Anda di halaman 1dari 15

askep kista ovarium

BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Kista ovarium merupakan salah satu bentuk penyakit repoduksi yang banyak menyerang
wanita.Kista atau tumor merupakan bentuk gangguan yang bisa dikatakan adanya pertumbuhan
sel-sel otot polos pada ovarium yang jinak.
Walaupun demikian tidak menutup kemungkinan untuk menjadi tumor ganas atau
kanker.Perjalanan penyakit yang sillint killer atau secara diam diam menyebabkan banyak wanita
yang tidak menyadari bahwa dirinya sudah terserag kista ovarim dan hanya mengetahui pada
saat kista sudah dapat teraba dari luar atau membesar.
Kista ovarium juga dapat menjadi ganas dan berubah menjadi kanker ovarium.Untuk mengetahui
dan mencegah agar tidak terjadi kanker ovarium maka seharusnya dilakukan pendeteksian dini
kanker ovarium dengan pemeriksaan yang lebih lengkap.Sehigga dengan ini pencegahan
terjadinya keganasan dapat dilakukan
Kista ovarium memiliki jenis dan klasifikasi yang cukup banyak.Tergantung dari mana kista itu
berasal.Untuk lebih lanjutnya akan penulis bahas pada Tinjauan teori
B. Rumusan Masalah
Bagaimana Asuhan Keperawatan Peri Operatif Kistektomy pada Klien Ny. S dengan kista ovari
di IBS PKU Muhammadiyah Gombong.

C. Ruang Lingkup
Asuhan keperawatan pre operatif, intra operatif, dan post operatif dengan tindakan Kistektomy
pada Klien Ny. S dengan kista ovari di ruang OK 2 IBS PKU Muhammadiyah Gombong dengan
pendekatan proses asuhan keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan,
intervensi,implementasi dan evaluasi.
D. Tujuan
1. Tujuan Umum
Menambah pengetahuan dan informasi tentang asuhan keperawatan pada kasus kista ovari
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui tentang definisi, etiologi, anatomi fisiologi, Patofisiologi dari kista ovari
b. Mengetahui tanda dan gejala diagnosa banding, komplikasi, penatalaksanaan dari kista ovari
c. Mengetahui pemeriksaan penunjang, asuhan keperawatan dari pengkajian, diagnosa,
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi keperawatan dari kista ovari
E. Manfaat
a. Bagi Penyusun

Menambah pengetahuan dan wawasan keperawatan, tinjauan pustaka dari kista ovari
b. Bagi Pembaca
Menambah pengetahuan dan informasi secara singkat tentang Tinjauan kepustakaan dan asuhan
keperawatan.
c. Bagi Pendidikan
Menambah referensi dan sumber bacaan secara singkat tentang kista ovari
BAB II
Tinjauan Pustaka
A. Definisi kista ovari
Kista adalah suatu jenis tumor, emyebab pastinya sendiri belum diketahui, diduga seringnya
memakai kesuburan. (Soemadi, 2006)
Kista adalah suatu jenis tumor berupa kantong abnormal yang berisi cairan atau benda seperti
bubur.(Dewa, 2000)
B. Sifat kista
1. Kista Fisiologis
Kista yang bersifat fisiologis lazim terjadi dan itu normal normal saja. Sasuai suklus menstruasi,
di ovarium timbul folikel dan folikelnya berkembang, dan gambaranya seperti kista. Biasanya
kista tersebut berukuran dibawah 5 cm, dapat dideteksi dengan menggunakan pemeriksaan USG,
dan dalam 3 bulan akan hilang. Jadi ,kista yang bersifat fisiologis tidak perlu operasi, karena
tidak berbahaya dan tidak menyebabkan keganasan, tetapi perlu diamati apakah kista tersebut
mengalami pembesaran atau tidak.
Kista yang bersifat fisiologis ini dialami oleh orang di usia reproduksi karena dia masih
mengalami menstruasi. Bila seseorang diperiksa ada kista, jangan takut dulu, karena mungkin
kstanya bersifat fisiologis. Biasanya kista fisiologis tidak menimbuklkan nyeri pada saat haid.
2. Kista Patologis (Kanker Ovarium)
Kista ovarium yang bersifat ganas disebut juga kanker ovarium. Kanker ovarium merupakan
penyebab kematian terbanyak dari semua kanker ginekologi. Angka kematian yang tinggi karena
penyakit ini pada awalnya bersifat tanpa gejala dan tanpa menimbulkan keluhan apabila sudah
terjadi metastasis, sehingga 60-70% pasien dating pada stadium lanjut, penyakit ini disebut juga
sebagai silent killer. Angka kematian penyakit ini di Indonesia belum diketahui dengan pasti.
Pada yang patologis, pembesaran bisa terjadi relative cepat, yang kadang tidak disadari si
penderita. Karena, kista tersebut sering muncul tanpa gejala seperti penyakit umumnya. Itu
sebabnya diagnosa aalnya agak sulit dilakukan. Gejala gejala seperti perut yang agak membuncit
serta bagian bawah perut yang terasa tidak enak biasanya baru dirasakan saat ukuranya sudah
cukup besar. Jika sudah demikian biasanya perlu dilakukan tindakan pengangkatan melalui
proses laparoskopi, sehingga tidak perlu dilakukan pengirisan di bagian perut penderita. Setelah
di angkat pemeriksaan rutin tetap perlu dilakukan untuk mengetahui apakah kista itu akan
muncul kembali atau tidak.
Ada lagi jenis kista abnormal pada ovarium. Jenis ini ada yang bersifat jinak dan ganas. Bersifat
jinak jika bisa berupa spot dan benjolan yang tidak menyebar. Meski jinak kista ini dapat
berubah menjadi ganas. Sayangnya sampai saat ini, belum diketahui dengan pasti penyebab
perubahan sifat tersebut.
Kista ganas yang mengarah ke kanker biasanya bersekat sekat dan dinding sel tebal dan tidak

teratur. Tidak seperti kista fisiologis yang hanya berisi cairan, kista abnormal memperlihatkan
campuran cairan dan jaringan solid dan dapat bersifat ganas.
C. Jenis kista
Jenis kista indung telur meliputi:
1. Kista Fungsional.
Sering tanpa gejala, timbul gejala rasa sakit bila disertai komplikasi seprti terpuntir/ pecah, tetapi
komplikasi ini sangat jarang. Dan sangat jarang pada kedua indung telur. Kista bisa mengecil
dalam waktu 1-3 bilan.
2. Kista Dermoid.
Terjadi karena jaringan dalam telur yang tidak dibuahi kemudian tumbuh menjadi beberapa
jaringan seperti rambut, tulang, lemak. Kista dapat terjadi pada kedua indung telur dan biasanya
tanpa gejala. Timbul gejala rasa sakit bila kista terpuntir/ pecah.
3. Kista Cokelat. (Edometrioma)
Terjadi karena lapisan didalam rahim (yang biasanya terlepas sewaktu haid dan terlihat keluar
dari kemaluan seperti darah); tidak terletak dalam ragim tetapi melekat pada dinding luar indung
telur. Akibat peristiwa ini setiap kali haid, lapisan tersebut menghasilakan darah haid yang akan
terus menerus tertimbun dan menjadi kista. Kista ini bisa 1 pada dua indung telur. Timbul gejala
utama yaitu rasa sakit terutama sewaktu haid/ sexsuale intercourse.
4. Kistadenoma.
Berasal dari pembungkus indung telur yang tumbuh menjadi kista. Kista jenis ini juga dapat
menyerang indung telur kanan dan kiri. Gejala yang timbul biasanya akibat penekanan pada
bagian tubuh sekitar seperti VU sehingga dapat menyebabkan inkontinensia. Jarang terjadi tetapi
mudah menjadi ganas terutama pada usia diatas 45 tahun atau kurang dari 20 tahun.
Contoh Kistadenoma;
a. Kistadenoma ovarii serosum.
Berasal dari epitel germinativum. Bentuk umunya unilokuler, bila multilokuler perlu dicurigai
adanya keganasan. Kista ini dapat membesar, tetapi tidak sebesar kista musinosum.
Gambaran klinis pada kasus ini tidak klasik. Selain teraba massa intraabdominal, dapat timbul
asites. Penatalaksanaan umumnya sama seperti Kistadenoma ovarii musinosum.
b. Kistadenoma ovarii musinosum.
Asal kista belum pasti. Menurut Meyer, kista ini berasal dari teratoma, pendapat lain
mengemukakan kista ini berasal dari epitel germinatifum atau mempunyai asal yang sama
dengan tumor Brener. Bentuk kista multilobuler, biasanya unilatelar dapat tumbuh menjadi
sangat bersar.
Gambaran klinis terdapat perdarahan dalam kista dan perubahan degeneratif sehingga timbul
pelekatan kista dengan omentum, usus dan peritoneum parietal. Selain itu, bisa terjadi ileus
karena perlekatan dan produksi musin yang terus bertambah akibat pseudomiksoma peritonei.
Penatalaksanaan dengan pengangkatan kista tanpa pungsi terlebih dahulu dengan atau tanpa
salpingo ooforektomi tergantung besarnya kista.
D. Etiologi kista
Factor yang menyebabkan gajala kista meliputi;
1. Gaya hidup tidak sehat.
Diantaranya;
a. Konsumsi makanan yang tinggi lemak dan kurang serat
b. Zat tambahan pada makanan
c. Kurang olah raga

d. Merokok dan konsumsi alcohol


e. Terpapar denga polusi dan agen infeksius
f. Sering stress
2. Faktor genetic.
Dalam tubuh kita terdapat gen gen yang berpotensi memicu kanker, yaitu yang disebut
protoonkogen, karena suatu sebab tertentu, misalnya karena makanan yang bersifat karsinogen ,
polusi, atau terpapar zat kimia tertentu atau karena radiasi, protoonkogen ini dapat berubah
menjadi onkogen, yaitu gen pemicu kanker.
E. Manifestasi klinis
Kebanyakan wanita dengan kanker ovarium tidak menimbulakan gejala dalam waktu yang lama.
Gejala umumnya sangat berfariasi dan tidak spesifik.
Pada stadium awal gejalanya dapat berupa;
1. Gangguan haid
2. Jika sudah menekan rectum atau VU mungkin terjadi konstipasi atau sering berkemih.
3. Dapat terjadi peregangan atau penekanan daerah panggul yang menyebabkan nyeri spontan
dan sakit diperut.
4. Nyeri saat bersenggama.
Pada stadium lanjut;
1. Asites
2. Penyebaran ke omentum (lemak perut) serta oran organ di dalam rongga perut (usus dan
hati)
3. Perut membuncit, kembung, mual, gangguan nafsu makan,
4. Gangguan buang air besar dan kecil.
5. Sesak nafas akibat penumpukan cairan di rongga dada.
F. Pemerikasaaan Diagnostik
Deteksi dini
Keterlambatan mendiagnosis kanker ovarium sering terjadi karena letak ovarium berada didalam
rongga panggul sehingga tidak terlihat dari luar. Biasanya kanker ovarium ini di deteksi lewat
pemeriksaan dalam. Bila kistanya sudah membesar maka akan terabab ada benjolan. Jika dokter
menemukan kista, maka selanjutanya akan dilakukan USG untuk memastikan apakah ada tanda
tanda kanker atau tidak.
Kemudian dibutuhkan pemeriksaan lanjutan dengan mengambil jaringan (biopsy) untuk
memastikan kista tersebut jinak atau ganas. Ini bisa dilakukan dengan laparskopi, melalui lubang
kecil di perut. Pemeriksaan lainnya dengan CT Scan dan tumor marker dengan pemeriksaan
darah.
G. Patofisiologi
Ada berbagai penjelasan dan klasifikasi kista coledocal berdasarkan pada lokasi dan anatomi.
Klasifikasi yang paling membantu dibuat oleh Todani yang dimodifikasi dari klasifikasi yang
disusun oleh Alonsolej. Jenis pertama ditandai oleh adanya penggabungan (fusiformis) dilatasi
duktus bilier tempat duktus kista masuk (paling lazim). Kista coledocal dianggap merupakan
gambaran awal dari kelainan sistem bilier pankretikus. Beberapa keadaan yang sering berkaitan
dengan kista coledocal adalah keadaan jungta anomali duktus pankreatikus dan duktus bilier
besar, stenosis duktus bilier bagian distal, dilatasi duktus intra hepatik. Ketidaknormalan
histologi duktus bilier besar dan ketidaknormalan histologi hepar dari normal sampai sirosis
hepatis. Gambaran-gambaran ini terjadi dalam beberapa tahapan dan kombinasi perubahan

anatomi dan malformasi.


BAB III
Tinjauan Kasus
A. PENGKAJIAN
1. Biodata Pasien
a. Nama
: Ny. S
b. Umur
: 36 tahun
c. Alamat
: Grogol penatus, 3/3 petanahan
d. Pendidikan
: SD
e. Pekerjaan
: IRT
f. No Register
: 211988
g. Dx Medis
: kista ovari
h. Tindakan Operasi
: Kistektomy
i. Kamar Op/Tanggal
: Jumat, 23/ 12 /2011, Kamar 2.
2. Biodata Penanggung Jawab
a. Nama
: Tn.S
b. Umur
: 45 tahun
c. Alamat
: Grogol penatus, 3/3 petanahan
d. Pekerjaan
: swasta
e. Pendidikan
: SMP
f. Hubungan dengan pasien
: suami
3. Keluhan utama :
Pasien mengatakan nyeri
4. Riwayat Kesehatan
a. Sekarang :
Pasien Ny. S, 36 th pada hari jumat,23 Des 11 pukul 09.00 wib datang ke Poli Bedah PKU
Muhammadiyah Gombong dengan keluhan nyeri pada perut,dan nyeri saat menstruasi. Saat di
kaji pasien compos mentis, GCS 15, hasil pemeriksaan tanda vital TD 120/70 mmHg, N
76x/menit, RR 20 x/menit, S 360 C. Pengkajian nyeri : P : pasien mengatakan nyeri saat
menstruasi dan berkurang saat tidur, Q: nyeri seperti diremas-remas, R : suprapubic, S : skala
6,T : hilang timbul
b. Dahulu
:
Pasien sebelumnya belum pernah mengalami kista dan hanya masuk angin dan berobat di
puskesmas dan belum pernah dioperasi.
c. Keluarga
:
Keluarga pasien saat ini tidak ada yang mengalami penyakit seperti pasien, dan pasien tidak
mempunyai penyakit keturunan seperti DM, Hipertensi dll.
5. Status Kesehatan
:
1) Kesadaran
: Compos Metis
2) Vital Sign
: TD : 120/70 mmHg
RR : 22 x/menit
N : 76x/menit
S : 36 0 C
3) Head to Toe

a) Kepala : mesochepal, tidak ada lesi, tidak ada hematoma, tidak ada nyeri tekan
b) Rambut : warna hitam, tampak kusut, tidak ada kebotakan
c) Mata : pengelihatan normal, diameter pupil 3, sclera an ikterik, konjungtiva anemis, pupil
isokor
d) Hidung : bentuk simertis, tidak ada perdarahan, tidak ada secret
e) Telinga : bentuk normal, pendengaran normal, tidak ada secret,
tidak ada perdarahan
f) Mulut dan gigi : mukosa kering, mulut dan gigi bersih
i. Leher : tidak ada pembesaran tyroid, nadi karotis teraba, tidak ada pembesaran limfoid
g) Thorax :
Pemeriksaan Jantung Paru- paru
Inspeksi Tidak ada pembesaran , tidak ada bekas luka Frekuensi nafas tidak teratur, tidak ada
retraksi dinding dada, tidak ada jejas
Palpasi Tidak ada pembersaran, tidak ada benjolan Tidak ada pembersaran, tidak ada
benjolan
Perkusi Bunyi redup Bunyi redup
Auskultasi Bunyi S1 S2 normal Bunyi vesikuler
h) Abdomen
:
P : pasien mengatakan nyeri saat menstruasi dan berkurang saat tidur, Q: nyeri seperti diremasremas, R : suprapubic, S : skala 6,T : hilang timbul
I : bentuk simetris, tidak ada benjolan, tidak ada bekas
luka
A : bising usus 6 x/menit,
P : suara timpani
P : tidak ada pembesaran hati,ada nyeri tekan
i)

Genitalia

: Genitalia normal, urin tidak ada darah, urine berwarna kuning jernih.

j)

Eksteremitas : kekuatan otot


5
5
5
5
Refleks pasien : baik, ROM : sebagian, Akral hangat, tidak ada edema
4) Pencukuran daerah operasi : Sudah
5) Kompres daerah operasi dengan kassa alcohol : Sudah
6) Pengosongan lambung : sudah
7) Pengosongan kandung kemih : sudah
8) Baju operasi
: Sudah
6. Pola fungsional ( Virginia Handerson)
a) Pola oksigenasi
Sebelum sakit : pasien bernafas secara normal, tidak pernah sesak nafas
Saat dikaji : pasien sesak nafas, tidak sesak RR 20x/ menit
b) Pola nutrisi
Sebelum sakit : pasien makan 3x sehari ( nasi, sayur, dan lauk ) minum 6-8 gelas/hari,
Saat dikaji
: pasien sudah makan dirumah 3x sehari
c) Pola eliminasi

Sebelum sakit : pasien BAK 4-6x/hari dan BAB 1x/hari


Saat dikaji
: pasien BAK belum, BAB belum
d) Pola aktivitas/ bekerja
Sebelum sakit : pasien melakukan aktivitas secara mandiri
Saat dikaji
: aktivitas pasien dibantu oleh keluarga karena pasien merasa kesakitan
e) Pola istirahat
Sebelum sakit : pasien istirahat/ tidur 8-10 jam/hari, pasien tidak
mengalami gangguan tidur
Saat dikaji
: pasien istirahat/ tidur 7-8 jam/hari, pasien
mengalami gangguan tidur karena menahan nyeri
f) Pola suhu
Sebelum sakit : pasien tidak pernah demam (suhu normal)
Saat dikaji
: suhu pasien 360C
g) Pola gerak dan keseimbangan
Sebelum sakit : pasien dapat melakukan gerak bebas sesuai keinginannya
Saat dikaji : pasien dapat melakukan gerak bebas sesuai keinginannya
h) Pola berpakaian
Sebelum sakit : pasien dapat mengenakan pakaiannya secara mandiri dan memakai pakaian
kesayangannya
Saat dikaji : pasien menggunakan baju operasi tanpa bantuan
i) Pola personal hygine
Sebelum sakit : pasien biasa mandi 2xsehari dengan air bersih dan sabun, mandi tanpa bantuan
keluarganya
Saat dikaji
: pasien mandi dengan cara diseka dan dibantu keluarganya
j) Pola komunikasi
Sebelum sakit : pasien berkomunikasi dengan lancar, memakai bahasa
daerah
Saat dikaji
: pasien berkomunikasi dengan lancar, memakai bahasa
daerah
k) Pola spiritual
Sebelum sakit : pasien beribadah sesuai agamanya
Saat dikaji
: pasien beribadah sesuai kemampuannya
l) Pola aman & nyaman
Sebelum sakit : pasien merasa aman dan nyaman hidup bersama keluarga
Saat dikaji
: pasien merasa gelisah karena akan dilakukan operasi
m) Pola rekreasi
Sebelum sakit : pasien kadang-kadang berekreasi ke tempat-tempat wisata
Saat dikaji
: pasien tidak dapat berekreasi
n) Pola belajar
Sebelum sakit : pasien tidak mengetahui penyakit yang dideritanya
Saat dikaji : pasien tidak mengetahui penyakit yang dideritanya
7. PERSIAPAN PENUNJANG
USG : Gambaran kista coklat
Lab : tanggal 23- 12- 2011 jam 12.18 wib
Hematologi Hasil Satuan Normal

Leukosit 8.01 10^3/uL 4.8 10.8


Eritrosit 4.27 10^6/uL 4.7 6.10
Hemoglobin 10.4 9/dL 14.0 18.0
Hematokrit 33.0 % 42.0 52.0
MCV 77.3 fL 79.0 99.0
MCH 24.4 Pg 27.0 31.0
MCHC 31.5 g/dL 330 37.0
Trombosit 426 10^3/uL 150 450
CT
: 4 menit
BT
: 2 menit
Gol Darah : O
HbsAg : negatif
GDS : 109 mg/dl
8. INFORM CONSENT
: Sudah
9. TERAPI
: B. PRE OPERASI
a. Pengkajian
1) Pasien mengatakan nyeri pada perut
2) P : pasien mengatakan nyeri saat menstruasi dan berkurang saat tidur, Q: nyeri seperti
diremas-remas, R : suprapubic, S : skala 6,T : hilang timbul
3) Pasien mengatakan takut karena belum pernah dilakukan operasi sebelumnya
b. Analisa Data Pre Operasi :
No Hari/tanggal Data focus Etiologi Masalah kep.
1. Jumat, 23 Des 2011
DS : Pasien mengatakan nyeri
P : pasien mengatakan nyeri saat menstruasi dan berkurang saat tidur, Q: nyeri seperti diremasremas, R : suprapubic, S : skala 6,T : hilang timbul
DO :
Td : 120/70 mmHg
N : 76x/menit
Pasien tampak menahan nyeri Agen cedera biologis : kista ovari Nyeri akut
2 Jumat, 23 Des 2011
DS : Pasien mengatakan takut karena belum pernah dilakukan operasi sebelumnya
DO :
Pasien tampak gelisah
TD : 120/70 mmHg
N : 76x/menit Perubahan status kesehatan Ansietas
c. Rumusan Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri akut b.d agen cedera biologis : Kista ovari
2) Ansietas b.d perubahan status kesehatan
d. Rencana Pre Operasi
No Masalah keperawatan NOC NIC
1 Nyeri akut b.d agen cedera biologis : kista ovari

Setelah dilakukan tindakan selama di ruang Pre diharapkan masalah Nyeri akut dapat teratasi
dengan kriteria :
Indikator Awal tujuan
Skala 6 4
Expresi wajah Menahan nyeri Relax
a. Observasi P,Q,R,S,T
b. Observasi TTV
c. Atur posisi pasien semi fowler di ruang persiapan op
d. Ajarkan teknik relaksasi-distraksi : nafas dalam
e. Berikan antiemetik, analgetik jika diperlukan
2 Ansietas b.d Kurang informasi Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama di ruang
Pre, masalah keperawatan diharapkan teratasi Ansietas indicator :
Indikator Awal tujuan
Kesiapan
Belum siap Siap operasi
Wajah Gelisah tenang
a.

Gali penyebab kecemasan


b. Berikan kesempatan pasien untuk mengungkapkan perasaannya
c. Berikan informasi tentang penyakit yang diderita klien
d. Berikan prosedur tindakan yang akan dilakukan
e. Motivasi klien
a. Pelaksanaan dan Evaluasi Pre Operasi
No Dx Hari/ tanggal Implementasi Evaluasi ( SOAP )
1 Jumat, 23 Des 2011 a. Mengobservasi P,Q,R,S,T
b. Mengobservasi TTV
c. mengatur posisi pasien semi fowler di ruang persiapan op
d. Mengajarkan teknik relaksasi-distraksi : nafas dalam
e. Memberikan antiemetik, analgetik sesuai program
Subjektif : pasien mengatakan nyeri berkurang
P : nyeri berkurang saat nafas dalam
Q : nyeri seperti diremas-remas
R : suprapubic
S : skala 6
T : hilang timbul
Objektif :
TD : 120/70 mmHg
N : 80x/menit
Assessment : masalah belum teratasi
Panning : lanjutkan intervensi
2 Jumat, 23 Des 2011 a. Menggali penyebab kecemasan
b. Memberikan kesempatan pasien untuk mengungkapkan perasaannya
c. Memberikan informasi tentang penyakit yang diderita klien
d. Memberikan prosedur tindakan yang akan dilakukan

e. Memotivasi klien Subjektif :


pasien mengatakan mengerti tentang penyakitnya setelah dijelaskan oleh perawat
Pasien mengatakan siap menghadapi operasi
Objektif :
Pasien tampak tenang
Assessment : masalah teratasi
Panning : lanjutkan intervensi
C. ASKEP INTRA OPERASI
1. Pengkajian
Terdapat luka insisi 5 cm di area operasi
Urine output 50 cc
TD : 110/70 mmHg
N : 80x/menit
2. Analisa Data Intra Operasi
No Hari/ Tanggal Data Fokus
Etiologi Masalah Keperawatan
1 Jumat, 23 Des 2011 DS : DO :Terdapat luka insisi 5cm di area operasi
Urine output 50 cc
TD : 110/70 mmHg
N : 80x/menit
Luka insisi Resti perdarahan
3. Rumusan diagnosa keperawatan :
a. Resti Perdarahan b.d luka insisi
4. Perencanaan Intra Operasi
No Diagnosa Keperawatan NOC NIC
1 Resti Perdarahan b.d luka insisi
Setelah dilakukan perawatan operasi diruang Operasi masalah Resti perdarahan dapat
teratasi. Dengan kriteria:
Tidak terdapat perdarahan
Urine output normal ( 50 cc)
a. Kaji Kesadaran pasien
b. Kaji TTV
c. Pantau status cairan input dan output
d. Kolaborasi berikan obat anti perdarahan (jika di perlukan)
5. Pelaksanaan dan Evaluasi Operasi
No Dx Hari/ tanggal Implementasi Evaluasi ( SOAP )
1 Jumat, 26 Des 2011 a. mengkaji Kesadaran pasien
b. mengkaji TTV
c. memantau status cairan input dan output
Subjektif : Objektif :
Kesadaran pasien : compos mentis
TD : 110/60 mmHg

N : 78x/menit
RR : 20x/menit
S : 360 C
Cairan input RL 500 cc
Urine output : 50 cc
Perdarahan : 300 cc
Assessment : masalah teratasi
Panning : lanjutkan intervensi
D. LAPORAN INTRA OPERASI
1. Persiapan Pasien
:
Posisi pasien
: Supinasi
TD
: 120/70 mmHg
Nadi
: 80X/menit
RR
:20x/menit
Suhu
: 36 0 C
Anestesi
: Regional Anestesi (spinal)
2. Persiapan Alat
:
a. Persiapan instrument
Basic set Jml Alat tambahan Jml
Gunting kasa 1 Jas operasi 4
Gunting jaringan 1 Handschoen 4
Klem arteri 10 Duk besar 3
Pinset anatomis (besar dan kecil) 2 Duk lubang 1
Pinset cirurgis (besar dan kecil) 2 Canul suction 1
Kocher 4 Selang suction 1
Duk klem 6 Kassa 6
Nail holder
Cutter 1
Scuple (no 3 dan 4) 2 Bisturi no.22 1
Bengkok 2 Benang : plain2/0, chromic 0, cide 2/0, chromic 3/0, side 3/0
2 Big hak 2
Klem ovarium 2
Klem arteri 2
Big kassa 1
Elis 4

b. Proses Operasi
No Tindakan Alat yang disiapkan
1 Atur posisi pasien supine
2 Desinfeksi Kom, betadin, alcohol, klem, kassa
3 Drapping
Duk besar, duk kecil, duk klem
4 insisi kulit otot Pisau, klem, pinset sirurgis, kassa
5 Menghentikan perdarahan Cuter dan klem arteri
6 Insisi peritoneum Gunting, pinset sirurgis.
7. Memperluas pandang area operasi Big hak (2)
8. Mengangkat / memotong kista Gunting jaringan, pinset, klem arteri
9. Menjahit pangkal kista Cromic no.1
10. Menjahit peritoneum dengan jahitan jelujur dan untuk mencegah usus terkena jarum
fuder, pinset sirurgis, referdin, plain 2/0
11. Menjahit otot Plan 2/0
12. Menjahit fasia Polisob 1
13. Menjahit subcutis Plan 2/0
14. Menjahit kulit dengan jahitan matras Cide 2/0
15. Perawatan luka dan fiksasi Kassa betadin dan plester
E. ASUHAN KEPERAWATAN POST OPERASI
1. Jenis anestesi : Regional (spinal) Anestesi
2. Pemeriksaan Bromage
No. Kriteria Nilai Normal Masuk Keluar
1. Gerakan penuh di tungkai 0 1 1
2. Tidak mampu ekstensi tungkai 1 1 2
3. Tidak mampu fleksi lutut 2 1 2
4. Tidak mampu fleksi pergelangan kaki 3 0 1
Nilai masuk 3, nilai keluar 6.
3. Pengkajian
TD : 110/60 mmHg
N : 78x/menit
S : 360 C
RR : 20x/menit
Pasien mengatakan sedikit mual
Pasien tampak menahan mual
4. Analisa Data Post Operasi
No Hari/ Tanggal Data Fokus Etiologi Masalah Keperawatan

Nail

1 jumat, 23 Des 2011 DS :


Pasien mengatakan sedikit mual
DO :
Pasien tampak menahan mual

anestesi pasca operasi

mual

5. Rumusan Diagnosa Keperawatan Post Operasi


a. Mual b.d anestesi pasca operasi
6. Rencana keperawatan Post Operasi
No Diagnosa Keperawatan NOC NIC
1 Mual b.d anestesi pasca operasi
Setelah dilakukan perawatan post operasi diruang RR masalah mual dapat teratasi.
Kriteria hasil :
Tidak terdapat mata cekung
Tidak terjadi rasa haus yang tidak normal
Membrane mukosa lembap
Pasien melaporkan terbebas dari mual a. Pantau gejala subyektif mual pada pasien
b. Ajarkan kepada pasien menelan secara sadar atau nafas dalam untuk menekan reflex muntah.
c. Ajarkan untuk makan secara berlahan
d. Naikan bagian kepala tempat tidur atau letakan pada posisi lateral untuk mencegah aspirasi
e. Pindahkan segera benda-benda yang menimbulkan bau
f. Berikan perawatan mulut setelah terjadi muntah
g. Pertahankan kebersihan diri dan tempat tidur ketika terjadi muntah

7. Pelaksanaan dan Evaluasi Post Operasi


No Dx Hari/ tanggal Implementasi Evaluasi ( SOAP )
1 Jumat, 23 Des 2011 Memantau gejala subyektif mual pada pasien
Mengajarkan kepada pasien menelan secara sadar atau nafas dalam untuk menekan reflex
muntah
Menaikan bagian kepala tempat tidur atau letakan pada posisi lateral untuk mencegah aspirasi
Mengajarkan untuk makan secara berlahan
Memindahkan segera benda-benda yang menimbulkan bau
Memberikan perawatan mulut setelah terjadi muntah
Mempertahankan kebersihan diri dan tempat tidur ketika terjadi muntah
Subyektif : pasien mengatakan rasa mualnya sudah sedikit berkurang
Obyektif
:
-Tidak terdapat mata cekung
-Tidak terjadi rasa haus yang tidak normal
-Membrane mukosa lembab
-Pasien melaporkan terbebas dari mual
Assessment : Masalah mual sudah teratasi sebagian
Planning

: Lanjutkan dan modifikasi intervensi

BAB IV
PEMBAHASAN
Dalam bab ini tim penulis akan membahasnya sesuai dengan asuhan keperawatan yang sudah
diterapkan meliputi pengkajian, diagnosa, inervensi, implementasi dan evaluasi keperawatan.
A. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal untuk melakukan suatu keperawatan yang berguna untuk
mengumpulkan data sebagai dasar untuk mengetahui kebutuhan klien sehingga dapat
menentukan asuhan keperawatan yang akan dilakukan. Dalam pengumpulan data tim penulis
menggunakan metode wawancara atau Tanya jawab dengan keluarga pasien dan klien serta
observasi dengan menggunakan pemeriksaan fisik dan menggunakan studi dokumentasi pada
status pasien.
Selama melakukan pengkajian tim penulis banyak menemui kesulitan, hal ini dikarenakan
penulis dihadapkan pada satu kasus yang memiliki keterbatasan informasi berkaitan dengan
penyakit yang di derita pasien. Pada pemerikasaan fisik, tim penulis menemukan indikasi khas
yang sesuai dengan teoritis yaitu : nyeri pada saat haid
B. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan tinjauan pustaka asuhan keperawatan pada kasus kista ovari tim penulis
mendapat hasil diagnosa keperawatan yaitu :
1) Nyeri akut b.d agen cedera biologis : akista ovari
2) Ansietas b.d perubahan status kesehatan
3) Resti perdarahan b.d luka insisi
4) Mual b.d efek anestesi
C. Intervensi Keperawatan
Dalam menyusun rencana tindakan keperawatan untuk mencapai tujuan sesuai dengan
kriterianya, maka tim penulis membuat rencana berdasarkan acuan pada tinjauan teoritis yang
ada pada tinjauan pustaka, rencana tindakan di buat selama proses pembedahan dari mulai pasien
masuk ke ruang induksi sampai pasien keluar dari ruang RR. Dari 4 diagnosa ini intervensi dapat
diterapkan pada kasus karena berkat kerjasama yang baik antara perawat, keluarga, dan klien.
Dalam menyusun tindakan yang akan dilakukan ini disesuaikan dengan diagnosa yang
ditemukan sehingga mendapatkan tujuan yang diinginkan.
D. Implementasi dan Evaluasi
Implementasi dilakukan berdasarkan diagnosa dan rencana keperawatan dan sekaligus dilakukan
evaluasi tindakan
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Kista adalah suatu jenis tumor, emyebab pastinya sendiri belum diketahui, diduga seringnya

memakai kesuburan. (Soemadi, 2006)


Dari kasus Ny. S dapat disimpulkan bahwa kasus kista ovari terdapat manifestasi klinis yang
jelas yaitu adanya nyeri pada saat haid di abdomen suprapubic dengan pemeriksaan penunjang
lab, USG dll untuk memastikan diagnosa kista ovari
B. SARAN
1. Sebaiknya pasien dibantu keluarga dalam melakukan aktivitas pasca operasi.
2. Sebaiknya pasien miring kiri untuk menghindari muntah dan aspirasi.
3. Sebaiknya pasien mengkonsumsi nutrisi tinggi protein untuk mempercepat penyembuhan
luka
DAFTAR PUSTAKA
1.

Doenges, Marilynn E. (1993). Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta. EGC

2. Price, SA, Wilson,LM. (1994). Patofisiologi Proses-Proses Penyakit, Buku Pertama. Edisi 4.
Jakarta. EGC
3. Smeltzer, Bare (1997). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Brunner & suddart. Edisi 8.
Volume 2. Jakarta, EGC
4.

Swearingen. (1996). Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 2. K\Jakarta. EGC

Anda mungkin juga menyukai