DI RUANG NIFAS
RSUD ULIN BANJARMASIN
DI SUSUN OLEH :
Sri Linda
NIM: 18NS272
JUDUL KASUS :
NAMA MAHASISWA : Sri Linda
NIM : 18NS272
Banjarmasin,………………........2019
Menyetujui,
……………………………….. ………………………………..
NIK/NIP. ................................ NIK. .......................................
LEMBAR PENGESAHAN
JUDUL KASUS :
NAMA MAHASISWA : Sri Linda
NIM : 18NS272
Banjarmasin,………………........2019
Menyetujui,
……………………………….. ………………………………
NIK/NIP. ................................ NIK. .....................................
Mengetahui,
…………………………………..
A. Definisi
Postpartum adalah masa pulih kembali seperti pra hamil yang dimulai
setelah partus selesai atau sampai kelahiran plasenta dan berakhir ketika
alat kandungan pulih kembali seperti semula. Masa nifas berlangsung
selama kira-kira 6 minggu (Sarwono, 2008).
Postpartum adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi,
plasenta, serta selaput yang diperlukan untuk memulihkan kembali organ
kandungan seperti sebelum hamil dengan waktu kurang lebih 6 minggu (Siti
Saleha, 2009).
Postpartum mulai setelah partus selesai dan berakhir setelah kira-kira 6
minggu (Saifuddin, 2006).
B. Etiologi
Penyebab persalinan belum pasti diketahui, namun beberapa teori
menghubungkan dengan faktor hormonal,struktur rahim,sirkulasi
rahim,pengaruh tekanan pada saraf dan nutrisi (Hafifah, 2011)
1. Teori penurunan hormone, 1-2 minggu sebelum partus mulai, terjadi
penurunan hormone progesterone dan estrogen. Fungsi progesterone
sebagai penenang otot –otot polos rahim dan akan menyebabkan
kekejangan pembuluh darah sehingga timbul his bila progesterone
turun.
2. Teori placenta menjadi tua, turunnya kadar hormone estrogen dan
progesterone menyebabkan kekejangan pembuluh darah yang
menimbulkan kontraksi rahim.
3. Teori distensi Rahim, rahim yang menjadi besar dan merenggang
menyebabkan iskemik otot-otot rahim sehingga mengganggu sirkulasi
utero-plasenta.
4. Teori iritasi mekanik, di belakang servik terlihat ganglion
servikale(fleksus franterrhauss). Bila ganglion ini digeser dan di tekan
misalnya oleh kepala janin akan timbul kontraksi uterus.
5. Induksi partus, dapat pula ditimbulkan dengan jalan gagang laminaria
yang dimasukan dalam kanalis servikalis dengan tujuan merangsang
pleksus frankenhauser, amniotomi pemecahan ketuban), oksitosin drip
yaitu pemberian oksitosin menurut tetesan perinfus.
C. Patofisiologi
Dalam masa post partum atau masa nifas, alat-alat genetalia interna
maupun eksterna akan berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan
sebelum hamil. Perubahan-perubahan alat genetal ini dalam
keseluruhannya disebut “involusi”. Disamping involusi terjadi perubahan-
perubahan penting lain yakni memokonsentrasi dan timbulnya laktasi yang
terakhir ini karena pengaruh hormon laktogen dari kelenjar hipofisis
terhadap kelenjar-kelenjar mamae.
Otot-otot uterus berkontraksi segera post psrtum, pembuluh-pembuluh
darah yang ada antara nyaman otot-otot uretus akan terjepit. Proses ini
akan menghentikan pendarahan setelah plasenta lahir. Perubahan-
perubahan yang terdapat pada serviks ialah segera post partum bentuk
serviks agak menganga seperti corong, bentuk ini disebabkan oleh korpus
uteri terbentuk semacam cincin. Peruabahan-perubahan yang terdapat
pada endometrium ialah timbulnya trombosis, degenerasi dan nekrosis
ditempat implantasi plasenta pada hari pertama endometrium yang kira-kira
setebal 2-5 mm itu mempunyai permukaan yang kasar akibat pelepasan
desidua dan selaput janin regenerasi endometrium terjadi dari sisa-sisa sel
desidua basalis yang memakai waktu 2 sampai 3 minggu. Ligamen-ligamen
dan diafragma pelvis serta fasia yang merenggang sewaktu kehamilan dan
pertu setelah janin lahir berangsur-angsur kembali seperti sedia kala.
D. Clinical Pathway
2. Kontraksi uterus
Intensistas kontraksi uterus meningkat setelah melahirkan berguna untuk
mengurangi volume cairan intra uteri. Setelah 1 – 2 jam post partum,
kontraksi menurun stabil berurutan, kontraksi uterus menjepit pembuluh darah
pada uteri sehingga perdarahan setelah plasenta lahir dapat berhenti.
3. After pain
Terjadi karena pengaruh kontraksi uterus, normal sampai hari ke -3. After
pain meningkat karena adanya sisa plasenta pada cavum uteri, dan gumpalan
darah (stoll cell) dalam cavum uteri .
4. Endometrium
Pelepasan plasenta dan selaput janin dari dinding rahim terjadi pada stratum
spunglosum, bagian atas setelah 2 – 3 hari tampak bahwa lapisan atas dari
stratum sponglosum yang tinggal menjadi nekrosis keluar dari lochia.
Epitelisasi endometrium siap dalam 10 hari, dan setelah 8 minggu
endometrium tumbuh kembali.
5. Epitelisasi tempat plasenta + 3 minggu tidak menimbulkan jaringan parut,
tetapi endometrium baru, tumbuh di bawah permukaan dari pinggir luka.
6. Ovarium
Selama hamil tidak terjadi pematangan sel telur. Masa nifa terjadi
pematangan sel telur, ovulasi tidak dibuahi terjadi mentruasi, ibu menyusui
mentruasinya terlambat karena pengaruh hormon prolaktin.
7. Lochia
Cairan yang dikeluarkan dari uterus melalui vagina dalam masa nifas, sifat
lochia alkalis sehingga memudahkan kuman penyakit berkembang biak.
Jumlah lebih banyak dari pengeluaran darah dan lendir waktu menstruasi,
berbau anyir, tetapi tidak busuk.
Lochia dibagi dalam beberapa jenis
a. Lochia rubra
Pada hari 1 – 2 berwarna merah, berisi lapisan decidua, sisa-sisa chorion,
liguor amni, rambut lanugo, verniks caseosa sel darah merah.
b. Lochia sanguinolenta
Dikeluarkan hari ke 3 – 7 warna merah kecoklatan bercampur lendir,
banyak serum selaput lendir, leukosit, dan kuman penyakit yang mati.
c. Lochia serosa
Dikeluarkan hari ke 7 – 10, setelah satu minggu berwarna agak kuning
cair dan tidak berdarah lagi.
d. Lochia alba
Setelah 2 minggu, berwarna putih jernih, berisi selaput lendir,
mengandung leukosit, sel epitel, mukosa serviks dan kuman penyakit
yang telah mati.
8. Serviks dan vagina
Beberapa hari setelah persalinan, osteum externum dapat dilalui oleh 2 jari
dan pinggirnya tidak rata (retak-retak). Pada akhir minggu pertama hanya
dapat dilalui oleh 1 jari saja. Vagina saat persalinan sangat diregang lambat
laun mencapai ukuran normal dan tonus otot kembali seperti biasa, pada
minggu ke-3 post partum, rugae mulai nampak kembali.
9. Perubahan pada dinding abdomen
Hari pertama post partum dinding perut melipat dan longgar karena diregang
begitu lama. Setelah 2 – 3 minggu dinding perut akan kembali kuat, terdapat
striae melipat, dastosis recti abdominalis (pelebaran otot rectus/perut) akibat
janin yang terlalu besar atau bayi kembar.
10. Perubahan Sistem kardiovaskuler
Volume darah tergantung pada jumlah kehilangan darah selama partus dan
eksresi cairan extra vasculer. Curah jantung/cardiac output kembali normal
setelah partus
11. Perubahan sistem urinaria
Fungsi ginjal normal, dinding kandung kemih memperlihatkan oedema dan
hiperemi karena desakan pada waktu janin dilahirkan. Kadang-kadang
oedema trigonum, menimbulkan obstruksi dari uretra sehingga terjadi retensio
urin. Pengaruh laserasi/episiotomi yang menyebabkan refleks miksi menurun.
12. Perubahan sistem Gastro Intestina;
Terjadi gangguan rangsangan BAB atau konstipasi 2 – 3 hari post partum.
Penyebabnya karena penurunan tonus pencernaan, enema, kekakuan
perineum karena episiotomi, laserasi, haemorroid dan takut jahitan lepas
13. Perubahan pada mammae
Hari pertama bila mammae ditekan sudah mengeluarkan colustrum. Hari
ketiga produksi ASI sudah mulai dan jaringan mammae menjadi tegang,
membengkak, lebut, hangat dipermukaan kulit (vasokongesti vaskuler)
14. Laktasi
Pada waktu dua hari pertama nifas keadaan buah dada sama dengan
kehamilan. Buah dada belum mengandung susu melainkan colustrum yang
dapat dikeluarkan dengan memijat areola mammae.
15. Colustrum yaitu cairan kuning dengan berat jenis 1.030 – 1,035 reaksi alkalis
dan mengandung protein dan garam, juga euglobin yang mengandung
antibodi. Bayi yang terbaik dan harus dianjurkan kalau tidak ada kontra
indikasi
16. Temperatur
Temperatur pada post partum dapat mencapai 38 0C dan normal kembali
dalam 24 jam. Kenaikan suhu ini disebabkan karena hilangnya cairan melalui
vagina ataupun keringat, dan infeksi yang disebabkan terkontaminasinya
vagina.
17. Nadi
Umumnya denyut nadi pada masa nifas turun di bawah normal. Penurunan
ini akibat dari bertambahnya jumlah darah kembali pada sirkulasi seiring
lepasnya placenta. Bertambahnya volume darah menaikkan tekanan darah
sebagai mekanisme kompensasi dari jantung dan akan normal pada akhir
minggu pertama.
18. Tekanan Darah
Keadaan tensi dengan sistole 140 dan diastole 90 mmHg baik saat kehamilan
ataupun post partum merupakan tanda-tanda suatu keadaan yang harus
diperhatikan secara serius.
19. Hormon
Hormon kehamilan mulai berkurang dalam urine hampir tidak ada dalam 24
hari, setelah 1 minggu hormon kehamilan juga menurun sedangkan prolaktin
meningkat untuk proses laktasi.
F. Komplikasi
1. Perdarahan
Perdarahan adalah penyebap kematian terbanyak pada wanita selama
periode post partum. Perdarahan post partum adalah : kehilangan darah
lebih dari 500 cc setelah kelahiran kriteria perdarahan didasarkan pada satu
atau lebih tanda-tanda sebagai berikut:
a. Kehilangan darah lebih dai 500 cc
b. Sistolik atau diastolik tekanan darah menurun sekitar 30 mmH
c. Hb turun sampai 3 gram % (novak, 1998).
Perdarahan post partum dapat diklasifikasi menurut kapan terjadinya
perdarahan dini terjadi 24 jam setelah melahirkan. Perdarahan lanjut lebih
dari 24 jam setelah melahirkan, syok hemoragik dapat berkembang cepat
dan menadi kasus lainnya, tiga penyebap utama perdarahan antara lain :
a. Atonia uteri : pada atonia uteri uterus tidak mengadakan kontraksi
dengan baik dan ini merupakan sebap utama dari perdarahan post partum.
Uterus yang sangat teregang (hidramnion, kehamilan ganda, dengan
kehamilan dengan janin besar), partus lama dan pemberian narkosis
merupakan predisposisi untuk terjadinya atonia uteri.
b. laserasi jalan lahir : perlukan serviks, vagina dan perineum dapat
menimbulkan perdarahan yang banyak bila tidak direparasi dengan segera.
c. Retensio plasenta, hampir sebagian besar gangguan pelepasan
plasenta disebapkan oleh gangguan kontraksi uterus.retensio plasenta
adalah : tertahannya atau belum lahirnya plasenta atau 30 menit selelah
bayi lahir.
d. Lain-lain
1) Sisa plasenta atau selaput janin yang menghalangi kontraksi
uterus sehingga masih ada pembuluh darah yang tetap terbuka
2) Ruptur uteri, robeknya otot uterus yang utuh atau bekas jaringan
parut pada uterus setelah jalan lahir hidup.
3) Inversio uteri (Wikenjosastro, 2000).
2. Infeksi puerperalis
Didefinisikan sebagai; inveksi saluran reproduksi selama masa post partum.
Insiden infeksi puerperalis ini 1 % - 8 %, ditandai adanya kenaikan suhu >
0
38 dalam 2 hari selama 10 hari pertama post partum. Penyebap klasik
adalah : streptococus dan staphylococus aureus dan organisasi lainnya.
3. Endometritis
Adalah infeksi dalam uterus paling banyak disebapkan oleh infeksi
puerperalis. Bakteri vagina, pembedahan caesaria, ruptur membran
memiliki resiko tinggi terjadinya endometritis (Novak, 1999).
4. Mastitis
Yaitu infeksi pada payudara. Bakteri masuk melalui fisura atau pecahnya
puting susu akibat kesalahan tehnik menyusui, di awali dengan
pembengkakan, mastitis umumnya di awali pada bulan pertamapost partum
(Novak, 1999).
5. Infeksi saluran kemih
Insiden mencapai 2-4 % wanita post partum,
pembedahan meningkatkan resiko infeksi saluran kemih. Organisme
terbanyak adalah Entamoba coli dan bakterigram negatif lainnya.
6. Tromboplebitis dan thrombosis
Semasa hamil dan masa awal post partum, faktor koagulasi dan
meningkatnya status vena menyebapkan relaksasi sistem vaskuler,
akibatnya terjadi tromboplebitis (pembentukan trombus di pembuluh darah
dihasilkan dari dinding pembuluh darah) dan thrombosis (pembentukan
trombus) tromboplebitis superfisial terjadi 1 kasus dari 500 – 750 kelahiran
pada 3 hari pertama post partum.
7. Emboli
Yaitu : partikel berbahaya karena masuk ke pembuluh darah kecil
menyebapkan kematian terbanyak di Amerika (Novak. 1999).
8. Post partum depresi
Kasus ini kejadinya berangsur-angsur, berkembang lambat sampai
beberapa minggu, terjadi pada tahun pertama. Ibu bingung dan merasa
takut pada dirinya. Tandanya antara lain, kurang konsentrasi, kesepian
tidak aman, perasaan obsepsi cemas, kehilangan kontrol, dan lainnya.
Wanita juga mengeluh bingung, nyeri kepala, ganguan makan, dysmenor,
kesulitan menyusui, tidak tertarik pada sex, kehilanagan semangat (Novak,
1999).
G. Penatalaksaan
1. Medis
Dalam menangani asuhan keperawatan pada ibu post partum spontan,
dilakukan berbagai macam penatalaksanaan, diantaranya :
a. Monitor TTV
Tekanan darah meningkat lebih dari 140/90 mungkin menandakan
preeklamsi suhu tubuh meningkat menandakan terjadinya infeksi, stress,
atau dehidrasi.
b. Pemberian cairan intravena
Untuk mencegah dehidrasi dan meningkatkan kemampuan perdarahan
darah dan menjaga agar jangan jatuh dalam keadaan syok, maka cairan
pengganti merupakan tindakan yang vital, seperti Dextrose atau Ringer.
c. Pemberian oksitosin
Segera setelah plasenta dilahirkan oksitosin (10 unit) ditambahkan
dengan cairan infuse atau diberikan secara intramuskuler untuk
membantu kontraksi uterus dan mengurangi perdarahan post partum.
d. Obat nyeri
Obat-obatan yang mengontrol rasa sakit termasuk sedative, alaraktik,
narkotik dan antagonis narkotik. Anastesi hilangnya sensori, obat ini
diberikan secara regional/ umum.
2. Nonmedis
a. Mobilisasi
Jelaskan bahwa latihan tertentu sangat membantu seperti :
1. Dengan tidur terlentang dengan lengan disamping, menarik otot perut
selagi menarik nafas, tahan nafas ke dalam dan angkat dagu ke dada :
tahan satu hitungan sampai 5, rileks dan ulangi 10 x.
2. Untuk memperkuat tonus otot vagina (latihan kegel).
3. Berdiri dengan tungkai dirapatkan kencangkan otot-otot, pantat dan
pinggul dan tahan sampai 5 hitungan kendurkan dan ulangi latihan
sebanyak 5 kali.
4. Mulai mengerjakan 5 kali latihan untuk setiap gerakan setiap minggu
naikkan 5 kali. Dan pada 6 minggu setelah persalinan ibu harus
mengerjakan sebanyak 30 kali.
b. Diet
Ibu menyusui harus mengkonsumsi tambahan kalori 500 tiap hari.
Makanan harus diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral dan
vitamin yang cukup. Pil besi harus diminum minimal 40 hari pasca
melahirkan. Minum sedikitnya 3 liter, minum zat besi, minum kapsul
vitamin A dengan dosis 200.000 unit.
c. Miksi hendaknya dapat dilakukan sendiri mungkin karena kandung kemih
yang penuh dapat menyebabkan perdarahan.
d. Defekasi
Buang air besar harus dapat dilakukan 3-4 hari pasca persalinan, bila tidak
bisa maka diberi obat peroral atau perektal atau klisma.
e. Perawatan Payudara
1) Menjaga payudara tetap bersih dan kering terutama puting susu
2) Menggunakan BH yang menyokong payudara
3) Apabila puting susu lecet oleskan kolostrum atau ASI yang keluar pada
sekitar puting susu setiap kali selesai menyusui. Menyusui tetap
dilakukan dari puting susu yang tidak lecet.
4) Apabila lecet berat dapat diistirahatkan selama 24 jam. ASI
dikeluarkan dan diminum dengan menggunakan sendok.
5) Untuk menghilangkan nyeri ibu dapat minum parasetamol 1 tab setiap
4-6 jam.
6) Apabila payudara bengkok akibat pembendungan ASI, lakukan :
a) Pengompresan payudara dengan menggunakan kain basah dan
hangat selama 5 menit.
b) Urut payudara dari arah pangkal menuju puting atau menggunakan
sisir untuk mengurut arah Z pada menuju puting.
c) Keluarkan ASI sebagian dari bagian depan payudara sehingga
puting susu menjadi lunak.
d) Susukan bayi setiap < 3 jam. Apabila tidak dapat menghisap
seluruh ASI sisanya dikeluarkan dengan tangan.
e) Letakkan kain dingin pada payudara setelah menyusui.
f. Laktasi
ASI mengandung semua bahan yang diperlukan bayi, mudah dicerna,
memberi perlindungan terhadap infeksi, selalu segar, bersih dan siap untuk
diminum.
Tanda ASI cukup :
1) Bayi kencing 6 kali dalam 24 jam.
2) Bayi sering buang air besar berwarna kekuningan
3) Bayi tampak puas, sewaktu-waktu merasa lapar, bangun dan tidur
cukup.
4) Bayi menyusui 10-11 kali dalam 24 jam.
5) Payudara ibu terasa lembut dan kosong setiap kali menyusui.
6) Ibu dapat merasakan geli karena aliran ASI.
7) Bayi bertambah berat badannya.
ASI tidak cukup :
1. Jarang disusui.
2. Bayi diberi makan lain.
3. Payudara tidak dikosongkan setiap kali habis menyusui (Sarwono,
2002).
g. Kontrasepsi
Alat kontrasepsi yang bisa digunakan setelah persalinan normal adalah:
1. KB metode non hormonal yang terdiri dari
- Metode Amenore Laktasi (MAL)
- Kondom
- Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR)
- Kontrasepsi mantap (tubekstomi atau vasektomi)
2. KB metode hormonal
- Progestin yang berupa pil KB, suntik, dan implan
H. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang bisa di lakukan pada postpartum adalah:
1. Pemeriksaan laboratorium: hemoglobin, hematocrit
2. Kultur uterus dan vagina: untuki mengetahui infeksi paska
persalinan/biasanna terjadi peningkatan leukosi
3. Ultrasonografi: untuk mengetahui penyebab perdarahan, apakah
karena adanya plasenta yang tertahan dalam uterus atau tida
I. Masalah Keperawatan
b. Pengkajian
1. Biodata klien
Biodata klien berisi tentang : Nama, Umur, Pendidikan, Pekerjaan, Suku,
Agama, Alamat, No. Medical Record, Nama Suami, Umur, Pendidikan,
Pekerjaan , Suku, Agama, Alamat, Tanggal Pengkajian.
2. Keluhan utama
Hal-hal yang dikeluhkan saat ini dan alasan meminta pertolongan.
3. Riwayat haid
Umur Menarche pertama kali, Lama haid, jumlah darah yang keluar,
konsistensi, siklus haid, hari pertama haid terakhir, perkiraan tanggal
partus.
4. Riwayat perkawinan
Kehamilan ini merupakan hasil pernikahan ke berapa ? Apakah
perkawinan sah atau tidak, atau tidak direstui orang tua ?
5. Riwayat obstetri
a) Riwayat kehamilan
Berapa kali dilakukan pemeriksaan ANC, Hasil Laboratorium : USG,
Darah, Urine, keluhan selama kehamilan termasuk situasi emosional dan
impresi, upaya mengatasi keluhan, tindakan dan pengobatan yang
diperoleh.
1) Riwayat persalinan
5. Riwayat persalinan lalu : Jumlah Gravida, jumlah partal, dan
jumlah abortus, umur kehamilan saat bersalin, jenis persalinan,
penolong persalinan, BB bayi, kelainan fisik, kondisi anak saat
ini.
6. Riwayat nifas pada persalinan lalu : Pernah mengalami demam,
keadaan lochia, kondisi perdarahan selama nifas, tingkat aktifitas
setelah melahirkan, keadaan perineal, abdominal, nyeri pada
payudara, kesulitan eliminasi, keberhasilan pemberian ASI,
respon dan support keluarga.
7. Riwayat persalinan saat ini : Kapan mulai timbulnya his,
pembukaan, bloody show, kondisi ketuban, lama persalinan,
dengan episiotomi atau tidak, kondisi perineum dan jaringan
sekitar vagina, dilakukan anastesi atau tidak, panjang tali pusat,
lama pengeluaran placenta, kelengkapan placenta, jumlah
perdarahan.
8. Riwayat New Born : apakah bayi lahir spontan atau dengan
induksi/tindakan khusus, kondisi bayi saat lahir (langsung
menangis atau tidak), apakah membutuhkan resusitasi, nilai
APGAR skor, Jenis kelamin Bayi, BB, panjang badan, kelainan
kongnital, apakah dilakukan bonding attatchment secara dini
dengan ibunya, apakah langsung diberikan ASI atau susu
formula.
6. Riwayat KB & perencanaan keluarga
Kaji pengetahuan klien dan pasangannya tentang kontrasepsi, jenis
kontrasepsi yang pernah digunakan, kebutuhan kontrasepsi yang akan
datang atau rencana penambahan anggota keluarga dimasa
mendatang.
7. Riwayat penyakit dahulu
Penyakit yang pernah diderita pada masa lalu, bagaimana cara
pengobatan yang dijalani, dimana mendapat pertolongan. Apakah
penyakit tersebut diderita sampai saat ini atau kambuh berulang-
ulang?
8. Riwayat psikososial-kultural
Adaptasi psikologi ibu setelah melahirkan, pengalaman tentang
melahirkan, apakah ibu pasif atau cerewet, atau sangat kalm. Pola
koping, hubungan dengan suami, hubungan dengan bayi, hubungan
dengan anggota keluarga lain, dukungan social dan pola komunikasi
termasuk potensi keluarga untuk memberikan perawatan kepada klien.
Adakah masalah perkawinan, ketidak mampuan merawat bayi baru
lahir, krisis keluarga. Blues : Perasaan sedih, kelelahan, kecemasan,
bingung dan mudah menangis. Depresi : Konsentrasi, minat, perasaan
kesepian, ketidakamanan, berpikir obsesif, rendahnya emosi yang
positif, perasaan tidak berguna, kecemasan yang berlebihan pada
dirinya atau bayinya.
Kultur yang dianut termasuk kegiatan ritual yang berhubungan
dengan budaya pada perawatan post partum, makanan atau minuman,
menyendiri bila menyusui, pola seksual, kepercayaan dan keyakinan,
harapan dan cita-cita.
9. Riwayat kesehatan keluarga
Adakah anggota keluarga yang menderita penyakit yang diturunkan
secara genetic, menular, kelainan congenital atau gangguan kejiwaan
yang pernah diderita oleh keluarga.
10. Profil keluarga
Kebutuhan informasi pada keluarga, dukungan orang terdekat, sibling,
type rumah, community seeting, penghasilan keluarga, hubungan
social dan keterlibatan dalam kegiatan masyarakat.
11. Kebiasaan sehari-hari
a) Pola nutrisi : pola menu makanan yang dikonsumsi, jumlah, jenis
makanan (Kalori, protein, vitamin, tinggi serat), freguensi,
konsumsi snack (makanan ringan), nafsu makan, pola minum,
jumlah, freguensi,.
b. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik
2. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan.
3. Keletihan berhubungan dengan fisik tidak bugar
4. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan prosedur bedah
5. Perubahan curah jantung berhubungan dengan perubahan preload
6. Disfungsi proses keluarga berhubungan dengan strategi koping tidak efektif
7. Resiko infeksi
8. Resiko cedera pada janin
9. Resiko perdarahan
10. Resiko kekurangan volume cairan
11. Resiko syok
c. Intervensi Keperawatan
Diagnosa
No Tujuan / Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
1. Resiko Defisit volume Setelah dilakukan tindakan Fluid Management
cairan berhubungan keperawatan selama 1 x 8 jam deficit Pertahankan
dengan kehilangan volume cairan dapat teratasi dengan catatan intake
darah akut. kriteria hasil: dan output yang
Fluid Balance akurat
Definisi : penurunan 1. Tekanan darah klien mendekati Monitor status
cairan intravaskular,
interstisial, dan atau kisaran normal (sistol: 120-130 hidrasi
intraseluler. Ini dan diastol: 80-90) (kelembaban
mengacu pada
dehidrasi, kehilangan 2. Denyut nadi mendekati kisaran membran
cairan saat tanpa 60-100 kali per menit mukosa, nadi
perubahan pada
natrium 3. Intake dan keluaran selama 24 adekuat, tekanan
jam seimbang darah ortostatik),
Batasan Karakteristik
- Perubahan status 4. Elastisitas turgor kulit baik jika diperlukan
mental 5. Membran mukosa lembab Monitor vital sign
- Penurunan tekanan
darah 6. Tidak ada rasa haus yang Monitor masukan
- Penurunan tekanan berlebihan Konfusi menurun makanan/cairan
nadi
- Penurunan volume (skala 5) dan hitung intake
nadi
7. Pusing teratasi kalori
- Penurunan turgor
kulit Tissue Integrity: Skin and Kolaborasikan
- Penurunan turgor
Mocous Membranes pemberian cairan
lidah
- Penurunan haluaran Kriteria Hasil : IV
urin
- Penurunan 1. Temperatur kulit mendekati Monitor status
pengisisan vena kisaran 36o-38oC nutrisi
- Membran mukosa
kering 2. Elastisitas kulit kembali (sesuai Dorong keluarga
- Kulit kering umur, kembali ke keadaan untuk membantu
- Peningkatan
hematokrit semula setelah ditarik tanpa pasien makan
- Peningkatan suhu bekas atau kerutan sisa)
tubuh Kolaborasi
- Peningkatan 3. Perspirasi terjadi dengan dengan dokter
frekwensi nadi jumlah dan pada kondisi yang
- Peningkatan tepat Hypovolemia
kosentrasi urin
4. Tekstur kulit kering dan halus Management
- Penurunan berat
badan Ketebalan kulit mendekati Monitor status
- Tiba-tiba (kecuali
pada ruang ketiga) normal cairan termasuk
- Haus intake dan output
- Kelemahan
cairan
Faktor Yang Monitor tingkat
Berhubungan
Kehilangan cairan Hb dan
aktif hematocrit
Kegagalan
mekanisme regulasi Monitor tanda
vital
Monitor respon
pasien terhadap
penambahan
cairan
Monitor berat
badan
Dorong pasien
untuk menambah
intake oral
Monitor adanya
tanda dan gejala
kelebihan volume
cairan
Monitor adanya
tanda gagal ginjal
2. Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan tindakan Pain Management
dengan agen injury fisik keperawatan selama 1 x24 jam Tentukan
diharapkan intensitas nyeri berkurang karakteristik dan
dengan kriteria hasil : lokasi nyeri,
perhatikan isyarat
Batasan Karakteristik: Pain control verbal dan non
- Perubahan selera Klien merasa nyaman verbal setiap 6 jam
makan Skala nyeri menurun Pantau tekanan
- Perubahan darah, nadi dan
Tanda-tanda vital normal(nadi : 60-
tekanan darah 100 kali permenit, suhu: 36-36,7 C, pernafasan tiap 6
- Perubahan pernafasan 16-20 kali permenit) jam
frekwensi jantung Terapkan tehnik
- Perubahan distraksi
frekwensi (berbincang-
pernapasan bincang)
- Laporan isyarat Ajarkan tehnik
- Diaforesis relaksasi (nafas
- Perilaku distraksi dalam) dan
(mis,berjaIan sarankan untuk
mondar-mandir mengulangi bila
mencari orang lain merasa nyeri
dan atau aktivitas Beri dan biarkan
lain, aktivitas pasien memilih
yang berulang) posisi yang nyaman
- Mengekspresikan Kolaborasi dalam
perilaku pemberian
(mis,gelisah, analgetika.
merengek,
menangis)
- Masker wajah
(mis, mata
kurang bercahaya,
tampak kacau,
gerakan
mata berpencar
atau tetap pada
satu
fokusmeringis)
- Sikap
melindungi area
nyeri
- Fokus menyempit
(mis,
gangguan persepsi
nyeri, hambatan
proses berfikir,
penurunan
interaksi dengan
orang dan
lingkungan)
- Indikasi nyeri yang
dapat diamati
- Perubahan posisi
untuk menghindari
Nyeri
Sikap tubuh
melindungi
- Dilatasi pupil
- Melaporkan nyeri
secara verbal
- Gangguan tidur
Faktor Yang
Berhubungan :
Agen cedera (mis,
biologis, zat kimia,fisik,
psikologis)
Faktor yang
berhubungan:
- Krisis
perkembangan
- Transisi
perkembangan
- Pergeseran peran
keluarga
- Modifikasi keuangan
keluarga
- Modifikasi status
sosial keluarga
- Perubahan
kekuatan/anggota
keluarga
- Perubahan status
kesehatan anggota
keluarga
- Krisis situasi
- Transisi situasi
9 Resiko Infeksi Tissue Integrity : Skin and Mucous Wound Care
membranes Monitor karakteristik,
Definisi : Peningkatan warna, ukuran,
resiko masuknya
Setelah diberikan asuhan keperawatan cairan dan bau luka
organisme patogen
selama 1 x 24 jam diharapkan pasien Bersihkan luka
Faktor-faktor resiko :
dapat terhindar dari risiko infeksi, dengan normal Sali
- Prosedur Infasif
- Ketidakcukupan dengan kriteria hasil : Rawat luka dengan
pengetahuan untuk
1. Integritas kulit klien normal konsep steril
menghindari paparan
patogen 1. Temperatur kulit klien normal Ajarkan klien dan
- Trauma
2. Tidak adanya lesi pada kulit keluarga untuk
- Kerusakan
jaringan dan Wound healing: primary and melakukan
peningkatan paparan
secondary jaringan: perawatan luka
lingkungan
- Ruptur membran 3. Tidak ada tanda-tanda infeksi Berikan penjelasan
amnion
4. menunjukkan pemahaman dalam kepada klien dan
- Agen farmasi
(imunosupresan) proses perbaikan kulit dan keluarga mengenai
- Malnutrisi
mencegah terjadinya cidera tanda dan gejala dari
- Peningkatan
paparan lingkungan berulang infeksi
patogen
5. menunjukkan terjadinya proses Kolaborasi
- Imonusupresi
- penyembuhan luka pemberian antibiotic
Ketidakadekuatan
imum buatan Infection Control
- Tidak adekuat Bersihkan lingkungan
pertahanan sekunder
(penurunan Hb, setelah dipakai klien
Leukopenia, penekanan lain
respon inflamasi)
- Tidak adekuat Instruksikan
pertahanan tubuh
pengunjung untuk
primer (kulit tidak utuh,
trauma jaringan, mencuci tangan saat
penurunan kerja silia,
berkunjung dan
cairan tubuh statis,
perubahan sekresi pH, setelah berkunjung
perubahan peristaltik)
Gunakan sabun anti
- Penyakit kronik
mikroba untuk cuci
tangan
Cuci tangan sebelum
dan sesudah tindakan
keperawatan
Gunakan universal
precaution dan
gunakan sarung
tangan selma kontak
dengan kulit yang
tidak utuh
Berikan terapi
antibiotik bila perlu
Observasi dan
laporkan tanda dan
gejal infeksi seperti
kemerahan, panas,
nyeri, tumor
Kaji temperatur tiap 4
jam
Catat dan laporkan
hasil laboratorium,
WBC
Ajarkan keluarga
bagaimana
mencegah infeksi
10 Resiko Perdarahan BloodLoss Severity Kaji pasien untuk
- Aneurisma menemukan bukti-
· Sirkumsisi
Setelah diberikan asuhan keperawatan bukti perdarahan
· Kurang
pengetahuan selama 1x24 jam, perawat dapat atau hemoragi
· Koagulopati meminimalkan komplikasi yang terjadi Catat kadar
intravascular
dengan kriteria hasil: hemoglobin/hematok
· Riwayat jatuh
· Gangguan K l i e n t i d a k m e n g a l a m i kehilangan rit sebelum dan
gastrointestinal (contoh:
darah sesudah pendarahan
penyakit gastric ulcer,
polip, varises) 1. Kulit dan membrane mukosa pasien Pantau koagulasi
· Gangguan fungsi
tidak pucat darah pasien
hati (contoh: sirosis dan
depatitis) 2. N i l a i h e m o g l o b u l i n berada (prothrombin,
· Koagulopati yang
dalam batas normal thromboplastin,
melekat (contoh:
trombositopenia) 3. N i l a i h e m a t o k r i t berada fibrinogen, fibrin, dan
· Komplikasi
dalam keadaan normal jumlah platelet)
postpartum (contoh:
atoni postpartum, Pantau aliran IV
plasenta yang tertahan)
· Komplikasi
kehamilan (contoh:
plasenta previa,
kehamilan
mola, rupturplasenta)
· Trauma
· Efek samping
pengobatan
(pembedahan,
pengobatan, pemberian
platelet karena
kekurangan produksi
darah, kemoterapi)
Mansur, Herawati.2009.Psikologi Ibu dan Anak untuk Kebidanan. Jakarta : Salemba Medika.
Maryunani, Anik. 2009. Asuhan Pada Ibu Dalam Masa Nifas (Postpartum). Jakarta: TIM.
Nanda. 2018. Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2018 - 2020 Edisi 11 editor T
Heather Herdman, Shigemi Kamitsuru. Jakarta: EGC.
Neonatal.Jakarta:Tridasa Printer