busuk, tidak
demam, ibu cukup cairan danmakanan, ibu menyusui
dengan baik.
3) Late post partum (1-5 minggu)
Bidan tetap melakukan perawatan dan pemeriksaan sehari-
hari serta konseling KB.

Daftar pustaka

Wahyuningsih, Heni Puj. 2018. Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui. Jakarta
Selatan: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Rini,susilo dan feti kumala. 2017. Panduan Asuhan Nifas dan Evidance Based
Practice. Yogyakarta: Deepublish.

Wahyuningsih, Sri dan Mahasiswa D3 Keperawatan. 2019. Asuhan Keperawatan


Post Partum. Yogyakarta: Deepublish.

Anda mungkin juga menyukai