Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

POST PARTUM SECTIO CAESAREA


DI RUANG ANGGREK RST dr SOEDJONO

MUHAMMAD LUTHFI CHAKIM

20101440118051

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESHATAN KESDAM IV/DIPONEGORO

SEMARANG

2021

1
A. Konsep Dasar Sectio Caesaria
1. Pengertian Sectio Caesaria
Sectio caesaria (SC) adalah membuka perut dengan sayatan pada
dinding perut dan uterus yang dilakukan secara vertical , dari kulit
sampai fasia (Wiknjosastro, 2010).
Sectio caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat
sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut, section
caesarea juga dapat didefinisikan sebagai suatu histektomia untuk
melahirkan janin dari dalam rahim (Mochtar, 2011).
Sectio caesarea (SC) atau biasa disebut operasi sesar atau caesarean
section adalah salah satu tindakan persalinan untuk mengeluarkan bayi
melalui sayatan abdomen dan uterus. SC merupakan tindakan yang dapat
menyelamatkan nyawa ibu dan janin bila diperlukan (dr. Joshephine
Darmawan, 2019).

2. Etiologi
a. Riwayat SC
Uterus yang memiliki jaringan parut dianggap sebagai
kontraindikasi untuk melahirkan karena dikhawatirkan akan terjadi
rupture uteri. Risiko ruptur uteri meningkat seiring dengan jumlah
insisi sebelumnya, klien dengan jaringan perut melintang yang
terbatas disegmen uterus bawah, kemungkinan mengalami robekan
jaringan parut simtomatik pada kehamilan berikutnya. Wanita yang
mengalami ruptur uteri berisiko mengalami kekambuhan, sehingga
tidak menutup kemungkinan untuk dilakukan persalinan pervagina,
tetapi dengan beresiko ruptur uteri dengan akibat buruk bagi ibu dan
janin.

b. Indikasi Ibu :
1) Panggul sempit
2) Tumor jalan lahir yang menimbulkan obstruksi

2
3) Stenosis serviks uteri atau vagina
4) Plassenta praevia
5) Disproporsi janin panggul
6) Rupture uteri membakat
7) Partus tak maju
8) Incordinate uterine action

c. Indikasi Janin
1) Kelainan Letak :
a) Letak lintang
b) Letak sungsang ( janin besar,kepala defleksi)
c) Letak dahi dan letak muka dengan dagu dibelakang
d) Presentasi ganda
e) Kelainan letak pada gemelli anak pertama
2) Gawat Janin
3) Indikasi Kontra (relative)
a) Infeksi intrauterine
b) Janin Mati
c) Syok/anemia berat yang belum diatasi
d) Kelainan kongenital berat

3. Tujuan Sectio Caesarea


Tujuan melakukan sectio caesarea (SC) adalah untuk mempersingkat
lamanya perdarahan dan mencegah terjadinya robekan serviks dan
segmen bawah rahim.

4. Jenis - Jenis Operasi Sectio Caesarea (SC)


a. Abdomen (SC Abdominalis)
1) Sectio caesarea klasik atau corporal : dengan insisi memanjang
pada corpus uteri. Dilakukan dengan membuat sayatan
memanjang pada korpus uteri kira-kira 10cm.

3
Kelebihan :
1. Mengeluarkan janin lebih memanjang
2. Tidak menyebabkan komplikasi kandung kemih tertarik
3. Sayatan bisa diperpanjang proksimal atau distal

Kekurangan :
1. Infeksi mudah menyebar secara intraabdominal karena tidak
ada reperitonial yang baik.
2. Untuk persalinan berikutnya lebih sering terjadi rupture uteri
spontan.
3. Ruptura uteri karena luka bekas SC klasik lebih sering terjadi
dibandingkan dengan luka SC profunda. Ruptur uteri karena
luka bekas SC klasik sudah dapat terjadi pada akhir
kehamilan, sedangkan pada luka bekas SC profunda biasanya
baru terjadi dalam persalinan.
4. Untuk mengurangi kemungkinan ruptura uteri, dianjurkan
supaya ibu yang telah mengalami SC jangan terlalu lekas
hamil lagi. Sekurang -kurangnya dapat istirahat selama 2
tahun. Rasionalnya adalah memberikan kesempatan luka
sembuh dengan baik. Untuk tujuan ini maka dipasang akor
sebelum menutup luka rahim.

2) Sectio caesarea profunda (Ismika Profunda) : dengan insisi pada


segmen bawah uterus.Dilakukan dengan membuat sayatan
melintang konkaf pada segmen bawah rahim kira-kira 10cm
Kelebihan :
1. Penjahitan luka lebih mudah
2. Penutupan luka dengan reperitonialisasi yang baik
3. Tumpang tindih dari peritoneal flap baik sekali untuk
menahan isi uterus ke rongga perineum
4. Perdarahan kurang

4
5. Dibandingkan dengan cara klasik kemungkinan ruptur uteri
spontan lebih kecil

Kekurangan :
1. Luka dapat melebar ke kiri, ke kanan dan bawah sehingga
dapat menyebabkan arteri uteri putus yang akan
menyebabkan perdarahan yang banyak.
2. Keluhan utama pada kandung kemih post operatif tinggi.

3) Sectio caesarea ekstraperitonealis.


Merupakan sectio caesarea tanpa membuka peritoneum parietalis
dan dengan demikian tidak membuka kavum abdominalis.
b. Vagina (sectio caesarea vaginalis)
Menurut arah sayatan pada rahim, sectio caesaria dapat dilakukan
apabila :
1) Sayatan memanjang (longitudinal)
2) Sayatan melintang (tranversal)
3) Sayatan huruf T (T Insisian)

5. Patofisiologi
Adanya beberapa kelainan/hambatan pada proses persalinan yang
menyebabkan bayi tidak dapat lahir secara normal/spontan, misalnya
plasenta previa sentralis dan lateralis, panggul sempit, disproporsi cephalo
pelvic, rupture uteri mengancam, partus lama, partus tidak maju, pre-
eklamsia, distosia serviks, dan malpresentasi janin. Kondisi tersebut
menyebabkan perlu adanya suatu tindakan pembedahan yaitu Sectio
Caesarea (SC).
Dalam proses operasinya dilakukan tindakan anestesi yang akan
menyebabkan klien mengalami imobilisasi sehingga akan menimbulkan
masalah intoleransi aktivitas. Adanya kelumpuhan sementara dan
kelemahan fisik akan menyebabkan klien tidak mampu melakukan

5
aktivitas perawatan diri klien secara mandiri sehingga timbul masalah
defisit perawatan diri.
Kurangnya informasi mengenai proses pembedahan,
penyembuhan, dan perawatan post operasi akan menimbulkan masalah
ansietas pada klien. Selain itu, dalam proses pembedahan juga akan
dilakukan tindakan insisi pada dinding abdomen sehingga menyebabkan
terputusnya inkontinuitas jaringan, pembuluh darah, dan saraf - saraf di
sekitar daerah insisi. Hal ini akan merangsang pengeluaran histamin dan
prostaglandin yang akan menimbulkan rasa nyeri (nyeri akut). Setelah
proses pembedahan berakhir, daerah insisi akan ditutup dan menimbulkan
luka post op, yang bila tidak dirawat dengan baik akan menimbulkan
masalah risiko infeksi.

Pathway

6
6. Komplikasi
a. Infeksi Puerperalis
Komplikasi ini bersifat ringan, seperti kenaikan suhu selama
beberapa hari dalam masa nifas atau dapat juga bersifat berat,
misalnya peritonitis, sepsis dan lain-lain. Infeksi post operasi terjadi
apabila sebelum pembedahan sudah ada gejala - gejala infeksi
intrapartum atau ada faktor - faktor yang merupakan predisposisi
terhadap kelainan itu (partus lama khususnya setelah ketuban pecah,
tindakan vaginal sebelumnya). Bahaya infeksi dapat diperkecil dengan
pemberian antibiotika, tetapi tidak dapat dihilangkan sama sekali,
terutama SC klasik dalam hal ini lebih berbahaya daripada SC
transperitonealis profunda.
b. Perdarahan
Perdarahan banyak bisa timbul pada waktu pembedahan jika
cabang arteria uterina ikut terbuka atau karena atonia uteri
c. Komplikasi-komplikasi lain seperti :
1) Luka kandung kemih
2) Embolisme paru – paru
Suatu komplikasi yang baru kemudian tampak ialah kurang
kuatnya perut pada dinding uterus, sehingga pada kehamilan
berikutnya bisa terjadi ruptura uteri. Kemungkinan hal ini lebih
banyak ditemukan sesudah sectio caesarea klasik.

7. Pemeriksaan Penunjang
a. Hemoglobin atau hematokrit (Hb/Ht) untuk mengkaji perubahan dari
kadar pra operasi dan mengevaluasi efek kehilangan darah pada
pembedahan.
b. Leukosit (WBC) mengidentifikasi adanya infeksi
c. Tes golongan darah, lama perdarahan, waktu pembekuan darah

7
d. Urinalisis / kultur urine
e. Pemeriksaan elektrolit

8. Penatalaksanaan Medis Post SC


a. Pemberian cairan
Karena 24 jam pertama penderita puasa pasca operasi, maka
pemberian cairan perintavena harus cukup banyak dan mengandung
elektrolit agar tidak terjadi hipotermi, dehidrasi, atau komplikasi
pada organ tubuh lainnya. Cairan yang biasa diberikan biasanya DS
10%, garam fisiologi dan RL secara bergantian dan jumlah tetesan
tergantung kebutuhan. Bila kadar Hb rendah diberikan transfusi
darah sesuai kebutuhan.
b. Diet
Pemberian cairan perinfus biasanya dihentikan setelah penderita
flatus lalu dimulailah pemberian minuman dan makanan peroral.
Pemberian minuman dengan jumlah yang sedikit sudah boleh
dilakukan pada 6 - 10 jam pasca operasi, berupa air putih dan air teh.
c. Mobilisasi
Mobilisasi dilakukan secara bertahap meliputi :
1) Miring kanan dan kiri dapat dimulai sejak 6 - 10 jam setelah
operasi
2) Latihan pernafasan dapat dilakukan penderita sambil tidur
telentang sedini mungkin setelah sadar
3) Hari kedua post operasi, penderita dapat didudukkan selama 5
menit dan diminta untuk bernafas dalam lalu
menghembuskannya.
4) Kemudian posisi tidur telentang dapat diubah menjadi posisi
setengah duduk (semifowler)
5) Selanjutnya selama berturut-turut, hari demi hari, klien dianjurkan
belajar duduk selama sehari, belajar berjalan, dan kemudian
berjalan sendiri pada hari ke-3 sampai hari ke5 pasca operasi.

8
b. Kateterisasi
Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan tidak enak
pada penderita, menghalangi involusi uterus dan menyebabkan
perdarahan. Kateter biasanya terpasang 24 - 48 jam / lebih lama lagi
tergantung jenis operasi dan keadaan penderita.
c. Pemberian obat-obatan
1) Antibiotik. Cara pemilihan dan pemberian antibiotic sangat
berbeda-beda setiap institusi
2) Analgetik dan obat untuk memperlancar kerja saluran
pencernaan
a) Supositoria = ketopropen sup 2x/24 jam
b) Oral = tramadol tiap 6 jam atau paracetamol
c) Injeksi = penitidine 90-75 mg diberikan setiap 6 jam bila
perlu

3) Obat-obatan lain
Untuk meningkatkan vitalitas dan keadaan umum penderita dapat
diberikan caboransia seperti neurobian I vit. C
d. Perawatan luka
Kondisi balutan luka dilihat pada 1 hari post operasi, bila basah dan
berdarah harus dibuka dan diganti
e. Perawatan rutin
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan adalah suhu,
tekanan darah, nadi,dan pernafasan.
f. Perawatan payudara
Pemberian ASI dapat dimulai pada hari post operasi jika ibu
memutuskan tidak menyusui, pemasangan pembalut payudara yang
mengencangkan payudara tanpa banyak menimbulkan kompesi,
biasanya mengurangi rasa nyeri.
(Manuaba, 1999)

9
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian fokus
a. Identitas klien dan penanggung jawab
Meliputi nama, umur, pendidikan, suku bangsa, pekerjaan, agama,
alamat, status perkawinan, ruang rawat, nomor medical record,
diagnosa medik, yang mengirim, cara masuk, alasan masuk, keadaan
umum tanda vital.
b. Keluhan utama
c. Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas sebelumnya bagi kien
multipara
d. Data riwayat penyakit
1) Riwayat kesehatan sekarang
Meliputi keluhan atau yang berhubungan dengan gangguan atau
penyakit yang dirasakan saat ini dan keluhan yang dirasakan
setelah klien operasi.
2) Riwayat kesehatan dahulu
Meliputi penyakit lain yang dapat mempengaruhi penyakit
sekarang, maksudnya apakah klien pernah mengalami penyakit
yang sama (plasenta previa)
3) Riwayat kesehatan keluarga
Meliputi penyakit yang diderita klien dan apakah keluarga klien
ada juga mempunyai riwayat persalinan yang sama (plasenta
previa).

e. Pola-pola fungsi kesehatan


1) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Karena kurangnya pengetahuan klien tentang ketuban pecah
dini, dan cara pencegahan, penanganan, dan perawatan serta
kurangnya mrnjaga kebersihan tubuhnya akan menimbulkan
masalah dalam perawatan dirinya

10
2) Pola Nutrisi dan Metabolisme
Pada klien nifas biasanaya terjadi peningkatan nafsu makan
karena dari keinginan untuk menyusui bayinya.
3) Pola aktifitas
Pada klien pos partum klien dapat melakukan aktivitas seperti
biasanya, terbatas pada aktifitas ringan, tidak membutuhkan
tenaga banyak, cepat lelah, pada klien nifas didapatkan
keterbatasan aktivitas karena mengalami kelemahan dan nyeri.
4) Pola eleminasi
Pada klien postpartum sering terjadi adanya perasaan sering /
susah kencing selama masa nifas yang ditimbulkan karena
terjadinya odema, yang menimbulkan infeksi dari uretra
sehingga sering terjadi konstipasi karena penderita takut untuk
melakukan BAB.
5) Istirahat dan tidur
Pada klien nifas terjadi perubagan pada pola istirahat dan tidur
karena adanya kehadiran sang bayi dan nyeri epis setelah
persalinan
6) Pola hubungan dan peran
Peran klien dalam keluarga meliputi hubungan klien dengan
keluarga dan orang lain.
7) Pola mekanisme coping atau stres
Biasanya klien sering melamun dan merasa cemas
8) Pola sensori dan kognitif
Pola sensori klien merasakan nyeri pada prineum akibat luka
jahitan dan nyeri perut akibat involusi uteri (pengecilan uteri
oleh kontraksi uteri), pada pola kognitif klien nifas primipara
terjadi kurangnya pengetahuan merawat bayinya

11
9) Pola persepsi dan konsep diri
Biasanya terjadi kecemasan terhadap keadaan kehamilanya,
lebih-lebih menjelang persalinan dampak psikologis klien
terjadi  perubahan konsep diri antara lain dan body image dan
ideal diri
10) Pola reproduksi dan sosial
Terjadi disfungsi seksual yaitu perubahan dalam hubungan
seksual atau fungsi dari seksual yang tidak adekuat karena
adanya proses persalinan dan nifas.

f. Pemeriksaan Fisik
1) Kepala
Bagaimana bentuk kepala, kebersihan kepala, kontribusi rambut,
warna rambut, ada atau tidak adanya edem, kadang-kadang
terdapat adanya cloasma gravidarum, dan apakah ada benjolan.
2) Mata
Terkadang adanya pembengkakan paka kelopak mata,
konjungtiva, dan kadang-kadang keadaan selaput mata pucat
(anemia) karena proses persalinan yang mengalami perdarahan,
sklera kunuing.
3) Telinga
Biasanya bentuk telinga simetris atau tidak, bagaimana
kebersihanya, adakah cairan yang keluar dari telinga.
4) Hidung
Adanya polip atau tidak dan apabila pada post partum kadang-
kadang ditemukan pernapasan cuping hidung.
5) Leher
Pembesaran kelenjar limfe dan tiroid, adanya abstensi vena
jugularis.
6) Dada dan payudara

12
Bentuk dada simetris, gerakan dada, bunyi jantung apakah ada
bisisng usus atau tiak ada. Terdapat adanya pembesaran
payudara, adanya hiperpigmentasi areola mamae dan papila
mamae
7) Abdomen
Pada klien nifas abdomen kendor kadang-kadang striae masih
terasa nyeri. Fundus uteri 3 jari dibawa pusat.
8) Ginetelia
Pengeluaran darah campur lendir, pengeluaran air ketuban, bila
terdapat pengeluaran mekomium yaitu feses yang dibentuk anak
dalam kandungan menandakan adanya kelainan letak anak.
9) Anus
Kadang-kadang pada klien nifas ada luka pada anus karena
ruptur, adanya hemoroid.
10) Ekstermitas
Pemeriksaan odema untuk melihat kelainan-kelainan karena
membesarnya uterus, karenan preeklamsia atau karena penyakit
jantung atau ginjal.
11) Tanda-tanda vital
Apabila terjadi perdarahan pada pos partum tekanan darah turun,
nadi cepat, pernafasan meningkat, suhu tubuh turun.

2. Diagnosa keperawatan yang sering muncul


a. Nyeri akut berhubungan dengan pelepasan mediator nyeri (histamin,
prostaglandin) akibat trauma jaringan dalam pembedahan (section
caesarea)
b. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri pada abdomen
post operasi SC
c. Resiko infeksi berhubungan dengan perdarahan, luka post operasi
d. Cemas berhubungan dengan koping yang tidak efektif

13
3. Rencana Tindakan
a. Diagnosa : Nyeri akut berhubungan dengan pelepasan mediator nyeri
(histamin, prostaglandin) akibat trauma jaringan dalam pembedahan
(section caesarea)
Tujuan : Klien akan mengungkapkan penurunan nyeri
Kriteria hasil:
- Mengungkapkan nyeri dan tegang di perutnya berkurang
- Skala nyeri 0-1 ( dari 0 – 10 )
- Dapat melakukan tindakan untuk mengurangi nyeri
- Kooperatif dengan tindakan yang dilakukan
- TTV dalam batas normal ; Suhu : 36-37°C, TD : 120/80 mmHg,
RR : 18-20x/menit, Nadi : 80-100 x/menit

Tindakan Rasional
1) Kaji lokasi, sifat dan durasi nyeri, Menandakan ketepatan pilihan
khususnya saat berhubungan tindakan. Klien yang menunggu
dengan indikasi kelahiran sesaris. kelahiran sesaria iminen dapat
mengalami berbagai derajat
ketidaknyamanan, tergantung pada
indikasi terhadap prosedur.

2) Hilangkan factor-faktor yang Tingkat toleransi ansietas adalah


menghasilkan ansietas (mis; individual dan dipengaruhi oleh
kehilangan control), berikan berbagai faktor. Ansietas berlebihan
informasi akurat, dan anjurkan pada respon terhadap situasi darurat
keberadaan pasangan. dapat meningkatkan ketidaknyamanan
karena rasa takut, tegang, dan nyeri
yang saling berhubungan dan merubah
  kemampuan klien untuk mengatasi.
3) Instruksikan teknik relaksasi; Dapat membantu dalam reduksi
posisikan senyaman mungkin. ansietas dan ketegangan dan 14
Gunakan sentuhan terapeutik. meningkatkan kenyamanan.
b. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri pada abdomen
post operasi SC
Tujuan: Dalam 3 x 24 jam gangguan mobilitas fisik teratasi dengan
kriteria hasil klien mampu melakukan aktivitasnya secara mandiri
Tindakan Rasional
1) Kaji tingkat mobilitas dari klien 1) Diharapkan dapat mempermudah
pemberian tindakan pengobatan
selanjutnya
2) Motivasi klien untuk 2) Diharapkan dapat meningkatkan
melakukan mobilitas secara kenyamanan dan ambulasi.
bertahap
3) Pertahankan posisi tubuh yang 3) Dapatkan meningkatkan posisi
tepat fungsional pada tubuh klien.
4) berikandukungan dan bantuan kelu 4) Memampukan keluarga/orang
arga/orang terdekat pada terdekat untuk aktifitas
latihan gerak klien. dalam perawatan klien
perasaan senang dan nyaman pada
klien.

c. Diagnosa keperawatan : Resiko infeksi berhubungan dengan


perdarahan, luka post operasi
Tujuan umum : Sel darah putih, suhu, nadi, tetap dalam batas normal.
Penyembuhan insisi terjadi dengan tujuan pertama ; uterus tetap lembut
dan tidak empuk dan lochia bebas dari bau.

Tindakan Rasional
1) Angkat balutan verban abdomen 1) Memudahkan insisi untuk kering
sesuai indikasi dan meningkatkan penyembuhan
setelah 24 jam pertama menjalani
prosedur pembedahan.
2) Bantu sesuai keperluan dengan 2) Insisi biasanya sudah cukup
mengangkat benang kulit sembuh untuk pengangkatan

15
benang pada 4-5 hari setelah
prosedur pembedahan.
3) Anjurkan klien untuk mandi air 3) Mandi sering diijinkan setelah hari
hangat setiap hari. ke-2 menjalani prosedur kelahiran
caesarea dapat meningkatkan
kebersihan dan dapat merangsang
sirkulasi dan penyembuhan luka

4) Berikan oxytoksin atau preparat 4) Mempertahankan kontraksi


ergometrium, beri infuse oksitoksin miometrial oleh karena menurunya
yang sering dianjurkan secara rutin penyebaran bakteri melalui dinding
untuk 4 jam setelah prosedur uterus, membantu dalam
pembedahan. pengeluaran bekuan dan selaput.

5) Ambil darah vaginal dan kultur 5) Bekterimial lebih sering pada ibu
urine bila infeksi dicurigai. yang mengalami ruptur membrane
untuk 6 jam atau lebih lama dari
pada klien yang mempunyai
membran tetap utuh sebelum
menjalani kelahiran caesarea,
pemasangan kateter tidak tetap,
mempredisposisi klien untuk
kemungkinan infeksi.
6. Berikan infus antibiotik profilaksis. 6) Menurunkan / mengurangi
kemungkinan endometritis post
partum sebagaimana halnya dengan
komplikasi seperti abses insisi atau
trombophlebitis pelvis.

d. Diagnosa : Cemas b/d koping yang tidak efektif.


Tujuan : Cemas berkurang

16
Kriteria hasil Klien akan ;
- Mengungkapkan rasa takut pada keselamat klien dan janin
- Mendiskusikan perasaan tentang kelahiran sesaria
- Tampak benar-benar rileks
- Menggunakan sumber atau sistem pendukung secara efektif
Tindakan Rasional
1) Kaji respons psikologis pada Makin klien merasakan ancaman,
kejadian dan ketersediaan system makin besar tingkat ansietas.
pendukung.
2) Pastikan apakah prosedur Pada kelahiran sesaria yang tidak
direncanakan atau tidak direncanakan, klien/pasangan
direncanakan. biasanya tidak mempunyai waktu
untuk persiapan secara psikologis
maupun fisiologis. Bahkan bila
direncanakan, kelahiran sesaria dapat
membuat ketakutan klien/pasangan
karena ancaman fisik aktual atau
dirasakan pada ibu dan bayi yang
berhubungan dengan prosedur dan
pembedahan itu sendiri.
3) Tetap bersama klien dan tetap Membantu membatasi transmisi
tenang. Bicara perlahan. ansietas interpersonal, dan
Tunjukkan empati. mendemonstrasikan perhatian
terhadap klien/pasangan.
4) Beri penguatan aspek positif dari Memfokuskan pada kemungkinan
ibu dan kondisi janin. keberhasilan hasil akhir dan
membantu membawa ancaman yang
dirasakan / aktual ke dalam
perspektif.

17
5) Dukung/arahkan kembali
mekanisme koping yang Mendukung mekanisme koping dasar
diekspresikan dan otomatik, meningkatkan
kepercayaan diri dan penerimaan, dan
6) Diskusikan pengalaman / harapan menurunkan ansietas
kelahiran anak pada masa lalu, Klien dapat mengalami
bila tepat. penyimpangan memori dari
melahirkan masa lalu atau persepsi
tidak realistis dari abnormalitas
kelahiran sesaria yang akan
7) Berikan masa privasi. Kurangi meningkatkan ansietas.
rangsang lingkungan, seperti
jumlah orang yang ada, sesuai Memungkinkan kesempatan bagi
indikasi keinginan klien. klien/pasangan untuk
menginternalisasi informasi.
Menyusun sumber-sumber, dan
mengatasi dengan efektif 

DAFTAR PUSTAKA

dr. Joshephine Darmawan. 2019. Sectio Caesarea.


https://www.alomedika.com/tindakan-medis/obstetrik-dan-ginekologi/sectio-
caesarea. Diakses pada 17 Juni 2019.

Anggraini. 2008. Asuhan Keperawatan pada Ny. S dengan Post Sectio Caesaria.
Surakarta :
UMS.
Gulardi , Wiknjosastro, Hanifa, 2006, Ilmu Kebidanan, Edisi Ketiga, Jakarta :
YBP-SP.

18
Mansjoer, Arif, 2002, Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta : Media Aesculapius.

Prawirohardjo, Sarwono. 2009. . Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT.Bina Pustaka


Sarwono Prawirohardjo.

Wiknjosastro. 2010. Buku panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan


Neonatal, Edisi 1. Cet. 12. Jakarta : Bina Pustaka.

19

Anda mungkin juga menyukai