Anda di halaman 1dari 126

SKRIPSI

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU


PENCEGAHAN ULKUS DIABETIKUM PADA PASIEN DM TIPE 2
DI PUSKESMAS MANUKAN KULON
SURABAYA

DINA PRATYA NIAY


1130017051

DOSEN PEMBIMBING:
RUSDIANINGSEH, M.Kep.Ns.,Sp.Kep.Kom

PRODI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA
2021
SKRIPSI

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU


PENCEGAHAN ULKUS DIABETIKUM PADA PASIEN DM TIPE 2
DI PUSKESMAS MANUKAN KULON
SURABAYA

DINA PRATYA NIAY


1130017051

DOSEN PEMBIMBING:
RUSDIANINGSEH, M.Kep.Ns.,
Sp.Kep.Kom

PRODI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA
2021

i
SKRIPSI

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU


PENCEGAHAN ULKUS DIABETIKUM PADA PASIEN DM TIPE 2
DI PUSKESMAS MANUKAN KULON
SURABAYA

Disusun untuk Memenuhi


Syarat Mata Kuliah Tugas Akhir
Program Studi S1 Keperawatan
Fakultas Keperawatan dan Kebidanan
Universitas Nahdlatul Ulama
Surabaya

Oleh :

DINA PRATYA NIAY


1130017051

DOSEN PEMBIMBING:

Rusdianingseh, M.Kep.Ns., Sp.Kep.Kom


NPP. 1306882
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Skripsi ini hasil karya saya sendiri,

dan semua baik yang dikutip maupun dirujuk

telah saya nyatakan dengan benar

Nama : Dina Pratya Niay

NIM 1130017051

Tanda Tangan :

Tanggal : 12 Juli 2021


LEMBAR PERSETUJUAN NASKAH SKRIPSI

Judul : Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Perilaku Pencegahan


Ulkus Diabetikum Pada Pasien DM Tipe 2 Di Puskesmas
Manukan Kulon Surabaya
Penyusun : Dina Pratya Niay
NIM 1130017051
Pembimbing : Rusdianingseh, M.Kep.Ns.,Sp.Kep.Kom
Tanggal Ujian :

Disetujui Oleh :

Pembimbing,
Rusdianingseh, M.Kep.Ns.,Sp.Kep.Kom : .......................................................
NPP. 1306882

Mengetahui,
Ketua Program Studi S1 Keperawatan

Siti Nurjanah, S.Kep.Ns., M.Kep


NPP.0206713
LEMBAR PENGESAHAN

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU


PENCEGAHAN ULKUS DIABETIKUM PADA PASIEN DM TIPE 2
DI PUSKESMAS MANUKAN KULON
SURABAYA

SKRIPSI INI TELAH DISETUJUI


PADA, 12 Juli 2021

Oleh :
Pembimbing

Rusdianingseh, M.Kep.Ns., Sp.Kep.Kom


NPP. 1306882

Mengetahui,
Ketua Program Studi S1 Keperawatan

Siti Nurjanah, S.Kep.Ns., M.Kep


NPP.0206713
LEMBAR PENGESAHAN NASKAH SKRIPSI

Skripsi dengan judul :


HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU
PENCEGAHAN ULKUS DIABETIKUM PADA PASIEN DM TIPE 2
DI PUSKESMAS MANUKAN KULON
SURABAYA

Dinyatakan lulus :

Oleh Tim Penguji :


Ketua,
Rusdianingseh, M.Kep.Ns., Sp.Kep.Kom :
NPP. 1306882

Anggota I,
Umdatus Soleha, SST.,M.Kes :
NPP. 9904629

Anggota II,
Firdaus, S.Kep.Ns., M.Kes :
NPP. 9206362

Mengetahui,
Ketua Program Studi S1 Keperawatan

Siti Nurjanah, S.Kep.Ns., M.Kep


NPP.0206713
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS
AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK

Sebagai sivitas akademika Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya, saya yang


bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Dina Pratya Niay
NIM 1130017051
Program Studi : S1 Keperawatan
Fakultas : Keperawatan dan Kebidanan
Jenis Karya : Skripsi
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menujui untuk memberikan kepada
Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya Hak Bebas Royalti Non Ekslusif (Non-
exclusif Royalty-Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul :

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU


PENCEGAHAN ULKUS DIABETIKUM PADA PASIEN DM TIPE 2
DI PUSKESMAS MANUKAN KULON
SURABAYA

Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan), Dengan hak bebas Royalti Non-
Eksekutif ini Fakultas Keperawatan dan Kebidanan Nahdlatul Ulama Surabaya
berhak menyimpan, mengalih media/formatkan, mengelola dalam bentuk
pangakalan data (database), merawat dan mempublikasikan tugas akhir saya
selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai
pemilik Hak cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Surabaya, 12 Juli 2021


Pada Tanggal :

Yang menyatakan

Dina Pratya Niay


NIM. 1130017051
PEDOMAN PENGUNAAN SKRIPSI

Skripsi ini tidak dipublikasikan, namun tersedia di perpustakaan dalam


lingkungan Nahdlatul Ulama Surabaya, diperkenankan sebagai referensi
kepustakaan, tetapi pengutipan harus seijin Nahdlatul Ulama Surabaya dan harus
menulis nama penyusun sesuai etika ilmiah. Dokumen skripsi ini dalam bentuk
hard copy dan soft copy merupakan hak milik Nahdlatul Ulama Surabaya.
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah serta inayah-Nya sehingga dapat menyelesaikan skripsi dengan
judul “Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Perilaku Pencegahan Ulkus
Diabetikum Pada Pasien DM Tipe 2 Di Puskesmas Manukan Kulon Surabaya”
sebagai persyaratan Pendidikan Akademik dalam rangka menyelesaikan program
pendidikan S1 Keperawatan di Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya.
Penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai
pihak, baik materi, moral maupun spiritual. Oleh karena itu dalam kesempatan ini
penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Rusdianingseh, M.Kep.Ns.,Sp.Kep.Kom sebagai dosen pembimbing yang
penuh dengan perhatian mendampingi dan mengarahkan penulis dalam
menyusun skripsi ini
2. Siti Nurjanah, S.Kep.Ns.,M.Kep selaku Ketua Program Studi S1 Keperawatan
3. Khamida, S.Kep.Ns.,M.Kep., selaku Dekan Fakultas Keperawatan Dan
Kebidanan Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya.
4. Prof. Dr. Ir. Achmad Jasidie, M.Eng., selaku Rektor Universitas Nahdlatul
Ulama Surabaya.
5. Orang tua dan keluarga yang selalu mendoakan, mendukung, memberikan
arahan, dan memberikan bantuan baik moril maupun materil.
6. Sahabat-sahabat yang selalu mendoakan, mendukung, dan membantu saya
hingga terselesaikannya penelitian ini.
7. Kepala dan Perawat Puskesmas Manukan Kulon Surabaya yang telah
memberi ijin saya dalam melakukan penelitian ini.
8. Responden yang telah membantu dan berkontribusi dalam penelitian ini.
9. Semua pihak yang terlibat dalam pembuatan skripsi ini.
Semoga Allah SWT memberikan balasan atas dukungan dan perhatian yang
diberikan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari
bahwa skripsi ini memerlukan masukan agar penelitian dapat dilaksanakan,
sehingga penelitian yang akan dilakukan dapat berjalan dengan lancar.

Surabaya, 12 Juli 2021

Dina Pratya Niay


NIM. 1130017051
ABSTRAK
Beberapa penderita diabetes melitus kurang memperhatikan pengelolaan
penyakit diabetes melitus berupa ulkus diabetikum. Masalah yang sering terjadi
kurang memperhatikan adanya luka kecil dikakinya dan enggan memeriksakan
luka. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Hubungan Tingkat
Pengetahuan Dengan Perilaku Pencegahan Ulkus Diabetikum Pada Pasien DM
Tipe 2 Di Puskesmas Manukan Kulon Surabaya tahun 2021.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional analitik dengan
pendekatan cross sectional. Pada penelitian ini menggunakan pengambilan
sampel secara nonprobability sampling dengan menggunakan teknik purposive
sampling besaran sampel 45 orang. Pengumpulan data pada penelitian ini
menggunakan lembar kuisioner. Analisis data dengan menggunakan uji statistik
Uji Chi Square.
Hasil penelitian pengetahuan cukup terdapat 14 responden (60,9%), 9
responden (39,1%) memiliki perilaku positif. Terdapat hubungan antara tingkat
pengetahuan dengan perilaku pencegahan ulkus diabetikum (p-value 0,000 ;
p<0,05).
Disimpulkan bahwa terdapat hasil signifikan antara tingkat pengetahuan
dengan perilaku pencegahan ulkus diabetikum pada pasien DM tipe 2.
Pengetahuan yang benar akan penyebab terjadinya diabetes mellitus akan
mempengaruhi pasien berperilaku positif, demikian pasien dapat melakukan
pencegahan secara mandiri terhadap penyakit diabetes mellitus. Tidak hanya
dilakukan mandiri namun tim kesehatan diharapkan juga berperan dalam
mendampingi pasien untuk membentuk pengetahuan dan perilaku.
Kata Kunci : Diabetes Mellitus, Ulkus Diabetikum, Tingkat Pengetahuan,
Perilaku
ABSTRAK
Some people with diabetes mellitus pay less attention to the management of
diabetes mellitus in the form of diabetic ulcers. Problems that often occur are not
paying attention to small wounds on their feet and are reluctant to check the
wounds. The purpose of this study was to determine the relationship between
knowledge level and diabetic ulcer prevention behavior in type 2 DM patients at
the Manukan Kulon Health Center Surabaya in 2021.
This research is an analytic observational research with a cross sectional
approach. In this study, non-probability sampling used a purposive sampling
technique with a sample size of 45 people. Collecting data in this study using a
questionnaire sheet. Data analysis using Chi Square test statistical test.
The result of the research is sufficient knowledge, there are 14 respondents
(60.9%), 9 respondents (39.1%) have positive behavior. There is a relationship
between the level of knowledge with diabetic ulcer prevention behavior (p-value
0.000 ; p<0.05).
It was concluded that there were significant results between the level of
knowledge and the behavior of preventing diabetic ulcers in type 2 DM patients.
Correct knowledge of the causes of diabetes mellitus will influence patients to
behave positively, so patients can independently prevent diabetes mellitus. It
is not only done independently, but the health team is also expected to play a role
in assisting patients to form knowledge and behavior.
Keywords: Diabetes Mellitus, Diabetic Ulcer, Knowledge Level, Behavior
DAFTAR ISI
Sampul Dalam....................................................................................................i
Lembar Persetujuan............................................................................................ii
Halaman Pernyataan Orisinalitas........................................................................iii
Lembar Persetujuan Proposal.............................................................................iv
Lembar Pengesahan............................................................................................v
Lempar Pengesahan Naskah Proposal................................................................vi
Halaman Pernyataan Persetujuan Publikasi Tugas Akhir Untuk
Kepentingan Akademik......................................................................................vii
Pedoman Pengunaan Proposal............................................................................viii
Kata Pengantar....................................................................................................ix
Daftar Isi.............................................................................................................x
Daftar Gambar....................................................................................................xi
Daftar Tabel........................................................................................................xii
Daftar Lampiran..................................................................................................xiii
Daftar Arti Lambang, Singkatan, dan Istilah......................................................xiv
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...............................................................................................1
B. Batasan Masalah............................................................................................4
C. Rumusan Masalah..........................................................................................4
D. Tujuan Penulisan............................................................................................4
E. Manfaat Penulisan..........................................................................................4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Pengetahuan......................................................................................8
B. Konsep Diabetes Melitus Tipe 2....................................................................13
C. Konsep Perilaku.............................................................................................28
D. Konsep Ulkus Diabetikum.............................................................................35
BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN
A. Kerangka Konseptual.....................................................................................48
B. Hipotesis Penelitian........................................................................................49
BAB 4 METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancang Bangun Penelitian...........................................................50
B. Populasi Penelitian.........................................................................................50
C. Sampel, Besar Sampel, dan Cara Pengambilan Sampel................................50
D. Lokasi dan Waktu Penelitian.........................................................................51
E. Kerangka Operasional Penelitian...................................................................52
F. Variabel dan Definisi Operasional.................................................................53
G. Instrumen Penelitian dan Cara Pengumpulan Data.......................................55
H. Pengolahan dan Analisis Data.......................................................................55
I. Etika Penelitian................................................................................................58
BAB 5 HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Lokasi Penelitian........................................................................59
B. Hasil Penelitian............................................................................................59
BAB 6 PEMBAHASAN
A. Pembahasan..................................................................................................64
B. Keterbatasan Penelitian................................................................................72
BAB 7 SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan.......................................................................................................73
B. Saran..............................................................................................................73
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................74
LAMPIRAN......................................................................................................76
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Judul Gambar Halaman

Gambar 3.1

Kerangka Konseptual Hubungan Tingkat Pengetahuan 48


Dengan Perilaku Pencegahan Ulkus Diabetikum Pada
Pasien DM Tipe 2 Surabaya.

Gambar 4.1
Kerangka Operasional Penelitian Hubungan Tingkat
Pengetahuan Dengan Perilaku Pencegahan Ulkus
52
Diabetikum Pada Pasien DM Tipe 2 Surabaya.
DAFTAR TABEL
No. Tabel Judul Tabel Halaman

Klasifikasi Luka Diabetes.


Tabel 2.1 37
Klasifikasi Warna Dasar Luka.
Tabel 2.2 38
Tabel 2.3 Manifestasi Klinis Ulkus Diabetes Mellitus. 39
Tabel 2.4 SOP Perawatan kaki DM (Tanpa Luka) 45
Tabel 4.1 Definisi Operasional 53

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia


Tabel 5.1 60
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan
Tabel 5.2 60
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan
Tabel 5.3 61
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan 61

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Perilaku


Tabel 5.5 62
Tabel 5.6 Tabulasi Silang Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan
Perilaku 62
DAFTAR LAMPIRAN
No. Lampiran Judul Lampiran Halaman

Lampiran 1 Lembar Permohonan Ijin Pengambilan Data Awal 76


Lampiran 2 Surat Pengantar Dari Bakesbangpol dan Linmas 77
Lampiran 3 Surat Pengantar Dari Dinas Kesehatan 78
Lampiran 4 Balasan Puskesmas Manukan Kulon Surabaya 79
Lampiran 5 Laik Etik 80
Lampiran 6 Surat Pengantar Izin Penelitian 81
Lampiran 7 Surat Perizinan Bakesbangpol dan Linmas 82
Lampiran 8 Surat Perizinan Dinas Kesehatan 83
Lampiran 9 Surat Perizinan Puskesmas 84
Lampiran 10 Lembar Permohonan Menjadi Responden 85
Lampiran 11 Lembar Persetujuan Menjadi Responden 86
Lampiran 12 Lembar Informasi Untuk Responden 87
Lampiran 13 Lembar Persetujuan Mengikuti Penelitian 90
Lampiran 14 Kuesioner Penelitian 92
Lampiran 15 Rekapitulasi Data Umum 96
Lampiran 16 Rekapitulasi Data Khusus 98
Lampiran 17 Tabulasi Data Penelitian 100
Lampiran 18 Hasil Uji Uji Statistik 102
Lampiran 19 Lembar Konsultasi 105
DAFTAR LAMBANG
Arti Lambang
% : Presentase
= : Sama dengan
- : Sampai
/ : Atau
. : Titik
, : Koma
< : Kurang dari
≥ : Lebih dari
√ : Centang
ρ : Probability
α : Alfa
d : Tingkat Signifikan
N : Populasi
n : Sampel

Singkatan
DR. : Doktor
Ir. : Insinyur
Kemenkes : Kementrian Kesehatan Dasar
M.Eng : Magister of Enginering
M.Kep : Magister Keperawatan
M.Kes : Magister Kesehatan Masyarakat
NIM : Nomer Induk Mahasiswa
NPP : Nomer Pokok Pegawai
Ns : Ners
pH : Potential Hydrogen
Prodi : Program Studi
Prof. : Profesor
Riskesdas : Riset Kesehatan
S.Kep : Sarjana Keperawatan
SKM : Sarjana Kesehatan Masyarakat
SPSS : Statistical Product and Service
Solutions UNUSA : Universitas Nahdlatul Ulama
Surabaya WHO : World Health Organization
Yth, : Yang Terhormat
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Beberapa penderita diabetes melitus
kurang memperhatikan pengelolaan penyakit
diabetes melitus berupa ulkus diabetikum.
Selain itu penderita kurang memperhatikan
akibat-akibat yang dapat terjadi karena tidak
adanya perawatan kaki pada penderita
diabetes melitus. Hal tersebut dapat
disebabkan tingkat pengetahuan yang rendah
atau kurangnya informasi yang membuat
tingkat kesadaran menjadi kurang. Masalah
yang sering terjadi kurang memperhatikan
adanya luka kecil dikakinya dan enggan
memeriksakan luka. Pengetahuan tentang
penyakit diabetes melitus, sangat penting
karena tidak hanya memahami penyakit
tersebut tetapi dapat menentukan langkah-
langkah yang perlu diambil dalam rangka
mencegah penyakit ulkus diabetikum.
Atlas Diabetes IDF (2019) telah
menyebutkan perkiraan prevalensi diabetes
(tipe 1 dan tipe 2 , baik terdiagnosis maupun
tidak terdiagnosis) pada tahun 2000 orang
berusia 20–79 tahun meningkat dari 151 tahun
juta (4,6% dari populasi global pada saat itu)
ke tahun 2019 meningkat menjadi tiga kali
lipat yaitu 463 juta (9,3%). Tanpa tindakan
yang memadai, memperkirakan 578 juta orang
(10,2% dari populasi) akan menderita diabetes
pada tahun 2030. Angka itu akan melonjak
menjadi 700 yang mengejutkan juta (10,9%)
pada tahun 2045. Proyeksi untuk masa depan
sudah jelas menunjukkan bahwa dampak
1
global terdapat di Provinsi NTT, yaitu sebesar 0,9%,
diabetes sedangkan prevalensi DM tertinggi di Provinsi
adalah DKI Jakarta sebesar 3,4%. Prevalensi DM
kemungki semua umur di Indonesia pada Riskesdas 2018
nan akan sedikit lebih rendah dibandingkan prevalensi
terus DM pada usia ≥15 tahun, yaitu sebesar
meningkat 1,5%. Sedangkan provinsi dengan prevalensi
pesat
(Federatio
n, 2019).
Preval
ensi DM
berdasarka
n
diagnosis
dokter
pada
penduduk
umur ≥ 15
tahun hasil
Riskesdas
2018
meningkat
menjadi
2%.
Prevalensi
DM
berdasarka
n
diagnosis
dokter dan
usia ≥ 15
tahun yang
terendah
2
DM tertinggi semua umur berdasarkan diagnosis dokter juga masih di DKI
Jakarta dan terendah di NTT (Riskesdas, 2018).
Salah satu wilayah dengan jumlah penderita diabetes terbanyak adalah
provinsi Jawa Timur dengan prevalensi penderita diabetes melitus yaitu
sebesar 2,2% yang masuk urutan 10 besar yaitu pada urutan kelima prevalensi
penderita diabetes melitus se-Indonesia. Kota Surabaya menduduki urutan
ketiga di wilayah Jawa Timur dengan jumlah 3,5% (Riskesdas, 2018).
Kasus terjadinya ulkus diabetik di seluruh dunia terus meningkat. Dari
penelitian yang dilakukan Leone dkk, menunjukkan bahwa hampir 15%
pasien DM akan mengalami komplikasi ulkus diabetik dimasa yang akan
datang. Prevalensi ulkus diabetik diperkirakan mencapai sekitar 4-27%
penderita ulkus diabetik di seluruh dunia. Prevalensi penderita ulkus diabetik
di Amerika Serikat adalah 15-20%, resiko terjadinya amputasi sekitar 15-
46% lebih banyak dibandingkan dengan pasien yang tidak menderita DM,
sedangkan di Indonesia angka kematian dan amputasi masih tinggi, angka ini
akan meningkat jauh pada tahun 2025 (Rosyid, 2017). Hasil studi
pendahuluan yang dilakukan di Puskesmas Manukan Kulon Surabaya,
didapatkan pasien DM tanpa ulkus diabetik sejumlah 50 pasien, sedangkan
pasien DM dengan ulkus diabetik sejumlah 7 pasien.
Salah satu komplikasi dari diabetes melitus adalah masalah pada kaki
yang biasa disebut kaki diabetes. Hal ini terjadi gangguan berupa kerusakan
sistem saraf (neurophati) dapat dibagi menjadi 3 yaitu sistem saraf perifer,
otonom, dan motorik. Kerusakan sistem saraf perifer pada umumnya dapat
menyebabkan kesemutan, nyeri pada tangan dan kaki, serta berkurangnya
sensitivitas atau mati rasa. Kaki yang mati rasa akan berbahaya karena
penderita tidak dapat merasakan jika kakinya terluka. Keadaan hiperglikemia
yang terus menerus akan berdampak pada kemampuan pembuluh darah untuk
berkontraksi sehingga mengalami penurunan. Hal ini mengakibatkan sirkulasi
darah di dalam tubuh menurun terutama pada kaki dan apabila lecet mudah
sekali terjadi luka/ulkus (Yuda, 2016). Selain itu kaki diabetes yang tidak
dirawat dengan baik akan mudah mengalami luka, dan akan cepat
berkembang menjadi ulkus kaki. Orang yang mengidap penyakit diabetes
melitus lebih tinggi resikonya mengalami masalah kaki karena berkurangnya
sensasi rasa nyeri setempat (neuropati) sehingga membuat penderita tidak
menyadari dan sering mengabaikan luka yang terjadi. Tindakan yang harus
dilakukan dalam perawatan kaki untuk mengetahui adanya kelainan kaki
secara dini (Monalisa & Gultom, 2009) dalam kutipan (Rahmawati U.N.,
2017).
Pengetahuan tentang komplikasi dari Diabetes Mellitus, pengendalian
kadar gula darah, diet, olahraga, dan pemeriksaan kaki secara berkala menjadi
bagian dari pencegahan primer ulkus kaki diabetes. Selain dari beberapa hal
diatas ternyata perawatan kaki diabetes (Diabetic Foot Care) akan sangat
berpengaruh terhadap pencegahan terjadinya komplikasi kronik kaki diabetes
seperti ulkus atau bahkan gangren (Soegondo, 2012).
Kurangnya pengetahuan dalam merawat kaki dari komplikasi penyakit
Diabetes Mellitus akan menyebabkan kurang tepat dalam perilaku merawat
dirinya. Sebenarnya komplikasi tersebut dapat dicegah bila pasien
mempunyai pengetahuan cara perawatan mandiri di rumah untuk
menghindari komplikasi diabetik jangka panjang menurut Brunner Suddart
(2001) dalam (Adianto, 2015). Untuk meningkatkan pengetahuan dan
pencegahannya diharapkan dengan edukasi pada setiap pasien tentang
pentingnya menjaga pola hidup sehat dan perawatan kaki maka kasus ulkus
diabetik dapat dicegah dengan perawatan yang optimal. Dengan adanya
pengetahuan yang cukup dapat mengembangkan apa yang diketahui dan
dapat mengatasi kebutuhan kelangsungan hidup, sehingga dapat
mempengaruhi seseorang dalam berperilaku. Maka akan dapat memilih
alternatif yang terbaik bagi dirinya dan cenderung memperhatikan hal-hal
yang penting dalam perawatan diabetes mellitus.
Berdasarkan kondisi tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
yang berjudul “ Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Perilaku
Pencegahan Ulkus Diabetikum Pada Pasien DM Tipe II Di Puskesmas
Manukan Kulon Surabaya “.
A. Batasan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka, kurangya pengetahuan
pencegahan ulkus diabetikum terhadap diabetes mellitus tipe 2 mengenai
pentingnya pengendalian kadar gula darah, lipid, tekanan darah, pola hidup sehat,
olahraga, diet dan konsumsi obat yang teratur, perawatan kaki dan upaya
pencegahan komplikasi luka bagi penderita diabetes mellitus tipe 2 ini akan
berdampak pada peningkatan ulkus diabetikum bagi penderita diabetes mellitus
tipe 2. Dalam penelitian ini pembahasan difokuskan kepada masalah Hubungan
Tingkat Pengetahuan Dengan Perilaku Pencegahan Ulkus Diabetikum Pada
Pasien DM Tipe 2 Di Puskesmas Manukan Kulon Surabaya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan pembahasan masalah diatas, maka penulis
menentukan rumusan masalah sebagai berikut : adakah Hubungan Tingkat
Pengetahuan Dengan Perilaku Pencegahan Ulkus Diabetikum Pada Pasien DM
Tipe 2 Di Puskesmas Manukan Kulon Surabaya ?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Hubungan Tingkat
Pengetahuan Dengan Perilaku Pencegahan Ulkus Diabetikum Pada Pasien
DM Tipe 2 Di Puskesmas Manukan Kulon Surabaya.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi pengetahuan pasien diabetes mellitus tipe 2
b. Mengindentifikasi perilaku pencegahan ulkus diabetikum pada
pasien diabetes mellitus tipe 2
c. Menganalisa Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Perilaku
Pencegahan Ulkus Diabetikum Pada Pasien DM Tipe 2 Di
Puskesmas Manukan Kulon Surabaya.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini dapat digunakan tambahan ilmu dan tambahan
informasi untuk memberikan pengetahuan pada pasien diabetes mellitus tipe
2 tentang pencegahan ulkus diabetikum.
2. Manfaat Praktis Kesehatan
Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi pelayanan kesehatan
dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien diabetes mellitus tipe 2.
3. Manfaat Lahan Penelitian
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi perawat
untuk dapat memberikan penyuluhan tentang pencegahan ulkus diabetikum
pada pasien diabetes mellitus tipe 2.
4. Manfaat Pasien DM Tipe 2
Hasil penelitian dapat meningkatkan pengetahuan pasien tentang
pentingnya pengetahuan pencegahan ulkus diabetikum.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Pengetahuan

1. Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan adalah suatu yang diketahui berkaitan dengan proses
pembelajaran, proses belajar ini dipengaruhi berbagai factor dari dalam
seperti motivasi dan faktor luar berupa sarana informasi yang tersedia serta
keadaan sosial budaya (Notoadmodjo, 2012).
Menurut (Notoadmodjo, 2010), pengetahuan adalah berbagai gejala yang
ditemui dan diperoleh manusia melalui pengetahuan akal, pengetahuan
muncul ketika seseorang menggunakan akal budaya untuk mengenal benda
atau kejadian tertentu yang pernah diliat atau disarankan.
Pengetahuan adalah hasil dari pengindraan manusia, atau hasil tau
seseorang terdapat objek melalui indra yang dimiliki (mata, hidung, telingah,
dan sebagainya)dan sendirinya pada waktu pengindraan sehingga
menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas
perhatian persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang
diperoleh melalui indra pendengaran (telinga) (Notoadmodjo, 2014)
Menurut (Notoadmodjo, 2012) tingkat pengetahuan adalah tingkat
seberapa kedalam seseorang dapat menghadapinya, mendalami,
memperdalam perhatian seperti bagaimana manusia menyelesaikan masalah
tentang konsep-konsep baru dan pengetahuan dalam belajar dikelas, untuk
mengukur tingkat pengetahuan seseorang secara rinci dari enam tingkatan :
a. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai meningkatkan suatu materi yang telah dipelajari


sebelumnya, termasuk kedalam tingkat pengetahuan ini adalah mengingat
kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang
dipelajari atau rangsangan yang diterima.

b. Memahami (cromprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan


secara besar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan
materi tersebut secara benar tentang objek yang dilakukan dengan
menjelaskan, menyebutkan contoh dan lain-lain.

c. Aplikasi (aplication)

Diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menggunakan materi yang


telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya.

d. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk melakukan atau


menghubungkan bagian-bagian di dalam bentuk keseluruhan yang baru.

e. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan atau


menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keselarasan yang baru
dengan kata lain evaluasi adalah kemampuan untuk menilai dan menyusun
formulir dari formal-formal yang ada.

f. Kreasi

Kreasi adalah kemampuan untuk mengembangkan atau menciptakan ide


dan karya baru.

Dari teori pengetahuan diatas dapat disimpulkan bahwa pengetahuan


memiliki 6 tingkatan pengetahuan dimana tingkatan tersebut diantaranya
tingkatan pertama tahu setelah mendapatkan pengetahuan, tingkatan ke dua
memahami pengetahuan yang didapatkan, tingkat ketiga dapat
mengaplikasikan pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari, tingkat keempat
dapat menunjukan kemenunjukan kemampuan yang meringkas materi,
tingkat ke lima seseorang mempunyai kemampuan untuk melakukan
penelitan terhadap suatu materi dan tingkat keenam sesorang mampu
mengembangkan atau menciptakan ide dan cara yang berbeda dari
sebelumnya.
2. Jenis Pengetahuan

Menurut (Agus, 2013) pemahaman masyarakat mengenai pengetahuan


dalam konteks kesehatan sangat benareka ragam. Pengetahuan merupakan
kesehatan. Jenis pengetahuan diantaranya sebagai berikut :

a. Pengetahuan implisit

Pengetahuan implisit adalah pengetahuan yang masi tertanam dalam


bentuk pengalaman seseorang yang bersifat faktor-faktor yang tidak bersifat
nyata, seperti keyakinan pribadi, perspektif, dan prinsip. Pengetahuan
seseorang biasanya sulit untuk ditransfer keorang lain baik secara tertulis
atau lisan. Pengetahuan implisit seringkali berisi kebiasaan dan bahkan bisa
tidak disadari.

b. Pengetahuan eksplisit

Pengetahuan eksplisit adalah bentuk pengetahuan yang telah


didokumentasikan atau disampaikan dalam bentuk nyata, bisa dalam wujud
prilaku kesehatan, pengetahuan nyata diseskriptifkan dalam tindakan-
tindakan yang berhubungan dengan kesehatan.

3. Cara Memperoleh Pengetahuan

Menurut(Notoadmodjo,2010), cara mendapat pengetahuan dikelompokan


menjadi dua, yakni cara tradisional atau non ilmia dan cara modern atau yang
disebuut dengan cara ilmia.

a. Cara tradisional (non ilmia)


1) Trial and eror

Cara ini digunakan orang sebelum adanya kebudayaan, bahkan mungkin


sebelum adanya peradapan pada waktu itu bila sesorang menghadapi
persoalan dan masalah.

2) Kekuasaan dan otoritas

Dalam kehidupan , manusia sehari-hari, banyak sekali kebiasaan dan


tradisi-tradisi yang dilakukan oleh manusia.
3) Berdasarkan pengalaman pribadi

Pengalaman itu merupakan sumber pengetahuan, atau suatu cara untuk


memperoleh kebenaran pengetahuan.

b. Cara ilmia modern

Dalam memperoleh pengetahuan dewasa ini menggunakan cara yang


lebih sistematis, logis dna ilmiah . cara in disebut metode ilmiah atau yang
lebih popular disebut metodelogi penelitian (Research Metholog).

4. Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan


Menurut (Agus, 2013) faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan
yaitu:

a. Faktor pendidikan

Sampai saat ini pendidikan memegang peran penting pada setiap individu
untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Pendidikan adalah suatu usaha untuk
mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan diluar sekolah
( baik formal maupun non formal) berlangsung seumur hidup. Pendidikan
adalah sebuah proses pengubahan sikap atau tata laku seseorang atau
kelompok atau usah mendewasakan manuusia melalui pengajaran dan
pelatihan. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan
seseorang, akin mudah orang tersebut menerima informasi. Dengan
pendidikan tinggi, maka seseorang akan cenderung mendapatkan informasi,
baik dari orang lain maupun dari media masa. Semakin banyak informasi
yang masuk semakin banyak pula pengetahuan didapat tentang kesehatan.

Peningkatan pengetahuann tidak mutlak diperoleh dipendidikan formal,


akan tetapi dapat juga diperoleh pada pendidikan non formal. Penetahuan
seseorang tentang suatu objek juga mengandung dua aspek yaitu aspek positif
dan negatif. Kedua aspek inilah yang akan menetukan sikap sesorang
terhadap objek tertentu. Semakin banyak aspek positif dari objek yang
diketahui, maka akan menumbuhkan sikap makin positif terhadap objek
tersebut.
Ada pun pendidikkan dibagi menjadi 3 tingkatan :

1) Tingkatan dasar

Jenjang pendidikan awal selama 9 tahun pertama masa sekolah anak-


anak yang melandasi jenjang pendidikan menengah. Pendidikan dasar terdiri
dari sekolah dasar dan SMP.

2) Tingkat menengah

Jenjang pendidikan menengah merupakan jenjang pendidikan lanjutan


pendidikan dasar, yaitu sekolah menengah atas (SMA) selama 3 tahun waktu
tempuh pendidikan.

3) Tingkatan tinggi

Pendidikan tinggi adalah jenjang pendidikan setelah pendidikan


menengah yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister,
doktor, dan spesialis yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi.

b. Informasi atau media masa

Informasi adalah “that of which one is apprised or told : intelligence


news” (Oxford English dictionary). Kamus lain menyatakan bahwa informasi
adalah suatu yang dapat diketahui, namun ada pula yang menekankan
informasi sebagai transfer pengetahuan. Salain itu, informasi juga dapat
didefinisikan sabagai suatu teknik untuk mengumpulkan, menyiapkan,
menyimpan, memanipulasi, mengumumkann, menganalisis dan menyebarkan
informasi dengan tujuan tertentu (Undang-Undang Teknologi Informasi).

Informasi yang diperoleh baikk dari pendidikan formal maupun


nonformal dapat diberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact)
sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan.
Berkembangnya teknologi akan menyediakan bermacam-macam media masa
yang dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang inovasi baru.
Sebagai sarana komunikasi, sebagai bentuk media masa seperti televisi, radio,
surat kabar, majalah dan lain-lain mempunyai pengaruh besar terhadap
pembentukan opini dan kepercayaan orang. Dalam menyampaikan informasi
sebagai tugas pokoknya media masa juga membawa pesan-pesan yang berisi
sugesti yang berisi dapat mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi
baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi
terbentuknya pengetahuan terhadap hal tersebut.

c. Sosial, budaya, dan ekonomi

Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui


penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian,
seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan. Status
ekonomi seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang
diperluakan untuk kegiatan tertentu sehingga status sosial ekonomi ini akan
mempengaruhi pengetahuan seseorang.
Kota Surabaya sebagai salah satu kota metropolitan di Indonesia selalu
menjadi magnet tersendiri bagi para pencari kerja. Banyaknya urban juga
berimbang dengan tumbuhnya industri-indutri yang ada di kota Surabaya.
Gaji umk dikota Surabaya ditahun 2018 ini mencapai Rp 3.583.312 cukup
memang jika dibandingkan dengan kota-kota lain di Indonesia. Nilai umk di
Surabaya ini juga sebanding dengan umk di kota-kota penyangga industri
disekitarnya, misalkan sidoarjo, pasuruan, mojokerto, dan gresik yang rata-
rata mencapai umk 3,5 jutaan.

d. Lingkungan

Lingkungan adalah segalah sesuatu yang ada disekitar individu, baik


lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh terhadap
proses masuknya pengetahuan ke dalam individub yang berada dilingkungan
tersebut. Hal ini terjadi karena adanya reaksi timbal balik atau pun tidak, yang
akan direspon sebagai pengetahuan oleh setiap individu.

e. Pengalaman

Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk


memperoleh kebenaran pengetahuan dengan pengetahuan dengan cara
mengulang kembali pengatahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah
yang dihadapi masa lalu. Pengalaman belajar dengan bekerja yang
dikembangkan akan memberikan pengetahuan dalam ketrampilan
professional, serta dapat mengembangkan kempuan mengambil keputusan
yang merupakan manifestasi dari keterpaduan menalar secarah ilmiah dan
etik yang bertolak dari masalah nyata dalam bidang kerjanya.

f. Usia

Usia mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin


bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola
pikirnya sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik. Pola
usia madya, individu akan lebih berperan aktif dalam masyarakat dan
kehidupan sosial, serta lebih benyak melakukan persiapan aktif dalam
masyarakat dan kemampuan sosial, serta lebih banyak melakukan persiapan
demi suksesnya upaya menyesuaikan diri menuju usia tua.
Kategori menurut depkes RI (2012) :

1) Masa balita = 0-5 tahun


2) Masa kanak-kanak = 5-11 tahun
3) Masa remaja awal = 12-16 tahun
4) Masa remaja akhir = 17-25 tahun
5) Masa dewasa awal = 26-35 tahun
6) Masa dewasa akhir = 36-45 tahun
7) Masa lansia awal = 46-55 tahun
8) Masa lansia akhir = 56-65 tahun
9) Masa manula = 66-sampai atas

Selan itu, orang usia madya lebih banyak menggunakan banyak waktu
untuk membaca. Kemampuan intelektual, pemecahan masalah dan
kemampuan verbal dilaporkan hampir tidak ada penurunan pada usia ini.
Diantara sikap tradisional menangani jalannya perkembangan selama hidup
adalah sebagai berikut :

1) Semakin tua semakin bijak, semakin banyak info yang dijumpai dan
semakin banyak hal yang dikerjakan sehingga menambah pengetahuan.
2) Tidak dapat mengerjakan kepandaian baru orang yang sudah tua karena
telah mengalami kemunduran baik maupun mental. Dapat diperkirakan
bahwa IQ akan menrun dengan sejalan dengan bertambahnya usia,
kususnya pada beberapa kemampuan yang lain seperti kosa kata dan
pengalaman umur. Beberapa teori berpendapat tentang IQ seseorang akan
menurun cukup cepat sejalan dengan bertambahnya usia.
4) Pengukuran Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket
yang menyatakan isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau
responden. Kedalam pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur
dengan menyesuaikan tingkata-tingkatan pengetahuan (Notoadmodjo, 2012).
Cara untuk menghitung pengetahuan presentase dari responden dengan
menggunakan rumus:
P= x100%
P : skor yang diperoleh
Q : jumlah jawaban benar
R : jumlah skor maksimal, jika pertanyaan dijawab benar
Menurut Arikunto (2010) dalam (Agus, 2013) dalam tingkat pengetahuan
seseorang dapat dibedakan menjadi tiga tingkatan yang berdasarkan pada
presentase :
a. Tingkatan pengetahuan kategori baik nilainya ≥ 75%
b. Tingkatan pengetahuan kategori cukup nilainya 56-74%
c. Tingkatan pengetahuan kategori kurang nilainya ≤ 55%
C. Konsep Diabetes Mellitus Tipe II
1. Pengertian Diabetes Mellitus
Penyakit diabetes merupakan permasalahan kesehatan yang sangat
penting di dunia, mengingat dari tahun ke tahun jumlah penderitanya semakin
meningkat. Menurut perkiraan International Diabetes Federation (IDF) pada
tahun 2013 sekitar lebih dari 371 juta orang penduduk diseluruh dunia
mengalami diabetes mellitus, dan 4,8 juta orang meninggal akibat penyakit
ini. Demikian juga di Indonesia, hasil riset kesehatan dasar tahun 2013
menunjukkan bahwa proporsi penduduk di Indonesia yang berusia lebih dari
15 tahun yang menderita diabetes mellitus adalah 6,9%. ditemukan juga
adanya peningkatan kejadian diabetes dari 1,1% ditahun 2007 menjadi 2,1%
pada tahun 2013 (Firani, 2017).
Diabetes mellitus merupakan penyakit metabolik yang ditandai dengan
peningkatan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. Penyakit ini
disebabkan oleh interaksi yang kompleks antara faktor genetik, lingkungan,
dan gaya hidup. Terdapat beberapa jenis diabetes mellitus yang disebabkan
oleh penurunan sekresi insulin, penurunan penggunaan glukosa oleh sel-sel
dalam tubuh, dan peningkatan produksi glukosa dalam tubuh. Kelainan
regulasi metabolik yang berkaitan dengan diabetes mellitus menyebabkan
perubahan patologis multi organ sistem, sehingga mengakibatkan berbagai
komplikasi (Firani, 2017).
Diabetes mellitus adalah penyakit metabolik kronis muncul sebagai
masalah kesehatan masyarakat yang utama. Untuk individu yang memiliki
darah tinggi glukosa saat diagnosis, harus dipertimbangkan diberikan untuk
memulai terapi kombinasi segera, dan / atau penggunaan terapi insulin
(sebelum dipindahkan ke terapi oral kombinasi monoor) untuk menurunkan
glukosa toksisitas dan mencapai tujuan glikemik sesegera mungkin
(Soewondo, 2012).

2. Etiologi
Bicara etiologi diabetes mellitus tipe 2 tidak terlepas dari peran penting
hormone insulin dan reseptornya yang ada di sel tubuh manusia. Ada dua
etiologi yang berperan pada kejadian diabetes mellitus tipe 2. Hal pertama
terjadi karena ada penurunan sensitivitas dari insulin (resistensi terhadap
insulin). Artinya, insulin meskipun cukup jumlahnya namun tidak dapat
bekerja sebagaimana mestinya untuk menurunkan kadar glukosa darah akibat
kerusakan pada reseptor insulin di sel. Dengan demikian hormone insulin
tidak dapat berikatan dengan reseptornya dan glukosa darah tidak dapat masuk
ke dalam sel (Ns. Paulus Subiyanto, 2019).
Hal kedua karena penurunan produksi insulin oleh sel beta pankreas.
Diabetes mellitus tipe 2 ini dirawat dengan cara melakukan edukasi, diet,
latihan fisik/olahraga, dan monitoring glukosa darah. Selain itu, perawatan
dan pengobatan bisa menggunakan hipoglikemia oral atau insulin sesuai
dengan kebutuhan (Ns. Paulus Subiyanto, 2019).
3. Klasifikasi Diabetes Mellitus
Secara umum pembagian penyakit diabetes didasarkan pada American
Diabetes Association (ADA) - persatuan Diabetes Amerika - tahun 2009
dalam (Tjokroprawito, 2011), yaitu :
a. DM Tipe 1
Sekitar 5-10% dari total penderita DM. Pengobatan jenis DM ini
tergantung 100% pada insulin, karena pankreas tidak bisa memproduksi
insulin. Sebagian besar penyebabnya tidak diketahui. DM ini biasa tinbul
pada anak atau dewasa muda.
b. DM Tipe 2
DM Tipe 2 adalah DM yang kebanyakan mengenai penderita dewasa
terutama umur 40 tahun keatas. Pengobatan DM ini tidak tergantung pada
100% insulin. Insulin diproduksi, tetapi jumlahnya tidak cukup. Sehingga
pengobatannya dapat menggunakan insulin dibantu dengan obat hipoglikemik
oral (OHO) atau OHO saja.
c. DM Tipe spesifik lain
DM tipe ini disebabkan oleh beberapa hal, seperti defek genetik fungsi
sel β, defek genetik aksi insulin, penyakit eksokrin pankreas, dan
endokrinopati. Dicetuskan oleh obat atau zat kimia, infeksi, bentuk lain pada
diabetes yang dipengaruhi imun, dan sindroma genetik lain yang
dihubungkan dengan diabetes.
d. DM Gestasional ( kehamilan )
DM yang timbul pada waktu hamil dimana sebelum hamil tidak
menderita diabetes.
4. Manifestasi Klinis
Menurut (Ns. Paulus Subiyanto, 2019) Manifestasi klinis utama dari DM
Tipe 2 adalah hiperglikemia, yaitu kadar glukosa darah puasa ≥126 mg/dL dan
kadar glukosa 2 jam setelah makan atau pembebanan glukosa ≥200 mg/dL.
Keluhan khas yang menyertai umumnya adalah banyak kencing (poliuria),
sering haus dan banyak minum (polidipsia), mudah lapar dan sering makan
(polifagia), serta berat badan menurun tanpa sebab yang jelas. Sementara itu,
keluhan yang tidak khas yang menyertai DM Tipe 2 antara lain kesemutan
pada kaki, gatal daerah genital dan keputihan pada wanita, luka infeksi yang
sulit sembuh, bisul yang hilang timbul , mata kabur, cepat lelah dan mudah
mengantuk, serta disfungsi ereksi pada pria.
a. Poliuria. Keadaan sering kencing atau poliuria disebabkan kadar glukosa
darah melebihi ambang batas ginjal dalam reabsorpsi glukosa di tubulus
ginjal. Hal tersebut menyebabkan glukosuria yang berdampak pada
terjadinya diuresis osmotic, yaitu pengenceran volume urine sehingga
volume urine yang dikeluarkan bertambah banyak. Keluhan sering
kencing ini umumnya terjadi pada malam hari karena mengganggu tidur
pasien. Adanya glukosa dalam urine inilah kemudian muncul istilah
kencing manis.
b. Polidipsia. Keluhan sering haus dan sering minum ini berhubungan
dengan pengenceran plasma, yaitu penarikan cairan dari dalam sel akibat
hiperglikemia yang menyebabkan sel kekurangan cairan, serta adanya
hipovolemia akibat sering kencing.
c. Polifagia. Keluhan mudah lapar dan sering makan umumnya juga
disertai mudah lelah dan mengantuk, disebabkan adanya penurunan
ambilan glukosa oleh sel akibat defisiensi insulin. Ini menyebabkan sel
mengalami kelaparan karena kekurangan glukosa untuk digunakan dalam
pembentukan energi.
d. Berat badan menurun. Keluhan berat badan yang menurun sangat jelas
terjadi akibat sel kekurangan glukosa yang menyebabkan terjadinya
gluconeogenesis, yaitu pembentukan glukosa dan energi bukan berasal
dari karbohidrat berupa pemecahan protein dan lemak (lipolisis). Namun
demikian, keluhan penurunan berat badan ini sering diabaikan oleh
pasien.
e. Kesemutan pada kaki. Keluhan kesemutan pada kaki merupakan tanda
awal adanya komplikasi perifer arterial deasease (PAD), yaitu adanya
sumbatan arteri yang menuju ke kaki. Adanya sumbatan arteri yang
makin parah pada tahap lanjut akan menyebabkan rasa nyeri. Bahkan,
pada tahap akhir dimana sel saraf perifer mengalami kerusakan dan
kematian akan timbul rasa kebas, kebal dan mati rasa (neuropati).
f. Rasa gatal dan keputihan, infeksi, dan bisul. Rasa gatal pada daerah
genital dan keputihan pada wanita, luka infkesi yang sulit sembuh atau
bisul yang hilang timbul terjadi akibat penurunan fungsi leukosit dalam
melakukan fagositosis. Kerusakan fungsi leukosit ini terjadi akibat
glukotoksik, yaitu hiperglikemia yang terjadi menahun.
g. Mata kabur. Mata kabur umumnya terjadi akibat komplikasi kronis
diabetes, yaitu kerusakan mikrovaskuler yang menyebabkan pecahnya
pembuluh darah halus di retina. Hal tersebut mengurangi kekuatan mata
dan menghalangi proses penglihatan di retina.
h. Disfungsi ereksi. Disfungsi ereksi pada pria meski tidak selalu terjadi
disebabkan oleh gangguan sirkulasi darah di penis sehingga mengalami
kesulitan mencapai ereksi.
5. Faktor Risiko
Menurut (Ns. Paulus Subiyanto, 2019) Penyebab pasti yang
melatarbelakangi seseorang mengalami diabetes tipe 2 hingga saat ini belum
diketahui secara jelas. Namun, ada beberapa factor tertentu meningkatkan
yang meningkatkan risiko seseorang mengidap diabetes tipe ini. Faktor-faktor
resiko inilah yang diduga kuat menyebabkan terjadinya resistensi insulin
sehingga terjadi hiperglikemia yang tidak terkompensasi oleh insulin dari
dalam tubuh. Faktor-faktor tersebut antara lain :
a. Obesitas. Kelebihan berat badan merupakan factor risiko utama diabetes
tipe 2. Semakin banyak jaringan lemak yang dimiliki seseorang, semakin
banyak reseptor insulin yang mengalami gangguan yang menyebabkan
terjadinya resistensi insulin. Namun demikian, seseorang tidak harus
mengalami obesitas untuk mengembangkan diabetes tipe 2. Seseorang
dengan indeks massa tubuh (IMT) >23kg/m2 atau >120% memiliki
resiko tinggi diabetes. Jika tubuh menyimpan lemak di tempat lain,
seperti pinggul dan paha.
b. Dislipidema. Seseorang dengan kadar kolestrol HDL ≤35 mg/dL dan atau
kadar trigliserida ≥250 mg/dL atau disebut dyslipidemia memiliki resiko
tinggi diabetes mellitus tipe 2.
c. Ras. Meskipun tidak jelas mengapa, orang-orang dari ras tertentu,
termasuk orang kulit hitam, hispanik, India Amerika dan orang Asia-
Amerika, lebih cenderung mengembangkan diabetes tipe 2 daripada
orang kulit putih.
d. Usia. Risiko diabetes tipe 2 meningkat seiring bertambahnya usia,
terutama setelah usia 45 tahun. Hal ini terjadi karena orang cenderung
kurang berolahraga, kehilangan massa otot, dan mengalami peningkatan
berat badan seiring bertambahnya usia. Namun demikian, jumlah
penderita diabetes tipe 2 juga meningkat secara dramatis di kalangan
anak-anak, remaja, dan orang dewasa muda.
e. Pre-diabetes. Pre-diabetes adalah kondisi dimana tingkat gula darah
tinggi dari biasanya, namun tidak cukup tinggi untuk diklasifikasikan
sebagai diabetes. Pasien dengan riwayat glukosa darah puasa terganggu
<140 mg/dL (GDPT) dan toleransi glukosa terganggu 140-190 mg/dL
(TGT). Jika tidak segera ditangani, prediabetes dapat berkembang
menjadi diabetes tipe 2.
f. Gaya hidup sedentary atau jarang melakukan aktivitas fisik. Seseorang
yang tidak aktif secara fisik, memiliki kecenderunfan risiko diabetes tipe
2 yang lebih tinggi. Aktivitas fisik membantu mengendalikan berat badan,
menggunakan glukosa sebagai energi dan membuat sel lebih sensitif
terhadap insulin.
g. Riwayat keluarga atau herediter. Risiko diabetes tipe 2 meningkat jika
orang tua atau saudara kandung memiliki diabetes tipe 2.
h. Sindrom ovarium polikistik. Bagi wanita, memiliki sindrom ovarium
polikistik-kondisi umum yang ditandai dengan menstruasi tidak teratur,
pertumbuhan rambut berlebih dan obesitas meningkat risiko diabetes.
i. Seorang ibu dengan riwayat diabetes gestasional dan pernah melahirkan
bayi berat badan >4000 gram.
j. Penderita hipertensi, PJK, dan hipertiroidisme diketahui juga mempunyai
risiko tinggi diabetes.
6. Patofisiologis
Menurut (Ns. Paulus Subiyanto, 2019) Diabetes melitus tipe 2 adalah
sekumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh adanya
peningkatan kadar glukosa darah akibat penurun sekresi insulin yang
progresif dilatarbelakangi oleh resistensi insulin. Faktor resiko DM tipe 2 ini
adalah multi-faktorial, mencakup unsur genetik, gaya hidup dan lingkingan
yang mempengaruhi fungsi sel beta dan jaringan sensitif insulin (otot, hati,
jaringan adiposa, pankreas). namun demikian, mekanisme yang
mengendalikan interaksi kedua gangguan tersebut hingga saat ini belum
diketahui secara pasti.
Dibawah ini akan diuraikan skema patofisiologi DM Tipe 2 mulai faktor-
faktor risiko hingga mempengaruhi terjadinya resistensi insulin, dan
penurunan sekresi insulin di sel beta pankreas. Didalam perjalanan
patofisiologi juga akan diuraikan manifestasi klinis yang terjadi dan masalah-
masalah keperawatan yang mungkin terjadi pada pasien DM Tipe 2 yang
telah disesuaikan dengan standar diagnosis keperawatan Indonesia 2016.
Tahap selanjutnya akan diuraikan patogenesis dari perjalanan terjadinya
resistensi insulin dan kegagalan fungsi sel beta pankreas hingga
menyebabkan kadar glukosa darah puasa dan 2 jam setelah makan atau
pembebanan mengalami peningkatan secara progresif serta pendekatan
manajemen terapi yang sebaiknya dilakukan.
7. Pemeriksaan Penunjang
Menurut (Ns. Paulus Subiyanto, 2019) Untuk memastikan seseorang
menderita DM Tipe 2 diperlukan skrining pemeriksaan kadar glukosa darah
dengan nilai satuan yang dinyatakan dalam miligram per desiliter (mg/dL)
atau milimoles per liter (mmol/L). Beberapa cara pemeriksaan kadar glukosa
darah untuk menegakkan diagnosis DM berdasarkan konsensus pengelolaan
dan pencegahan DM Tipe 2 di Indonesia (PERKENI, 2006) adalah sebagai
berikut.
a. Tes gula darah acak atau sewaktu. Sampel darah akan diambil pada
waktu acak. Terlepas dari kapan seseorang terakhir makan, kadar gula
darah sewaktu ≥200 mg/dL (11,1 mmol/L) sudah dapat digunakan untuk
menyatakan seseorang menderita diabetes, terutama bila digabungkan
dengan gejala khas dan tidak khas dari diabetes.
b. Tes gula darah puasa. Sampel darah akan diambil setelah puasa semalam
selama 8-10 jam. Tingkat gula darah puasa kurang dari 100 mg/dL (5,6
mmol/L) adalah normal. Tingkat gula darah puasa dari 100 hingga 125
mg/dL (5,6 hingga 6,9 mmol/L) atau lebih tinggi pada dua tes terpisah
berarti pasien menderita diabetes.
c. Tes toleransi glukosa oral. Untuk tes ini, pasien harus berpuasa dalam
semalam selama 8-10 jam, minum air putih tanpa gula tetap
diperbolehkan. Setelah diperiksa kadar gula darah puasa, pasien diberi
glukosa 75 gram yang dilarutkan dalam air 250 cc, lalu diminum dalam
waktu 5 menit, selanjutnya berpuasa kembali. Setelah 2 jam kemudian
glukosa darah diperiksa. Kadar gula darah kurang dari 140 mg/dL (7,8
mmol/L) adalah normal. Pembacaan antara 140 dan 199mg/dL (7,8
mmol/L dan 11,o mmol/L) menunjukkan prediabetes. Pembacaan 200
mg/dL (11,1 mmol/L) atau lebih tinggi setelah dua jam pembebanan
glukosa dapat mengindikasikan diabetes.
d. Tes hemoglobin glikosilasi atau glycohemoglobin (HbA1C). tes darah ini
menunjukkan tingkat gula darah rata-rata selama dua minggu hingga tiga
bulan terakhir, mengukur persentase glukosa darah yang melekat pada
hemoglobin sebagai protein pembawa oksigen dalam sel darah merah.
Semakin tinggi kadar gula darah, semakin banyak glukosa yang
menempel pada hemoglobin. Pemeriksaan HbA1C lebih tepat digunakan
untuk memantau tingkat pengendalian diabetes daripada digunakan untuk
memantau tingkat pengendalian diabetes daripada digunakan untuk
menegakkan diagnosis.
8. Komplikasi Diabetes Melitus
Menurut (Dr.Ir. Diah Krisnatuti, 2014) Upaya pencegahan dan
penanganan diabetes perlu mendapat perhatian yang serius. Jika tidak,
dampak penyakit tersebut akan membawa komplikasi pada berbagai penyakit
lain, seperti impotensi, penyakit jantung, stroke (risiko 2-4 kali lebih tinggi),
tekanan darah tinggi, gagal ginjal, dan kerusakan sistem saraf.
Komplikasi dari penyakit diabetes mellitus dapat dibedakan menjadi
komplikasi yang bersifat akut atau kronis. Komplikasi akut memerlukan
tindakan pertolongan yang cepat. Sementara itu, komplikasi kronis atau
bersifat menahun timbul setelah penderita mengidap diabetes selama 5-10
tahun atau lebih.
a. Komplikasi akut
Koma biasa terjadi pada komplikasi akut. Koma dapat disebabkan
oleh ketoasidosis diabetika (DKA), koma hiperglikemia, dan koma
karena hipolikemia. Pada DKA dan koma hiperglikemia, penderita
mengalami kadar gula darah yang melebihi normal. Pada keduanya
terdapat kenaikan kadar gula darah yang kadang-kadang dapat mencapai
400 mg/dl, dehidrasi, dan perasaan seperti berputar atau drowsiness
sampai koma. Keduanya memerlukan terapi insulin untuk menurunkan
gula darah dengan cepat. Sementara itu, hipoglikemia adalah suatu
keadaan dengan kadar gula darah yang menurun sampai kurang dari 50
mg/dl. Keadaan ini pada penderita diabetes biasanya timbul karena
pemberian insulin yang berlebihan.
Gejala akut timbul akibat kurangnya konsumsi cairan yang dapat
dipercepat dengan adanya infeksi, stroke, infark jantung, atau gangguan
pencernaan. Dengan adanya kekurangan cairan, akan mengakibatkan
gangguan kesadaran penderita.
b. Komplikasi kronis
Komplikasi kronis atau komplikasi yang bersifat menahun dapat
dibedakan menjadi dua golongan, yaitu komplikasi mikrovaskuler
(microangiopathy) dan komplikasi makrovaskuler. Komplikasi
mikrovaskuler yang merupakan komplikasi khas dari diabetes disebabkan
hiperglikemia yang tidak terkontrol. Komplikasi makrovaskuler
disebabkan oleh kelainan kadar lemak darah. Komplikasi makrovaskuler
pada penderita diabetes yang tidak terkontrol menyebabkan kadar
trigliserida darah tinggi atau hipertrigliseridemia dan perubahan kadar
kolestrol darah secara kualitatif.
1) Komplikasi mikrovaskuler
Komplikasi mikrovaskuler adalah komplikasi yang mengenai
pembuluh rambut sehingga menjadi kaku atau menyempit dan akhirnya
organ kekurangan suplai darah. Organ-organ yang biasanya terkena yaitu
mata, ginjal, dan saraf-saraf perifer. Komplikasi pada mata, akan terjadi
retinopati, komplikasi pada ginjal dikenal sebagai nefropati. Sedangkan
komplikasi pada ginjal dikenal sebagai nefropati, sedangkan komplikasi
pada saraf perifer dikenal neuropati.
Nefropati diabetika yang merupakan salah satu komplikasi
mikrovaskuler merupakan gangguan ginjal yang diakibatkan penderita
mengidap diabetes dalam waktu yang cukup lama. Gangguan ini tidak
menyerang setiap penderita diabetes, tetapi sekitar 50% penderita DM
tipe 1 yang telah sakit selama 15-20 tahun.
Ginjal tidak menunjukkan gejala ataupun keluhan pada stadium awal.
Tanda-tanda yang mungkin dapat ditemui pertama kali adalah adanya
protein di dalam urin atau albuminuria. Stadium selanjutnya dapat berupa
adanya kenaikan tekanan darah yang dapat diikuti dengan pembengkakan
kaki karena timbunan cairan. Pada stadium akhir dapat terjadi kegagalan
ginjal.
2) Komplikasi makrovaskuler
Komplikasi makrovaskuler adalah komplikasi yang mengenai
pembuluh darah arteri yang lebih besar. Akibatnya adalah terjadinya
atheroskierosis dapat terjadi pada seseorang yang bukan pengidap
diabetes, adanya diabetes mempercepat terjadinya atheroskierosis. Akibat
atheroskierosis ini antara lain penyakit jantung koroner, hipertensi, stroke,
dan ulkus pada kaki.
Pengidap diabetes mudah mendapatkan ulkus pada kakinya karena
beberapa hal. Pertama, pengidap diabetes mudah mendapatkan infeksi.
Penyebabnya adalah terjadi penurunan reaksi sel-sel limfosit, kadar gula
yang tinggi (media yang baik untuk berkembangbiaknya
mikroorganisme), dan gangguan pada vaskuler, kedua adanya
atheroskierosis mengakibatkan aliran darah, terutama pada tempat-tempat
yang jauh dari jantung, misalnya ujung kaki menjadi terganggu, ketiga
adanya neuropati mengakibatkan fungsi sensorik (alat perasa/peraba)
menjadi menurun.
9. Pencegahan Diabetes Melitus
a. Pencegahan primer adalah upaya yang ditujukan pada kelompok yang
memiliki faktor resiko, yakni mereka yang belum terkena, tetapi
berpotensi untuk mendapat DM dan kelompok intoleransi glukosa.
Faktor resiko diabetes sama dengan faktor resiko untuk intoleransi
glukosa antara lain menurut (PERKENI, 2011) :
1) Faktor resiko yang tidak bisa dimodifikasi :
a) Ras dan etnik
b) Riwayat keluarga dengan diabetes (anak penyandang diabetes)
c) Umur risiko untuk menderita intoleransi glukosa meningkat
seiring dengan meningkatnya usia. Usia >45 tahun harus
dilakukan pemeriksaan DM
d) Riwayat melahirkan bayi dengan BB lahir bayi >4000 gram atau
riwayat pernah menderita diabetes melitus gestasional (DMG)
e) Riwayat lahir dengan berat badan rendah, kurang dari 2,5kg.
Bayi yang lahir dengan BB rendah mempunyai risiko yang lebih
tinggi dibanding dengan bayi lahir dengan BB normal.
2) Faktor risiko yang bisa dimodifikasi :
a) Berat badan lebih (IMT >23kg/m2)
b) Kurangnya aktivitas fisik
c) Hipertensi (>140/90 mmHg)
d) Dislipidemia (HDL <35 mg/dl dan atau trigliserida >250
mg/dl) 48
e) Konsensus pengelolaan dan pencegahan diabetes melitus tipe 2
f) Diet tidak sehat
b. Pencegahan sekunder adalah suatu upaya yang dilakukan untuk
mencegah timbulnya komplikasi pada pasien yang telah mengalami DM.
Pencegahan sekunder dapat dilakukan dengan pemberian pengobatan
yang cukup dan tindakan deteksi dini sejak awal pengelolaan penyakit
DM. Program penyuluhan memegang peranan penting dalam upaya
pencegahan sekunder untuk meningkatlan kepatuhan pasien dalam
menjalani program pengobatan dan menuju perilaku sehat.
c. Pencegahan tersier merupakan suatu upaya yang dilakukan untuk
mencegah kecacatan lebih lanjut pada pasien DM yang mengalami
komplikasi. Upaya rehabilitasi pada pasien dilakukan sedini mungkin,
sebelum kecacatan berkembang dan menetap. Penyuluhan pada pasien
dan keluarganya memgang peranan penting dalam upaya pencegahan
tersier. Penyuluhan dapat dilakukan dengan pemberian materi mengenai
upaya rehabilitasi yang dapat dilakukan untuk mencegah kecacatan lebih
lanjut. Pencegahan tersier memerlukan pelayanan kesehatan yang
menyeluruh dan kolaborasi antar tenaga medis. Kolaborasi yang baik
antar para ahli diberbagai disiplin (jantung dan ginjal, mata, bedah
ortopedi, bedah vaskular, radiologi, rehabilitasi medis, gizi, podiatris,
dan lain sebagainya) sangat diperlukan dalam menunjang keberhasilan
pencegahan tersier.
10. Penatalaksanaan
Menurut (PERKENI, 2011) Pilar penatalaksanaan DM : Edukasi,
terapi gizi medis, latihan jasmani, intervensi farmakologis
a. Edukasi
Edukasi dilakukan dengan memberikan penyuluhan kepada pasien.
Penyuluhan kesehatan pada penderita diabetes melitus merupakan suatu hal
yang amat penting dalam regulasi gula darah penderita diabetes melitus dan
mencegah atau setidaknya menghambat munculnya penyulit kronik maupun
penyulit akut yang ditakuti oleh penderita. Tujuan penyuluhan yaitu
meningkatkan pengetahuan diabetisi tentang pnyakit dan pengelolaannya
dengan tujuan dapat merawat sendiri sehungga mampu mempertahankan
hidup dan mencegah komplikasi lebih lanjut.
b. Terapi nutrisi medis
TNM (terapi nutrisi medis) merupakan bagian dari penatalaksanaan DM
tipe 2. keberhasilan dari TNM adalah keterlibatan secara menyeluruh dari
tenaga kesehatan (dokter, ahli gizi, tenaga kesehatan yang lain serta pasien
dan keluarganya). Prinsip pengaturan nutrisi pada pasien DM tipe 2 yaitu
makanan yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan kalori dan zat gizi
masing-masing individu. Pengaturan jadwal, jenis, dan jumlah makanan
merupakan aspek yang sangat penting untuk diperhatikan, terutama pada
pasien dengan terapi insulin.
c. Latihan jasmani
Latihan jasmani memiliki tujuan untuk meningkatkan kepekaan insulin,
mencegah kegemukan, memperbaiki aliran darah, merangsang pembentukan
glikogen baru dan mencegah komplikasi lebih lanjut. Latihan jasmani
meliputi empat prinsip :
1) Jenis olahraga dinamis. Jenis olahraga dinamis yaitu latihan kontinyu,
interval, progresif, ritmis dan latihan daya tahan.
2) Intensitas olahraga. Takaran latihan sampai 72-87% denyut nadi
maksimal disebut zona latihan. Rumus denyut nadi maksimal adalah 220
dikurangi usia usia (dalam tahun).
3) Lamanya latihan. Latihan jasmani dilakukan secara teratur selama kurang
lebih 30 menit yang sifatnya CRIPE (continous, rhytmical, interval,
progressive, endurance training).
4) Frekuensi latihan dilakukan dilakukan sebaiknya sebanyak 3-4 kali
dalam seminggu.
d. Terapi farmakologis
Diabetisi telah menerapkan pengaturan makanan dan kegiatan jasmani
yang teratur namun pengendalian kadar gula darah belum tercapai maka
dipertimbangkan pemberian obat. Obat tersebut adalah obat hipoglikemi oral
(OHO) dan insulin. Pemberian obat hipoglikemi oral diberikan kurang lebih
30 menit sebelum makan. Obat dalam bentuk suntikan meliputi pemberian
insulin dan agonis GLP-1/ incretin mimetic. Pemberian insulin biasanya lewat
penyuntikan dibawah kulit (subkutan) dan pada keadaan khusus diberikan
secara intravena atau intramuskuler. Mekanisme kerja insulin short acting,
medium acting dan long acting.
11. Pengobatan Diabetes Melitus
a. Glucagon-like peptide-1 (GLP-1)
Hormon GLP-1 merangsang produksi insulin dan menghambat
pengeluaran gula oleh hati sehingga kadar gula darah bisa turun. Hormon ini
bekerja baik apabila pankreas masih berfungsi membentuk insulin. Hormon
ini tidak dapat diberikan secara oral, melainkan secara intravena (memberikan
obat dengan cara memasukkan obat ke dalam pembuluh darah vena) atau
dengan pompa insulin karena metabolismenya yang cepat (Tandra, 2013).
GLP-1 analog yang sudah beredar di Amerika dan Eropa adalah
liraglutide. Obat ini merupakan DPP-4 resistant GLP-1 analog yang diberikan
secara subkutan (memberikan obat melalui injeksi dibawah kulit) sebagai
tambahan pengobatan pasien diabetes tipe 2 yang sudah diberi tablet. Obat ini
bisa memperbaiki gula darah, menurunkan lemak, serta menghambat
hipertensi & sakit jantung. Nama dagang obat ini adalah Victoza (Tandra,
2013).
b. Pramlintide asetat
Pramlintide asetat atau symlin adalah hormon sistesis yang serupa
dengan hormon amylin (amylinomimetik), suatu hormon yang juga
diproduksi oleh sel beta pankreas. Pemberian hormon sintesis ini akan
menghambat produksi glukagon dan menyebabkan efek seperti insulin
dengan penurunan gula darah (Tandra, 2013).
Obat ini bisa untuk diabetes tipe 1 maupun 2, namun tidak boleh
disuntikkan pada bayi atau anak. Penggunaan pada ibu hamil atau menyusui
juga harus dibatasi karena belum banyak penelitian yang menyongkong.
Selain harganya mahal, efek samping yang sering ditemukan adalah nafsu
makan menurun dan mual (Tandra, 2013).
c. Exenatide
Exenatide merupakan hormon sintesis atau GLP-1 analog yang bekerja
seperti inkretin, yaitu merangsang produksi insulin setelah makan.
Pemakaiannya secara subkutan bagi pasien diabetes tipe 2 yang tidak berhasil
dikontrol dengan sulfonilurea dan/atau metformin. Dosisnya 5 sampai 10 µg,
2 kali sehari sebelum makan. Dengan kontrol gula lebih baik, maka obat ini
bisa mencegah penyakit jantung, stroke, kerusakan ginjal, kebutaan,
gangguan aliran darah, bahkan impotensi (Tandra, 2013).
Exenatide bukan pengganti insulin. Tidak boleh untuk ibu hamil atau
menyusui. Efek sampingnya adalah gangguan saluran makan, seperti mual,
muntah, dan diare. Pada pasien yang sensitif bisa timbul alergi berupa gatal,
bercak kulit, pusing, dan bengkak. Obat ini mahal, nama dagangnya adalah
Byetta (Tandra, 2013).
d. Suntikan insulin
Untuk diabetes tipe 2, apabila usaha diet, olahraga, bahkan obat oral telah
diberikan secara benar, namun belum mendapatkan hasil pengobatan yang
baik, pikirkanlah pemberian terapi insulin. Pada diabetes tipe 2 yang khusus,
misalnya sedang hamil, mau operasi, atau bila ada komplikasi seperti stroke,
gagal ginjal, atau infeksi, anda perlu mengontrol gula dengan insulin.
Yang penting bagi anda adalah mengetahui apakah insulin itu kerjanya
cepat (short acting), sedang (intermediate acting), atau panjang (long acting).
Dokter akan memilih jenis insulin dan dosis yang berbeda tergantung
pada keadaan naik turunnya gula darah. Anda mungkin dianjurkan memakai
hanya satu insulin atau kadang perlu dua macam insulin untuk mencapai
kadar gula darah yang optimal. Anda juga mungkin membutuhkan insulin
kerja panjang untuk mengatur gula darah basal, sedangkan pada saat makan
ditambah insulin kerja cepat untuk membuat gula lebih stabil. Pemilihan
dosis dan cara penyuntikan kadang juga disesuaikan dengan pola makan atau
kegiatan anda sehari-hari. Umumnya suntikan insulin dilakukan dengan
memakai syringe atau spuit. Selain itu, dapat pula dengan memakai alat pen
(misalnya Novopen, Humpen, atau Optipen).
Suntikan biasanya diberikan secara subkutan atau dibawah kulit. Tempat
yang baik adalah di kulit yang ada lapisan lemak dibawahnya. Jauhi
pembuluh darah, saraf, otot, atau tulang. Tempat penyuntikan yang sering
dipilih adalah dilengan, perut, atau paha. Bila dengan bantuan orang lain,
suntikan pada lengan. Bila menyuntik sendiri, lakukan di perut atau paha
(Tandra, 2013).
Menurut (DAVID M. NATHAN, 2012) Insulin adalah agen
hipoglikemik tertua. Itu juga satu-satunya yang terjadi secara alami pada
manusia dan tidak memiliki batas dosis atas. Dosis insulin yang lebih tinggi
hampir selalu menghasilkan kadar glukosa yang lebih rendah, dan banyak
penelitian telah menunjukkan bahwa kadar glikemik hampir normal ketika
dosis insulin yang memadai digunakan.44-48 Meskipun insulin secara teori
adalah yang paling banyak obat yang kuat, sering tidak digunakan dalam
dosis diperlukan untuk mencapai tujuan glikemik yang direkomendasikan.
Risiko terapi insulin termasuk penambahan berat badan (seperti semua agen
hipoglikemik, kecuali metformin), hipoglikemia, dan dalam kasus yang
sangat jarang terjadi, reaksi alergi dan kulit. Hambatan utama untuk
penggunaannya, terutama di awal perjalanan pengobatan diabetes.
C. Konsep Perilaku
1. Pengertian Perilaku
Menurut Soekidjo (1993) dalam (Donsu, 2019), jika dilihat dari sudut
biologis, perilaku, merupakan suatu kegiatan atai aktivitas organisme yang
bersangkutan yang dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung.
Dengan demikian perilaku manusia adalah suatu aktivitas manusia itu sendiri.
Sedangkan secara operasional, perilaku dapat diartikan sebagai suatu respons
organisme atau seseorang terhadap rangsangan dari luar subjek tersebut.
Selain itu, menurut Notoadmodjo (1997) dalam (Donsu, 2019), masih
terdapat beberapa definisi berkaitan dengan perilaku ini, yaitu antara lain :
a. Ensiklopedia Amerika
Ensiklopedia Amerika mengartikan perilaku sebagai aksi-reaksi
organisme terhadap lingkungannya. Perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu
yang diperlukan. Untuk menimbulkan reaksi yang disebut dengan rangsangan.
Beberapa rangsangan tertentu akan menghasilkan reaksi atau perilaku
tertentu.
b. Robert Kwick
Robert kwick (1974), mengartikan perilaku sebagai tindakan atau
perilaku suatu organisme yang dapat diamati dan bahkan dapat dipelajari.
Secara umum, menurut Kumiyati dan Deminarti (1990), perilaku
manusia merupakan proses interaksi individu dengan lingkungan sebagai
manivestasi bahwa dia adalah makhluk hidup.
2. Klasifikasi Perilaku
Menurut Skinner perilaku adalah hubungan antara perangsang (stimulus)
dan tanggapan (respon) (Wawan, 2012). ia membedakan 2 respon, yakni :
a. Respondent Respons atau Reflexive Respons.
Adalah respon yang ditimbulkan oleh rangsangan-rangsangan tertentu.
Perangsangan-perangsangan semacam ini disebut Eliciting Stimuli karena
menimbulkan respons-respons yang relative tetap, misalnya makanan lezat
menimbulkan keluarnya air liur, cahaya yang kuat akan menyebabkan mata
tertutup dan sebagainya.
b. Operant Respons atau Instrumental Respons
Adalah respons yang timbul dan berkembangnya diikuti oleh perangsang
tertentu. Perangsang semacam ini disebut reinforcing stimuli atau reinforcer
karena perangsangan-perangsangan tersebut memperkuat respons yang telah
dilakukan oleh oranisme. Oleh sebab itu perangsang yang demikian ini
mengikuti atau memperkuat suatu perilaku yang telah dilakukan. Apabila
seorang anak belajar atau telah melakukan suatu perbuatan kemudian
memperoleh hadiah maka ia akan menjadi lebih giat belajar atau akan lebih
baik lagi melakukan perbuatan tersebut. Dengan kata lain responsnya akan
menjadi lebih intensif atau lebih kuat lagi. Secara lebih operasional perilaku
dapat diartikan suatu respons organisme atau seseorang terhadap rangsangan
(stimulus) dari luar subjek tersebut. Respons ini dibentuk dua macam, yakni :
1) Bentuk pasif adalah respons internal yaitu yang terjadi di dalam diri
manusia dan tidak secara langsung dapat terlihat oleh orang lain,
misalnya berpikir, tanggapan atau sikap batin dan pengetahuan, misalnya
seorang ibu tahu bahwa imunisasi itu dapat mencegah suatu penyakit
tertentu meskipun ibu tersebut tidak membawa anaknya ke puskesmas
untuk imunisasi.
2) Bentuk aktif yaitu apabila perilaku itu jelas dapat diobservasi secara
langsung. Misalnya pada contoh diatas, si ibu sudah membawa anaknya
ke puskesmas atau fasilitas kesehatan lain untuk imunisasi.
Dari uraian diatas disimpulkan bahwa pengetahuan dan sikap adalah
merupakan respons seseorang terhadap stimulus atau rangsangan yang
masih bersifat terselubung dan disebut convert behavior. Sedangkan
tindakan nyata seseorang terhadap stimulus (practice) adalah merupakan
overt behavior.
3. Proses Pembentukan Perilaku
Menurut Skinner, perilaku merupakan hasil interaksi antara rangsangan
yang diterima dengan tanggapan yang diberikan. Notoadmodjo (1997) dalam
(Donsu, 2019) membagi tanggapan menjadi dua yaitu respondent response
dan operant response.
a. Respondent response (perilaku responden)
Tanggapan jenis ini disebabkan oleh adanya rangsangan (stimulus)
tertentu atau rangsangan tertentu yang menimbulkan tanggapan yang relatif
tetap. Misalnya, keluarnya air liur saat melihat orang yang sedang makan
rujak.
b. Operant renponse (instrumental behavior)
Tanggapan ini timbul akibat perangsang tertentu yang memperkuat
tanggapan atau perilaku tertentu yang telah dilakukan. Misalnya, seorang
mahasiswa karena ketekunannya dalam belajar memperoleh IPK diatas 3.
kemudian karena prestasi tersebut. Ia diberi hadiah oleh orangtuanya. Maka
selanjutnya ia akan lebih giat belajar agar kelak memperoleh hadiah lagi.
Operant response merupakan bagian terbesar dari perilaku manusia yang
memiliki kemungkinan untuk memodifikasi secara tidak terbatas. Untuk
membentuk jenis tanggapan atau perilaku, perlu diciptakan kondisi tertentu
yang disebut operant conditioning.
Prosedur pembentukan perilaku dalam operant conditioning menurut
Skinner dalam Notoadmodjo (1997) adalah sebagai berikut.
Pertama, melakukan pengenalan terhadap sesuatu yang merupakan
penguat, yaitu berupa hadiah.
Kedua, melakukan analisis, dipergunakan untuk mengenal bagian-bagian
kecil pembentuk perilaku sesuai yang diinginkan. Selanjutnya bagian-bagian
tersebut disusun dalam urutan yang tepat untuk menuju pada terbentuknya
perilaku yang diinginkan.
Ketiga, menggunakan bagian-bagian kecil perilaku, seperti :
1) Bagian-bagian perilaku ini disusun secara urut dan dipakai untuk tujuan
sementara.
2) Mengenal penguat atau hadiah untuk masing-masing bagian tadi.
3) Membentuk perilaku dengan bagian-bagian yang telah tersusun tersebut.
4) Apabila bagian perilaku pertama telah dilakukan hadiahnya akan
diberikan, yang mengakibatkan tindakan tersebut akan sering dilakukan.
5) Akhirnya akan dibentuk perilaku kedua dan seterusnya sampai terbentuk
perilaku yang diharapkan.

4. Faktor Yang Memengaruhi Perilaku


Menurut (Donsu, 2019) perilaku manusia pada dasarnya dipengaruhi oleh
faktor genetik individu dan faktor eksternal.
a. Faktor genetik
Faktor genetik merupakan konsepsi dasar atau modal awal untuk
perkembangan perilaku lebih lanjut dari makhluk hidup itu sendiri. Faktor
genetik ini terdiri dari jenis ras, jenis kelamin, sifat fisik, sifat kepribadian,
bakat pembawaan, dan inteligensi.
1) Jenis RAS
Setiap RAS di dunia memiliki perilaku yang spesifik dan berbeda satu
dengan lainnya. Tiga kelompok RAS terbesar di dunia ini, antara lain :
a) RAS kulit putih (kaukasid)
Ciri fisik RAS ini adalah berkulit putih, bermata biru, dan berambut
pirang. Sedangkan perilaku yang dominan antara lain terbuka, senang
akan kemajuan dan menjunjung tinggi hak asasi manusia.
b) RAS kulit hitam (Negroid)
RAS ini memiliki ciri fisik, berkulit hitam, berambut keriting, dan
bermata hitam. Sedangkan perilaku yang dominan adalah memiliki tabiat
yang keras, tahan menderita, dan menonjol dalam jenis olahraga keras.
c) RAS kulit kuning (mongoloid)
Ciri-ciri fisik RAS ini antara lain, berkulit kuning berambut lurus,
dan bermata coklat. Perilaku yang dominan meliputi keramahtamahan,
suka bergotong royong, tertutup, dan senang dengan upacara ritual.
2) Jenis Kelamin
Perbedaan perilaku pria dan wanita dapat dilihat dari cara berpakaian dan
melakukan pekerjaan sehari-hari. Pria berperilaku atas dasar pertimbangan
rasional atau akal. Sedangkan wanita atas dasar pertimbangan emosional atau
perasaan. Perilaku pada pria disebut maskulin sedangkan perilaku pada
wanita disebut feminim.
3) Sifat Fisik
Jika kita amati, perilaku individu akan berbeda-beda tergantung pada
sifat fisiknya. Misalnya, perilaku individu yang pendek dan gemuk berbeda
dengan individu yang tinggi dan kurus. Berdasarkan sifat fisiknya. Maka pasti
kita mengenal tipe kepribadian piknis atau stenis dan tipe atletis.
4) Sifat Kepribadian
Sifat kepribadian merupakan keseluruhan pola pikiran, perasaan dan
perilaku yang sering digunakan oleh seseorang dalam usaha adaptasi yang
terus menerus terhadap hidupnya. Misalnya, pemalu, pemarah, peramah,
pengecut, dan sebagainya.
5) Bakat Pembawaan
Bakat merupakan kemampuan individu untuk melakukan sesuatu tanpa
harus bergantung pada intensitas latihan mengenai hal tersebut. Misalnya :
individu yang berbakat seni lukis, perilaku seni lukisnya akan cepat menonjol
apabila mendapat latihan dan kesempatan dibandikan individu lain yang tidak
berbakat.
6) Inteligensi
Inteligensi merupakan kemampuan seseorang untuk berpikir abstrak.
Dengan demikian individu intelegen adalah individu yang mampu mengambil
keputusan secara tepat dan mudah serta bertindak dengan tepat.
b. Faktor Eksternal
Faktor eksternal yang memengaruhi perilaku individu meliputi :
lingkungan, pendidikan, agama, sosial ekonomi, kebudayaan dan faktor-
faktor lain.
1) Lingkungan
Lingkungan disini menyangkut segala sesuatu yang ada didalam individu,
baik fisik, biologis, maupun sosial. Contoh, mahasiswa yang hidup di
lingkungan kampus perilakunya akan dipengaruhi oleh pemikiran ilmiah,
rasional, dan intelektual.
2) Pendidikan
Secara luas pendidikan mecakup seluruh proses kehidupan individu sejak
dalam ayunan hingga liang lahat, yakni berupa interaksi individu dengan
lingkungannya baik secara formal maupun informal. Contoh, individu yang
berpendidikan S1, perilakunya akan berbeda dengan yang berpendidikan
SLTP.
3) Agama
Agama merupakan tempat mencari makna hidup yang terakhir atau
penghabisan. Sebagai suatu keyakinan hidup, agama akan masuk ke dalam
konstruksi kepribadian seseorang. Misalnya, perilaku orang islam dalam
memilih atau mengolah makanan akan berbeda dengan orang kristen.
4) Sosial Ekonomi
Lingkungan sosial (budaya dan ekonomi) merupakan salah satu
lingkungan yang berpengaruh terhadap perilaku seseorang. Misalnya,
keluarga yang status ekonominya berkecukupan, akan mampu menyediakan
segala fasilitas yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Dengan demikian perilaku mereka akan berbeda dengan keluarga yang
berpenghasilan pas-pasan.
5) Kebudayaan
Kebudayaan diartikan sebagai kesenian, adat istiadat atau peradaban
manusia. Hasil kebudayaan manusia tersebut akan memengaruhi perilaku
manusia itu sendiri. Misalnya kebudayaan Jawa akan memengaruhi perilaku
masyarakat Jawa pada umumnya dan orang Jawa pada khususnya.
5. Domain Perilaku
Menurut Benyamin Bloom yang dipaparkan oleh Notoadmodjo (1997)
dalam (Donsu, 2019), perilaku manusia dapat dibagi ke dalam tiga domain,
seperti :
a. Knowledge (Pengetahuan)
Pengetahuan adalah hasil dari tahu yang terjadi melalui proses sensoris
khususnya mata dan telinga terhadap objek tertentu. Pengetahuan merupakan
domain yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku (open behavior).
Perilaku yang didasari pengetahuan biasanya bersifat kekal.
Menurut Rogers (1974) yang dikutip Notoadmodjo S (1977), proses
adopsi perilaku, yakni sebelum seseorang mengadopsi perilaku,
sesungguhnya di dalam diri orang tersebut terjadi suatu proses yang berurutan,
yaitu : Awareness, Interest, Evaluation, Trial, dan, Adoption (AIETA).
1) Awareness (kesadaran), pada tahap ini individu menyadari bahwa ada
rangsangan (stimulus) yang datang padanya.
2) Interest (ketertarikan), individu mulai tertarik terhadap stimulus tersebut.
3) Evaluation (pertimbangan), individu mulai menimbang-nimbang dan
berpikir tentang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya.
4) Trial (percobaan), individu sudah mencoba perilaku baru.
5) Adoption (pengangkatan), individu telah memiliki perilaku baru sesuai
dengan pengetahuan, sikap, dan kesadarannya terhadap stimulus.
Menurut Rogers, adopsi perilaku tidak selalu melewati tahapan AIETA,
sehingga umumnya perilaku baru tersebut tidak langgeng. Sebaliknya
perilaku yang melalui proses AIETA akan bersifat lanngeng atau menetap.
Hal ini disebabkan perilaku tanpa tahapan hanya sekedar ikut-ikutan saja
tanpa mengetahui makna dibalik perilaku yang ia lakukan. Sehingga begitu
ada stimulus baru yang ia rasakan lebih menarik, maka ia akan berubah lagi.
Pengetahuan memiliki beberapa tingkatan dari yang terendah hingga yang
tertinggi yaitu tahu, memahami, penerapan, analisis, sintesa, dan evaluasi.
b. Attitude (sikap)
Sikap adalah respons tertutup seseorang terhadap suatu stimulus atau
objek, baik yang bersifat internal maupun eksternal sehingga manifestasinya
tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu
dari perilaku yang tertutup tersebut. Meskipun demikian, sikap secara realitas
menunjukkan adanya kesesuaian respons terhadap stimulus tertentu. Sikap
sendiri memiliki beberapa tingkatan yaitu : menerima, merespons,
menghargai, dan bertanggung jawab.
c. Psychomotor Practice (keterampilan)
Psychomotor Practice merupakan perwujudan dari sikap pada diri
individu. Agar sikap terwujud dalam perilaku nyata diperlukan faktor
pendukung dan fasilitas. Sebagaimana pengetahuan dan sikap, praktik juga
memiliki beberapa tingkatan.
1) Persepsi, yaitu mengenal dan memilih objek sesuai dengan tindakan yang
akan dilakukan.
2) Respons terpimpin, yaitu individu dapat melakukan sesuatu dengan
urutan yang dicontohkan.
3) Mekanisme, individu dapat melakukan sesuatu dengan benar secara
otomatis atau sudah menjadi kebiasaan.
4) Adaptasi, suatu tindakan yang sudah berkembang dan dimodifikasi tanpa
mengurangi kebenaran.
D. Konsep Ulkus Diabetikum
1. Pengertian Ulkus Diabetikum
Ulkus diabetik merupakan luka terbuka pada permukaan kulit karena
adanya komplikasi makroangiopati sehingga terjadi vaskuler insusifiensi dan
neuropati, keadaan lebih lanjut terdapat luka pada penderita yang sering tidak
dirasakan, dan dapat berkembang menjadi infeksi disebabkan oleh bakteri
aerob maupun anaerob (Ns. Supriyadi, 2017).
Ulkus diabetikum adalah keadaan ditemukannya infeksi, tikak dan atau
destruksi ke jaringan kulit yang paling dalam di kaki pada pasien Diabetes
Mellitus akibat abnormalitas saraf dan gangguan pembuluh darah arteri
perifer (Ns. Supriyadi, 2017).
Luka diabetik adalah luka atau lesi pada pasien diabetes mellitus yang
dapat mengakibatkan ulserasi aktif dan merupakan penyebab utama amputasi
kaki (Ns. Supriyadi, 2017).
Pampattiwar, et al (2013) mengatakan dalam penelitiannya bahwa ulkus
diabetik merupakan salah satu komplikasi utama dari penderita diabetes
mellitus. Karena pada penderita diabetes mellitus sistem metabolisme
tubuhnya mengalami gangguan sehingga menghambat proses penyembuhan
luka dan hal ini dapat berakibat buruk serupa amputasi pada kaki.
Kemudian berdasarkan penelitian dari Ledoux, et al (2013) dalam (Ns.
Supriyadi, 2017) sejalan dengan penelitian sebelumnya, menyatakan ulkus
pada kaki merupakan komplikasi yang sering terjadi pada penderita diabetes
mellitus. Penyebab dari terbentuknya ulkus pada kaki tersebut dikenal
multifaktorial sementara tekanan kaki diduga memainkan peranan penting
dalam proses terbentuknya ulkus pada kaki.
2. Etiologi Ulkus Diabetik
Terjadinya komplikasi pada pasien diabetes mellitus sebagian besar
disebabkan karena 3 hal yaitu ; neuropati, iskemik, dan neuroiskemik.
Tersebut merupakan perpaduan antara neuorpati dan iskemik perifer yang
mengakibatkan terjadinya kelainan pembuluh darah perifer. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa penyebab utama kejadian ulkus diabetik diantaranya
neuropati dan kelainan pembuluh darah perifer yang menyebabkan iskemik
pada jaringan perifer (Ns. Supriyadi, 2017).
Menurut Askandar (2001) dalam (Ns. Supriyadi, 2017) menyebutkan
bahwa terjadinya masalah kaki diawali adanya hiperglikemia pada
penyandang diabetes mellitus yang menyebabkan kelainan neuropati dan
kelainan pada pembuluh darah. Penyebab lain ulkus diabetik adalah iskemik,
infeksi, edema, dan kalus. Ulkus diabetik merupakan penyebab tersering
pasien harus diamputasi, sehingga faktor-faktor tersebut juga merupakan
faktor predisposisi terjadinya amputasi.
Menurut (Bijan Iraj, 2012) Faktor penyebab paling umum di penyebab
DFU adalah neuropati, arteri perifer penyakit (PAD), deformitas dan trauma
ringan. [9] Namun, saat maag muncul, faktor lain biasanya mempengaruhi
hasil akhir penyakit. Faktor tambahan yang berkontribusi adalah nekrosis,
gangren, infeksi, PAD, usia lanjut pasien dan penyakit penyerta lainnya
seperti stadium akhir. Pasien DFU biasanya laki-laki yang lebih tua dengan
riwayat dari DM yang berkepanjangan dikombinasikan dengan kesehatan
yang buruk kondisi. Mereka biasanya bergantung pada bantuan orang lain
untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Neuropati menyebabkan
ketidakpekaan dan terkadang menyebabkan kelainan bentuk pada kaki.
3. Klasifikasi Ulkus Diabetikum
“Klasifikasi Menggit-Wagner sudah banyak dikenal dan sudah tervalidasi
dengan baik” (Penggalih, 2020).
Tabel 2.1 Klasifikasi Luka Diabetes (Penggalih, 2020).

Grade Keterangan

Grade 0 Belum ada luka kaki yang berisiko tinggi

Grade 1 Luka superfisial

Grade 2 Luka sampai pada tendon atau lapisan subkutan yang lebih
dalam, namun tidak sampai pada tulang

Grade 3 Luka yang dalam, dengan selulitis atau firmasi abses

Grade 4 Gangren yang terlokalisir (Gangren dari jari-jari atau bagian


depan kaki/forefoot

Grade 5 Gangren yang meliputi daerah yang lebih luas (sampai pada
daerah lengkung kaki/ midfoot dan belakang kaki/ hindfoot)

Untuk memudahkan menejemen perawatan luka kaki diabetes, maka


digunakan penentuan stadium luka berdasarkan warna dasar luka, sistem ini
membantu untuk memilih tindakan dan penggunaan topikal terapi perawatan
luka, serta mengevaluasi kondisi luka. Menurut (Penggalih, 2020) klasifikasi
luka berdasarkan warna dasar luka sebagai berikut :
Tabel 2.2 Klasifikasi warna dasar luka (Penggalih, 2020).

Warna Dasar Keterangan


Luka

Merah 1. Warna dasar luka pink/ merah/ merah tua, disebut


jaringan sehat, granulasi/epitelisasi, vaskularisasi.

2. Luka dengan dasar warna granulasi (merah tua),


atau epitelisasi (terang) dan selalu tampak lembab.

3. Merupakan luka bersih, dengan banyak


vakularisasi, sehingga mudah berdarah.

4. Tujuan perawatan pada luka ini untuk


mempertahankan lingkungan luka dalam keadaan
lembab dan mencegah terjadinya
trauma/perdarahan.

Kuning 1. Warna dasar luka kuning muda/ kuning kehijauan/


kuning kecoklatan, disebut sebagai jaringan mati
yang lunak, fibrionilitik, slough/slaf.

2. Kondisi luka yang terkontaminasi atau terinfeksi.

3. Dalam hal ini luka yang kronis merupakan luka


yang terkontaminasi namun belum terinfeksi.

Hitam Jaringan nekrosis.


4. Manifestasi Klinis
Tabel 2.3 Manifestasi klinis ulkus diabetes mellitus (Penggalih, 2020).

Grade Keparahan infeksi Manifestasi klinis

Grade 1 Tidak terinfeksi Ulkus tanpa nanah atau


inflamasi

Grade 2 Ringan Adanya 2 atau lebih dari


tanda-tanda berikut : bernanah,
kemerahan, nyeri, nyeri ketika
disentuh, hangat, indurasi
(menjadi lebih keras), selulitis
pada sekitar luka < 2cm, dan
kerusakan terbatas pada
epidermis, dermis atau lapisan
atas dari subkutan, tidak ada
tanda komplikasi.

Grade 3 Berat Infeksi lokal, terjadi pada


pasien yang secara sistemik
dan metabolik stabil, namun
memiliki tanda dan gejala
seperti selulitis > 2cm,
lymphangitic streaking (garis
kemerahan dibawah kulit),
abses pada jaringan dalam,
gangren, kerusakan sudah
mengenai otot, tendon, sendi
dan tulang, tetapi tidak ada
tanda-tanda inflamasi sistemik.

Grade 4 Parah Infeksi pada pasien dengan


toksisitas sistemik dan kondisi
metabolik yang tidak stabil,
suhu >39 ? atau <36 ? ,
denyut nadi >90 kali/menit,
hipotensi,muntah, leukositosis,
pernafasan >20 kali/menit,
sel darah putih 12.000 mm
atau 4.000 mm3.

5. Faktor Yang Meningkatkan Terjadinya Ulkus Diabetik


Faktor yang meningkatkan terjadinya ulkus diabetik menurut (Bijan Iraj,
2012) , yaitu :
a. Usia.
b. Jenis kelamin (laki-laki lebih beresiko terkenan ulkus kaki diabetik
dibandingkan wanita).
c. Lama menderita DM (berkaitan dengan kadar gula darah yang
kurang terkontrol dalam waktu yang lama).
d. Kegemukan/ obesitas.
e. Pernah menderita ulkus kaki diabetik sebelumnya.
f. Pemilihan alas kaki yang tidak tepat.
6. Patofisiologi
Iskemik merupakan suatu keadaan yang disebabkan oleh karena
kekurangan oksigen. Hal ini disebabkan adanya proses makroangiopati pada
pembuluh darah sehingga sirkulasi jaringan menurun yang ditandai oleh
hilang atau berkurangnya denyut nadi pada arteri dorsalis pedis, tibialis, dan
poplitea, kaki menjadi atrofi, dingin, dan kuku menebal. Kelainan selanjutnya
terjadi nikrosis jaringan sehingga timbul ulkus yang biasanya dimulai dari
ujung kaki atau tungkai (Ns. Supriyadi, 2017).
Gangguan neuropati yang mampu mengakibatkan muskulus interossei
dorsalis melemah sehingga fleksor longus bekerja dengan tidak mendapatkan
perlawanan, yang mengakibatkan terbentuknya kaki seperti cakar. Sehingga
pada kaki tersebut terjadi redistribusi tekanan yang mengakibatkan timbulnya
ulserasi pada kaput metatarsal (Ns. Supriyadi, 2017).
Menurut Bilous dan Donelly (2014) dalam (Ns. Supriyadi, 2017)
menyampaikan adanya gangguan vaskuler atau neuropati pada penderita
diabetes mellitus dapat menyebabkan penyakit pada kaki. Gangguan suplai
vaskuler yang disertai dengan adanya tekanan eksternal adalah salah satu
faktor predisposisi yang bisa mengakibatkan terjadinya nekrosis jaringan,
terbentuknya ulkus iskemik dan gangren. Keadaan ini ditandai dengan
lemahnya atau tidak adanya denyut nadi, sianosis, dan akral yang dingin,
serta CRT yang buruk.
7. Komplikasi Ulkus Diabetikum
Ulkus diabetes melitus merupakan luka yang disebabkan dari komplikasi
penderita diabetes, terutama disebabkan oleh neuropati motorik, sensorik, dan
otonom. Hilangnya sensasi nyeri dapat merusak kaki secara langsung.
Neuropati diabetikum ini terjadi pada sebagian pasien yang berusia 60 tahun,
dan memiliki potensi ulkus DM sebesar 7 kali lipat. Neuropati sensorik sering
kali membuat penderita DM menjadi “buta dan tuli” yaitu tidak bisa
merasakan apapun (Penggalih, 2020).
Apabila ulkus berlangsung lama, dan ulkus tersebut tidak dilakukan
penanganan secara serius dan tidak kunjung sembuh, luka akan terinfkesi.
Ulkus kaki, infeksi, komplikasi pada sendi kaki yang menebal akibat cedera
kaki (neuroarthropathy), dan penyakit arteri perifer yang sering
mengakibatkan gangren sampai diamputasi bagian ekstermitas bawah
(Penggalih, 2020).
8. Tes Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan pada penderita ulkus
diabetik adalah pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang lainnya.
Menurut (Penggalih, 2020) tes yang dapat dilakukan untuk pemeriksaan fisik
yang mendeteksi adanya neuropati sensorik ini meliputi :
a. Tes monofilament (10g)
Monofilament 10 gram yaitu alat yang paling umum digunakan untuk
mendeteksi adanya neuropati pada penderita DM. Alat ini akan menekuk
ketika diberikan tekanan 10 gram. Tes ini dilakukan pada jari kaki yang
pertama, kepala metatarsal yang pertama , ketiga, dan kelima, selanjutnya
bagian plantar dari tumit dan dorsum kaki. Bila pasien tidak bisa merasakan
filament pada daerah yang dilakukan tes ini, sehingga menunjukkan bahwa
adanya gangguan neuropati. Ketika tes ini dilakikan, hendaklah meminta
pasien untuk menutup matanya. Jangan melakukan tes ini pada daerah yang
sedang mengalami kalus, karena kemampuan pasien untuk merasakan tes ini
akan menurun.
b. Tes garputala
Tes garputala ini dapat dilakukan dengan garputala 128Hz, caranya yaitu
dengan menggetarkan alat vibrasi, kemudian tempelkan pada area yang akan
dilakukan tes selama 10 detik, kemudian tanyakan pada pasien merasakan
getarannya atau tidak. Pasien yang mengalami neuropati tidak akan bisa
merasakan getaran vibrasi ini, biasanya area yang paling sering menunjukkan
adanya vibrasi adalah area jempol.
c. Tes pin prick (tes menggunakan peniti)
Pemeriksaan menggunakan ujung peniti yang disentuhkan ke kaki pasien.
Apabila pasien tidak bisa merasakan sensasi jarum atau ujung peniti dapat
dikategorikan memiliki risiko terjadinya luka yang paling besar.
d. Tes reflek pergelangan kaki
“Jika reflek dipergelangan kaki tidak ada bisa jadi peningkatan risiko
pada ulkus kaki”.
Tes ini bisa dilakukan dengan posisi berlutut atau duduk di kursi,
kemudian alat palu tendon dipukulkan ke tendon Achilles. Apabila tidak ada
reflek dari pergelangan kaki, hal ini menunjukkan hasil abnormal.
e. Neurothesiometer
Alat ini dapat memberikan rangsangan vibrasi yang akan meningkat
ketika tegangan listrik dialatnya ditingkatkan juga. Apabila pasien tidak bisa
merasakan vibrasi pada tegangan 25 volt menunjukkan bahwa pasien dapat
berisiko mengalami luka (ulkus).
Pemeriksaan penunjang untuk ulkus diabetes melitus menurut Hadiki
Habib (2014) yaitu pemeriksaan rontgen pedis untuk menunjukkan apakah
adanya osteomielitis dan pemeriksaan kultur pus dari luka di kaki untuk
menentukan kuman atau bakteri yang dapat menginfeksi ekstemitas.
9. Pencegahan Ulkus Diabetik
Menurut (Penggalih, 2020) menjelaskan tentang beberapa cara yang
dapat dilakukan untuk mencegah ulkus diabetik, antara lain :
a. Senam kaki diabetik , yang bertujuan untuk mencegah neuropati :
1) Duduk secara benar diatas kursi dengan meletakkan kaki dilantai
2) Kemudian jari-jari kaki diluruskan keatas lalu dibengkokan kembali
kebawah sebanyak 10 kali.
3) Angkat telapak kaki keatas, jari-jari kaki diletakkan dilantai
kemudian tumit diangkat keatas sebanyak 10 kali.
4) Kemudian bagian depan kaki diangkat keatas buat putaran 360
lakukan sebanyak 10 kali.
5) Kemudian tumit kaki diangkat keatas dan lakukan gerakan memutar
sebanyak 10 kali.
6) Kaki diangkat keatas dengan posisi lurus, dan buat putaran 360
lakukan sebanyak 10 kali.
7) Lutut diluruskan kemudian dibengkokkan lagi kebawah sebanyak 10
kali.
b. Pencegahan umum :
1) Olahraga teratur dan menjaga berat badan.
2) Hindari merokok.
3) Periksakan gula darah secara rutin.
4) Hindari pemakaian obat yang bersifat vasokontruktor seperti orgat,
adrenalin, ataupun nikotin.
5) Periksakan diri secara rutin ke dokter dan periksakan kaki setiap kali
kontrol walaupun ulkus/gangren telah sembuh.
c. Perawatan kaki merupakan hal yang paling penting untuk pencegahan
terjadinya ulkus (Penggalih, 2020):
1) Periksa kaki dan celah kaki setiap hari untuk mengetahui ada atau
tidaknya kalus (pengerasan), bula (gelembung), luka dan lecet pada
kaki.
2) Bersihkan dan cuci kaki setiap hari, lalu keringkan dengan handuk
terutama pada salah jari. Untuk kulit kaki yang kering gunakan
cream khusus tapi hindari penggunaan pada jari kaki.
3) Potong kuku secara hati-hati dan jangan terlalu dalam.
4) Pakailah kaos kaki yang pas bila kaki terasa dingin dan ganti kaos
kaki setiap hari.
5) Gunakan alas kaki jika melakukan aktivitas dan cek terlebih dahulu
bagian dalam sepatu sebelum memakainya.
6) Hindari trauma berulang.
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
PERAWATAN KAKI DM (TANPA LUKA)
PADA PENDERITA DIABETES MELITUS
TUJUAN 1. Mencegah luka pada kaki penyandang DM.
2. Merawat kaki secara mandiri.
INDIKASI Pada pasien DM tanpa luka
PROSEDUR A. Tahap Pra-interaksi
PELAKSANAAN 1. Melakukan verifikasi data sebelumnya bila ada.
2. Mencuci tangan.
3. Persiapan alat:
a. Cermin
b. Sabun cair, sikat halus (jika ada)
c. Handuk
d. Losion/pelembab
e. Penjepit kuku/gunting kuku
f. Kaos kaki

B. Tahap Orientasi
1. Memberikan salam terapeutik.
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada
klien.
3. Menanyakan kesiapan klien sebelum kegiatan
dilakukan.

C. Tahap Kerja
1. Jelaskan prosedur pada klien.
2. Periksa kaki (kuku jari, kulit, telapak kaki,
kelembapan kulit, bau), kemungkinan adanya
perubahan warna (pucat, kemerahan), bentuk
(pecah-pecah, lepuh, kapalan, luka), suhu (dingin,
lebih panas).
3. Saat mandi, bersihkan dengan sabun, bila perlu
gunakan sikat halus.
4. Keringkan dengan handuk lembut, terutama sela-
sela jari.
5. Bila kaki kering, oleskan dengan losion/pelembab.
Jangan berikan losion di sela-sela jari kaki karena
akan meningkatkan kelembaban dan mengundang
perkembangan jamur.
6. Potong dan rawat kuku dengan tepat secara teratur.
Gunting kuku kaki lurus mengikuti bentuk normal
jari kaki, tidak terlalu pendek atau terlalu dekat
dengan kulit. Kemudian kikir kuku agar kuku tidak
tajam.
7. Gunakan kaos kaki yang kering dan bersih. Ganti
setiap hari.
8. Pakailah alas kaki dengan ukuran yang pas. Periksa
alas kaki sebelum dipakai. Lepas alas kaki setiap 4-
6 jam dan gerakkan pergelangan kaki dan jari-jari
kaki agar aliran darah lancar.

D. Tahap Terminasi
1. Melakukan evaluasi tindakan.
2. Berpamitan dengan klien.
3. Membereskan alat-alat.

10. Penatalaksaan Medis


Penatalaksanaan medis untuk penderita ulkus DM yaitu melakukan
perawatan luka, adapun tujuan dari perawatan luka diabetes yaitu untuk
penutupan luka. Menurut (Penggalih, 2020) komponen penutupan luka
meliputi :
a. Mengobati penyakit mendasar
Klinisi seharusnya mengidentifikasi penyebab dari luka diabetes selama
pengkajian. Penderita DM dengan iskemia berat, adanya nyeri dada, dan
disertai ulkus seharusnya dipertimbangkan untuk dilakukan rekontruksi arteri,
melakukan kontrol gula darah, dan mengidentifikasi faktor-faktor risiko
seperti melakukan pemeriksaan tekanan darah, serta mencari penyebab
terjadinya trauma ulkus kaki pada penderita DM.
b. Membuat aliran darah menjadi lancar
Penderita DM dengan iskemia berat, harus dirujuk ke dokter bedah
vaskular, tanpa revaskularisasi dapat menyebabkan nekrosis jaringan dalam
kurun waktu 6 jam. Adanya penurunan perfusi atau gangguan sirkulasi satu
indikator untuk revaskularisasi agar luka dapat sembuh dan untuk
menghindari amputasi dikemudian hari.
c. Tidak ada tekanan yang berlebih pada kaki
d. Perawatan luka
Europian Wound Management Association (EWMA) dalam kutipan
(Penggalih, 2020) menyatakan bahwa “Perawatan luka DM seharusnya
mengacu pada tindakan debridement yang berulang, kontrol bakteri, dan
kontrol kelembapan luka”.
11. Patogenesis Ulkus Kaki Diabetes
Patogenesis ulkus kaki diabetes sebagai akibat komplikasi mikrovaskuler
dan makrovaskuler sangatlah kompleks. Peran keduanya dalam ulkus kaki
diabetes adalah menimbulkan neuropati dan gangguan vaskuler berupa
aterosklerosis. Kombinasi peran dari neuropati (sensorik, otonom, motorik),
trauma karena tekanan plantar yang meningkat dan deformitas sendi,
gangguan vaskuler perifer, infeksi, dan kegagalan penyembuhan luka akan
menimbulkan ulkus kaki diabetes. Umumnya patogenesis ulkus kaki diabetes
disebabkan oleh kombinasi dari insufisiensi arteri pada tungkai bawah,
neuropati tungkai bawah yang memicu terjadinya perubahan bentuk kaki, dan
pembentukan kalus karena hipohidrosis atau anhidrosis. Abnormalitas stres
biomekanik pada kaki lebih lanjut akan menjadi faktor yang berperan pada
timbulnya ulkus kaki diabetes dan trauma lokal. Dari 20% pasien dengan
ulkus kaki diabetes yang diakibatkan oleh aliran darah arteri yang tidak
adekuat, 50%-nya mempunyai diabetes neuropati dan 30%-nya ditimbulkan
oleh keduanya.
Gangguan penyembuhan yang terjadi pada ulkus kaki diabetes
disebabkan oleh sejumlah faktor dan diperkirakan melibatkan kombinasi dari
beberapa faktor tersebut. Faktor seluler yang diperkirakan terlibat dalam
lambatnya penutupan luka, diantaranya lemahnya kontraksi yang
kemungkinan akibat gangguan pada fenotipe miofibroblas, efek pada
granulosit, kerusakan kemotaksis yang berkaitan langsung dengan sintesis
kolagen, efek pada sel darah merah, dan kerusakan kontrol apoptosis sel.
Faktor seluler bukanlah satu-satunya faktor yang bertanggung jawab
untuk lemahnya penyembuhan ulkus kaki diabetes. Faktor lain yang juga
terlibat adalah perubahan dalam metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein
yang dihasilkan dari defisiensi atau tidak adanya insulin, di mana
hiperglikemia memulai pada glikasi non-enzimatik. Untuk lebih jelas
mengenai skema patofisiologi ulkus diabetes dan kegagalan penyembuhan
ulkus kaki diabetes.
BAB 3
KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN
A. Kerangka Konseptual Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan tinjauan pustaka dapat dibuat kerangka
konseptual sebagai berikut :

Faktoryangmempengaruhi pengetahuan :
Faktor pendidikan
Informasi/ media massa
Sosial ekonomi
Pengetahuan pencegahan ulkus diabetikum
Usia
Pengalaman
Lingkungan

Perilaku pencegahan ulkus


diabetikum

Faktoryangmempengaruhi perilaku :
Lingkungan
Pendidikan
Agama
Sosial ekonomi
kebudayaan

Sumber : (Agus, 2013) dan (Notoadmodjo, 2014)


Keterangan :
: Tidak diteliti
: Diteliti
: Mempengaruhi
Gambar 3.1 Kerangka konseptual penelitian hubungan tingkat
pengetahuandengan perilaku pencegahan ulkus diabetikum pada pasien DM
Tipe 2 di Puskesmas Manukan Kulon Surabaya.
Kerangka konseptual dikembangkan terdiri dari dua variabel independen
dan variabel dependen. Variabel independen adalah tingkat pengetahuan
pasien diabetes melitus tipe 2 yang meliputi faktor pendidikan, informas/
media massa, sosial ekonomi, usia, lingkungan dan pengalaman. Tingkat
pengetahuan tersebut akan berpengaruh dengan pengetahuan pencegahan
ulkus diabetikum. Sedangkan variabel dependen adalah perilaku pasien
diabetes melitus tipe 2 yang meliputi lingkungan, pendidikan, agama, sosial
ekonomi, dan kebudayaan. Perilaku tersebut akan berpengaruh pada perilaku
pencegahan ulkus diabetikum. Bahwa dengan pengetahuan manusia dapat
mengembangkan apa yang diketahui dan dapat mengatasi kebutuhan
kelangsungan hidup, sehingga dapat mempengaruhi seseorang dalam
berperilaku. Pengetahuan tentang pemyakit diabetes melitus, sangat penting
karena tidak hanya memahami penyakit tersebut tetapi dapat menentukan
langkah-langkah yang perlu diambil dalam rangka mencegah penyakit ulkus
diabetikum. Dari faktor-faktor diatas faktor tingkat pengetahuan yang akan
diteliti dan dihubungkan dengan perilaku pada pasien diabetes melitus tipe 2
di Puskesmas Manukan Kulon Surabaya.
B. Hipotesis
Hipotesis dari penelitian ini adalah ada hubungan tingkat pengetahuan
dengan perilaku pencegahan ulkus diabetikum pada pasien DM Tipe 2 di
Puskesmas Manukan Kulon Surabaya.
BAB 4
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancang Bangun Penelitian
Pada penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional analitik
dengan pendekatan cross sectional. Cross sectional adalah jenis penelitian yang
menekankan waktu pengukuran/ obserbasi data variabel independen (tingkat
pengetahuan) dan dependen (perilaku) hanya satu kali pada satu saat. Pada jenis
ini, variabel independen (tingkat pengetahuan) dan dependen (perilaku) dinilai
secara simultan pada suatu saat, jadi tidak ada tindak lanjut (Nursalam, 2020).
B. Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien diabetes melitus tipe 2
tanpa ulkus diabetik di Puskesmas Manukan Kulon Surabaya sebanyak 50 pasien.
C. Sampel, Besar Sampel, Cara Pengambilan Sampel
1. Sampel
Sampel merupakan bagian dari populasi yang ingin diteliti, dipandang
sebagai pendugaan terhadap populasi. Sedangkan sampling adalah bagian dari
metodologi statistika yang berhubungan dengan pengambilan sebagian dari
populasi, jika sampling dilakukan dengan metode yang tepat maka dapat
digunakan untuk menggeneralisasikan keseluruhan populasi. Sampel dalam
penelitian ini adalah semua penderita diabetes melitus tipe 2 tanpa ulkus
diabetikum di Puskesmas Manukan Kulon Surabaya.
2. Besar Sampel
Besar sampel adalah banyaknya subjek yang akan dijadikan sampel
(Nursalam, 2020). Adapun besar sampel dalam penelitian ini ditetapkan
berdasarkan rumus sebagai berikut :

n=

Keterangan :

n = Besar sampel

N = Besar populasi
D = Tingkat signifikansi (p)

Perhitungan sampel :

N = 50

d = 0,05

n=…?

n=

n= 1+50 0,05 2

50
n= 1,1

= 45,45 = 45 responden
Jadi, besar sampel dalam penelitian ini sebesar 45 responden.
3. Cara Pengambilan Sampel
Pada penelitian ini menggunakan pengambilan sampel secara nonprobability
sampling dengan menggunakan teknik purposive sampling yaitu suatu teknik
penetapan sampel dengan cara memilih sampel diantara populasi sesuai yang
dikehendaki peneliti (tujuan/masalah dalam penelitian), sehingga sampel tersebut
dapat mewakili karakteristik populasi yang telah dikenal sebelumnya.
D. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Manukan Kulon Surabaya. Adapun
pemilihan lokasi tersebut berdasarkan pada pertimbangan :
a. Terdapat penderita dengan ulkus diabetikum maupun tanpa ulkus diabetikum.
b. Sebelumnya di wilayah tersebut belum pernah dilakukan penelitian mengenai
hubungan tingkat pengetahuan dengan perilaku pencegahan ulkus diabetikum
di Puskesmas Manukan Kulon Surabaya.
c. Peneliti sudah mengenal lokasi penelitian, sehingga dapat mempermudah
dalam pengumpulan data.
d. Lokasi penelitian mudah dijangkau oleh peneliti sehingga memudahkan
pengumpulan data.
e. Mendapat izin dari pihak terkait.
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian ini dilakukan bulan Juni-Agustus 2021.
E. Kerangka Operasional Penelitian
Kerangka operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Populasi
Semua pasien diabetes tanpa ulkus diabetikum di Puskesmas Manukan Kulon Surabaya yang berjumlah 50 pasie

Sampling
Teknik nonprobability sampling dengan metode purposive sampling

Sampel
Sebagian pasien diabetes tanpa ulkus diabetikum di Puskesmas Manukan Kulon Surabaya sebesar 45 pasien

Pengumpulan data : Kuisioner

Pengelolahan data
Editing, coding, data entry, tabulating

Analisa data : menggunakan SPSS dengan uji statistik


Chi-Square

Penyajian dan hasil penelitian

Hasil dan kesimpulan

Gambar 4.1 Kerangka kerja hubungan tingkat pengetahuan dengan perilaku


pencegahan ulkus diabetikum pada pasien DM Tipe 2 di puskesmas
manukan kulon surabaya.
F. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
1. Variabel penelitian
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
a. Variabel Independen
Variabel independen atau variabel bebas dalam penelitian ini adalah
tingkat pengetahuan.
b. Variabel Dependen
Variabel dependen atau variabel terikat dalam penelitian ini adalah
perilaku pencegahan ulkus diabetikum pada pasien DM Tipe 2.
2. Definisi operasional
Tabel 4.1 Definisi operasional hubungan tingkat pengetahuan dengan perilaku
pencegahan ulkus diabetikum pada pasien DM Tipe 2 di puskesmas
manukan kulon surabaya.
Variabel Definisi Operasional Kriteria dan Kategori Skala

Variabel Pengetahuan mengenai Dikategorikan : Ordinal


independen : pencegahan ulkus
1. Pengetahuan baik,
Tingkat diabetikum :
bila dapat
pengetahuan
1. Olahraga teratur dan menjawab
menjaga berat pertanyaan
badan. 76-100% (kode 3).

2. Hindari merokok. 2. Pengetahuan cukup


bila dapat
3. Periksakan gula darah
menjawab
secara rutin.
pertanyaan 56-75%
4. Hindari pemakaian (kode 2).
obat yang bersifat
3. Pengetahuan
vasokontruktor
kurang bila
seperti orgat,
menjawab <55%
adrenalin, ataupun
(kode 1)
nikotin.
5. Periksakan diri secara
rutin ke dokter dan
periksakan kaki setiap
kali kontrol walaupun
ulkus/gangren telah
sembuh.

Variabel Tindakan mengenai Dikategorikan : Nominal


dependen : pencegahan ulkus
1. Berperilaku positif
Perilaku diabetikum :
bila skor T > mean skor
pencegahan
1. Olahraga teratur dan T.
ulkus
menjaga berat
diabetikum 2. Berperilaku negatif
badan.
pada pasien bila skor T ≤ mean skor
DM Tipe 2 2. Hindari merokok. T.

3. Periksakan gula darah


secara rutin.

4. Hindari pemakaian
obat yang bersifat
vasokontruktor
seperti orgat,
adrenalin, ataupun
nikotin.

5. Periksakan diri secara


rutin ke dokter dan
periksakan kaki setiap
kali kontrol walaupun
ulkus/gangren telah
sembuh.

6. Perawatan kaki
G. Instrumen Penelitian
1. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini dalam kegiatannya
mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan lebih mudah
dengan cara memberikan kuesioner. Kuesioner adalah daftar pertanyaan yang
disusun secara tertulis dalam rangka pengumpulan data suatu penelitian.
2. Cara Pengumpulan Data
a. Pengajuan izin penelitian dari Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya.
b. Peneliti meminta izin penelitian kepada Bakesbangpol, Dinas Kesehatan, dan
Kepala Puskesmas Manukan Kulon Surabaya.
c. Peneliti membuat pengajuan lembar persetujuan untuk menjadi responden
kepada pasien DM Tipe 2.
d. Responden diberikan kuesioner yang berisikan pertanyaan. Selama pengisian
peneliti mendampingi responden dan juga membantu memberi penjelasan
apabila responden kurang memahami isi dari kuesioner.
H. Pengolahan Data dan Analisa Data
1. Pengolahan Data
Setelah data terkumpul maka dilakukan pengolahan melalui tahapan sebagai
berikut :
a. Editing
Editing adalah kegiatan menyeleksi data yang masuk dari pengumpulan data
melalui kuesioner, setelah kuesioner dikumpulkan kemudian peneliti melakukan
pemeriksaan terhadap jawaban yang telah diberikan, dan tidak ada kuesioner yang
tidak terisi.
b. Scoring
Memberikan skor terhadap item-item yang perlu diberi skor. Untuk
pemberian skor pada tingkat pengetahuan peneliti menggunakan kuesioner
dengan 2 pilihan jawaban dengan total 10 pertanyaan. Berikut adalah pemberian
skoring pada :
Tingkat pengetahuan :
1. Jika jawaban benar = 10
2. Jika jawaban salah = 0
Selanjutnya untuk skor perilaku dijumlahkan pada tiap responden dengan
kriteria sebagai berikut :

Rumus skor T = 50+10

Keterangan :

T : Perilaku

x : Jumlah skor responden

x : Nilai rata-rata kelompok

SD : Standar Deviasi (simpang baku kelompok)

Menetukan Standar Deviasi (SD)

SD =

Keterangan :

SD : Standar Deviasi

Ʃ : Jumlah frekuensi

: Jumlah skor reponden

x : Rata-rata

n : Jumlah responden

Kemudian hasilnya di interprestasikan dengan ketentuan :

Perilaku positif jika skor T > mean skor T

Perilaku negatif jika skor T ≤ mean skor T

c. Coding

Coding adalah kegiatan pemberian kode angka terhadap data yang terdiri dari
beberapa kategori untuk memudahkan dalam pengolahan data, maka setiap
jawaban diberi kode dengan klarifikasi yang telah ditetapkan, yaitu :
Tingkat pengetahuan :

Kode 3 : tingkat pengetahun baik jika 76-100%

Kode 2 : tingkat pengetahuan cukup jika 56-75%

Kode 1 : tingkat pengetahuan kurang <55%

Pemberian kode pada perilaku pencegahan ulkus diabetikum :

Kode 1 : positif, jika skor T > mean skor T

Kode 2 : negatif, jika skor T ≤ mean skor T

d. Processing

Setelah semua pengisian lembar kuesioner sudah terisi penuh, dan sudah
melewati sistem coding maka langkah selanjutnya adalah memproses data agar
dapat dianalisis. Memproses data dilakukan dengan cara meng-entry data dari
lembar kuesioner ke paket program komputer. Paket program komputer yag
digunakan untuk entry data adalah program SPSS for windows.

e. Tabulating

Tabulating merupakan penyajian dalam bentuk angka (data numeric) yang


disusun dalam kolom dan baris dengan tujuan untuk menunjukkan frekuensi
kejadian dalam kategori yang berbeda. Hasil analisis data diinterprestasikan
dalam bentuk presentase dengan menggunakan skala sebagai berikut :

0% : tidak satupun

1-25% : sebagian

kecil

26-49% : hampir setengahnya

50% : setengahnya

51-75% : sebagian besar

76-99% : hampir seluruhnya

100% : seluruhnya

f. Cleaning

Cleaning (pembersihan data) merupakan kegiatan pengecekan kembali data


yang sudah di entry apakah ada kesalahan atau tidak. Kesalahan tersebut
dimungkinkan terjadi pada saat meng-entry data ke komputer.
2. Analisa Data

Setelah mengumpulkan data dari kuesioner, maka selanjutnya adalah


melakukan analisis data dengan menggunakan uji statistik Uji Chi Square, yang
digunakan untuk menguji variabel independen yang berskala yang berskala
ordinal dan dependen yang berskala nominal, dengan tingkat kemaknaan α = 0,05.
H1 diterima bila nilai signifikannya p<α (0,05) yang berarti ada hubungan
pengetahuan dengan perilaku pencegahan ulkus diabetikum pada pasien DM Tipe
2.

I. Etika Penelitian

Penelitian yang menggunakan objek manusia tidak boleh bertentangan


dengan etika agar hak responden dapat terlindungi, penelitian dilakukan dengan
menggunaan etika sebagai berikut :

1. Memberikan Informed Consent

Lembar persetujuan diedarkan kepada responden sebelum penelitian


dilaksanakan terlebih dahulu responden mengetahui maksud dan tujuan
penelitian serta dampak yang akan terjadi selama pengumpulan data. Jika
responden bersedia diteliti maka harus menandatangani lembar persetujuan
tersebut, bila tidak bersedia maka peneliti harus tetap menghormati hak-hak
responden.

2. Anonymity (tanpa nama)

Dalam menjaga kerahasiaan identitas responden peneliti tidak


mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan data dan cukup
memberikan kode.

3. Confidentiality (kerahasiaan)

Kerahasiaan informasi yang telah dikumpulkan dan kerahasiaan dari


responden dijamin peneliti.
BAB 5

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Lokasi Penelitian

1. Gambaran Lokasi Puskesmas Manukan Kulon Surabaya

Puskesmas manukan kulon Surabaya tepatnya bagian Surabaya barat di jalan


manukan dalam blok 18-A Surabaya, lokasinya sangat mudah dijangkau
kendaraan roda 2 dan roda 4 karena tempatnya dekat dengan jalan raya.
Puskesmas manukan kulon terdiri dari 2 lantai , Lantai 1 terdiri dari beberapa unit
diantaranya IGD, unit pendaftaran ,unit obat, poli spesialis penyakit dalam, poli
umum, poli gigi, poli KIA dan imunisasi, unit KB, laboratorium, unit akupuntur,
rawat inap, dan musholla. Lantai 2 terdiri dari unit diantaranya, ruang kepala
puskesmas, ruang tata usaha, ruang sekeretarian ISO, ruang promkes, ruang
sanitasi, dan mempunyai 1 buah ambulance.
2. Fasilitas pelayanan Puskesmas Manukan Kulon Surabaya
Pendaftaran dan pelayanan di Puskesmas manukan kulon surabaya dibuka
mulai pukul 07.30-14.30. Pendaftaran dapat dilakukan melalui via online maupun
via offline disesuaikan keinginan pasien dan jadwal yang telah tersedia di
Puskesmas manukan kulon surabaya.
Puskemas manukan kulon surabaya belum ada jadwal untuk melakukan
aktivitas/senam diabet. Pelayanan Puskesmas manukan kulon surabaya
memberikan layanan rujukan RS. BDH pada pasien DM tipe 2.
Fasilitas Pelayanan di Puskesmas Manukan Kulon Surabaya yaitu poli umum,
poli gigi, laboratorium, pelayanan KB dan imunisasi, akupuntur, pelayanan ibu
hamil, pijat bayi, poli spesialis penyakit dalam, dan totok wajah.
B. Hasil Penelitian
1. Data Umum
Data umum akan menyajikan karakteristik responden dalam penelitian ini
diuraikan berdasarkan usia, pendidikan terakhir, dan pekerjaan.
a. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
Menurut Depkes (2012) kategori usia adalah sebagai berikut : dewasa awal
(26-35 tahun), dewasa akhir (36-45 tahun), lansia awal (46-55 tahun) lansia akhir
(56-65 tahun) dan manula (>65 tahun). Karakteristik responden berdasarkan usia
di Puskesmas Manukan Kulon Surabaya dapat dilihat pada tabel 5.1 berikut.
Tabel 5.1 Distribusi frekuensi responden berdasarkan usia pada pasien DM tipe 2
di Puskesmas Manukan Kulon Surabaya, Juni 2021.
No Usia Frekuensi(f Presentase (%)
)
1. Dewasa Akhir (36-45 1 2,2
Tahun)
2. Lansia Awal (46-55 6 13,3
Tahun)
3. Lansia Akhir (56-65 13 28,9
Tahun)
4. Manula (>65 Tahun) 25 55,6
Total 45 100,0

Sumber : Data Primer Juni 2021


Berdasarkan tabel 5.1 diatas dari 45 responden didapatkan sebagian besar
yang berjumlah 25 responden (55,6%) memiliki umur >65 tahun.
b. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir
Menurut (Agus, 2013) jenjang pendidikan dibagi menjadi 3 yaitu : Dasar (SD-
SMP), Menengah (SMA), Tinggi (Perguruan Tinggi). Karakteristik responden
berdasarkan pendidikan di Puskesmas Manukan Kulon Surabaya dapat dilihat
pada tabel 5.2 berikut.
Tabel 5.2 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pendidikan pada pasien
DM tipe 2 di Puskesmas Manukan Kulon Surabaya, Juni 2021.
No. Pendidikan Frekuensi (f) Presentase (%)
1. Pendidikan Dasar 18 40,0
(SD-SMP)
2. Pendidikan 13 28,9
Menengah (SMA)
3. Pendidikan Tinggi 14 31,1
(Perguruan Tinggi)
Total 45 100,0
Sumber : Data Primer Juni 2021
Berdasarkan tabel 5.2 diatas dari 45 responden didapatkan hampir
setengahnya yang berjumlah 18 responden (40%) memiliki pendidikan dasar (SD-
SMP).
c. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan
Jenis pekerjaan yaitu IRT, pensiun karyawan, PNS, dan wiraswasta.
Karakteristik responden berdasarkan jenis pekerjaan di Puskesmas Manukan
Kulon Surabaya dapat dilihat pada tabel 5.3 berikut.
Tabel 5.3 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pekerjaan pada pasien
DM tipe 2 di Puskesmas Manukan Kulon Surabaya, Juni 2021.
No. Pekerjaan Frekuensi Presentase (%)
(f)
1. IRT 21 46,7
2. Pensiun Karyawan 14 31,1
PNS 1 2,2
3.
Wiraswasta 9 20,0
4. Total 45 100,0
Sumber : Data Primer Juni 2021
Berdasarkan tabel 5.3 diatas dari 45 responden didapatkan hampir
setengahnya yang berjumlah 21 responden (46,7%) sebagai IRT.
2. Data Khusus
a. Karakteristik Responden Berdasarkan Kategori Pengetahuan Pencegahan
Ulkus Diabetikum
Hasil penelitian mengenai kategori pengetahuan pada pasien diabetes mellitus
tipe 2 dapat dilihat pada tabel 5.4. Menurut Notoadmodjo (2012) bila dapat
menjawab pertanyaan dengan kategori pengetahuan kurang (<55%), pengetahuan
cukup (56-75%) dan pengetahuan baik (76-100%).
Tabel 5.4 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pengetahuan pada pasien
diabetes mellitus tipe 2 di Puskesmas Manukan Kulon Surabaya, Juni
2021.
No. Frekuensi (f) Presentase (%)
1. Pengetahuan Baik 17 37,8
2. Pengetahuan Cukup 23 51,1
3. Pengetahuan Kurang 5 11,1
Total 45 100,0
Sumber : Data Primer Juni 2021
Berdasarkan tabel 5.4 diatas dari 45 responden didapatkan sebagian besar
yang berjumlah 23 responden (51,1%) tergolong dalam kategori pengetahuan
cukup (56-75%).
b. Karakteristik Responden Berdasarkan Perilaku Pencegahan Ulkus
Diabetikum
Tabel 5.5 Distribusi frekuensi responden berdasarkan perilaku pencegahan ulkus
diabetikum pada pasien DM tipe 2 di Puskesmas Manukan Kulon
Surabaya, Juni 2021.
No. Perilaku Frekuensi (f) Presentase (%)
1. Perilaku Negatif 19 42,2
2. Perilaku Positif 26 57,8
Total 45 100,0
Sumber : Data Primer Juni 2021
Berdasarkan tabel 5.5 diatas dari 45 responden didapatkan sebagian besar
yang berjumlah 26 responden (57,8%) tergolong dalam kategori perilaku positif.
c. Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Perilaku Pencegahan Ulkus
Diabetikum Pada Pasien DM Tipe 2 di Puskesmas Manukan Kulon Surabaya.
Tabel 5.6 Tabulasi silang hubungan tingat pengetahuan dengan perilaku
pencegahan ulkus diabetikum pada pasien DM Tipe 2 di Puskesmas
Manukan Kulon Surabaya, Juni 2021.

Kategori_Perilaku Total
Perilaku (%) Perilaku (%) (%)
Negatif Positif
Kate Pengetahuan 94,1
1 5,9% 16 17 100%
gori_ Baik %
Tahu Pengetahuan 39,1
14 60,9% 9 23 100%
Cukup %
Pengetahuan
4 80% 1 20% 5 100%
Kurang
Total 57,8
19 42,2% 26 45 100%
%
P= 0,000<α=0,05
Sumber : Data Primer Juni 2021
Berdasarkan tabel 5.6 diatas dari 17 responden dengan pengetahuan baik
terdapat 1 responden (5,9%) memiliki perilaku negatif, 16 responden (94,1%)
memiliki perilaku positif. Dari 23 responden dengan pengetahuan cukup terdapat
14 responden (60,9%) memiliki perilaku negatif, 9 responden (39,1%) memiliki
perilaku positif. Dari 5 responden dengan pengetahuan kurang terdapat 4
responden (80%) memiliki perilaku negatif, dan 1 responden (20%) memiliki
perilaku positif.
Analisis lebih lanjut menggunakan uji Chi Square, berdasarkan tabel 5.6
diatas didapatkan P=0,000< α =0,05, hasilnya adalah H1 = diterima yaitu ada
hubungan tingkat pengetahuan dengan perilaku pencegahan ulkus diabetikum
pada pasien DM Tipe 2 di Puskesmas Manukan Kulon Surabaya.
BAB 6

PEMBAHASAN

A. Pembahasan

Pada bab penelitian ini akan membahas mengenai penelitian yang telah
dilakukan yaitu hubungan tingkat pengetahuan dengan perilaku pencegahan ulkus
diabetikum pada pasien DM Tipe 2 di Puskesmas Manukan Kulon Surabaya.

1. Tingkat Pengetahuan Pada Pasien DM Tipe 2 di Puskesmas Manukan Kulon


Surabaya.

Hasil penelitian tingkat pengetahuan yang telah dilakukan pada pasien DM


Tipe 2 di Puskesmas Manukan Kulon Surabaya terdapat pada tabel 5.4
menunjukkan bahwa dari 45 responden didapatkan sebagian besar yang berjumlah
23 responden (51,1%) tergolong dalam kategori pengetahuan cukup (56-75%).
Pada umumnya / dominan pasien salah dalam menyebutkan penyebab, tanda
gejala dan faktor resiko dari luka kaki diabetes. Tingkat pengetahuan yang tinggi
seseorang tersebut dapat mengenal benda atau kejadian tertentu yang pernah diliat
atau disarankan serta mampu menghadapi dan menyelesaikan masalah. Tingkat
pengetahuan yang didapatkan pada pasien DM Tipe 2 di Puskesmas Manukan
Kulon Surabaya pada umumnya tergolong pada tingkat pengetahuan yang cukup.
Hal ini disebabkan karena adanya faktor yang mempengaruhi yaitu faktor
pendidikan, ekonomi, dan usia.
Namun demikian, masih terdapat responden yang memiliki pengetahuan
rendah. Pengetahuan yang kurang dimiliki responden adalah tentang tanda dan
gejala luka kaki dan pengaruh luka kecil yang terjadi pada tungkai kaki penderita
DM. Pada umumnya responden berpendapat bahwa kaki kesemutan dan luka kecil
tidak termasuk tanda dan gejala luka kaki diabetes dan tidak berpengaruh apapun.
Hal ini disebabkan responden kurang memiliki pengalaman dan kurang matang
dalam berfikir tentang penyakit DM tersebut karena penelitian terbukti bahwa
perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku
yang tidak didasari oleh pengetahuan.
Menurut asumsi peneliti, adanya hubungan tingkat pengetahuan dengan
perilaku pencegahan luka kaki diabetes karena adanya pengetahuan mereka
tentang cara pencegahan luka kaki diabetes, maka mereka akan berupaya untuk
melakukan pencegahan tersebut dengan cara pengontrolan gula darah, mematuhi
diet DM dan perawatan kaki. Dimana kadar gula darah yang selalu terkontrol
tersebut dapat mencegah terjadinya gangguan syaraf dan gangguan pembuluh
darah ke kaki, sehingga tidak terjadi luka kaki diabetes. Sebaliknya responden
yang berpengetahuan rendah tidak berusaha untuk mencegah terjadinya luka kaki
diabetes, sehingga jarang mengontrol kadar gula darah dan tidak terkendali,
pasien tidak merasakan sakit, panas atau dingin pada kaki. Pada akhirnya
berdampak terjadinya tanda dan gejala luka kaki diabetes.
Pada penelitian ini juga ditemukan responden yang berpengetahuan rendah
tapi tidak mengalami tanda dan gejala luka kaki diabetes. Tidak terjadinya luka
kaki diabetes pada responden yang berpengetahuan rendah tersebut bisa
dipengaruhi oleh mereka selalu menjaga kebersihan kaki dan menggunakan alas
kaki yang nyaman didalam atau diluar rumah dan tidak beresiko bagi penderita
DM.
Berdasarkan hasil penelitian (Srimiyati, 2018) disimpulkan bahwa
pengetahuan pencegahan kaki diabetes berhubungan secara signifikan terhadap
kemampuan pasien dalam merawat kaki. Pasien diabetes yang memiliki
pengetahuan baik mengenai perawatan kaki berpeluang 4.767 kali lebih besar
dalam melakukan pencegahan luka kaki diabetes dari pada memiliki pengetahuan
kurang. Tingkat pengetahuan yang rendah atau kurangnya informasi tentang
diabetes mellitus yang dimiliki pasien membuat tingkat kesadaran pasien menjadi
kurang dan masalah yang sering terjadi pada penderita luka kaki diabetes adalah
masih kurang pengetahuan disaat penderita mengalami luka kecil dikakinya
sehingga luka tersebut semakin parah dimana penderita berfikir adalah luka biasa.

Menurut penelitian (Washilah, 2013) pasien harus diajarkan faktor risiko dan
manajemen yang tepat. Pasien harus memahami implikasi dari hilangnya sensasi
protektif, pentingnya pemeriksaan kaki setiap hari, perawatan yang tepat pada
kaki, termasuk kuku dan perawatan kulit, dan pemilihan alas kaki yang sesuai.
Untuk mengontrol komplikasi luka kaki diabetes, pengetahuan pasien dan praktek
dapat berkontribusi untuk mencegah luka kaki diabetes.

Hasil yang didapat sesuai asumsi (Donsu, 2019) bahwa pengetahuan sebagai
sumber perilaku adalah hasil dari tahu yang terjadi melalui proses sesnsoris
khususnya mata dan telinga terhadap objek tertentu. Pengetahuan merupakan
domain yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku (open behavior),
sesungguhnya didalam diri orang tersebut terjadi suatu proses adoption
(pengangkatan), individu telah memiliki perilaku baru sesuai dengan pengetahuan,
sikap, dan kesadarannya terhadap stimulus. Menurut (Notoadmodjo, Promosi
Kesehatan Dan Perilaku Kesehatan, 2012) tingkat pengetahuan seseorang dapat
menghadapi mendalami, memperdalam perhatian seperti bagaimana manusia
menyelesaikan masalah tentang konsep-konsep baru , tahu diartikan sebagai
meningkatkan suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya, termasuk kedalam
tingkat pengetahuan ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang
spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang diterima.
Pengetahuan yang baik dapat memberikan pengaruh jangka pendek sehingga
menghasilkan perubahan atau peningkatan perilaku.

Pendidikan dapat mempengaruhi pengetahuan. Menurut (Agus, 2013) jenjang


pendidikan dibagi menjadi 3 yaitu : Dasar (SD-SMP), Menengah (SMA), Tinggi
(Perguruan Tinggi). Karakteristik responden berdasarkan pendidikan di
Puskesmas Manukan Kulon Surabaya, berdasarkan tabel 5.2 diatas dari 45
responden didapatkan hampir setengah (40%) memiliki pendidikan dasar (SD-
SMP). Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan dimana diharapkan
sesorang dengan pendidikan tinggi, orang tersebut akan semakin luas
pengetahuannya akan cenderung untuk mudah menerima informasi baik dari
orang lain maupun media masa. Namun, perlu ditekankan lagi bahwa seseorang
yang berpendidikan rendah tidak mutlak diperoleh dipendidikan formal, akan
tetapi dapat diperoleh juga pada pendidikan non formal.

Usia juga dapat mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir manusia, menurut
(Depkes, 2012) kategori usia adalah sebagai berikut : dewasa awal (26-35 tahun),
dewasa akhir (36-45 tahun), lansia awal (46-55 tahun) lansia akhir (56-65 tahun)
dan manula (>65 tahun). Karakteristik responden berdasarkan usia di Puskesmas
Manukan Kulon Surabaya, berdasarkan tabel 5.1 diatas dari 45 responden
didapatkan hampir sebagian besar (55,6%) memiliki umur >65 tahun. Semakin
bertambahnya akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya
sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik. Pola usia madya,
individu akan lebih berperan aktif dalam masyarakat dan kehidupan sosial, serta
lebih banyak melakukan persiapan aktif dalam masyarakat dan kemampuan sosial,
serta lebih banyak melakukan persiapan demi suksesnya upaya menyesuaikan diri
menuju usia tua.

Selain pendidikan dan usia, pekerjaan juga dapat mempengaruhi pengetahuan,


jenis pekerjaan yaitu IRT, pensiun karyawan, PNS, dan wiraswasta. Karakteristik
responden berdasarkan jenis pekerjaan di Puskesmas Manukan Kulon Surabaya,
berdasarkan tabel 5.3 diatas dari 45 responden didapatkan hampir setengah
responden (46,7%) sebagai IRT. Pekerjaan seseorang juga akan menentukan
tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu sehingga
pekerjaan ini dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang. Pekerjaan juga dapat
menambah banyak relasi untuk berbagi pengalaman sehingga masuknya
pengetahuan ke dalam individu yang berada dalam lingkungan tersebut. Hal ini
terjadi karena adanya reaksi timbal balik atau pun tidak, yang akan direspon
sebagai pengetahuan oleh setiap individu.
2. Perilaku Pada Pasien DM Tipe 2 di Puskesmas Manukan Kulon Surabaya

Hasil penelitian perilaku yang dilakukan pada pasien DM tipe 2 di Puskesmas


Manukan Kulon Surabaya terdapat pada tabel 5.5 menunjukkan bahwa dari 45
responden didapatkan sebagian besar yang berjumlah 26 responden (57,8%)
tergolong dalam kategori perilaku positif. Perilaku dibagi perilaku positif dan
negatif yang diukur dengan kuisioner dengan skala nominal. Hasil wawancara
menunjukkan bahwa dari hasil pertanyaan yang dominan berperilaku positif disaat
menjawab pertanyaan tentang perilaku dalam mencegah luka kaki diabetes.

Hasil dari aspek perilaku memperlihatkan bahwa dari kuisioner berperilaku


positif berjumlah 26 pasien yang menjawab “iya”. Hal ini perilaku positif ini
dikarenakan adanya pengetahuan yang baik dari responden tentang perilaku
pencegahan luka kaki diabetes dan banyaknya informasi yang diterima responden.
Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan
seorang dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang tidak
didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak
didasari oleh pengetahuan (Donsu, 2019).

Hasil dari aspek perilaku negatif memperlihatkan bahwa dari kuisioner


berperilaku negatif berjumlah 19 pasien yang menjawab “tidak”. Rata-rata
menjawab tidak pada bagian pernyataan pemakaian alas kaki dan pemeriksaan
kaki. Dalam penelitian ini faktor pengetahuan tentang pemakaian alas kaki dan
pemeriksaan kaki sangat kurang, perilaku negatif ini beresiko terhadap ulkus
diabetikum. Pengetahuan bisa menyebabkan orang memiliki perilaku positif dan
negatif terhadap suatu hal. Bila seseorang tersebut tidak mengetahui sesuatu
dengan jelas maka sulit bagi orang tersebut untuk menentukan perilaku positif dan
negatif. Orang akan melakukan perilaku pencegahan luka kaki diabetes apabila ia
tahu apa tujuan dan manfaat bagi kesehatan dan apa bahayanya bila tidak
dilakukan.

Pada penelitian ini menunjukkan bahwa secara umum responden telah


mengetahui apa itu diabetes mellitus dan luka kaki diabetes, namun ada beberapa
hanya sebatas tahu tanpa memahami lebih lanjut tentang segala sesuatu terkait
diabetes mellitus khususnya tentang luka kaki diabetes. Dimana responden tidak
mengetahui tentang teknik dan cara perawatan kaki sebagai upaya penting dalam
pencegahan luka kaki diabetes. Hal ini memberikan pengaruh yang signifikan
terhadap perilaku pencegahan luka kaki diabetes, dimana responden tidak mampu
melakukan perawatan kaki sebagai salah satu upaya penting dalam pencegahan
luka kaki diabetes. Berbeda dengan responden yang berpengetahuan tinggi,
dimana kelompok ini cenderung menunjukkan perilaku pencegahan luka kaki
diabetes dengan baik, dimana responden mampu melakukan perawatan kaki
dengan baik, melakukan tindakan-tindakan pengontrolan kadar gula darah sebagai
upaya pencegahan komplikasi dari diebetes mellitus, termasuk pencegahan luka
kaki diabetes.
Menurut asumsi penelitian (Oktorina, 2019) pencegahan luka kaki diabetes
merupakan salah satu bentuk perilaku kesehatan dari pasien diabetes mellitus
untuk mencegah komplikasi lebih lanjut dari kondisi diabetes mellitus, dalam hal
ini adalah perilaku pasien dengan diabetes mellitus untuk mencegah luka kaki
diabetes. Hal ini menyatakan perilaku suatu respon seseorang terhadap stimulus
yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makan
serta lingkungan. Semua aktivitas atau kegiatan seseorang baik yang diamati
(Observable) maupun tidak dapat diamati (Unobservable) yang berkaitan dengan
pemeliharaan dan peningkatan kesehatan.

Menurut asumsi penelitian (Amalia, 2018) perilaku pasien dalam merawat


kaki berpengaruh terhadap kejadian luka kaki diabetes. Perilaku maladaptif
seperti ketidakpatuhan pasien dalam mencegah terjadinya luka, kurang menjaga
kebersihan kaki, penggunaan alas kaki yang tidak sesuai merupakan salah satu
penyebab terjadinya luka kaki diabetes. Komponen perilaku maladaptif tersebut
pada penelitian ini merupakan bagian dari ketidakpatuhan pasien dalam
melakukan perawatan kaki.

Menurut asumsi penelitian Edy Mulyadi (2019) perilaku dapat mempengaruhi


seseorang dalam upaya pencegahan seperti terlihat dalam penelitian ini responden
yang memiliki perilaku positif lebih banyak yang baik dalam melakukan upaya
pencegahan luka kaki diabetes sedangkan responden yang memiliki perilaku
negatif lebih banyak yang kurang dalam melakukan upaya pencegahan luka kaki.
Hal ini dapat disebabkan dari baik dan kurangnya pengetahuan responden tentang
pencegahan luka kaki diabetes.

Menurut (Donsu, 2019) mengungkapkan bahwa faktor yang mempengaruhi


perilaku, faktor genetik meliputi inteligensi (pengetahuan), sifat kepribadian,
bakat pembawaan, dan jenis kelamin. Perilaku merupakan respon atau reaksi
seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar), oleh sebab itu untuk
mengubah perilaku dalam pencegahan ulkus diabetikum perlu adanya
pengetahuan, sikap, dan kebiasaan yang baik. Sedangkan faktor eksternal meliputi
pendidikan, pekerjaan, lingkungan, dan kebudayaan. Perilaku seseorang akan
menjadi baik jika didasari oleh pengetahuan yang baik, maka perilaku tersebut
akan bersifat langgeng (long lasting) daripada perilaku yang tidak didasari oleh
pengetahuan. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam
membentuk tindakan seseorang, yang menyatakan bahwa pengetahuan sangat
berpengaruh terhadap perilaku individu, oleh karena itu individu yang
pengetahuan tinggi yaitu individu yang dalam pengambilan keputusan dapat
bertindak tepat, cepat, dan mudah.

3. Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Perilaku Pencegahan Ulkus


Diabetikum Pada Pasien DM Tipe 2 di Puskesmas Manukan Kulon Surabaya

Berdasarkan tabel 5.6 diatas dari 17 responden dengan pengetahuan baik


terdapat 1 responden (5,9%) memiliki perilaku negatif, 16 responden (94,1%)
memiliki perilaku positif. Dari 23 responden dengan pengetahuan cukup terdapat
14 responden (60,9%) memiliki perilaku negatif, 9 responden (39,1%) memiliki
perilaku positif. Dari 5 responden dengan pengetahuan kurang terdapat 4
responden (80%) memiliki perilaku negatif, dan 1 responden (20%) memiliki
perilaku positif.
Analisis lebih lanjut menggunakan uji Chi Square, berdasarkan tabel 5.6
diatas dapatkan P=0,000< α =0,05, hasilnya adalah H1 = diterima yaitu ada
hubungan tingkat pengetahuan dengan perilaku pencegahan ulkus diabetikum
pada pasien DM Tipe 2 di Puskesmas Manukan Kulon Surabaya.
Menggambarkan bahwa perilaku perilaku dipengaruhi oleh pengetahuan.
Pengetahuan individu merupakan awal dari terwujudnya tindakan atau perilaku
individu. Pengetahuan bisa menyebabkan orang memiliki perilaku positif dan
negative terhadap suatu hal. Bila seseorang tersebut tidak mengetahui sesuatu
dengan jelas maka sulit bagi orang tersebut untuk menentukan perilaku positif
atau negative. Sebelum seseorang berperilaku ia harus tahu terlebih dahulu apa
arti atau manfaat peri.laku tersebut bagi dirinya. Orang akan melakukan
pencegahan apabila ia tahu apa tujuan dan manfaat bagi kesehatan dan apa
bahayanya bila tidak dilakukan.
Pengetahuan yang dimiliki seseorang dapat berpengaruh terhadap pola pikir
dalam melakukan tindakan. Demikian pula ketika seseorang melakukan analisa
penyakit atau perubahan yang terjadi dalam dirinya. Pengetahuan juga sangat erat
hubungannya dengan cara seseorang memperhatikan perubahan pada dirinya,
misalnya ketika kakinya mulai terasa baal atau dingin. Pengetahuan responden
yang tinggi dalam penelitian ini dimungkinkan tidak saja dipengaruhi oleh
pendidikan formal melainkan oleh faktor internal, eksternal dan faktor pendukung
yang dapat meningkatkan pengetahuan, misalnya belajar secara mandiri (otodidak)
melaluiberbagai media tentang diabetes mellitus.
Menurut peneliti responden memiliki pengetahuan kurang hal ini terjadi
karena responden masih kurang mengetahui tentang bagaimana melakukan
perawatan kaki yang tepat dan responden masih mengikuti kebiasaan yang
dilakukan selama ini seperti tidak memakai alas kaki sesuai dengan keinginan
responden, tidak menggunakan pelembab, tidak menggunakan air hangat saat
membasuh kaki. Karena itu diperlukan kegiatan promosi kesehatan untuk dapat
meningkatkan pengetahuan, perilaku, dan kesadaran mereka sehingga perilaku
responden dalam melakukan perawatan kaki diabetik juga akan semakin
meningkat.
Perilaku seseorang dipengaruhi oleh adanya pengetahuan yang dimiliki orang
tersebut. Pengetahuan berhubungan erat dengan perilaku seseorang, jika ada
perbedaan pengetahuan tentang kesehatan maka akan mempengaruhi perilaku
seseorang dalam menjaga kesehatannya. Perawatan diabetes mellitus tidak hanya
dilakukan mandiri oleh penderita saja namun tim kesehatan juga berperan dalam
mendampingi pasien untuk membentuk perilaku. Keberhasilan dalam mencapai
perubahan pengetahuan dan perilaku membutuhkan pembelajaran, keterampilan,
dan motivasi.
Pengetahuan yang benar akan penyebab terjadinya diabet akan
mempengaruhi pasien berperilaku positif (saya selalu diet DM dan rendah gula
yang dianjurkan oleh dokter dan petugas kesehatan lainnya untuk mengontrol gula
darah dengan jawaban iya), demikian pasien telah melakukan pencegahan secara
mandiri terhadap penyakit diabet.
B. Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan merupakan kelemahan yang dihadapi peneliti selama proses


penelitian. Keterbatasan dalam penelitian ini adalah :

1. Instrumen penelitian ini sangat sulit dipahami oleh responden dikarenakan


instrumen ini merupakan instrumen yang sudah baku. Oleh karena itu proses
pengisian instrumen dibantu oleh peneliti.

2. Keterbatasan kemampuan peneliti dalam menuangkan ide atau gagasan saat


menyusun skripsi karena merupakan penelitian yang pertama kali.

BAB 7
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang hubungan tingkat


pengetahuan dengan perilaku pencegahan ulkus diabetikum pada pasien DM Tipe
2 di Puskesmas Manukan Kulon Surabaya dapat ditarik simpulan sebagai berikut :
1. Pasien DM tipe 2 di Puskesmas Manukan Kulon Surabaya sebagian besar
memiliki kategori pengetahuan cukup.
2. Pasien DM tipe 2 di Puskesmas Manukan Kulon Surabaya sebagian besar
memiliki kategori perilaku positif.
3. Terdapat hasil signifikan antara tingkat pengetahuan dengan perilaku
pencegahan ulkus diabetikum pada pasien DM tipe 2 di Puskesmas Manukan
Kulon Surabaya.
B. Saran
1. Bagi pasien DM tipe 2
Sebagai sumber informasi, pengetahuan untuk secara perilaku pencegahan
pada pasien DM tipe 2 sehingga pasien terse but dapat mencegah dan perawatan
secara mandiri.
2. Bagi peneliti
Sebagai tambahan ilmu pengetahuan dan pengalaman dalam dunia kesehatan
terkait dengan pasien DM tipe 2 dan sebagai acuan untuk melakukan penelitian
selanjutnya.
3. Bagi institusi pendidikan
Sebagai referensi literatur bagi penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan
hubungan tingkat pengetahuan dan perilaku pencegahan ulkus diabetikum pada
pasien DM tipe 2 dan bacaan tambahan pengetahuan.
4. Bagi tempat penelitian
Supaya dibentuk kelompok PRONALIS (Program Pengelolaan Penyakit
Kronis) terutama bagi kelompok DM.
5. Saran bagi petugas kesehatan
Tenaga kesehatan diharapkan meningkatkan pengetahuan masyarakat akan
pentingnya perilaku pencegahan pada pasien DM tipe 2.
DAFTAR PUSTAKA
Adianto, N. (2015). Hubungan Tingkat Pengetahuan Pasien Diabetes Mellitus
Dengan Perawatan Kesehatan Kaki Di Ruang DCP Rumah Sakit
Petrokimia Gresik. http://repository.unair.ac.id/29628/, 3-5.
Agus, B. (2013). Kapita Selecta Kuesioner : Pengetahuan dan Sikap Dalam
Penelitian Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika.
Amalia, Y. (2018). Hubungan Pengetahuan, Dukungan Keluarga Serta Perilaku
Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 Terhadap Kejadian Ulkus Kaki
Diabetes. https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm/article/view/19891,
5-6.
Bijan Iraj, F. K. (2012). Prevention of Diabetic Foot Ulcer.
https://www.proquest.com/docview/1960162362/7242588FBF484643PQ/
3?accountid=170128, 1-5.
Conceicao, A. D. (2013). Hubungan Pengetahuan Tentang Diabetes Melitus
Dengan Perilaku Pencegahan Luka Pada Aktivitas Fisik Pasien DM Tipe 2
Di Puskesmas Bambanglipuro Bantul Yogyakarta.
http://repository.unjaya.ac.id/2646/, 1-32.
DAVID M. NATHAN, M. (2012). INITIAL MANAGEMENT OF GLYCEMIA.
https://www.proquest.com/docview/89110864/1E2DC828F1954824PQ/9?
accountid=170128, 1-9.
Depkes. (2012). Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur. http://www.depkes.go.id/.
Donsu, D. J. (2019). Psikologi Keperawatan. Yogyakarta: PT. Pustaka Baru.
Dr.Ir. Diah Krisnatuti, M. (2014). Diet Sehat Untuk Penderita Diabetes Mellitus.
Jakarta Timur: Penebar Swadaya.
Federation, I. D. (2019). IDF Diabetes Atlas Ninth Edition 2019.
https://www.diabetesatlas.org/en/, 8-11.
Firani, D. N. (2017). Metabolisme Karbohidrat Tinjauan Biokimia dan Patologis.
Malang: UB Press.
Indonesia, K. K. (2018). Hasil Utama Riskesdas.
https://kesmas.kemkes.go.id/assets/upload/dir_519d41d8cd98f00/files/Has
il-riskesdas-2018_1274.pdf , 72-81.
Notoadmodjo. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka
Cipta.
Notoadmodjo. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka
Cipta.
Notoadmodjo. (2012). Promosi Kesehatan Dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT.
Rineka Cipta.
Notoadmodjo. (2014). Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Ns. Paulus Subiyanto, M. (2019). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Pada Pasien
Dengan Gangguan Sistem Endokrin : Untuk Dosen dan Mahasiswa DIII
Keperawatan. Yogyakarta: PT. Pustaka Baru.
Ns. Supriyadi, M. (2017). Panduan Praktis Skrinning Kaki Diabetes Mellitus.
Yogyakarta: DEEPUBLISH.
Nursalam. (2020). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pendekatan Praktis
Edisi 5. Jakarta: Salemba Medika.
Oktorina, R. (2019). Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Pencegahan
Ulkus Diabetikum Pada Penderita Diabetes Mellitus.
https://ojs.fdk.ac.id/index.php/Nursing/article/view/570, 5.
Penggalih, D. (2020). Mari Belajar KTI (Ulkus). Jakarta: Damari Publisher.
PERKENI. (2011). Konsensus Pengelolaan Dan Pencegahan Diabetes
Mellitus
Tipe 2 Di Indonesia. Jakarta: Perkumpulan Endrokinologi Indonesia.
Pratiwi, L. D. (2016). HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA
DENGAN PERILAKU PENGENDALIAN KADAR GULA DARAH
PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS DI RUANG AZZAHRA 1
RUMAH SAKIT ISLAM JEMURSARI SURABAYA.
http://digilib.unusa.ac.id/data_pustaka-14017.html, 46-56.
Rahmawati U.N., &. F. (2017). Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Ulkus
Diabetik Dengan Perawatan Kaki Diabetik Pada Pasien Diabetes Melitus
Di Persadia Cabang Surakarta (Doctoral dissertation, Universitas
Muhammadiyah Surakarta). http://eprints.ums.ac.id/51583/, 1-7.
Riskesdas. (2018). Hasil Utama Riskesdas.
https://kesmas.kemkes.go.id/assets/upload/dir_519d41d8cd98f00/files/Has
il-riskesdas-2018_1274.pdf, 72-81.
Rosyid. (2017). Etiolog, Pathophysiology, Diagnosis and Management Of
Diabetics Foot Ulcer. International Journal Of Research in Medical
Sciences, 4208.
Soegondo. (2012). Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Terpadu. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI.
Soewondo, P. (2012). The DiabCare Asia 2008 study – Outcomes on control and
complications of type.
https://search.proquest.com/docview/1625568978/B2A1C35DF38C44F5P
Q/4?accountid=170128, 235-244.
Srimiyati, S. (2018). Pengetahuan Pencegahan Kaki Diabetik Penderita Diabetes
Melitus Berpengaruh Terhadap Perawatan Kaki.
https://scholar.google.co.id/scholar?hl=id&as_sdt=0%2C5&q=Pengetah
uan+Pencegahan+Kaki+Diabetik+Penderita+Diabetes+Melitus+Berpen
garuh+Terhadap+Perawatan+Kaki&btnG=, 76-82.
Tandra, P. H. (2013). Diabetes Mengapa & Bagaimana ? Yogyakarta: Rapha
Publishing.
Tjokroprawito, P. A. (2011). Panduan Lengkap Pola Makan Untuk Penderita
Diabetes. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Washilah, W. (2013). Hubungan Lama Menderita Diabetes Dengan Pengetahuan
Pencegahan Ulkus Diabetik Di Puskesmas Ciputat.
https://repository.uinjkt.ac.id/dspace/handle/123456789/25698, 4.
Wawan, D. M. (2012). Teori dan Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Manusia.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Yuda, D. (2016). Atasi Ulkus Kaki Diabetes. Yogyakarta: Rapha Publishing.
Lampiran 1
SuratPengambilanDataAwal
Lampiran 2
Surat Pengantar Pengambilan Data Awal Dari Bakesbangpol dan Linmas
Lampiran 3
Surat Pengantar Pengambilan Data Awal Dari Dinas Kesehatan
Lampiran 4
Balasan Pengambilan Data Awal Puskesmas Manukan Kulon Surabaya
Lampiran 5
Surat Keterangan Laik Etik
Lampiran 6
Surat Permohonan Izin Penelitian
Lampiran 7
Surat Pengantar Penelitian Dari Bakesbangpol dan Linmas
Lampiran 8
Surat Pengantar Penelitian Dari Dinas Kesehatan
Lampiran 9
Balasan Penelitian Dari Puskesmas Manukan Kulon Surabaya
Lampiran 10
Lembar Permohonan Menjadi Responden
PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN
Kepada
Yth. Responden Di Tempat,
Assalamualaikum Wr.Wb
Dalam rangka memenuhi tugas akhir program S1 Keperawatan, saya
mahasiswa Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya.
Nama : Dina Pratya Niay
NIM 1130017051
Bermaksud untuk mengadakan penelitian tentang “Hubungan Tingkat
Pengetahuan Dengan Perilaku Pencegahan Ulkus Diabetikum Pada Pasien DM
Tipe 2 Di Puskesmas Manukan Kulon Surabaya”
Sehubungan dengan hal diatas, saya mohon kesediannya untuk menjadi
responden dalam penelitian ini yang bersifat sukarela, kami akan menjamin
kerahasiaan identitas dan informasi yang diberikan.
Demikian permohonan ini saya buat, atas kerjasama dan partisipasinya
sebagai responden, peneliti mengucapkan terimakasih.
Waalaikumsalam Wr.Wb

Surabaya, 2021
Hormat Saya
Peneliti

Dina Pratya Niay


NIM.1130017051
Lampiran 11
Lembar Persetujuan Menjadi Responden

PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama :

Umur :

Alamat :

Menyatakan bersedia untuk menjadi responden dalam penelitian yang

dilakukan oleh :

Nama : Dina Pratya Niay

NIM 1130017051

Institusi : Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya

Dengan judul “Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Perilaku

Pencegahan Ulkus Diabetikum Pada Pasien DM Tipe 2 Di Puskesmas Manukan

Kulon Surabaya”. Adapun tujuan dari penelitian ini telah dijelaskan oleh peneliti

kepada responden. Dengan demikian surat persetujuan ini saya buat dengan

sejujur-jujurnya dan tanpa ada unsur paksaan dari pihak manapun.

Surabaya, 2021

Responden

(...............................................…)
Lampiran 12
Lembar Informasi Untuk Responden
LEMBAR INFORMASI UNTUK RESPONDEN
(Informed Consent)
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Puji Syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya, sholawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada Rosulullah SAW
semoga Bapak/Ibu selalu dalam keadaan sehat wal’afiat. Amin.
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama Peneliti : Dina Pratya Niay
Alamat : Jl. Wisma Tengger XIII/7 Kandangan, Benowo
Surabaya No HP 087796670724
Email : dinapratya051.ns17@student.unusa.ac.id
Judul Penelitian : Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Perilaku Pencegahan
Ulkus Diabetikum Pada Pasien DM Tipe 2 Di Puskesmas Manukan Kulon
Surabaya.
Saya ucapkan terimakasih kepada responden yang telah menyempatkan waku
untuk membaca lembar informasi penelitian ini. Penelitian ini berjudul Hubungan
Tingkat Pengetahuan Dengan Perilaku Pencegahan Ulkus Diabetikum Pada
Pasien DM Tipe 2 Di Puskesmas Manukan Kulon Surabaya. Jenis penelitian ini
menggunakan rancang penelitian Cross Secional dimana sebelum dilakukan
penelitian ini responden diminta untuk mengisi lembar kuisioner yang berguna
untuk melihat seberapa besar nilai tingkat pengetahuan dan perilaku pada
responden. Responden dalam penelitian ini adalah penderita DM Tipe 2 pada
Puskesmas Manukan kulon Surabaya.
A. Manfaat terhadap Subyek Penelitian
Diharapkan hasil penelitian ini dapat bermanfaat dalam memberikan
informasi, pengetahuan, dan wawasan untuk meningkatkan pemahaman terkait
Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Perilaku Pencegahan Ulkus Diabetikum
Pada Pasien DM Tipe 2 Di Puskesmas Manukan Kulon Surabaya.
B. Kesukarelaan untuk Ikut Penelitian
Responden bebas memilih keikut sertaan dalam penelitian ini tanpa ada paksaan.
Bila Anda sudah memutuskan ikut, Anda juga bebas untuk

88
mengundurkan diri/berubah pikiran setiap saat tanpa dikenai denda ataupun
sanksi apapun, apabila Anda tidak bersedia untuk berpartisipasi.
C. Unsur Paksaan
Anda bebas memilih keikutsertaan dalam penelitian ini tanpa ada paksaan. Bila
anda sudah memutuskan untuk ikut, anda juga bebas untuk mengundurkan
diri/berubah pikiran setiap saat tanpa dikenai denda atau sanksi apapun. Bila anda
tidak bersedia.
D. Prosedur Penelitian
1. Apabila penderita DM Tipe 2 bersedia menjadi responden maka anda diminta
untuk menandatangani lembar persetujuan menjadi responden dengan
rangkap dua (satu milik peneliti dan satu milik responden).
2. Penderita DM Tipe 2 akan diminta mengenai keterangan data identitas yang
meliputi nama, usia, lama menderita diabetes, jenis kelamin, pendidikan
terakhir, dan pekerjaan.
3. Penderita DM Tipe 2 akan dijelaskan oleh peneliti untuk tujuan dan manfaat
penelitian.
4. Bila peneliti membutuhkan data tambahan maka peneliti dapat menemui
penderita DM Tipe 2 kembali.
5. Peneliti akan memberikan lembaran kuesioner yang berisi data umum,
kuesioner mengenai tentang tingkat pengetahuan dan perilaku pencegahan.
Responden akan mengisi lengkap pernyataan yang ditanyakan dalam
kuesioner dan mengisi dengan sebisanya.
E. Karakteristik dan jumlah subyek
Pada penelitian ini besar sampel yang digunakan adalah 40 responden.
F. Kerahasiaan
Semua informasi data anda yang diperoleh selama dilakukan peneletian ini akan
dicatat dan digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan. Informasi tersebut hanya
digunakan dengan tidak mengungkapkan identitas responden. Semua informasi
yang dikumpulkan tetap menjadi rahasia dan tidak akan disebutkan dalam
publikasi hasil penelitian, laporan atau publikasi kepada siapapun diluar studi ini.
G. Kompensasi
Semua responden yang mengikuti kegiatan penelitian ini akan diberikan
kompensasi berupa souvenir sebagai tanda terimakasih.
H. Asuransi
Peneliti tidak menjamin adanya asuransi medis pada responden selama proses
penelitian, hal ini dikarenakan peneliti hanya memberikan lebar kuesioner dan
melakukan tekanan darah dan tidak ada efek samping yang membahayakan
responden.
I. Informasi tambahan
Segala pernyataan dan klarifikasi terkait dengan penelitian ini dapat melalui
kontak peneliti No.Telpon/WhatsApp : 087796670724 atau dapat melalui Komite
Etik Penelitian Kesehatan Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya di 0318291920
atau email : kepk@unusa.ac.id

Surabaya, 2021
Hormat Saya
Peneliti

Dina Pratya Niay


NIM.1130017051
Lampiran 13
Lembar Persetujuan Mengikuti Penelitian
PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Puji Syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya, sholawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada Rosulullah SAW
semoga Bapak/Ibu selalu dalam keadaan sehat wal’afiat. Amin.
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama :
Umur/Jenis Kelamin :
Alamat :
Nomor Telepon/HP :
Menyatakan setelah memperoleh informasi lengkap dan diberikan kesempatan
untuk menanyakan segala sesuatu yang ingin saya ketahui, saya bersedia
mengikuti penelitian dengan judul “Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan
Perilaku Pencegahan Ulkus Diabetikum Pada Pasien DM Tipe 2 Di Puskesmas
Manukan Kulon Surabaya”.
Saya juga dapat menolak menjawab pertanyaan yang diberikan ataupun
menarik diri dari persetujuan ini suatu saat, tanpa sanksi apapun. Demikian
persetujuan ini dibuat memahami sepenuhnya terhadap informasi yang telah
diberikan kepada saya tanpa adanya paksaan.
Sebelumnya telah dijelaskan informasi tentang penelitian ini dan saya mengerti
bahwa:

A. Kesukarelaan Untuk Ikut Penelitian


Anda bebas memilih keikutsertaan dalam penelitian ini tanpa ada paksaan
bila anda sudah memutuskan untuk ikut, anda juga bebas untuk
mengundurkan diri/berubah pikiran setiap saat tanpa dikenai denda atau pun
sanksi apapun. Bila anda tidak bersedia untuk berpartisipasi.
B. Hak mengundurkan diri
Responden berhak penuh untuk pengunduran diri apabila dalam penelitian ini
merasa dirugikan selama penelitian nanti dan tidak akan diambil sebagai data
dari subjek itu sendiri.
C. Perlindungan terhadap responden
Informasi dari data anda yang diperoleh selama dilakukan penelitian ini akan
dicatat dan digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan. Informasi tersebut hanya
akan digunakan dengan tidak mengungkapkan identitas responden. Semua
informasi yang dikumpulkan tetap menjadi rahasia dan tidak disebutkan dalam
publikasi hasil penelitian, laporan atau publikasi kepada siapapun di luar studi ini.
D. Kerahasiaan data
Data yang didapat dari responden akan dirahasiakan dan dapat di pertanggung
jawabkan oleh peneliti.
E. Kontak Peneliti
Segala pernyataan dan klarifikasi terkait dengan penelitian ini dapat melalui
kontak peneliti No.Telpon/WhatsApp : 087796670724 atau dapat melalui Komite
Etik Penelitian Kesehatan Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya di 0318291920
atau email : kepk@unusa.ac.id

Surabaya, 2021 Yang menerima penjelasan


Hormat
Saya
Peneliti

(…………………)

Dina Pratya Niay


NIM.1130017051

92
Lampiran 14
Lembar Kuisioner

LEMBAR KUESIONER
Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Perilaku Pencegahan Ulkus Diabetikum Pada Pasien DM Tipe 2 Di Puskesmas M

Kuesioner Data Demografi


Petunjuk :
Bapak/Ibu/Saudara diminta untuk memberikan jawaban yang jujur pada setiap
item di bawah ini, dengan memberi tanda cheklist ( √ ) pada setiap jawaban yang
menurut anda benar.

Nama Responden :

Umur :
Pendidikan terakhir
( ) Tidak sekolah ( ) SD ( ) SMP ( ) SMA
( ) Perguruan Tinggi
Pekerjaan
( ) PNS ( ) Wiraswasta ( ) Buruh ( ) Lainnya, sebutkan............
Kuesioner pengetahuan Klien

Isilah pertanyaan dibawah ini dan berilah tanda silang (X) pada setiap jawaban

yang menurut anda benar.

1. Apa yang dimaksud dengan penyakit ulkus diabetik ?


a. Luka terbuka maupun luka tertutup pada jaringan kulit
b. Penyakit yang ditandai dengan rendahnya kadar gula dalam darah
c. Pemyakit yang ditandai dengan sakit kepala, lemas, dan telinga
berdenging
2. Pada kelompok usia apakah yang beresiko mengalami ulkus diabetik ?
a. Anak-anak
b. Remaja
c. Lanjut usia/tua
3. Dibawah ini adalah salah satu tanda dan gejala dari ulkus diabetik adalah ?
a. Rasa sakit ketika terluka
b. Sering kesemutan pada bagian tertentu
c. Mual dan muntah
4. Postur tubuh yang seperti apakah beresiko mengalami ulkus diabetik ?
a. Kurus
b. Gemuk
c. Ideal
5. Salah satu cara mencegah terjadinya ulkus diabetik adalah ?
a. Mengontrol kadar gula darah
b. Makan makanan yang manis
c. Minum sirup setelah selesai makan
6. Berikut ini adalah kebiasaan yang paling beresiko untuk mengalami ulkus
diabetik adalah ?
a. Merokok
b. Duduk
c. Berdiri
7. Berikut ini adalah kegiatan yang tidak boleh dilakukan untuk mencegah ulkus
diabetik adalah ?
a. Lari pagi
b. Senam setiap hari
c. Tidur setelah makan
8. Berikut ini yang tidak boleh dilakukan adalah ?
a. Minum obat secara rutin
b. Mengontrol kesehatan ke pelayanan kesehatan
c. Minum obat ketika kadar gula darah tinggi saja
9. Berikut ini yang harus dilakukan untuk perawatan kaki adalah ?
a. Memotong kuku kaki dengan menggunakan pisau silet
b. Memotong kuku kaki secara lurus mengikuti jari kaki
c. Mencongkel kotoran dipinggir kuku kaki
10. Berikut ini adalah pemakaian sepatu yang salah untuk pasien diabetes
mellitus adalah ?
a. Sebelum memakai sepatu memeriksa terlebih dahulu jika ada batu dan
lain-lain
b. Memakai sepatu yang sempit
c. Memakai kaos kaki/alas sepatu
Kuesioner perilaku mencegah ulkus diabetik

Isilah pernyataan dibawah ini dan berilah tanda checklist (√) pada setiap jawaban

yang menurut anda benar.

No Pernyataan Iya Tidak

1. Saya mengontrol gula darah dan


mengikuti terapi Diabetes
Melitus atas keinginan saya
sendiri

2. Saya memeriksakan diri secara


rutin ke dokter atau petugas
kesehatan lainnya

3. Saya memakai alas kaki hanya


diluar ruangan saja

4. Saya selalu berusaha


menghindari agar tidak terjatuh
dan cedera ( jalan rusak atau
licin)

5. Saya selalu melaksanakan diet


DM dan rendah gula yang
dianjurkan oleh dokter dan
petugas kesehatan lainnya untuk
mengontrol gula darah
6. Saya rutin olahraga joging ,
senam diabet untuk
meningkatkan sirkulasi darah

7. Saya memakai krem kaki


(lotion) pada kaki, telapak
kaki, jari-jari kaki , kulit kering
atau tumit yang retak-retak,
supaya kulit tidak kering

8. Saya selalu memeriksa kaki dan


celah kaki setiap hari untuk
mengetahui ada atau tidaknya
kalus (pengerasan), bula
(gelembung), luka dan lecet
pada kaki

9. Saya membersihkan dan


mencuci kaki setiap hari dengan
air hangat dengan memakai
sabun lembut dan mengeringkan
dengan sempurna dan hati-hati
terutama diantara jari-jari kaki.

10. Saya melakukan pemantauan


kadar glukosa darah minimal
tiga kali per minggu
Lampiran 15
Rekapitulasi Data Umum
Nama Klien Usia Pendidikan terakhir Pekerjaan
Ny.T 70 SD IRT
Ny.S 69 SMP IRT
Ny. B 74 SMA Pensiun PNS
Tn. S 75 Diploma/Perguruan Tinggi Pensiun PNS
Ny. T 68 SMP IRT
Tn.A 52 SMA Wiraswasta
Ny.S 66 SMP IRT
Tn.S 76 Diploma/Perguruan Tinggi Pensiun PNS
Ny.S 48 SD IRT
Ny.S 68 SD IRT
Ny.I 70 Diploma/Perguruan Tinggi Pensiun PNS
Ny.M 40 Diploma/Perguruan Tinggi Wiraswasta
Ny.S 84 Diploma/Perguruan Tinggi Pensiun PNS
Ny. S 54 SMP IRT
Tn.M 52 SD Wiraswasta
Ny.N 60 SMA IRT
Tn.C 71 Diploma/Perguruan Tinggi Pensiun PNS
Tn.J 62 SMA Wiraswasta
Tn.A 68 SMA Wiraswasta
Tn.S 61 SMP Pensiun
Ny.S 69 SMA IRT
Ny.L 58 Diploma/Perguruan Tinggi Wiraswasta
Ny.Y 71 Diploma/Perguruan Tinggi Pensiun PNS
Ny.S 69 SMA IRT
Ny.M 70 Diploma/Perguruan Tinggi Pensiun Wiraswasta
Tn.E 70 Diploma/Perguruan Tinggi Pensiun PNS
Ny.R 60 SMA IRT
Ny.S 63 SD IRT
Ny.A 69 Diploma/Perguruan Tinggi Wiraswasta
Ny.S 70 SD IRT
Tn.R 62 Diploma/Perguruan Tinggi Wiraswasta
Ny.I 61 SMA IRT
Tn.S 67 SMA Pensiun
Tn.F 58 Diploma/Perguruan Tinggi PNS
Tn.B 71 SMA Pensiun
Ny.A 63 Diploma/Perguruan Tinggi Pensiun PNS
Ny.A 56 SMP IRT
Tn.M 70 SMA Pensiun PNS
Ny.S 71 SD IRT
Ny.N 71 SMP IRT
Ny.S 51 SD Wiraswasta
Ny.M 71 SD IRT
Ny.D 59 SMA IRT
Ny.P 59 SD IRT
Ny.J 52 SMP IRT
Lampiran 16
Rekapitulasi Data Khusus

NAMA_KLIEN TOTAL NILAI T-SKOR


PENGETAHUAN KODE PERILAKU KODE
Ny.T 60 2 44 0
Ny.S 80 1 38 0
Ny. B 70 2 62 1
Tn. S 80 1 62 1
Ny. T 80 1 56 1
Tn.A 100 1 68 1
Ny.S 80 1 56 1
Tn.S 60 2 50 1
Ny.S 50 3 44 0
Ny.S 70 2 56 1
Ny.I 80 1 56 1
Ny.M 60 2 38 0
Ny.S 70 2 50 1
Ny. S 40 3 44 0
Tn.M 50 3 50 1
Ny.N 80 1 56 1
Tn.C 60 2 44 0
Tn.J 70 2 50 1
Tn.A 60 2 50 1
Tn.S 90 1 62 1
Ny.S 90 1 56 1
Ny.L 90 1 68 1
Ny.Y 90 1 68 1
Ny.S 90 1 62 1
Ny.M 80 1 50 1
Tn.E 70 2 50 1
Ny.R 60 2 38 0
Ny.S 70 2 62 1
Ny.A 60 2 44 0
Ny.S 80 1 62 1
Tn.R 70 2 38 0
Ny.I 80 1 56 1
Tn.S 60 2 38 0
Tn.F 70 2 44 0
Tn.B 70 2 38 0
Ny.A 60 2 38 0
Ny.A 80 1 50 1
Tn.M 60 2 27 0
Ny.S 70 2 44 0
Ny.N 70 2 50 1
Ny.S 80 1 62 1
Ny.M 60 2 38 0
Ny.D 50 3 38 0
Ny.P 50 3 38 0
Ny.J 60 2 44 0

Keterangan
Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan baik : 76-100 (3)
Pengetahuan cukup : 56-75 (2)
Pengetahuan kurang : <55 (1)
Perilaku
Perilaku positif : 1
Perilaku negatif : 0
Lampiran 17
Tabulasi Data Penelitian
Nama Pendidikan Tingkat
Klien Usia Terakhir Pekerjaan Pengetahuan Perilaku
Ny.T 4 1 1 2 0
Ny.S 4 1 1 1 0
Ny. B 4 2 2 2 1
Tn. S 4 3 2 1 1
Ny. T 4 1 1 1 1
Tn.A 2 2 4 1 1
Ny.S 4 1 1 1 1
Tn.S 4 3 2 2 1
Ny.S 2 1 1 3 0
Ny.S 4 1 1 2 1
Ny.I 4 3 2 1 1
Ny.M 1 3 4 2 0
Ny.S 4 3 2 2 1
Ny. S 2 1 1 3 0
Tn.M 2 1 4 3 1
Ny.N 3 2 1 1 1
Tn.C 4 3 2 2 0
Tn.J 3 2 4 2 1
Tn.A 4 2 4 2 1
Tn.S 3 1 2 1 1
Ny.S 4 2 1 1 1
Ny.L 3 3 4 1 1
Ny.Y 4 3 2 1 1
Ny.S 4 2 1 1 1
Ny.M 4 3 2 1 1
Tn.E 4 3 2 2 1
Ny.R 3 2 1 2 0
Ny.S 3 1 1 2 1
Ny.A 4 3 4 2 0
Ny.S 4 1 1 1 1
Tn.R 3 3 4 2 0
Ny.I 3 2 1 1 1
Tn.S 4 2 2 2 0
Tn.F 3 3 3 2 0
Tn.B 4 2 2 2 0
Ny.A 3 3 2 2 0
Ny.A 3 1 1 1 1
Tn.M 4 2 2 2 0
Ny.S 4 1 1 2 0
Ny.N 4 1 1 2 1
Ny.S 2 1 4 1 1
Ny.M 4 1 1 2 0
Ny.D 3 2 1 3 0
Ny.P 3 1 1 3 0
Ny.J 2 1 1 2 0

Keterangan
Tingkat Pengetahuan Perilaku
Pengetahuan Baik : 76-100 (3) Perilaku Positif : 1
Pengetahuan Cukup : 56-75 (2) Perilaku Negatif : 0
Pengetahuan Kurang : <55 (1)

Usia Pendidikan
Dewasa Akhir (36-45 tahun) :1 Dasar (SD/SMP) :1
Lansia Awal (46-55 tahun) :2 Menengah (SMA) :2
Lansia Akhir (56-65 tahun) :3 Tinggi (Perguruan Tinggi): 3
Manula (>65 tahun) :4

Jenis Kelamin Pekerjaan


Perempuan : 1 IRT 1
Laki-laki 2 Pensiun Karyawan 2
PNS 3
Wiraswasta 4
Lampiran 18
Hasil Uji Statistik
HASIL UJI STATISTIK CHI-SQUARE
1. Karakterisktik Responden
A. Kelompok Usia
Kelompok Usia
Frequenc Percent Cumulative
y Percent
Valid Dewasa Akhir (36-45 1 2,2 2,2
Tahun)
Lansia Awal (46-55 6 13,3 15,6
Tahun)
Lansia Akhir (56-65 13 28,9 44,4
Tahun)
Manula (>65 Tahun) 25 55,6 100,0
Total 45 100,0

B. Kelompok Pendidikan
Kelompok Pendidikan Akhir
Frequen Percent Cumulative
cy Percent
Valid Pendidikan Dasar 18 40,0 40,0
Pendidikan 13 28,9 68,9
Menengah
Pendidikan Tinggi 14 31,1 100,0
Total 45 100,0

C. Kelompok Pekerjaan
Kelompok Pekerjaan
Frequen Percent Cumulative
cy Percent
Valid IRT 21 46,7 46,7
Pensiun Karyawan 14 31,1 77,8
PNS 1 2,2 80,0
Wiraswasta 9 20,0 100,0
Total 45 100,0
2. Analisis Variabel
A. Variabel Pendidikan
Kategori Pengetahuan
Frequen Percent Cumulative
cy Percent
Valid Pengetahuan Baik 17 37,8 37,8
Pengetahuan Cukup 23 51,1 88,9
Pengetahuan Kurang 5 11,1 100,0
Total 45 100,0

B. Variabel Perilaku

Kategori Perilaku
Frequen Percent Cumulative
cy Percent
Valid Perilaku Negatif 19 42,2 42,2
Perilaku Positif 26 57,8 100,0
Total 45 100,0

3. Analisis antar Variabel


A. Analisa Korelasi antar Variabel
 Korelasi Faktor pendukung Variabel Independent
Kelp_Pendidi Kelp_Pengetah
Kelp_Usia k an u an
Kelp_Usia 1
Kelp_Pendidika
n 0,15001012 1
Kelp_Pengetahu -0,2789891
an 56 -0,125729998 1

 Korelasi Variabel Independent dan Dependent


Pengetahuan Perilaku
Pengetahuan 1
Perilaku -0,561510613 1

B. Analisa Hipotesis Penelitian

Pengetahuan * Perilaku Crosstabulation


Count
Kategori_Perilaku Total
Perilaku Perilaku
Negatif Positif
Kategori_Ta Pengetahuan
1 16 17
hu Baik
Pengetahuan
14 9 23
Cukup
Pengetahuan
4 1 5
Kurang
Total 19 26 45

Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig.
(2-sided)
Pearson Chi-Square 15,406a 2 ,000
Continuity Correction
Likelihood Ratio 17,890 2 ,000
Linear-by-Linear
13,873 1 ,000
Association
N of Valid Cases 45
LEMBAR KONSULTASI SKRIPSI

Nama Mahasiswa : Dina Pratya Niay


NIM 1130017051
Program Studi : S1 Keperawatan
Fakultas : Keperawatan dan Kebidanan
Judul Skripsi : Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Perilaku
Pencegahan Ulkus Diabetikum Pada Pasien DM Tipe 2
Di Puskesmas Manukan Kulon Surabaya.

Pembimbing : Rusdianingseh, M.Kep., Ns, Sp.Kep.Kom

No. Tanggal Materi Konsultasi Tanda Tangan

Mahasiswa Pembimbing

1. 14-09-2020 Judul Skripsi

2. 07-10-2020 Judul Skripsi

3. 12-10-2020 - ACC Judul

- Lanjut BAB 1

4. 09-11-2020 BAB 1 Revisi

- Masalah penelitian

- Skala penelitian

- Kronologis penelitian

- Solusi penelitian

5. 13-11-2020 BAB 1 Revisi

- Masalah penelitian

- Skala penelitian

- Kronologis penelitian

6. 15-12-2020 BAB 1 Revisi

- Skala penelitian
7. 18-12-2020 BAB 1 ACC Lanjut
BAB 2

8. 20-12-2020 BAB 2 Revisi

- Jurnal internasional

9. 23-12-.2020 ACC BAB 2 Lanjut


BAB 3

10. 28-12-2020 BAB 3 Revisi

- Kerangka konseptual

11. 30-12-2020 - ACC BAB 3

- Lanjut BAB 4

12. 04-01-2021 BAB 4 Revisi

- Populasi penelitian

- Kriteria inklusi dan


eksklusi

- Lanjut kuisioner

13. 06-01-2021 BAB 4 Revisi

- Sampel, besar sampel,


dan pengambilan sampel

- Lokasi dan waktu


penelitian

- Lanjut daftar pustaka

14. 09-02-2021 BAB 4 ACC

15. 24-06-2021 Konsul BAB 5&6

16. 28-062021 Revisi BAB 5&6

17. 01-07-2021 ACC BAB 5

Revisi BAB 6
18. 05-07-2021 Konsul BAB 6

19. 07-07-2021 ACC BAB 6

20. 09-07-2021 Konsul Abstrak

21. 12-07-2021 ACC

Anda mungkin juga menyukai