Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH I

KONSEP TEORI ASUHAN KEPERAWATAN

DENGAN EFUSI PERIKARDIUM

Dosen Pengampu
Ns. Yepni Nensi, S.Kep.,M.Kep

Oleh :
Fredi Setiawan, AMd.Kep
Irvienta Gading Putri, AMd.Kep
Triyola Ferbriani, AMd. Kep
Feydo Vaylendra, AMd. Kep
Sunarno, AMd. Kep

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA PADANG

TAHUN 2021/2022

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya
sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah ini dengan judul “Konsep Teori Asuhan
Keperawatan dengan Efusi Perikardium”. Sholawat serta salam tetap tercurakan kepada
junjungan Nabi besar Muhammad SAW sehingga penulis mendapat kemudahan dalam
menyelesaikan Makalah ini.

Penulis menyadari betul bahwa Makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak kesalahan yang perlu di koreksi dan di perbaiki .

Oleh karena itu kritik dan saran sangat di harapkan untuk perbaikan di kemudian hari.
Harapan penulis semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan semoga Allah
SWT selalu memberikan rahmatdan Hidayah- Nya. Amin.

Muara Enim, 17 April 2021

Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
BAB II TINJAUAN TEORI
1. Pengertian

2. Klasifikasi
3. Etiologi
4. Manifestasi Klinis

5. Pemeriksaan Penunjang

6. Patofisiolgi
7. Komplikasi
8. Konsep Asuhan Keperawatan

BAB III PENUTUP


1. Kesimpulan……………………………………………………………….............
2. Saran……………………………………………………………………………...

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Efusi perikardium ialah penimbunan cairan abnormal dalam rongga


perikardium, yaitu di antara lapisan perikardium parietal dan visceral.Akumulasi
cairan pada efusi perikardium bisa disebabkan infeksi bakteri (tersering TB), infeksi
virus gangguan inflamasi (lupus), gagal ginjal dengan kadar darah yang kelebihan
nitrogen, post operasi jantung, pendarahan setelah tindakan pembedahan atau cedera
dan metastasis maligna ke pericardium.
Metastasis maligna ke cavum perikardium biasanya diikuti pula dengan efusi
pada cavum pleura. Keadaan ini disebut Primary Intrathoracic Malignant Effusion
(PIME). Sebagian besar proses malignansi ini biasanya berasal dari tumor primer di
paru atau payudara, tetapi ada juga tumor primer yang tidak diketahui berasal dari
organ lain Jenis malignansi yang paling sering ditemukan yaitu adenokarsinoma.
Prevalensi dan kejadian efusi perikardium yang disebabkan oleh perikarditis bakteri
terutama bakteri tuberculosis (1-2% dari seluruh kasus TB), dan dilaporkan bahwa
0,1-21% penderita kanker yang sudah bermetastasis disertai metastasis pada
perikardium pada saat otopsi. Dalam satu seri kasus kanker yang diotopsi didapatkan
bahwa metastase perikardial merupakan penyebab kematian langsung pada 35%
kasus kanker dan penyebab tambahan pada 50% kasus. Dengan mengetahui tahap
penegakan diagnosis dan penatalaksanaan yang tepat diharapkan dapat
memperpanjang masa hidup dan meningkatkan kualitas hidup penderita.
Diagnosis efusi perikardium didasarkan pada anamnesis, gejala klinik dan
pemeriksaan penunjang. Dari anamnesis keluhan berupa sesak nafas, nyeri dada,
terkadang demam, dan bengkak. Sedangkan gejala klinik efusi perikardium
tergantung dari jumlah cairan dan kecepatan penimbunan cairan dalam kavum
perikardium. Penderita efusi perikardial tanpa tamponade sering asimtomatik.
Kurang dari 30% penderita menunjukkan gejala seperti nyeri dada, napas
pendek, ortopnea atau disfagia. Pada pemeriksaan fisik tampak vena leher
terbendung, suara jantung terdengar jauh, tekanan nadi mengecil dan takikardia.
Pada pemeriksaan penunjang, pada EKG didapatkan: elevasi ST difusi (konkaf ),
depresi PR, gelombang T terbalik; 4 stadium yang berkembang dalam hitungan jam
hingga minggu; voltase rendah dan perubahan elektris mungkin terlihat pada efusi
yang terjadi luas. Pemeriksaan CPK-MB atau troponin dapat meningkat apabila
mioperikarditis. Foto rontgen toraks: jika muncul efusi, akan tampak kardiomegali
atau jantung “seperti botol air” (>250 cc cairan); tanda seperti “biskuit
Oreo”(rediolusen antara jantung dengan perikardium anterior pada foto toraks posisi
lateral). Dan pada pemeriksaan ekokardiogram : mungkin normal atau terlihat efusi
pericardium terpisah (fibrin atau tumor). Tindakan diagnostik selanjutnya dapat
dilakukan perikardiosentesis dan dilakukan pemeriksaan hitung sel, protein total
(TP), LDH, glukosa, pewarnaan gram, kultur, sitologi.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang dia atas, maka rumusan masalah dalam studi kasus
ini adalah bagaimana Konsep Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Efusi
Perikardium
C. Tujuan
Tujuan Umum
Memberikan gambaran atau pengalaman nyata dalam memberikan Asuhan
Keperawatan Pada pasien dengan Efusi Perikardium
Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian analisa data dan perumusan diagnosa pada
pasien Efusi Perikardium
b. Mampu menetapkan rencana Asuhan Keperawatan (intervensi keperawatan)
pada pasien dengan Efusi Perikardium
c. Mampu melakukan implementasi keperawatan pada pasien Efusi Perikardium
d. Mampu melakukan evaluasi keperawatan pada pasien dengan Efusi
Perikardium
e. Mampu mendokumentasikan Asuahan Keperawatan pada pasien Efusi
Perikardium

D. Manfaat
a. Manfaat Bagi Penulis
Hasil dari makalah ini diharapkan penulis dapat mengaplikasikan pengetahuan
yang didapat dari pengalaman nyata dalam memberikan asuhan keperawatan
pada pasien Efusi Perikardium serta dpat meningkatkan wawasan dan
keterampilan khususnya bagaimana merawat pasien dengan Efusi Perikardium
b. Manfaat Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan
Hasil dari pembelajaran teoritis ini diharapakan dapat memberikan informasi
tambahan bagi perkembangan keperawatan maternitas dan sebagai acuan
untuk meningkatkaan pengetahuan dan pemahaman tentang Asuhan
Keperawatan pada pasien Efusi Perikardium.

BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Penyakit Efusi Peikardium


1. Anatomi fisiologi Jantung

Sistem kardiovaskular berperan dalam homeostatis dengan berfungsi sebagai


sistem transportasi tubuh, terdiri atas jantung, pembuluh darah, dan darah. Semua
jaringan tubuh tergantung pada aliran darah yang disalurkan dengan didahului
kontraksi jantung. Jantung mendorong darah melintasi pembuluh darah untuk sampai
ke jaringan dalam jumlah yang mencukupi, baik tubuh dalam keadaan istirahat
maupun beraktivitas.
a. Jantung
Jantung dibungkus oleh pericardium dan terletak didalam mediastinum medius.
Organ terbagi menjadi 2 belahan oleh septum longitudinal yang berjalan oblique.
Masing-masing belahan terdiri atas sebuah ruangan. Yang disebut atrium, yaitu
ruangan yang menerima darah dari vena dan sebuah ruangan. Yang disebut
ventrikulus yaitu bagian yang memompa darah menuju ke arteri.
b. Peredaran Darah
a) Sirkulasi sistemik : darah dari ventrikel sinistra dipompa masuk ke aorta,
kemudian disebar keseluruh tubuh. Darah yang telah terpakai kemudian
dialirkan kembali melalui vv. cavae yang kemudian bermuara kedalam atrium
dekstra.
b) Sirkulasi pulmonal : darah dari ventrikel dekstra dipompa menuju ke trunkus
pulmonalis dan akhirnya akan masuk ke pulmo. Kemudian darah yng
mengalami oksigenasi akan dialirkan melalui vv. pulmonalis yang akan
bermuara kedalam atrium sinistra.
c. Siklus Denyut Jantung
Kontraksi jantung disebut systole dan relaksasi jantung disebut diastole. Bila
ventrikel diisi darah, maka jantung akan mulai berkontraksi. Kenaikan tekanan
darah didalam ventrikel akan menyebabkan valva antrioventrikulus bergerak
menutup dan getaran akibat peenutupan katup ini akan menyebabkan suara
jantung I atau “LUB”. Selama fase kenaikan, tekanan intraventricular valvula
atrioventrikularis tetap menutup dan dijaga agar tidak membuka kearah atrium
oleh kontraksi muskuli palpillaris. Pada saat ini, katup-katup pada aorta dan
trunkus pulmonalis terbuka sehingga darah mengalir melalui kedua pembuluh
darah ini. Akibatnya, valva aortae dan valva trunkus pulmonalis akan menutup
dan getaran akibat penutupan kedua valva ini menyebabkan suara jantung II atau
“DUB”. Penurunan tekanan intraventriculli ini juga menyebabkan terbukanya
valva artrioventrikularis sehingga darah akan mengalir dari atrium ke ventrikel.
2. Pengertian Efusi Perikardium
Efusi perikardium adalah penumpukan cairan abnormal dalam ruang
perikardium.Ini dapat disebabkan oleh berbagai kelainan sistemik, lokal atau
idiopatik.Cairan tersebut dapat berupa transudat, eksudat, pioperikardium, atau
hemoperikardium.Efusi perikardium bisa akut atau kronis, dan lamanya
perkembangan memiliki pengaruh besar terhadap gejala-gejala pasien. Efusi
perikardium merupakan hasil perjalanan klinis dari suatu penyakit yang
disebabkan oleh infeksi, keganasan maupun trauma.Gejala yang timbul dari
keadaan efusi perikardium tidak spesifik dan berkaitan dengan penyakit yang
mendasari terjadinya efusi perikardium.
Perikardium terdiri dari 2 lapisan yaitu lapisan dalam atau lapisan serosa dan
lapisan luar atau fibrosa.Bentuk lapisan fibrosa perikardium seperti botol dan
berdekatan dengan diafragma, sternum dan kartílago kosta.Lapisan serosa lebih
tipis dan berdekatan dengan permukaan jantung.Perikardium berfungsi sebagai
barier proteksi dari infeksi atau inflamasi organ-organ sekitarnya. Jumlah normal
cairan perikardium 15-50 ml, disekresi oleh sel mesotelial.Akumulasi abnormal
cairan dalam ruangan perikardium dapat menimbulkan efusi
perikardium.Selanjutnya akumulasi tersebut dapat menyebabkan peningkatan
tekanan perikardium, penurunan cardiac output dan hipotensi (tamponade
jantung). Akumulasi cairan yang sangat cepat akan mempengaruhi hemodinamik.

3. Etiologi
Penyebab terjadinya efusi perikardium antara lain:
a. Inflamasi dari pericardium (pericarditis) adalah sebagai suatu respon dari
penyakit, injury atau gangguan inflamasi lain pada pericardium. Pericarditis
dapat mengenai lapisan visceral maupun parietal perikardium dengan eksudasi
fibrinosa. Jumlah efusi perikardium dapat bervariasi tetapi biasanya tidak
banyak, bisa keruh tetapi tidak pernah purulen. Bila berlangsung lama maka
dapat menyebabkan adhesi perikardium visceral dan parietal.
b. Penyebab spesifik dari efusi pericardial adalah :
a) Infeksi dari Virus, bakterial, jamur dan parasit
b) Inflamasi dari perikardium yg idiopatik
c) Inflamasi dari pericardium akibat operasi jantung dan heart attack
(Dressler's syndrome)
d) Gangguan Autoimmune, seperti rheumatoid arthritis atau lupus
e) Produksi sampah dari darah akibat gagal ginjal (uremia)
f) Hypothyroidism
g) HIV/AIDS
h) Kanker dari pericardium yang berasal dari jantung
i) Therapy radiasi untuk kanker .
j) Tindakan Chemotherapy untuk kanker
k) Trauma atau luka tusuk didekat jantung
l) Obat-obat tertentu seperti obat high blood pressure; isoniazid, phenytoin
(Dilantin, Phenytek, others), obat kejang epileptic

Penyebab tersering efusi perikardium pada keganasan ialah kanker paru dan
payudara (25-35%). Penyebab lainnya ialah : limfoma, kanker saluran cerna, dan
melanoma. Tumor primer perikardium seperti mesotelioma atau rhabdomiosarkoma
jarang sebagai penyebab efusi perikardial. Perluasan langsung keganasan disekirat
jantung seperti kanker esofagus dan paru dapat juga menyebabkan efusi perikardial.
Perikarditis pasca radisi pada penderita kanker dapat menimbulkan efusi perikardial
yang dapat timbul setelah beberapa minggu sampai 12 bulan.
4. Manifestasi Klinis
Banyak pasien dengan efusi perikardial tidak menunjukkan gejala. Kondisi ini
sering ditemukan ketika pasien melakukan foto dada x-ray atau echocardiogram untuk
mendiagnosa penyakit lain. Awalnya, pericardium dapat meregang untuk menampung
kelebihan cairan. Oleh karena itu, tanda dan gejala terjadinya penyakit mungkin akan
terjadi ketika sejumlah besar cairan telah terkumpul.
Jika gejala muncul, maka kemungkinan akan terdeteksi dari kelainan organ di
sekitarnya, seperti paru-paru, lambung atau saraf frenik (saraf yang terhubung ke
diafragma). Gejala juga dapat terjadi karena gagal jantung diastolik (gagal jantung
yang terjadi karena jantung tidak dapat berdetak normal seperti biasanya pada setiap
gerakan karena kompresi ditambahkan). Biasanya gejala yang timbul pada efusi
perikardial yaitu :
a. Dada seperti ditekan dan terasa sakit

b. Sesak Napas

c. Terasa mual

d. Perut terasa penuh dan kesulitan menelan Sedangkan gejala efusi perikardial
yang menyebabkan tamponade jantung yaitu :
1) Kebiruan pada bibir dan kulit

2) Penderita mengalami syok


3) Perubahan Status mental
Gejala klinik tergantung dari jumlah cairan dan kecepatan penimbunan cairan
dalam kavum perikardium. Penderita efusi perikardial tanpa tamponade sering
asimtomatik. Kurang dari 30% penderita menunjukkan gejala seperti nyeri dada,
napas pendek, ortopnea atau disfagia. Pada pemeriksaan fisik tampak vena leher
terbendung, suara jantung terdengar jauh, tekanan nadi mengecil dan takikardia.
Tamponade jantung memberikan gejala : gelisah, sesak napas hebat pada posisi tegak
dan sesak nafas agak berkurang jika penderita membungkuk kedepan, takikardia,
tekanan nadi menyempit, pulsus paradoksus (tekanan sistolik turun lebih dari 10
mmHg pada inspirasi), hipotensi sampai syok. Batas jantung melebar, suarajantung
terdengar jauh, terdengar gesekan perikardial, serta vena leher melebar dan berdenyut.
Gejala klinik tamponade jantung sangat dipengaruhi oleh kecepatan akumulasi
cairan perikardium. Akumulasi lambat memberi kesempatan kompensasi jantung yang
lebih baik yaitu: takikardi, peningkatan resistensi vaskuler perifer dalam beberapa hari
atau beberapa minggu. Tetapi akumulasi yang cepat akan menimbulkan peregangan
perikardium yang tidak adekuat dan berakibat fatal dalam beberapa menit.
Pemeriksaan fisis tamponade jantung :

1. Trias Beck meliputi hipotensi, peningkatan JVP dan suara jantung


melemah.
2. Pulsus paradoksus: penurunan tekanan sistolik lebih dari 12 mm Hg pada
saat inspirasi.
3. Kussmaul sign: penurunan tekanan dan distensi JVP yang sebelumnya
meningkat saat inspirasi.
4. Tanda Ewart : gambaran redup di daerah di bawah skapula kiri ; terjadi
pada efusi perikardial luas.
5. Patofisiologi

Pada kasus efusi perikardial metastasis perikardial multipel lebih sering


dijumpai pada perikardium parietalis dibandingkan dengan perikardium
viseralis.Tumor ini secara langsung dapat mensekresi cairan (eksudat), tetapi dapat
juga menghalangi aliran limfe. Adanya tumor, timbunan cairan serta penebalan
perikardium akan mengganggu gerak jantung. Penimbunan cairan akan mengganggu
pengisian diastolik ventrikel kanan sehingga menurunkan isi sekuncup (stroke
volume).
Hal ini diimbangi oleh mekanisme kompensasi berupa takikardia dan
peningkatan kontraksi miokardium. Tetapi jika mekanisme kompensasi ini dilewati,
curah jantung (cardiac output) menurun maka akan terjadi gagal jantung, syok
tergantung dari kecepatan pembentukan cairan dan distensibilitas perikardium.
Perikardium dapat terinfeksi mikobakterium TB secara hematogen, limfogen
ataupun penyebaran langsung Perikarditis TB sering terjadi tanpa TB paru maupun
TB di luar paru lain. Penyebaran tersering karena infeksi di nodus mediastinum,
secara langsung masuk ke perikardium, terutama di sekitar percabangan
trakeobronkial.. Protein antigen mikobakterium TB menginduksi delayed
hypersensitive response dan merangsang limfosit untuk mengeluarkan limfokin yang
mengaktifasi makrofag dan mempengaruhi pembentukan granuloma.
Terdapat 4 stadium evolusi perikarditis TB:
a. Stadium fibrinosa: terjadi deposit fibrin luas bersamaan dengan reaksi
granuloma. Stadium ini sering tidak menimbulkan gejala klinis sehingga
tidak terdiagnosis.
b. Stadium efusi : terbentuk efusi dalam kantong perikardium. Reaksi
hipersensitif terhadap tuberkuloprotein, gangguan resorbsi dan cedera
vaskuler dipercaya dapat membentuk efusi perikardium. Permukaan
perikardium menjadi tebal dan berwarna abu-abu tampak seperti bulu-
bulu kusut yang menunjukkan eksudasi fibrin. Efusi dapat berkembang
melalui beberapa fase yaitu: serosa, serosanguinous, keruh atau darah.
Reaksi seluler awal cairan tersebut mengandung sel polimorfonuklear
(PMN). Jumlah total sel berkisar 500-10000/ mm3. Terjadi perubahan
kimiawi yang ditandai dengan penurunan glukosa dan peningkatan
protein. Pada stadium ini dapat terjadi efusi masif sebanyak 4 L.
c. Absorpsi efusi dengan terbentuknya granuloma perkijuan dan penebalan
perikardium. Pada stadium ini terbentuk fibrin dan kolagen yang
menimbulkan fibrosis perikardium. Penebalan perikardium parietal,
konstriksi miokardium akan membatasi ruang gerak jantung dan ada
deposit kalsium di perikardium. Pada kasus ini sudah terjadi penebalan
perkardium parietal dan konstriksi miokardium.
d. Bila volume cairan melebihi "penuh" di tingkat perikardium itu, efusi
perikardial mengakibatkan tekanan pada jantung dan terjadi Cardiac
Tamponade (tamponade jantung) yaitu terjadinya kompresi jantung
akibat darah atau cairan menumpuk di ruang antara miokardium (otot
jantung) dan perikardium (kantung jantung). Kompresi tersebut
menyebabkan fungsi jantung menurun. Tamponade jantung yang
merupakan kompresi jantung yang cepat atau lambat, akibat akumulasi
cairan, pus, darah, bekuan atau gas di perikardium; menyebabkan
peningkatan tekanan intraperikardial yang sangat mengancam jiwa dan
fatal jika tidak terdeteksi. Insidens tamponade jantung di Amerika
Serikat adalah 2 kasus per 10.000 populasi. Lebih sering pada anak laki-
laki (7:3) sedangkan pada dewasa tidak ada perbedaan bermakna (laki-
laki : perempuan - 1,25:1).7 Morbiditas dan mortalitas sangat tergantung
dari kecepatan diagnosis, penatalaksanaan yang tepat dan penyebab.
Pembagian tamponade jantung berdasarkan etiologi dan progresifitas :
1) Acute surgical tamponade: antegrade aortic dissection, iatrogenic dan trauma
tembus kardiak.
2) Medical tamponade: efusi perikardial akibat perikarditis akut, perikarditis
karena keganasan atau gagal ginjal.
3) Low-pressure tamponade: terdapat pada dehidrasi berat.

Pada tamponade jantung terjadi penurunan pengisian darah saat diastolik


karena otot jantung tidak mampu melawan peningkatan tekanan
intraperikardial.
Terdapat 3 fase perubahan hemodinamik :
a. Fase 1: Peningkatan cairan perikardial meningkatkan tekanan pengisian
ventrikel. Pada fase ini tekanan ventrikel kanan dan kiri tetap lebih tinggi
daripada tekanan intraperikardial.
b. Fase 2: Peningkatan tekanan intraperikardial melebihi tekanan pengisian
ventrikel kanan, sehingga curah jantung turun.
c. Fase 3: Tercapai keseimbangan antara peningkatan tekanan intraperikardial
dengan tekanan ventrikel kiri sehingga terjadi gangguan curah jantung yang
berat.
6. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan pada Efusi Perikardial
diantaranya sebagai berikut :
a. Foto Thorak : dilakukan untuk melihat adanya pembesaran jantung yang
biasanya akan berbentuk globuler. Gambaran jantung seperti ini baru tampak
jika cairan lebih dari 250 ml serta sering juga dijumpai efusi pleura.
b. Echocardiography : merupakan pemeriksaan noninfasif yang palig akurat,
disini akan tampak akumulasi cairan di dalam kantung perikardium. Kadang-
kadang tampak juga adanya metastase pada dinding perikardium.
c. Perikardiosintesis : sebaiknya memakai tuntunan ekokardiografi sehingga
lebih aman. Sekitar 50% cairan aspirat bersifat hemoragik dan 10%
serosanguinus. Pada cairan ini dilakukan pemeriksaan kultur, hitung sel dan
sitologi. Pemeriksaan sitologi cukup sensitif dengan kemempuan diagnostik
sekitar 80%, tetapi hasil negatif palsu sering terjadi pada limfoma maligna
dan mesotelioma. Dalam keadaan demikian dilakukan biopsi perikardium.
d. CT-Scan : dilakukan untuk menentukan komposisi cairan dan dapat me
ndeteksidikitnya 50 ml cairan dan dapat mendeteksi adanya klasiifikasi.
e. MRI : dilakukan untuk mendeteksi sedikitnya 30 ml cairan perikardial, dapat
mendeteksi adanya hemoragik atau tindak. Nodularity/penyimpangan dari
perikardium yang dilihat pada MRI mungkin merupakan indikasi dari efusi
gas.
f. Pemerikasaan laboratorium :
a) Pemeriksaan Biokimia
Secara biokimia effusi pleura terbagi atas transudat dan eksudat
b) Analisa cairan pleura
- Transudat : jernih, kekuningan
- Eksudat : kuning, kuning-kehijauan
- Hilothorax : putih seperti susu
- Empiema : kental dan keruh
- Empiema anaerob : berbau busuk
- Mesotelioma : sangat kental dan berdarah
c) Perhitungan sel dan sitologi
g. Pemeriksaan lain : katerisasi jarang di perlukan. Disini dijumpai tekanan
diastolik dalam atrium kanan, ventrikel kanan dan arteri pulmonalis hampir
sama.
7. Penatalaksanaan Medis
Apabila fungsi jantung sangat terganggu, maka perlu dilakukan aspirasi
pericardial (tusukan pada kantung perikardium) untuk mengambil cairan dari
kantung perikardium.Tujuan utamanya adalah mencegah Tamponade jantung
yang dapat menghambat kerja jantung normal.Selama prosedur, pasien harus
dipantau dengan EKG dan pengukuran tekanan hemodinamika. Peralatan
resusitasi darurat juga harus tersedia. Kepala tempat tidur dinaikkan 45-60 derajat,
agar jantung lebih dekat dengan dinding dada sehingga jarum dapat dimasukkan
dengan mudah.
Jarum aspirasi perikardium dipasang pada spuit 50 ml, melalui three-way stop
cock.Lead V (kawat lead perkordial) EKG dihubungkan ke ujung jarum
menghisap dengan perekat aligator, karena EKG dapat membantu menentukan
apakah jarum telah menyentuh perikardium. Bila terjadi tusukan, maka akan
terjadi elevasi segmen ST atau stimulasi kontraksi ventrikel prematur. Ada
berbagi tempat yang mungkin digunakan untuk aspirasi perikardium. Jarum bisa
dimasukkan pada sudut antara batas costa kiri dan sifoid, dekat apeks jantung,
antara rongga kelima dan keenam batas sternum, atau pada batas kanan sternum
pada rongga interkostal keempat. Jarum dimasukkan perlahan hingga memperoleh
cairan.
Bila terjadi penurunan tekanan vena sentral dengan disertai peningkatan
tekanan darah ini menunjukkan tamponade jantungnya sudah hilang. Pasien
biasanya kemungkinan merasa lebih nyaman. Bila cairan dalam perikardium
cukup banyak, maka perlu dipasang kateter untuk mengalirkan perdarahan
ataupun efusi yang kambuh. Selama prosedur ini dilakukan, perhatikan adanya
darah dalam cairan yang keluar. Darah perikardium tidak akan membeku dengan
cepat, sementara darah yang tidak sengaja terhisap dari bilik jantung akan segera
membeku. Cairan perikardium kemudaian akan dikirim ke laboratorium untuk
pemeriksaan tumor, kultur bakteri, analisa kimia dan serologis serta hitungan jenis
sel.
8. Komplikasi
Komplikasi yang paling sering terjadi pada Efusi Perikardium adalah
Tamponade jantung yaitu situasi yang disebapkan oleh akumulasi cairan dalam
ruang perikardial, sehingga kompromi hemodinamik ventrikel berkurang mengisi
dan berikutnya. Tamponade jantung adalah keadaan darurat medis. Keseluruhan
risiko kematian tergantung pada kecepatan diagnosis, pengobatan disediakan, dan
penyebab yang mendasari tamponade ini.

B. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a. Keluhan utama : pasien biasanya akan mengeluhkan cepat lelah dalam
beraktifitas karenaadanya pembesaran jantung akibat penambahan volume
cairan perikardium yang dapat menghambat kerja jantung nomal.
b. Riwayat penyakit sekarang : menanyakan riwayat penyakit yang diderita
pasien saat itu,selain dari keluhan yang diungkapkan pasien.
c. Riwayat penyakit dahulu : menanyakan riwayat penyakit apa saja yang
pernah dialami pasien sebelum mengalami penyakit yang diderita saat ini.
d. Riwayat penyakit keluarga : menanyakan riwayat penyakit yang pernah
dialami anggotakeluarga yang lain yang mungkin dapat berupa penyakit
herediter ataupu menular.
e. Pengkajian pola aktivitas istirahat : pasien biasanya akan mengalami
kelemahan dankelelahan yang ditandai dengan takikardi, Tekanan Darah
menurun, dan dispnea saat beraktifitas.

f. Pengkajian pola sirkulasi : pasien biasanya memiliki riwayat Penyakit


Jantung Koroner, CaParu dan Ca Mamae yang ditandai dengan takikardi,
disritmia, dan edema.

g. Pengkajian pola eliminasi : pasien biasanya memiliki riwayat penyakit


ginjal dan penurunan frekuensi urin yang ditandai dengan urin tampak
pekat dan gelap.
h. Pengkajian pola pernapasan : pasien biasanya akan mengalami napas
pendek yang terjadi biasanya pada malam hari ditandai dengan dispnea
nocturnal, takipnea, dan pernapasan dangkal.
i. Pengkajian pola kenyamanan : pasien biasanya akan mengeluh nyeri pada
dada (sedang sampai berat), diperberat oleh inspirasi, gerakan menelan,
berbaring : hilang dengan duduk,bersandar kedepan (perikarditis). Nyeri
dada/punggung/sendi (endokarditis).
j. Pemeriksaan fisik
Head to Toe
a) Kepala dan wajah : pucat, bibir sianosis.

b) Leher : peninggian vena jugularis.

c) Dada : ada jejas trauma tajam dan tumpul di daerah dada, tanda
kusmaul, takipnea,bunyi jantung melemah / redup dan pekak jantung
melebar
d) Abdomen dan pinggang : tidak ada tanda dan gejala.

e) Pelvis dan Perineum : tidak ada tanda dan gejala.

f) Ekstrimitas : pucat, kulit dingin, jari tangan dan kaki sianosis


Pemeriksaan Penunjang
Hasil pemeriksaan Echocardiografi pada Efusi Perikardial
menunjukkan :
a) Kolaps diastole pada atrium kanan

b) Kolaps diastole pada ventrikel kanan

c) Kolaps pada atrium kiri. Peningkatan pemasukan abnormal pada aliran


katup trikuspidalis dan terjadi penurunan pemasukan dari aliran katup
mitral > 15 %

d) Peningkatan pemasukan abnormal pada ventrikel kanan dengan


penurunan pemasukan dari ventrikel kiri

e) Penurunan pemasukan dari katup mitral.

f) Pseudo hipertropi dari ventrikel kiri


2. Diagnosa Keperawatan
a. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi ditandai dengan
takipnea pernafasan bibir, penggunaanj posisi tiga titik, cuping hidung.
b. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan disfungsi
neuromuskular ditandai dengan perubahan frekuensi nafas,sianosis,gelisah,
kesulitan berbicara.
c. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan frekuensi jantung
ditandai dengan takikardia, palpitasi jantung, perubahan elektrokardiogram
(EKG).
d. Nyeri berhubungan dengan gangguan iskemik ditandai dengan diaphoresis,
ekspresi wajah nyeri, mengekspresikan perilaku, perilaku distraksi, perubahan
pada parameter fisiologis, perubahan posisi untuk menghindari nyeri.
e. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan ditandai dengan pasien
tampak dibantu saat melakukan aktifitas seperti mandi,toileting, berpakaian
dan berpindah.
3. Perencanaan Keperawatan
No Diagnosa Tujuan Kriteria Hasil Perencanaan Rasional
Keperawatan
1. Pola napas tidak Setelah dilakukan asuhan NIC : Monitoring Pernafasan :
efektif keperawatan ..... x 24 jam 1. Pantau adanya pucat dan sianosis 1. Pucat dan sianosis menunjukan
diharapkan : setiap 2 jam. aliran oksigen yang tidak adekuat.
Ditandai Dengan : NOC : Status Pernapasan : 2. Pantau kecepatan, irama, dan 2. Perubahan kecepatan, irama dan
Data mayor : Ventilasi kedalaman nafas setiap 2 jam kedalaman pernapasan merupakan
Dispnea, Penggunaan  Ditingkatkan ke level ... atausesuai keadaan pasien. tandaperingatan dini dari kesulitan
otot bantu  Dipertahankan ke level .... 3. Pantau penggunaan otot bantu pernafasan yang akan datang.
pernapasan, Fase Keterangan Level : pernafasan, kesimetrisan dada dan 3. Kerja pernapasan sangat meningkat
ekspirasi memanjang, 1. Deviasi Berat ekspansi dada setiap 2 jam atau ketika terjadi penurunan ekspansi
dan Pola napas 2. Deviasi Cukup Berat sesuai keadaan pasien. paru. Pergerakan udara dalam paru-
abnormal 3. Deviasi Sedang 4. Menanyakan faktor pencetus dan paru semakin lebih sulit, sehingga
(Takipnea,bradipnea, 4. Deviasi Ringan faktor yang mengurangi sesak jika pernapasan menyertakan
hiperventilasi, 5. Deviasi Tidak ada keadaan memungkinkan. penggunaan otot aksesoris untuk
kussmaul, cheyne- Dibuktikan dengan Indikator : 5. Kaji adanya sputum meliputi meningkatkan aliran udara untuk
stokes ). 1. Frekuensi pernafasan jumlah, warna, konsistensi, dan bau memfasilitasi pernafasan efektif.
(13-22 ) 1/2/3/4/5 jika memungkinkan. 4. Mengetahui faktor yang dapat
Data Minor : 2. Irama pernafasan (vesikuler) 6. Auskultasi suara napas tambahan mengurangi sesak yang berguna
Oetopnea,Pernapasan 1/2/3/4/5 setiap hari atau setiap 2 jam atau untuk membuat rencana intervensi
pursed-lip, 3. Kedalam inspirasi 1/2/3/4/5 sesuai dengan keadaan pasien. untuk mencegah atau mengelola
Pernapasan cuping 4. Suara perkusi nafas 7. Ajarkan klien teknik pernapasan episode kesulitan bernapas.
hidung, Diameter ( resonance) 1/2/3/4/5 dengan bibir dan batuk efektif tiap 5. Ini mungkin menjadi indikasi
thoraks anterior- 5. Hasil rontgen dada 1/2/3/4/5 2 jam jika keadaan pasien penyebab perubahan pola
posterior 6. Suara nafas tambahan memungkinkan. pernapasan.
meningkat,Ventilasi ( whezzzing ronkhi ) 8. Posisikan klien semi fowler jika 6. Adanya suara tambahan
semenit menurun, 1/2/3/4/5 tidak ada kontraindikasi. mengindikasikan adanya hambatan
Kapasitas vital 7. Restraksi dinding dada 9. Pantau peningkatan kegelisahan dijalan napas baik karena secret
menurun, Tekanan 1/2/3/4/5 dan ansietas tiap 1-2 jam atau maupun penyempitan jalan napas
Ekspirasi menurun, 8. Dispnea saat istirahat sesuai dengan keadaan pasien. yang menyebabkan kesulitan
dan Ekskursi dada 1/2/3/4/5 bernapas.
berubah. 9. Dispnea saat latihan 1/2/3/4/5 7. Pernapasan dengan bibir mendorong
10. Orthopnea 1/2/3/4/5 pasien untuk bernapas lebih lambat
dan lebih dalam serta mengurangi
dispnea selama aktivitas. Batuk
dapat meletihkan, sehingga dengan
batuk efektif digunakan untuk
memberikan dukungan pada otot
pernapasan dan membantu dalam
membuang sekresi jalan napas
sambil meminimalkan penggunaan
energi.
8. Posisi semi fowler memungkinkan
pengembangan diafragma dan
ekspansi dada yang adekuat.
9. Hipoksia dan sensation dari “tidak
bisa bernapas” adalah sesuatu yang
membuat cemas dan dapat
menyebabkan memburuknya
hipoksia.
2. Bersihan Jalan Nafas Setelah dilakukan asuhan NIC : Monitor Pernafasan
tidak efektif keperawatan .... x 24 jam 1. Monitor kecepatan, irama, 1. Mengetahui tingkat gangguan yang
diharapkan : kedalaman dan kesulitan terjadi dan membantu dalam
Ditandai Dengan : NOC : Status Pernapasan : bernafas. menetukan intervensi yang akan
Data Mayor : Kepetenan jalan nafas 2. Catat pergerakan dada, catat diberikan.
Batuk tidak efektif  Ditingkatkan ke level ... ketidaksimetrisan, penggunaan 2. Menunjukkan keparahan dari
atau tidak mampu  Dipertahankan ke level .... otot-otot bantu nafas, dan retraksi gangguan respirasi yang terjadi dan
batuk, Sputum Keterangan Level : pada otot supraclaviculas dan menetukan intervensi yang akan
berlebih / obstruksi di 1. Deviasi berat interkosta. diberikan
jalan napas, Mengi, 2. Deviasi cukup berat 3. Monitor suara nafas tambahan. 3. Suara napas tambahan dapat
wheezing dan/atau 3. Deviasi sedang 4. Monitor pola napas : bradypnea, menjadi indikator gangguan
ronkhi basah. 4. Deviasi ringan tachypnea, hyperventilasi, napas kepatenan jalan napas yang tentunya
5. Tidak ada deviasi kussmaul, napas cheyne-stokes, akan berpengaruh terhadap
Data minor : apnea, napas biot dan pola ataxic. kecukupan pertukaran udara.
Gelisah, Sianosis, Dibuktikan dengan Indikator : Manajemen Jalan Nafas 4. Mengetahui permasalahan jalan
Bunyi napas 1. Frekuensi pernafasan ( 13-21 5. Auskultasi bunyi nafas napas yang dialami dan keefektifan
menurun, Frekuensi x/menit )1/2/3/4/5 tambahan; ronchi, wheezing. pola napas klien untuk memenuhi
dan pola napas 2. Irama pernafasan (vesikuler) 6. Bersihkan sekret dari mulut dan kebutuhan oksigen tubuh.
berubah, Sulit 1/2/3/4/5 trakea; lakukan penghisapan 5. Adanya bunyi ronchi menandakan
biscara,dan dispnea 3. Kemampuan untuk sesuai keperluan. terdapat penumpukan sekret atau
mengeluarkan secret 7. Ajarkan batuk efektif. sekret berlebih di jalan nafas.
1/2/3/4/5 8. Kolaborasi pemberian oksigen 6. Mencegah obstruksi atau aspirasi.
4. Ansietas 1/2/3/4/5 Penghisapan dapat diperlukan bia
5. Tersedak 1/2/3/4/5 klien tak mampu mengeluarkan
6. Suara nafas tambahan sekret sendiri
1/2/3/4/5 7. Fisioterapi dada/ back massage
7. Pernafasan cuping hidung dapat membantu menjatuhkan secret
1/2/3/4/5 yang ada dijalan nafas.
8. Dyspnea saat aktifitas 8. Meringankan kerja paru untuk
1/2/3/4/5 memenuhi kebutuhan oksigen serta
9. Dyspnea saat latihan memenuhi kebutuhan oksigen dalam
1/2/3/4/5 tubuh.
10. Batuk 1/2/3/4/5
3. Penurunan curah Setelah dilakukan asuhan NIC : Regulasi Hemodinamik
jantung keperawatan .... x 24 jam 1. Pertahankan tirah baring. 1. Agar jantung bekerja lebih ringan.
diharapkan : 2. Kaji dan catat frekuensi jantung, 2. Frekuensi dan irama jantung berespon
Ditandai dengan : NOC : Status Sirkulasi irama dan nadi, setiap 15 menit terhadap aktivitas dan obat. Adanya
Data Mayor :  Ditingkatkan ke level ..... atau sesuai dengan keadaan distritmia akan mempengaruhi fungsi
Palpitasi, Lelah, Dipertahankan ke level ..... pasien. jantung atau meningkatkan kerusakan
Dispnea dan Keterangan Level : 3. Kaji perubahan sensori dan iskemik dan takikardi dapat
ortopnea, 1. Deviasi Berat kerusakan kognitif, tiap 1 jam mengganggu curah jantung karena
Bradikardia/takikardi, 2. Deviasi Cukup Berat atau sesuai dengan keadaan waktu pengisian diastolic memendek,
Gambaran EKG 3. Deviasi Sedang pasien. menuunkan preload, isi sekuncup dan
aritmia atau 4. Deviasi Ringan 4. Pantau nadi perifer, crt, suhu dan akhirnya menurunkan curah jantung.
gangguan konduksi, 5. Tidak ada Deviasi warna ekstremitas catat adanya 3. Penurunan curah jantung akan
Edema, Distensi vena Dibuktikan dengan Indikator : pucat dan sianosis tiap 1 jam. mengurangi aliran darah ke serebral.
jugularis, Tekanan 1. Tekanan Darah Sitol dan 5. Pantau asupan cairan dan 4. Denyut lemah, pucat, sianosis dan crt
darah meningkat/ distol (90-120/60- 80 mmHg) haluaran urin, secara akurat > 3 detik menunjukan menurunnya
menurun, Nadi 1/2/3/4/5 setiap 1 jam atau sesuai dengan perfusi perifer sekunder terhadap tidak
perifer teraba lemah, 2. Tekanan darah rata rata keadaan pasien serta berat badan adekuatnya curah jantung.
Pengisian kapiler >3 1/2/3/4/5 setiap hari jika perlu. 5. Ginjal berespon untuk menurunkan
detik, Oliguria, 3. Tekanan Vena sentral 6. Monitor status pulmonal, COP dengan menahan cairan dan
Terdengar suara (2-6 mmHg ) 1/2/3/4/5 frekuensi dan upaya pernapasan natrium. Haluran urin biasanya
jantung S3 dan/atau 4. Kekuatan Nadi ( Teratur) dan perubahan perilaku yang menurun selama sehari karena
S4, dan Ejection 1/2/3/4/5 merugikan setiap 2 jam. perpindahan cairan ke jaringan tetapi
fraction (EV) 5. Saturasi Oksigen (95- 100%) 7. Evaluasi adanya nyeri dada dapat meningkat pada malam hari.
menurun. 1/2/3/4/5 dengan takikardia menetap sesuai Sehingga cairan berpindah kembali ke
6. Output urin(1400- 1500 ml) keadaan pasien. sirkulasi ketika pasien tidur.
Data Minor : 1/2/3/4/5 8. Atur posisi pasien setiap 2 jam 6. Menandakan penurunan pengiriman
Pasien merasa cemas 7. Capilarry reffil (<3 detik) atau pertahankan aktivitas lain oksigen ke jaringan yang serius.
dan gelisah, Murmur uang sesuai. 7. Nyeri dada dengan takikardia menetap
jantung, Berat badan 9. Catat perubahan bunyi jantung berpotensi terjadinya gangguan perfusi
bertambah, tiap 4 jam atau sesuai dengan jantung yang berhubungan dengan
Pulmonary artery keadaan pasien. waktu pengisian diastolic memendek,
wedge pressure penurunan oksigen ke miokardium dan
(PAWP) menurun beban kerja jantung yang meningkat.
8. Untuk menurunkan statis sirkulasin
perifer dan menurunkan pembentukan
thrombus atau embolus.
9. SI dan S2, lemah karena menurunnya
pompa irama gallop umum (S3 dan
S4) dihasilkan sebagai aliran darah
kedalam serambi yang distensi.
Murmur dapat menunju
4. Nyeri Setelah dilakukan intervensi NIC : Manajemen nyeri
keperawatan selama ....x24 jam, 1. Kaji dan catat keluhan nyeri, 1. Untuk menentukan intervensi dan
DS : pasien mengeluh diharapkan pasien mampu termasuk, lokasi, lamanya, dan menentukan intervensi selanjutnya
nyeri menunjukan :
intensitasnya (dengan skala 2. Mengetahui keadaan umum pasien
DO : pasien tampak NOC : Tingkat Nyeri
nyeri 0-10) 3. Makanan yang mengiritasi
meringis, gelisah dan Dipertahankan pada Ditingkatkan
2. Monitor vital sign lambung dapat merangsang nyeri
sulit tidur ke level
3. Jelaskan pada pasien untuk datang
1. Berat
2. Cukup berat
menghindari makanan yang 4. Aktivitas yang nyaman dapat

3. Sedang dapat merangsang nyeri menurunkan kerja Gaster


4. Ringan (makanan pedas dan asam) 5. Relaksasi dan distraksi dapat
5. Tidak ada 4. Atur posisi yang nyaman bagi mengalihkan perhatian pasien
Dengan Indikator : pasien sehingga dapat menurunkan nyeri
1. Nyeri yang dilaporkan 5. Ajarkan dan anjurkan pasien 6. Kompres hangat dalam
1/2/3/4/5 untuk melakukan tehnik menurunkan rasa nyeri pada pasien
2. Panjangnya episode nyeri
relaksasi dan distraksi, seperti 7. Mengetahui respons pasien
1/2/3/4/5
menarik nafas dalam, terhadap nyeri dan untuk
3. Ekspresi nyeri wajah
mendengarkan music, menonton mendapakan skala nyeri pada
1/2/3/4/5
4. Tidak bisa beristirahat TV, dan membaca pasien
1/2/3/4/5 6. Mengajurkan pada pasien dan 8. Indikator keberhasilan tindakan
5. Kehilangan Nafsu makan keluarga untuk melakukan penangan nyeri
1/2/3/4/5
kompres hangat pada bagian 9. Analgetik berfungsi sebagai
epigastrium pasien yang nyeri depresan seistem saraf pusat
NOC : Kontrol Nyeri
7. Observasi reaksi non-verbal dari srhingga mengurangi atau
Dipertahankan pada Ditingkatkan
ketidaknyamanan terhadap nyeri menghilangkan nyeri
pada
1. Tidak pernah menunjukan
seperti adanya tanda-tanda

2. Jarang Menunjukan gelisah, ekspresi wajah yang


3. Kadang-kadang menunjukan 4. meringis
Sering menunjukan 8. Evaluasi keefektifan kontrol
5. Secara konsisten menunjukan nyeri
Dengan indikator 9. Kolaborasi dengan dokter dalam
1. Mengenali kapan nyeri terjadi pemberian analgetik
1/2/3/4/5
2. Menggambarkan faktor
penyebab 1/2/3/4/5
3. Menggunakan tindakan
pencegahan 1/2/3/4/5
4. Menggunakan tindakan
pengurangan nyeri tanpa
analgesik 1/2/3/4/5
5. Menggunakan analgesik yang
direkomendasikan 1/2/3/4/5
5. Intoleransi Aktivitas Setelah dilakukan asuhan NIC : Manajemen Energi
keperawatan ..... x 24 jam 1. Observasi adanya pembatasan 1. Respon klien terhadap aktivitas dapat
Ditandai dengan : diharapkan : klien dalam melakukan aktivitas mengindikasi penurunan oksigen
Data mayor : NOC : Toleransi terhadap 2. Dorong klien untuk miokardia.
Mengeluh lelah dan Aktifitas mengungkapkan perasaan 2. Perasaan cemas yang berlebihan dapat
Frekuensi jantung  Ditingkatkan ke level ... terhadap keterbatasan. memacu kerja jantung.
meningkat >20% dari  Dipertahankan ke level ..... 3. Kaji adanya faktor yang 3. Kelelahan diatasi untuk meningkatkan
kondisi istirahat. Keterangan Level : menyebabkan kelelahan. kemampuan toleransi terhadap
1. Sangat terganggu 4. Monitor klien akan adanya aktivitas.
Data minor : 2. Banyak terganggu kelelahan fisik dan emosi secara 4. Kelelahan dan emosi berlebihan
Dispnea saat/ setelah 3. Cukup terganggu berlebihan. meningkatkan kerja jantung.
aktifitas, Merasa 4. Sedikit terganggu 5. Monitor pola tidur dan lamanya 5. Tidur dan istirahat menurunkan kerja
tidak nyaman setelah 5. Tidak terganggu istirahat/tidur klien. miokard.
beraktifitas, Merasa 6. Tingkatkan tirah baring, istirahat 6. Menurunkan kerja miokard dan
lemah, Tekanan Dibuktikkan dengan Indikator : (ditempat tidur/kursi). konsumsi oksigen, menurunkan resiko
darah berubah >20% 1. Saturasi oksigen ketika 7. Batasi pengunjung. komplikasi.
dari kondisi istirahat, beraktivitas (95-100%) 8. Anjurkan klien menghindari 7. Pembicaraan yang panjang sangat
Gambaran EKG 1/2/3/4/5 peningkatan tekanan abdomen. mempengaruhi klien, namun periode
menunjukkan aritmia 2. Frekuensi nadi ketika kunjungan yang tenang bersifat
saat/ setelah aktifitas, beraktivitas (60- 100x/menit) terapeutik.
Gambaran EKG 1/2/3/4/5 8. Aktivitas yang memerlukan menahan
menunjukkan 3. Frekuensi pernapasan ketika napas dan menunduk dapat
iskemia, Sianosis. beraktivitas (13- 22 x/menit) mengakibatkan bradikardi, juga
1/2/3/4/5 menurunkan kerja jantung.
4. Kemudahan bernapas ketika
beraktivitas 1/2/3/4/5
5. Tekanan darah ketika
beraktivitas (90- 120/60-80
mmHg) 1/2/3/4/5
6. Hasil EKG (Sinus rytme)
1/2/3/4/5
7. Warna kulit 1/2/3/4/5
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi
kestatus kesehatan yang lebih baik, sehingga menggambarkan kriteria hasil yang
diharapkan (Potter & Perry, 2011).
Implementasi menuangkan rencana asuhan kedalam tindakan. Setelah rencana
dikembangkan, sesuai dengan kebutuhan dan prioritas klien, perawat melakukan
intervensi keperawatan spesifik, yang mencakup tindakan perawat. Rencana
keperawatn dilaksanakan sesuai intervensi. Tujuan dari implementasi adalah
membantu klien dalam mencapai peningkatan kesehatan baik yang dilakukan
secara mandiri maupun kolaborasi dan rujukan (Bulechek & McCloskey: dikutip
dari Potter, 2014)
5. Evaluasi
Menurut Craven dan Hirnle (2011) evaluasi didefenisikan sebagai keputusan dari
efektifitas asuhan keperawatan antara dasar tujuan keperawatan klien yang telah
ditetapkan dengan respon prilaku klien yang tampil.
Tujuan evaluasi antara lain :
a. Untuk menentukan perkembangan kesehatan klien.
b. Untuk menilai efektifitas, efisiensi, dan produktifitas dari tindakan
keperawatan yang telah diberikan.
c. Untuk menilai pelaksanaan asuhan keperawatan.
d. Mendapatkan umpan balik
e. Sebagai tanggung jawab dan tanggung gugat dalam pelaksanaan pelayanan
keperawatan
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Efusi perikardium ialah penimbunan cairan abnormal dalam rongga
perikardium, yaitu di antara lapisan perikardium parietal dan visceral.Akumulasi
cairan pada efusi perikardium bisa disebabkan infeksi bakteri (tersering TB), infeksi
virus gangguan inflamasi (lupus), gagal ginjal dengan kadar darah yang kelebihan
nitrogen, post operasi jantung, pendarahan setelah tindakan pembedahan atau cedera
dan metastasis maligna ke pericardium.
Banyak pasien dengan efusi perikardial tidak menunjukkan gejala. Kondisi ini
sering ditemukan ketika pasien melakukan foto dada x-ray atau echocardiogram untuk
mendiagnosa penyakit lain. Awalnya, pericardium dapat meregang untuk menampung
kelebihan cairan. Oleh karena itu, tanda dan gejala terjadinya penyakit mungkin akan
terjadi ketika sejumlah besar cairan telah terkumpul. Apabila fungsi jantung sangat
terganggu, maka perlu dilakukan aspirasi pericardial (tusukan pada kantung
perikardium) untuk mengambil cairan dari kantung perikardium.Tujuan utamanya
adalah mencegah Tamponade jantung yang dapat menghambat kerja jantung
normal.Selama prosedur, pasien harus dipantau dengan EKG dan pengukuran tekanan
hemodinamika. Peralatan resusitasi darurat juga harus tersedia. Kepala tempat tidur
dinaikkan 45-60 derajat, agar jantung lebih dekat dengan dinding dada sehingga jarum
dapat dimasukkan dengan mudah.
Komplikasi yang paling sering terjadi pada Efusi Perikardium adalah
Tamponade jantung yaitu situasi yang disebapkan oleh akumulasi cairan dalam ruang
perikardial, sehingga kompromi hemodinamik ventrikel berkurang mengisi dan
berikutnya. Tamponade jantung adalah keadaan darurat medis. Keseluruhan risiko
kematian tergantung pada kecepatan diagnosis, pengobatan disediakan, dan penyebab
yang mendasari tamponade ini.
B. Saran
Pendekatan yang baik pada pasien hendaknya dilakukan oleh semua tim
kesehatan terutama perawatan sehari-hari, hubungan yang dekat pasien agar pasien
merasa diperhatikan. Didalam proses keperawatan perlu adanya motivasi atau
bimbingan dan perawat, berharap px agar keperawatan berjalan efektif dengan
menggunakan tujuan pelaksanaan dari tindakan yang dibuat seperti hasil dari tujuan
yang diberikan dengan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti. Catatan
perawatan di dokumentasikan dengan menggunakan implementasi dan tindakan
tersebut.  Perlu adanya peningkatan kerjasama yang baik antara perawat dan keluarga
pasien, tim medis dalam proses keperawatan
DAFTAR PUSTAKA

Nanda International.2017. Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi Edisi

10. Jakarta: EGC.

Moorhead, dkk. 2017. Nursing Outcome Classification. Jakarta : Elsevier. Herdman

& Kamitsuru. (2015). Nanda Internation Inc. Diagnosis Keperawatan :

Definisi & Klasifikasi 2015-2017. Ahli bahasa Budi Anna Keliat. Jakarta

Lumbantobing, S.M.,2013. Sroke Bencana Peredaran Darah. Jakarta : Badan Penerbit


FKUI

Kementrian Kesehatan RI.2013 . Riset Kesehatan. Jakarta: Kemenkes RI Bulechek,

dkk .2013. Nursing Intervention Classification (NIC). Jakarta : EGC Smeltzer C.

Suzanne, Brunner & Suddarth. (2013). Buku Ajar Keperawatan


Medikal Bedah. Jakarta: EGC

Taylor, Cynthia M. (2013). Diagnosa Keperawatan dan Asuhan Keperawatan.

Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Wijaya & Putri.2013. Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta : Nuha Medika

Nugroho. 2011. Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam dan Bedah. Nuha medika :
yokyakarta.

Mardjono. 2003. Neurologis Klinis Dasar. Dian rakyat: Jakarta

Corwin, Elizabeth .2000. Patofisiologis. Penerbit Buku Kedokteran. EGC. Jakarta:


EGC

Manjoer .2000. Kapita Selekta Kedokteran. Media aesculapius: Jakartas

Anda mungkin juga menyukai