Dosen Pengampu
Ns. Yepni Nensi, S.Kep.,M.Kep
Oleh :
Triyola Febriani, A.Md. Kep
TAHUN 2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya
sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah ini dengan judul “Konsep Teori Asuhan
Keperawatan dengan Abortus”. Sholawat serta salam tetap tercurakan kepada junjungan Nabi
besar Muhammad SAW sehingga penulis mendapat kemudahan dalam menyelesaikan
Makalah ini.
Penulis menyadari betul bahwa Makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak kesalahan yang perlu di koreksi dan di perbaiki .
Oleh karena itu kritik dan saran sangat di harapkan untuk perbaikan di kemudian hari.
Harapan penulis semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan semoga Allah
SWT selalu memberikan rahmatdan Hidayah- Nya. Amin.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
BAB II TINJAUAN TEORI
1. Pengertian
2. Klasifikasi
3. Etiologi
4. Manifestasi Klinis
5. Pemeriksaan Penunjang
6. Patofisiolgi
7. Komplikasi
8. Konsep Asuhan Keperawatan
A. Latar Belakang
Salah satu komplikasi terbanyak pada kehamilan ialah terjadinya perdarahan.
Perdarahan dapat terjadi pada setiap usia kehamilan. Pada kehamilan muda sering
dikaitkan dengan kejadian abortus, misscarriage, early pregnancy loss. Perdarahan
yang terjadi pada umur kehamilan yang lebih tua terutama setelah melewati trimester
III disebut perdarahan antepartum. Perdarahan pada kehamilan muda dikenal
beberapa istilah sesuai dengan pertimbangan masing-masing, tetapi setiap kali kita
melihat terjadinya perdarahan pada kehamilan kita harus selalu berfikir tentang
akibat dari perdarahan ini yang menyebabkan kegagalan kelangsungan kehamilan itu
sendiri. Dikenal beberapa batasan tentang peristiwa yang ditandai dengan perdarahan
pada kehamilan muda, salah satunya adalah abortus.
Abortus merupakan ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin
dapat hidup diluar kandungan. Sebagai batasan ialah kehamilan kurang dari 20
minggu atau berat janin kurang dari 500 gram. Angka kejadian abortus sukar
ditentukan karena abortus provokatus banyak yang tidak dilaporkan, kecuali bila
sudah terjadi komplikasi. Sementara itu, dari kejadian yang diketahui 15-20%
merupakan abortus spontan atau kehamilan ektopik. Sekitar 5% dari pasangan yang
mencoba hamil akan mengalami keguguran 2 kali yang berurutan, dan sekitar 1%
dari pasangan mengalami 3 atau lebih keguguran berurutan. Rata-rata terjadi 114
kasus abortus per jam. Sebagian besar studi menyatakan kejadian abortus spontan
antara 15-20% dari semua kehamilan. Kalau dikaji lebih jauh kejadian abortus
sebenarnya bisa mendekati 50%. Abortus disebabkan oleh beberapa faktor baik dari
ibu maupun dari janin, oleh sebab itu kita sebagai tenaga kesehatan harus
memberikan wawasan dan HE pada ibu hamil untuk selalu memeriksakan
kehamilannya dan waspada terhadap komplikasi yang terjadi.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang dia atas, maka rumusan masalah dalam studi kasus
ini adalah bagaimana Konsep Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Abortus
C. Tujuan
Tujuan Umum
Memberikan gambaran atau pengalaman nyata dalam memberikan Asuhan
Keperawatan Pada pasien dengan Abortus
Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian analisa data dan perumusan diagnosa pada
pasien Abortus
b. Mampu menetapkan rencana Asuhan Keperawatan (intervensi keperawatan)
pada pasien dengan Abortus
c. Mampu melakukan implementasi keperawatan pada pasien Abortus
d. Mampu melakukan evaluasi keperawatan pada pasien dengan Abortus
e. Mampu mendokumentasikan Asuahan Keperawatan pada pasien Abortus
D. Manfaat
a. Manfaat Bagi Penulis
Hasil dari makalah ini diharapkan penulis dapat mengaplikasikan pengetahuan
yang didapat dari pengalaman nyata dalam memberikan asuhan keperawatan
pada pasien Abortus serta dpat meningkatkan wawasan dan keterampilan
khususnya bagaimana merawat pasien dengan Abortus
b. Manfaat Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan
Hasil dari pembelajaran teoritis ini diharapakan dapat memberikan informasi
tambahan bagi perkembangan keperawatan maternitas dan sebagai acuan
untuk meningkatkaan pengetahuan dan pemahaman tentang Asuhan
Keperawatan pada pasien abortus.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Abortus (keguguran) merupakan pengeluaran hasil konsepei sebelum janin
dapat hidup diluar kandungan yang menurut para ahli sebelum usia 16 minggu dan 28
minggu dan memiliki BB 400-1000 gram, tetapi jika terdapat fetus hidup dibawah
400 gram itu diamggap keajaiban karena semakin tinggi BB anak waktu lahir makin
besar kemungkinan untuk dapat hidup terus (Sofian dalam Nurarif dan Kusuma,
2015)
Definisi abortus menurut WHO adalah penghentian kehamilan sebelum janin
berusia 20 minggu karena secara medis janin tidak bisa bertahan di luar kandungan.
Sebaliknya bila penghentian kehamilan dilakukan saat janin sudah berusia berusia di
atas 20 minggu maka hal tersebut adalah infanticide atau pembunuhan janin.
B. Klasifikasi
Menurut Mitayani, 2013
Berdasarkan kejaadiannya dapat dibagi atas dua kelompok:
1. Aborsi spontan
Terjadi dengan tidak didahului faktor-faktor meknis ataupun medisnalis, semata-
mata disebabkan oleh faktor-faktor alamiah.
Klasifikasi abortus spontan:
a. Abortus iminens
Pada abortus ini terlihat perdarahan per vaginam. Pada 50% kasus,
perdarahan tersebut hanya sedikit berhenti setelah berlangsung beberapa hari,
dan kehamilan berlangsung secara normal. Meskipun demikian, wanita yang
mengalaminya mungkin tetap merasa khawatir akan akibat perdarahan pada
bayi. Biasanya kekhawatirannya akan dapat diatasi dengan menjelaskan kalau
janin mengalami gangguan, maka kehamilannya tidak akan berlanjut: upaya
perawatn untuk meminta dokter membantu menenteramkan kekhawatiran
pasien merupakan tindakan yang bijaksana. Terapi yang dianjurkan pada
abortus iminens adalah tirah baring dan penggunaan sedatif selama paling
sedikit 48 jamdengan observasi cermat terhadap warna dan jenis drah/jaringan
yang keluar dari dalam vagina. Preparat enema dan laksatif idak boleh
diberikan. Pemeriksaan USG terhadap isi uterus dikerjakan pada stadium ini
dan kemudian bisa diulangi lagi 2 minggu kemudian. Pasangan suami-istri
dianjurkan untuk tidak senggama selama periode ini.
b. Abortus insipiens
Abortus ini ditandai oleh kehilangan darah sedang hingga berat,kontraksi
uterus yang menyebabkan nyeri kram pada abdomen bagian bawah dan dilatasi
serviks.
Jika abortus tidak terjadi dalam waktu 24 jam, uterus harus dikosongkan
dengan menggunakan forseps ovum, alat kuret dan kanula pengisap; semua
bahan yang dikirim untuk pemeriksaan histologi. Antibiotik sering diberikan
pada stadium ini.
c. Abortus kompletus
Abortus ini terjadi kalau semua produk oembuahan seperti janin, selaput
ketuban dan plasenta sudah keluar. Perdarahan dan rasa nyeri kemudian akan
berhenti, serviks menutup dan uterus mengalami involusi.
d. Abortus inkompletus
Abortus ini berkaitan dengan retensi sebagian produk pembuahan (hampir
selalu plasenta) yang tidak begitu mudah terlepas pada kehamilan dini seperti
halnya pada kehamilan aterm. Dalam keadaan ini, perdarahan tidak segera
berkurang sementara serviks tetap terbuka.
Terapi asuhan keperawatan dan observasi pada abortus ini dilakukan sama
seperti pada abortus insipiens. Namun demikian, evakuasi uterus harus segers
dilakukan setelah diagnosis ditegakkan untuk mencegah perdarahan lebih
lanjut. Perhatian khusus diberikan pada higiene vulva. Pada sebagian kasus,
supresi laktasi mungkin diperlukan. Preparat gamaglobulin anti-D diberikan
pada wanita dengan Rh-negatif.
e. Missed abortion
Abortus ini terjadi kalau sesudah mengalami abortus iminens, perdarahan
per vaginam berhenti namun produk pembuahan meninggal dan tetap berada
dalam rahim. Tanda-tanda kehamilan berkurang, yaitu: payudara menjadi lebih
kecil dan lebih lunak, pertumbuhan uterus terhenti, dan wanita tersebut tidak
lagi ‘merasa’ hamil. Sesudah beberapa minggu, sekret kecoklatan dapat terlihat
keluar dari dalam vagina dan tanda-tanda eksternal kehamilan menghilang.
Hipofibrinogenemia dapat terjadi. Bekuan darah dari perdarahan plasennta
kadang-kadang memenuhi uterus untuk membentuk mola karneosa. Evakuasi
spontan akhirnya terjadi pada sekitar usia kehamilan 18 minggu dan sebagian
dokter beranggapan bahwa tindakan yang lebih aman adalah menunggu
evakuasi spontan. Namun demikian, wanita meminta dokter untuk
mengeluarkannya secepat mungkin setelah menyadari bahwa bayinya sudah
meninggal. Keadaan ini memberikan situasi yang sangat sulit.
E. Pemeriksaan penunjang
1. Tes kehamilan dengan hasil positif bila janin masih hidup, bahkan 2-3 minggu
stelah kehamilan.
2. Pemeriksaan doppler atau USG untuk menentukan apakah janin masih hidup
3. Pemeriksaan kadar fibrinogen darah pada missed abortion
F. Patofisiologi
Pada awal abortus terjadi dalam desidua basalis, diikuti nekrosis jaringan yang
menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda asing dalam uterus.
Sehingga menyebabkan uterus berkonsentrasi untuk mengeluarkan benda asing
tersebut. Apabila pada kehamilan kurang dari 8 minggu, nilai khorialis belum
menembus desidua serta mendalam sehingga hasil konsempsi dapat dikeluarkan
seluruhnya. Apabila kehamilan 8 sampai 4 minggu villi khorialis sudah menembus
terlalu dalam sehingga plasenta tidak dapat dilepaskan sempurna dan menimbulkan
banyak pendarahdan daripada plasenta. Perdarahan tidak banyak jika plasenta tidak
lengkap. Peristiwa ini menyerupai persalinan dalam bentuk miniature.
Hasil konsepsi pada abortus dapat dikeluarkan dalam berbagai bentuk,
adakalanya kantung amnion kosong atau tampak didalamnya benda kecil tanpa bentuk
yang jelas (missed aborted). Apabila mudigah yang mati tidak dikelurakan dalam
waktu singkat, maka ia dapat diliputi oleh lapisan bekuan darah. Ini uterus
dinamakan mola krenta. Bentuk ini menjadi mola karnosa apabila pigmen darah telah
diserap dalam sisinya terjadi organisasi, sehingga semuanya tampak seperti daging.
Bentuk lain adalah mola tuberose dalam hal ini amnion tampak berbenjol-benjol
karena terjadi hematoma antara amnion dan khorion.
Pada janin yang telah meninggal dan tidak dikeluarkan dapat terjadi proses
modifikasi janin mengering dan karena cairan amnion menjadi kurang oleh sebab
diserap. Ia menjadi agak gepeng (fetus kompresus). Dalam tingkat lebih lanjut ia
menjadi tipis seperti kertas pigmenperkamen.
Kemungkinan lain pada janin mati yang tidak lekas dikeluarkan ialah
terjadinya maserasi, kulterklapas, tengkorak menjadi lembek, perut membesar karena
terasa cairan dan seluruh janin berwarna kemerah-merahan.
G. Pathway
Intoleransi aktivitas
Ab. Imminens Ab. Medisnalis
Ab. Insipiens Ab. Kriminalis
Ab. Inkompletus Gangguan rasa
Ab. Kompletus nyaman
Missed Abortion
Nyeri abdomen
Penurunan syaraf
oblongata Nyeri Invasi bakteri
Gangguan pemenuhan
ADL
Sumber : Nurarif Amin Huda. Kusuma Hardhi, 2015. Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan NANDA NIC-NOC jilid 1. Jogjakarta: Mediaction
H. Komplikasi Abortus (Farrer, Hellen, 2009)
1. Perdarahan (Hemorrage)
2. Perforasi sering terjadi di waktu dilatasi dan kuretase yang dilakukan oleh tenaga
yang tidak ahli seperti dukun anak, dll
3. Infeksi dan tetanus
4. Payah ginjal akut
5. Syok karena perdarahan banyak dan infeksi berat (sepsis)
2. Diagnosa keperawatan
(SDKI DPP PPNI. 2017 Edisi 1)
a. Kekurangan volume cairan b/d perdarahan
b. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan, penurunan sirkulasi
c. Resiko infeksi b/d tidak adekuatnya pertahanan sekunder
3. Intervensi
4. Implementasi
Melakukan tindakan asuhan keperawatan yang sesuai dengan intervensi yang
telah disusun.
5. Evaluasi
Evaluai terhadap masalah nyeri dan gangguan pola tidur dengan menilai hilangnya
nyeri dan pola tidur.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Abortus merupakan ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin
dapat hidup diluar kandungan. Sebagai batasan ialah kehamilan kurang dari 20
minggu atau berat janin kurang dari 500 gram. Adapun berbagai macam penenyebab
abortus yaitu, kelainan hasil konsepsi, kelainan plasenta, faktor maternal, kelainan
traktus genitalia, trauma, faktor-faktor hormonal, sebab-sebab psikosomatik, sebab
dari janin, dan lain-lain
Aborsi secara umum dibagi atas aborsi spontan & aborsi provokatus (buatan).
Aborsi provokatus (buatan) secara aspek hukum dapat golongkan menjadi dua, yaitu
aborsi provokatus terapetikus (buatan legal) & aborsi provokatus kriminalis (buatan
ilegal). Dalam perundang-undangan Indonesia, pengaturan tentang aborsi terdapat
dalam dua undang-undang yaitu KUHP & UU Kesehatan. Dalam KUHP & UU
Kesehatan diatur ancaman hukuman melakukan aborsi (pengguguran kandungan,
tidak disebutkan soal jenis aborsinya), sedangkan aborsi buatan legal (terapetikus
atau medisinalis), diatur dalam UU Kesehatan.
Jika seorang wanita yang tengah mengandung mengalami kesulitan saat
melahirkan, ketika janinnya telah berusia enam bulan lebih, lalu wanita tersebut
melakukan operasi sesar. Penghentian kehamilan seperti ini hukumnya boleh, karena
operasi tersebut merupakan proses kelahiran secara tidak alami. Tujuannya untuk
menyelamatkan nyawa ibu dan janinnya sekaligus. Hanya saja, minimal usia
kandungannya enam bulan. Aktivitas medis seperti ini tidak masuk dalam kategori
aborsi; lebih tepat disebut proses pengeluaran janin (melahirkan) yang tidak alami.
B. Saran
Berhati-hatilah dalam menjaga kandungan dan harus waspada terhadap setiap
komplikasi yang terjadi. Mudah-mudahan dengan makalah ini kita dapat lebih
memahami dan mengetahui tentang aborsi. Sehingga kita tidak sampai melakukan
tindakan aborsi karena tindakan tersebut selain malanggar hukum, baik hukum
agama maupun hukum perdata, juga mempunyai banyak resiko atau akibat dari
perbuatan aborsi.
DAFTAR PUSTAKA
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Indikator Diagnostik. Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI