Anda di halaman 1dari 13

Askep transkultural di

indramayu

PADA IBU NIFAS

KELOMPOK 3:
1. ERIKA MS
2. HESKI LIYANI
3. LENA RHOASIH
4. LILIS MAESYAROH
5. RENA MEI NARTI
Kasus

Pada tanggal 5 oktober 2020 Ny. E( 27 tahun) dibawa oleh


suaminya yaitu Tn. T( 28 tahun) untuk melahirkan anak
pertamanya di RSUD Indramayu. Kemudian Ny. E dilakukan
Operasi Saecar karena letak bayinya sungsang. Klien dan
keluarganya sangat menanti kelahiran bayi Tn. T dan Ny. E,
mereka mengatakan itu adalah sebuah karunia dari Allah swt.
Setelah dilakukan Op Sc, klien dibawa pulang. Sesampainya
dirumah, klien mengatakan klien dianjurkan oleh ibunya untuk
memakai gurita yang kemudian dibalut menggunakan stagen,
karena ibu klien beranggapan pemakaian gurita dapat
membuat tubuh Ny. E kembali langsing, dan tidak bergelambir.
Pada tanggal 12 oktober 2020, Tn. T dan Ny. E
datang kembali ke RSUD Indramayu untuk
dilakukan pemeriksaan post sc, ternyata didapatkan
hasil luka jahit ny. E belum mengering, dan tampak
berair, klien mengalami penyembuhan yang lambat.
Kemudian perawat melakukan pengkajian lebih
lanjut:
BUDAYA MENGGUNAKAN GURITA

Di indramayu terdapat budaya


penggunaan gurita/ stagen/
kemben yang diyakini akan
mengembalikan bentuk tubuh
atau melangsingkan tubuh.
Namun, menurut penelitian,
penggunaan gurita/ stagen/
kemben tidak dianjurkan, karena
akan membuat luka jahitan
mengalami keterlambatan
penyembuhan.
Pengkajian

1. Faktor teknologi

• ­Persepsi sehat sakit : pasien datang ke RSUD Indramayu untuk operasi SC atas indikasi letak

bayi sungsang, kemudian seminggu setelah melahirkan klien datang untuk kontrol, dokter

mengatakan bahwa luka klien mengalami penyembuhan yang lambat.

• Kebiasaan berobat atau masalah kesehatan: pasien berobat ke puskesmas/ dokter

• Alasan mencari bantuan kesehatan : karena letak bayi sungsang, dan untuk mengetahui

keadaan luka post sc

• Persepsi klien tentang penggunaan dan pemanfaatan teknologi untuk mengatasi

permasalahan kesehatan saat ini : yakin dan percaya kalo langsung datang ke pelayanan

kesehatan tidak merugikan, klien bisa bertanya seputar kesehatannya.


2. Faktor agama dan falsafah hidup
• ­Agama yang di anut : Islam
• Status pernikahan : Istri
• Cara pandang klien terhadap keadaan yang sedang dialami :
klien merasa sangat senang atas kelahiran anak pertamanya,
walaupun dengan cara SC
• Cara pengobatan : Klien melakukan Jalan pagi, berjemur,
memakai Gurita, Dan kontrol ke RSUD indramayu
• Kebiasaan agama : sebelumnya Ny. E selalu rajin melakukan
ibadah, namun sekarang Ny. E sedang dalam masa nifas,
sehingga Ny. E tidak melaksanakan ibadah sholat.
3. Faktor sosial dan keterikan keluarga
• Nama lengkap : Ny.E
• Umur : 27 tahun
• Jenis kelamin : perempuan
• Status : Istri
• Tipe keluarga : Tradisional extented family
• Pengambilan keputusan dalam keluarga : Suami
4. Faktor nilai – nilai budaya dan gaya hidup
• Posisi jabatan yang dipegang oleh kepala keluarga : Tn. T
• Bahasa yang digunakan : Bahasa Indramayu
• Kebiasaan makan : Makan buah, susu,
• Makanan yang dipantang dalam kondisi sakit : Telor, daging
sapi, ayam, ikan (Karena menurut mertuanya makanan tersebut
akan membuat bekas jahitannya terasa gatal)
• Persepsi sakit berkaitan dengan aktivitas sehari – hari : jika
pasien belum merasakan sakit, pasien masih bisa melakukan
aktivitas belum dikatakan sakit.
• Kebiasaan membersihkan diri : setelah pasien melahirkan,
kebersihan pasien dibantu oleh mertuanya.
5. Faktor Kebijakan
• Pasien mempunyai BPJS

6. Faktor ekonomi
• Pekerjaan : ibu rumah tangga
• SPB : Suami
• Tabungan yang dimiliki keluarga : Tidak ada
• Biaya dari sumber lain : BPJS
• Patungan antar anggota keluarga : Biaya dijamin
oleh suami
8. Faktor pendidikan
• Tingkat pen. Keluarga :
o Pasien : SMA
o Suami : SMK
o Ibu Mertua: SD
• Pengalaman sakit : selalu berobat ke puskesmas
DIAGNOSA

Ketidakpatuhan dalam pengobatan b.d sistem nilai


yang diyakini pasien
PERENCANAAN& PELAKSANAAN

Tujuan Umum: Merubah budaya klien bila budaya yang dimiliki


keluarga bertentangan dengan kesehatan(Cultural care
repartening/ reconstruction)
1. Beri kesempatan pada klien dan keluarga untuk memahami
informasi yang diberikan dan melaksanakannya
2. Tentukan tingkat perbedaan pasien melihat dirinya dari
budaya kelompok
3. Gunakan pihak ketiga bila perlu
4. Terjemahkan terminologi gejala pasien kedalam bahasa
kesehatan yang dapat dipahami oleh klien dan keluarga
5. Berikan informasi pada klien tentang sistem pelayanan
kesehatan
EVALUASI

S: Klien dan keluarganya mengatakan mau


beradaptasi dengan budaya baru yang mungkin
sangat bertentangan dengan budaya yang dimiliki
klien.
O: Klien dan keluarganya menyetujui untuk
beradaptasi dengan budaya baru guna mempercepat
penyembuhan luka post SC klien
A: Masalah Teratasi
P: intervensi dihentikan

Anda mungkin juga menyukai