Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia sebagai mahkluk sosial yang hidup berkelompok dimana satu


dengan yang lainnya saling behubungan untuk memenuhi kebutuhan sosial.
Kebutuhan sosial yang dimaksud antara lain : rasa menjadi milik orang lain atau
keluarga, kebutuhan pengakuan orang lain, kebutuhan penghargaan orang lain dan
kebutuhan pernyataan diri. Secara alamiah individu selalu berada dalam
kelompok, sebagai contoh individu berada dalam satu keluarga. Dengan demikian
pada dasarnya individu memerlukan hubungan timbal balik, hal ini bisa melalui
kelompok.

Penggunaan kelompok dalam praktek keperawatan jiwa memberikan


dampak positif dalam upaya pencegahan, pengobatan atau terapi serta pemulihan
kesehatan seseorang. Meningkatnya penggunaan kelompok terapeutik, modalitas
merupakan bagian dan memberikan hasil yang positif terhadap perubahan perilaku
pasien atau klien, dan meningkatkan perilaku adaptif dan mengurangi perilaku
maladaptif.

Beberapa keuntungan yang dapat diperoleh individu atau klien melalui


terapi aktifitas kelompok meliputi dukungan (support), pendidikan meningkatkan
pemecahan masalah, meningkatkan hubungan interpersonal dan juga
meningkatkan uji realitas (reality testing) pada klien dengan gangguan orientasi
realitas (Birckhead, 1989).

Terapi aktifitas kelompok sering digunakan dalam praktek kesehatan jiwa,


bahkan dewasa ini terapi aktifitas kelompok merupakan hal yang penting dari
ketrampilan terapeutik dalam keperawatan. Terapi kelompok telah diterima
profesi kesehatan. Pimpinan kelompok dapat menggunakan keunikan individu
untuk mendorong anggota kelompok untuk mengungkapkan masalah dan

1
mendapatkan bantuan penyelesaian masalahnya dari kelompok, perawat juga
adaptif menilai respon klien selama berada dalam kelompok.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Definisi Terapi Aktivitas Kelompok?
2. Apa Saja Tujuan Terapi Aktivitas Kelompok?
3. Apa Manfaat Terapi Aktivitas Kelompok?
4. Bagaimana Tahap-Tahap Dalam Terapi Aktivitas Kelompok?
5. Apa Saja Peran Perawat Dalam Terapi Aktivitas Kelompok?
6. Apa Macam-Macam Terapi Aktivitas Kelompok?
7. Apa Kerangka Teoritis Dalam Terapi Aktivitas Kelompok?
8. Siapa Saja Yang Bisa Menjadi Terapis?

C. Tujuan
1. Mampu Menjelaskan Definisi Terapi Aktivitas Kelompok
2. Mampu Menjelaskan Tujuan Terapi Aktivitas Kelompok
3. Mampu Menjelaskan Manfaat Terapi Aktivitas Kelompok
4. Mampu Menjelaskan Tahap-Tahap Dalam Terapi Aktivitas
Kelompok
5. Mampu Menjelaskan Peran Perawat Dalam Terapi Aktivitas
Kelompok
6. Mampu Menjelaskan Macam-Macam Terapi Aktivitas Kelompok
7. Mampu Menjelaskan Kerangka Teoritis Dalam Terapi Aktivitas
Kelompok
8. Mampu Menjelaskan Yang Bisa Menjadi Terapis

2
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Defenisi Terapi Aktivitas Kelompok

Kelompok adalah kumpulan individu yang mempunyai hubungan antara


satu dengan yang lainnya, saling ketergantungan serta mempunyai norma yang
sama. Sedangkan kelompok terapeutik memberi kesempatan untuk saling bertukar
(Sharing) tujuan, misalnya membantu individu yang berperilaku destruktif dalam
berhubungan dengan orang lain, mengidentifikasi dan memberikan alternatif
untuk membantu merubah perilaku destruktif menjadi konstruktif.

Terapi aktivitas kelompok adalah salah satu upaya untuk memfasilitasi


psikoterapis terhadap sejumlah klien pada waktu yang sama untuk memantau dan
meningkatkan hubungan antar anggota (Depkes RI, 1997).

Terapi aktivitas kelompok adalah aktivitas membantu anggotanya untuk


identitas hubungan yang kurang efektif dan mengubah tingkah laku yang
maladaptive (Stuart & Sundeen, 1998). Terapi aktivitas kelompok merupakan
salah satu terapi modalitas yang dilakukan perawat kepada sekelompok klien yang
mempunyai masalah keperawatan yang sama. Aktivitas digunakan sebagi terapi,
dan kelompok digunakan sebagai target asuhan(Kelliat,2005).

Setiap kelompok mempunyai struktur dan identitas tersendiri. Kekuatan


kelompok memberikan kontribusi pada anggota dan pimpinan kelompok untuk
saling bertukar pengalaman dan memberi penjelasan untuk mengatasi masalah
anggota kelompok. Dengan demikian kelompok dapat dijadikan sebagai wadah
untuk praktek dan arena untuk uji coba kemampuan berhubungan dan berperilaku
terhadap orang lain.

Terapi aktivitas kelompok adalah terapi modalitas yang dilakukan perawat


kepada sekelompok klien yang mempunyai masalah keperawatan yang sama.

3
Aktivitas yang digunakan sebagai terapi, dan kelompok digunakan sebagai target
asuhan. Di dalam kelompok terjadi dinamika interaksi yang saling bergantung,
saling membutuhkan dan menjadi laboratorium tempat klien berlatih perilaku baru
yang adaptif untuk memperbaiki perilaku lama yang maladaptif.

B. Tujuan Terapi Aktivitas Kelompok


1. Mengembangkan stimulasi kognitif

Tipe: biblioterapy

Aktivitas: menggunakan artikel, sajak,puisi, buku, surat kabar untuk merangsang


dan mengembangkan hubungan dengan orang lain.

2. Mengembangkan stimulasi sensori

Tipe: music, seni, menari.

Aktivitas: menyediakan kegiatan, mengekspresikan perasaan.

Tipe: relaksasi

Aktivitas: belajar teknik relaksasi dengan cara napas dalam, relaksasi otot, dan
imajinasi.

3. Mengembangkan orientasi realitas

Tipe: kelompok orientasi realitas, kelompok validasi.

Aktivitas: focus pada orientasi waktu,tempat dan orang, benar, salah bantu
memenuhi kebutuhan.

4. Mengembangkan sosialisasi

Tipe: kelompok remitivasi

Aktivitas: mengorientasikan klien yang menarik diri, regresi

Tipe: kelompok mengingatkan

4
Aktivitas: focus pada mengingatkan untuk menetapkan arti positif.

Secara umum tujuan kelompok adalah :

1. Setiap anggota kelompok dapat bertukar pengalaman

2. Memberikan pengalaman dan penjelasan pada anggota lain

3. Merupakan proses menerima umpan balik

Tujuan Terapi Aktifitas Kelompok (TAK) menurut Depkes RI (1997)


mengemukakan tujuan terapi aktivitas kelompok secara rinci sebagai berikut :

Tujuan Umum

a. Meningkatkan kemampuan menguji kenyataan yaitu memperoleh


pemahaman dan cara membedakan sesuatu yang nyata dan khayalan.
b. Meningkatkan sosialisasi dengan memberikan kesempatan untuk
berkumpul, berkomunikasi dengan orang lain, saling memperhatikan
memberikan tanggapan terhadap pandapat maupun perasaan ortang lain.
c. Meningkatkan kesadaran hubungan antar reaksi emosional diri sendiri
dengan prilaku defensif yaitu suatu cara untuk menghindarkan diri dari
rasa tidak enak karena merasa diri tidak berharga atau ditolak.
d. Membangkitkan motivasi bagi kemajuan fungsi-fungsi psikologis
seperti fungsi kognitif dan afektif.

Tujuan Khusus

a. Meningkatkan identifikasi diri, dimana setiap orang mempunyai


identifikasi diri tentang mengenal dirinya di dalam lingkungannya.
b. Penyaluran emosi, merupakan suatu kesempatan yang sangat dibutuhkan
oleh seseorang untuk menjaga kesehatan mentalnya. Di dalam kelompok
akan ada waktu bagi anggotanya untuk menyalurkan emosinya untuk
didengar dan dimengerti oleh anggota kelompok lainnya.
c. Meningkatkan keterampilan hubungan sosial untuk kehidupan sehari-
hari, terdapat kesempatan bagi anggota kelompok untuk saling

5
berkomunikasi yang memungkinkan peningkatan hubungan sosial dalam
kesehariannya. Gsgdggd
C. Manfaat Terapi Aktivitas Kelompok

Secara umum manfaat terapi aktivitas kelompok adalah :

1. Meningkatkan kemampuan uji realitas (reality testing) melalui komunikasi


dan umpan balik dengan atau dari orang lain.
2. Melakukan sosialisasi.
3. Membangkitkan motivasi untuk kemajuan fungsi kognitif dan afektif.

Secara khusus manfaatnya adalah :

1. meningkatkan identitas diri


2. menyalurkan emosi secara konstruktif
3. meningkatkan ketrampilan hubungan interpersonal atau social.

Di samping itu manfaat rehabilitasinya adalah :

1. Meningkatkan keterampilan ekspresi diri.


2. Meningkatkan keterampilan sosial.
3. Meningkatkan kemampuan empati.
4. Meningkatkan kemampuan atau pengetahuan pemecahan masalah.
D. Tahap-Tahap Dalam Terapi Aktivitas Kelompok

Menurut Yalom yang dikutip oleh Stuart dan Sundeen, 1995, fase – fase
dalam terapi aktivitas kelompok adalah sebagai berikut :

1. Pre kelompok

Dimulai dengan membuat tujuan, merencanakan, siapa yang menjadi leader,


anggota, dimana, kapan kegiatan kelompok tersebut dilaksanakan, proses evaluasi
pada anggota dan kelompok, menjelaskan sumber – sumber yang diperlukan
kelompok seperti proyektor dan jika memungkian biaya dan keuangan.

2. Fase awal

6
Pada fase ini terdapat 3 kemungkinan tahapan yang terjadi yaitu orientasi, konflik
atau kebersamaan.

a. Orientasi.

Anggota mulai mengembangkan system social masing – masing, dan leader mulai
menunjukkan rencana terapi dan mengambil kontrak dengan anggota.

b. Konflik

Merupakan masa sulit dalam proses kelompok, anggota mulai memikirkan siapa
yang berkuasa dalam kelompok, bagaimana peran anggota, tugasnya dan saling
ketergantungan yang akan terjadi.

c. Kebersamaan

Anggota mulai bekerja sama untuk mengatasi masalah, anggota mulai


menemukan siapa dirinya.

3. Fase kerja

Pada tahap ini kelompok sudah menjadi tim. Perasaan positif dan engatif
dikoreksi dengan hubungan saling percaya yang telah dibina, bekerjasama untuk
mencapai tujuan yang telah disepakati, kecemasan menurun, kelompok lebih
stabil dan realistic, mengeksplorasikan lebih jauh sesuai dengan tujuan dan tugas
kelompok, dan penyelesaian masalah yang kreatif.

4. Fase terminasi

Ada dua jenis terminasi (akhir dan sementara). Anggota kelompok mungkin
mengalami terminasi premature, tidak sukses atau sukses.

E. Indikasi Dan Kontra Indikasi Terapi Aktifitas Kelompok (TAK)

Adapun indikasi dan kontra indikasi terapi aktivitas kelompok (Depkes RI


(1997) adalah:

7
a. Semua klien terutama klien rehabilitasi perlu memperoleh terapi aktifitas
kelompok kecuali mereka yang : psikopat dan sosiopat, selalu diam dan
autistic, delusi tak terkontrol, mudah bosan.
b. Ada berbagai persyaratan bagi klien untuk bisa mengikuti terapi aktifitas
kelompok antara lain : sudah ada observasi dan diagnosis yang jelas,
sudah tidak terlalu gelisah, agresif dan inkoheren dan wahamnya tidak
terlalu berat, sehingga bisa kooperatif dan tidak mengganggu terapi
aktifitas kelompok.
c. Untuk pelaksanaan terapi aktifitas kelompok di rumah sakit jiwa di
upayakan pertimbangan tertentu seperti : tidak terlalu ketat dalam tehnik
terapi, diagnosis klien dapat bersifat heterogen, tingkat kemampuan
berpikir dan pemahaman relatif setara, sebisa mungkin pengelompokan
berdasarkan
problem yang sama.
F. Komponen Kelompok

Kelompok terdiri dari delapan aspek, sebagai berikut (Kelliat, 2005) :

a. Struktur kelompok. Struktur kelompok menjelaskan batasan,


komunikasi, proses pengambilan keputusan dan hubungan otoritas
dalam kelompok. Struktur kelompok menjaga stabilitas dan membantu
pengaturan pola perilaku dan interaksi. Struktur dalam kelompok diatur
dengan adanya pemimpin dan anggota, arah komunikasi dipandu oleh
pemimpin, sedangkan keputusan diambil secara bersama.
b. Besar kelompok Jumlah anggota kelompok yang nyaman adalah
kelompok kecil yang anggotanya berkisar antara 5-12 orang. Jika
angota kelompok terlalu besar akibbatnya tidak semua anggota
mendapat kesempatan mengungkapkan perasaan, pendapat, dan
pengalamannya. Jika terlalu kecil, tidak cukup variasi informasi dan
interaksi yang terjadi (Kelliat, 2005).
c. Lamanya sesi. Waktu optimal untuk satu sesi adalah 20-40 menit bagi
fungsi kelompok yang rendah dan 60-120 menit bagi fungsi kelompok

8
yang tinggi. Banyaknya sesi bergantung pada tujuan kelompok, dapat
satu kali/dua kali perminggu, atau dapat direncanakan sesuai dengan
kebutuhan
(Kelliat,2005).
G. Dampak Terapi Akitivitas Kelompok

Terjadinya interaksi yang diharapkan dalam aktivitas kelompok dapat


memberikan dampak yang bermanfaat bagi komponen yang terlibat. Yalom
(1985) dalam tulisannya mengenai terapi kelompok telah melaporkan 11 kasus
yang terlibat dalam efek terapeutik dari kelompok.Faktor-faktor tersebut adalah :

a. Universalitas, klien mulai menyadari bahwa bukan ia sendiri yang


mempunyai masalah dan bahwa perjuangannya adalah dengan membagi
atau setidaknya dapat dimengerti oleh orang lain.
b. Menanamkan harapan, sebagian diperantarai dengan menemukan yang
lain yang telah dapat maju dengan masalahnya, dan dengan dukungan
emosional yang diberikan oleh kelompok lainnya.
c. Menanamkan harapan, dapat dialami karena anggota memberikan
dukungan satu sama lain dan menyumbangkan ide mereka, bukan hanya
menerima ide dari yang lainnya.
d. Mungkin terdapat rekapitulasi korektif dari keluarga primer yang untuk
kebanyakan klien merupakan problematic. Baik terapis maupun anggota
lainnya dapat jadi resepien reaksi tranferensi yang kemudian dapat
dilakukan.
e. Pengembangan keterampilan sosial lebih jauh dan kemampuan untuk
menghubungkan dengan yang lainnya merupakan kemungkinan. Klien
dapat memperoleh umpan balik dan mempunyai kesempatan untuk
belajar dan melatih cara baru berinteraksi.
f. Pemasukan informasi, dapat dapat berkisar dari memberikan informasi
tentang ganguan seseorang terhadap umpan balik langsung tentang
perilaku orang dan pengaruhnya terhadap anggota kelompok lainnya.

9
g. Identifikasi, prilaku imitative dan modeling dapat dihasilkan dari
terapis atau anggota lainnya memberikan model peran yang baik.
h. Kekohesifan kelompok dan pemilikan dapat menjadi kekuatan dalam
kehidupan seseorang. Bila terapi kelompok menimbulkan
berkembangnya rasa kesatuan dan persatuan memberi pengaruh kuat
dan memberi perasaan memiliki dan menerima yang dapat menjadi
kekuatan dalam kehidupan seseorang.
i. Pengalaman antar pribadi mencakup pentingnya belajar berhubungan
antar pribadi, bagaimana memperoleh hubungan yang lebih baik, dan
mempunyai pengalaman memperbaiki hubungan menjadi lebih baik.
j. Atarsis dan pembagian emosi yang kuat tidak hanya membantu
mengurangi ketegangan emosi tetapi juga menguatkan perasaan
kedekatan dalam kelompok.
k. Pembagian eksisitensial memberikan masukan untuk mengakui
keterbatasan seseorang, keterbatasan lainnya, tanggung jawab terhadap
diri seseorang.
H. Proses Terapi Aktifitas Kelompok

Proses terapi aktifitas kelompok pada dasarnya lebih kompleks dari pada
terapi individual, oleh karena itu untuk memimpinnya memerlukan pengalaman
dalam psikoterapi individual. Dalam kelompok terapis akan kehilangan sebagian
otoritasnya dan menyerahkan kepada kelompok. Terapis sebaiknya mengawali
dengan mengusahakan terciptanya suasana yang tingkat kecemasannya sesuai,
sehingga klien terdorong untuik membuka diri dan tidak menimbulkan atau
mengembalikan mekanisme pertahanan diri. Setiap permulaan dari suatu terapi
aktifitas kelompok yang baru merupakan saat yang kritis karena prosedurnya
merupakan sesuatu yang belum pernah dialami oleh anggota kelompok dan
mereka dihadapkan dengan orang lain.

Setelah klien berkumpul, mereka duduk melingkar, terapis memulai


dengan memperkenalkan diri terlebih dahulu dan juga memperkenalkan co-terapis
dan kemudian mempersilakan anggota untuk memperkenalkan diri secara bergilir,

10
bila ada anggota yang tidak mampu maka terapis memperkenalkannya. Terapis
kemudian menjelaskan maksud dan tujuan serta prosedur terapi kelompok dan
juga masalah yang akan dibicarakan dalam kelompok. Topik atau masalah dapat
ditentukan oleh terapis atau usul klien. Ditetapkan bahwa anggota bebas
membicarakan apa saja, bebas mengkritik siapa saja termasuk terapis. Terapis
sebaiknya bersifat moderat dan menghindarkan kata-kata yang dapat diartikan
sebagai perintah.

Dalam prosesnya kalau terjadi bloking, terapis dapat membiarkan


sementara. Bloking yang terlalu lama dapat menimbulkan kecemasan yang
meningkatoleh karenanya terapis perlu mencarikan jalan keluar. Dari keadaan ini
mungkin ada indikasi bahwa ada beberapa klien masih perlu mengikuti terapi
individual. Bisa juga terapis merangsang anggota yang banyak bicara agar
mengajak temannya yang kurang banyak bicara. Dapat juga co-terapis membantu
mengatasi kemacetan.

Kalau terjadi kekacauan, anggota yang menimbulkan terjadinya kekacauan


dikeluarkan dan terapi aktifitas kelompok berjalan terus dengan memberikan
penjelasan kepada semua anggota kelompok. Setiap komentar atau permintaan
yang datang dari anggota diperhatikan dengan sungguh-sungguh dan di tanggapi
dengan sungguh-sungguh. Terapis bukanlah guru, penasehat atau bukan pula
wasit. Terapis lebih banyak pasif atau katalisator. Terapis hendaknya menyadari
bahwa tidak menghadapi individu dalam suatu kelompok tetapi menghadapi
kelompok yang terdiri dari individu-individu.

I. Peran Perawat Dalam Terapi Aktivitas Kelompok

Peran perawat jiwa professional dalam pelaksanaan terapi aktivitas kelompok


adalah :

1. Mempersiapkan program terapi aktivitas kelompok

Sebelum melaksanakan terapi aktivitas kelompok, perawat harus terlebih


dahulu, membuat proposal. Proposal tersebut akan dijadikan panduan dalam

11
pelaksanaan terapi aktivitas kelompok, komponen yang dapat disusun meliputi :
deskripsi, karakteristik klien, masalah keperawatan, tujuan dan landasan teori,
persiapan alat, jumlah perawat, waktu pelaksanaan, kondisi ruangan serta uraian
tugas terapis.

2. Tugas sebagai leader dan coleader

Meliputi tugas menganalisa dan mengobservasi pola-pola komunikasi yang terjadi


dalam kelompok, membantu anggota kelompok untuk menyadari dinamisnya
kelompok, menjadi motivator, membantu kelompok menetapkan tujuan dan
membuat peraturan serta mengarahkan dan memimpin jalannya terapi aktivitas
kelompok.

3. Tugas sebagai fasilitator

Sebagai fasilitator, perawat ikut serta dalam kegiatan kelompok sebagai anggota
kelompok dengan tujuan memberi stimulus pada anggota kelompok lain agar
dapat mengikuti jalannya kegiatan.

4. Tugas sebagai observer

Tugas seorang observer meliputi : mencatat serta mengamati respon penderita,


mengamati jalannya proses terapi aktivitas dan menangani peserta/anggota
kelompok yang drop out.

5. Tugas dalam mengatasi masalah yang timbul saat pelaksanaan terapi

Masalah yang mungkin timbul adalah kemungkinan timbulnya sub kelompok,


kurangnya keterbukaan, resistensi baik individu atau kelompok dan adanya
anggota kelompok yang drop out.

Cara mengatasi masalah tersebut tergantung pada jenis kelompok terapis,


kontrak dan kerangka teori yang mendasari terapi aktivitas tersebut.

6. Program antisipasi masalah

12
Merupakan intervensi keperawatan yang dilakukan untuk mengantisipasi
keadaan yang bersifat darurat (emergensi dalam terapi) yang dapat mempengaruhi
proses pelaksanaan terapi aktivitas kelompok.

Dari rangkaian tugas diatas, peranan ahli terapi utamanya adalah sebagai
fasilitator. Idealnya anggota kelompok sendiri adalah sumber primer
penyembuhan dan perubahan.

Iklim yang ditimbulkan oleh kepribadian ahli terapi adalah agen


perubahan yang kuat. Ahli terapi lebih dari sekedar ahli yang menerapkan tehnik;
ahli terapi memberikan pengaruh pribadi yang menarik variable tertentu seperti
empati, kehangatan dan rasa hormat (Kaplan & Sadock, 1997).

Sedangkan menurut Depkes RFI 1998, di dalam suatu kelompok, baik itu
kelompok terapeutik atau non terapeutik tokoh pemimpin merupakan pribadi yang
paling penting dalam kelompok. Pemimpin kelompok lebih mempengaruhi
tingkat kecemasan dan pola tingkah laku anggota kelompok jika dibandingkan
dengan anggota kelompok itu sendiri. Karena peranan penting terapis ini, maka
diperlukan latihan dan keahlian yang betul-betul professional.

Stuart & Sundeen (1995) mengemukakan bahwa peran perawat psikiatri


dalam terapi aktivits kelompok adalah sebagai leader/co leader, sebagai observer
dan fasilitator serta mengevaluasi hasil yang dicapai dalam kelompok.

Untuk memperoleh kemampuan sebagai leader/co leader, observer dan


fasilitator dalam kegiatan terapi aktivitas kelompok, perawat juga perlu mendapat
latihan dan keahlian yang professional.

J. Macam-Macam Terapi Aktivitas Kelompok


1. Terapi aktifitas kelompok stimulasi kognitif atau persepsi

Terapi aktifitas kelompok stimulus kognitif/persepsi adalah terapi yang


bertujuan untuk membantu klien yang mengalami kemunduran orientasi,
menstimuli persepsi dalam upaya memotivasi proses berfikir dan afektif serta
mengurangi perilaku maladaptif.

13
Tujuan :

a. Meningkatkan kemampuan orientasi realita


b. Meningkatkan kemampuan memusatkan perhatian
c. Meningkatkan kemampuan intelektual
d. Mengemukakan pendapat dan menerima pendapat orang lain
e. Mengemukakan perasaanya

Karakteristik :

a. Penderita dengan gangguan persepsi yang berhubungan dengan nilai-nilai


b. Menarik diri dari realitas
c. Inisiasi atau ide-ide negative
d. Kondisi fisik sehat, dapat berkomunikasi verbal, kooperatif dan mau
mengikuti kegiatan

2. Terapi aktifitas kelompok stimulasi sensori

Terapi aktifitas kelompok untuk menstimulasi sensori pada penderita yang


mengalami kemunduran fungsi sensoris. Teknik yang digunakan meliputi
fasilitasi penggunaan panca indera dan kemampuan mengekpresikan stimulus baik
dari internal maupun eksternal.

Tujuan :

a. Meningkatkan kemampuan sensori


b. Meningkatkan upaya memusatkan perhatian
c. Meningkatkan kesegaran jasmani
d. Mengekspresikan perasaan

3. Terapi aktifitas kelompok orientasi realitas

Terapi aktifitas kelompok orientasi realitas adalah pendekatan untuk


mengorientasikan klien terhadap situasi nyata (realitas). Umumnya dilaksanakan
pada kelompok yang menghalami gangguan orientasi terhadap orang, waktu dan

14
tempat. Teknik yang digunakan meliputi inspirasi represif, interaksi bebas
maupun secara didaktik.

Tujuan :

a. Penderita mampu mengidentifikasi stimulus internal (fikiran, perasaan,


sensasi somatik) dan stimulus eksternal (iklim, bunyi, situasi alam sekitar)
b. Penderita dapat membedakan antara lamunan dan kenyataan
c. Pembicaraan penderita sesuai realita
d. Penderita mampu mengenali diri sendiri
e. Penderita mampu mengenal orang lain, waktu dan tempat

Karakteristik :

a. Penderita dengan gangguan orientasi realita (GOR); (halusinasi, ilusi,


waham, dan depresonalisasi ) yang sudah dapat berinteraksi dengan orang
lain
b. Penderita dengan GOR terhadap orang, waktu dan tempat yang sudah dapat
berinteraksi dengan orang lain
c. Penderita kooperatif
d. Dapat berkomunikasi verbal dengan baik
e. Kondisi fisik dalam keadaan sehat

4. Terapi aktifitas kelompok sosialisasi

Kegiatan sosialisasi adalah terapi untuk meningkatkan kemampuan klien


dalam melakukan interaksi sosial maupun berperan dalam lingkungan social.
Sosialisasi dimaksudkan memfasilitasi psikoterapis untuk :

a. Memantau dan meningkatkan hubungan interpersonal


b. Memberi tanggapan terhadap orang lain
c. Mengekspresikan ide dan tukar persepsi
d. Menerima stimulus eksternal yang berasal dari lingkungan

Tujuan umum :

15
Mampu meningkatkan hubungan interpersonal antar anggota kelompok,
berkomunikasi, saling memperhatikan, memberi tanggapan terhadap orang lain,
mengekpresikan ide serta menerima stimulus eksternal.

Tujuan khusus :

a. Penderita mampu menyebutkan identitasnya


b. Menyebutkan identitas penderita lain
c. Berespon terhadap penderita lain
d. Mengikuti aturan main
e. Mengemukakan pendapat dan perasaannya

Karakteristik :

a. Penderita kurang berminat atau tidak ada inisiatif untuk mengikuti kegiatan
ruangan
b. Penderita sering berada ditempat tidur
c. Penderita menarik diri, kontak sosial kurang
d. Penderita dengan harga diri rendah
e. Penderita gelisah, curiga, takut dan cemas
f. Tidak ada inisiatif memulai pembicaraan, menjawab seperlunya, jawaban
sesuai pertanyaan
g. Sudah dapat menerima trust, mau berinteraksi, sehat fisik
5. Penyaluran energy

Penyaluran energi merupakan teknik untuk menyalurkan energi secara


kontruktif dimana memungkinkan penembanghan pola-pola penyaluran energi
seperti katarsis, peluapan marah dan rasa batin secara konstruktif dengan tanpa
menimbulkan kerugian pada diri sendiri maupun lingkungan.

Tujuan :

a. Menyalurkan energi; destruktif ke konstrukstif.


b. Mengekspresikan perasaan
c. Meningkatkan hubungan interpersonal

16
K. Kerangka Teoritis Terapi Aktivitas Kelompok

1. Model fokal konflik

Menurut Whiteaker dan Liebermen’s, terapi kelompok berfokus pada


kelompok dari pada individu.

Prinsipnya: terapi kelompok dikembangkan berdasarkan konflik yang


tidak disadari. Pengalaman kelompok secara berkasinambungan muncul kemudian
konfrontir konflik untuk penyelesaian masalah, tugas terapi membantu anggota
kelompok memahami konflik dan mencapai penyelesaian konflik

Menurut model ini pimpinan kelompok (leader) harus memfasilisati dan


memberikan kesempatan kepada anggota untuk mengekspresikan perasaan dan
mendiskusikannya untuk menyelesaiakan masalah.

2. Model komunikasi

Model komunikasi menggunakan prinsip-prinsip teori komunikasi dan


komunikasi terapeutik. Diasumsikan bahwa disfungsi atau komunikasi tak efektif
dalam kelompok akan menyebabkan ketidak puasan anggota kelompok, umpan
balik tidak sekuat dari kohesi atau keterpaduan kelompok menurun.

Dengan menggunakan kelompok ini leader memfasilitasi komunikasi


efektif, masalah individu atau kelompok dapat diidentifikasi dan diselesaikan.

Leader mengajarkan pada kelompok bahwa:

a. Perlu berkomunikasi
b. Anggota harus bertanggung jawab pada semua level, misalnya
komunikasi verbal, nonverbal, terbuka dan tertutup.
c. Pesan yang disampaikan dapat dipahami orang lain
d. Anggota dapat menggunakan teori komunikasi dalam membantu satu dan
yang lain untuk melakukan komunikasi efektif

17
Model ini bertujuan membantu meningkatkan keterampilan interpersonal dan
social anggota kelompok. Selain itu teori komunikasi membantu anggota
merealisasi bagaimana mereka berkomunikasi lebih efektif. Selanjutnya leader
juga perlu menjelaskan secara singkat prinsip-prinsip komunikasi dan bagaimana
menggunakan didalam kelompok serta menganalisa proses komunikasi tersebut.

3. Model interpersonal

Sullivan mengemukakan bahwa tingkah laku (pikiran, perasaan dan tindakan)


dagambarkan melalui hubungan interpersonal. Contoh: interaksi dalam kelompok
dipandang sebagai proses sebab akibat dari tingkah laku anggota lain.

Pada teori ini terapis bekerja dengan individu dan kelompok. Anggota
kelompok ini belajar dari interaksi antar anggota dan terapis. Melalui ini
kesalahan persepsi dapat dikoreksi dan perilaku social yang efektif dipelajari.
Perasaan cemas dan kesepian merupakan sasaran untuk mengidentifikasi dan
merubah tingkah laku/perilaku.

Contoh: tujuan salah satu aktivitas kelompok untuk meningkatkan


hubungan interpersonal. Pada saat konplik interpersonal muncul, leader
menggunakan situasi tersebut untuk mendorong anggota untuk mendiskusikan
perasaan mereka dan mempelajari konplik apa yang membuat anggota merasa
cemas dan menentukan perilaku apa yangdigunakan untuk menghindari atau
menurunkan cemas pada saat terjadi konflik.

4. Model psikodrama

Dengan model ini memotivasi anggota kelompok untuk berakting sesuai


dengan peristiwa yang baru terjadi atau peristiwa yang lalu. Anggota
memainkan peran sesuai dengan yang perna dialami. Contoh: klien
memerankan ayahnya yang dominin atau keras.

18
L. Terapis

Terapis adalah orang yang dipercaya untuk memberikan terapi kepada klien yang
mengalami gangguan jiwa. Adapun terapis antara lain :

a. Dokter
b. Psikiater
c. Psikolog
d. Perawat
e. Fisioterapis
f. Speech teraphis
g. Occupational teraphis
h. Sosial worker

Persyaratan dan kwalitas terapis

Menurut Globy, Kenneth Mark seperti yang dikutif Depkes RI menyatakan bahwa
persyaratan dan kualifikasi untuk terapi aktivitas kelompok adalah :

a. Pengetahuan pokok tentang pikiran-pikiran dan tingkah laku normal dan


patologi dalam budaya setempat
b. Memiliki konsep teoritis yang padat dan logis yang cukup sesuai untuk
dipergunakan dalam memahami pikiran-pikiran dan tingkah laku yang
normal maupun patologis
c. Memiliki teknis yang bersifat terapeutik yang menyatu dengan konsep-
konsep yang dimiliki melalui pengalaman klinis dengan pasien
d. Memiliki kecakapan untuk menggunakan dan mengontrol institusi untuk
membaca yang tersirat dan menggunakannya secara empatis untuk
memahami apa yang dimaksud dan dirasakan pasien dibelakang kata-
katanya
e. Memiliki kesadaran atas harapan-harapan sendiri, kecemasan dan
mekanisme pertahanan yang dimiliki dan pengaruhnya terhadap teknik
terapeutiknya

19
f. Harus mampu menerima pasien sebagai manusia utuh dengan segala
kekurangan dan kelebihannya.

20
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kelompok adalah kumpulan individu yang mempunyai hubungan antara satu


dengan yang lainnya, saling ketergantungan serta mempunyai norma yang sama.
Sedangkan kelompok terapeutik memberi kesempatan untuk saling bertukar
(Sharing) tujuan, misalnya membantu individu yang berperilaku destruktif dalam
berhubungan dengan orang lain, mengidentifikasi dan memberikan alternatif
untuk membantu merubah perilaku destruktif menjadi konstruktif. Terapi aktivitas
kelompok adalah terapi modalitas yang dilakukan perawat kepada sekelompok
klien yang mempunyai masalah keperawatan yang sama. Aktivitas yang
digunakan sebagai terapi, dan kelompok digunakan sebagai target asuhan. Di
dalam kelompok terjadi dinamika interaksi yang saling bergantung, saling
membutuhkan dan menjadi laboratorium tempat klien berlatih perilaku baru yang
adaptif untuk memperbaiki perilaku lama yang maladaptif.

B. Saran

Sebagai perawat haruslah mengetahui tentang terapi aktivitas kelompok serta


dapat mengaplikasikannya dalam praktik keperawatan.

21
DAFTAR PUSTAKA

Purwaningsih, Wahyu .Karlina Ina. 2010. Asuhan Keperawatan Jiwa. Jogjakarta:


Nuha Medika.

Fafendy.2008.Pengaruh Aktivitas Kelompok.Jakarta:EGC

Keliat,B&Akemat.2011.Keperawatan Jiwa:Terapi Aktivitas Fisik. Jakarta:EGC.

22
NOTULEN KELOMPOK 5

Anggota kelompok 5:

1. Serli Yusuf (183110233)


2. Sonia Vaindri (183110234)
3. Taufal Hidayat (183110236)
4. Wahyuni Irwan (183110237)
5. Widya Putri Okviriana (183110238)
6. Yesi Sepriyani (183110239)
7. Yulia Nelri (183110240)
8. Danil Hidayat (173110200)

1. Penanya : Rezi Gusnita Putri (Kelompok 4)


Pertanyaan : Perbedaan model aktivitas kelompok?
Penjawab : Wahyuni Irwan (183110237)
Jawaban : Model fokal konflik, memfasilitasi dan memberikan
kesempatan kepada anggota untuk mengekspresikan
perasaan dan mendiskusikannya untuk menyelesaikan
masalah.
Model komunikasi,memfasilitasi memberikan kesempatan
untuk komunikasi efektif, masalah individu atau kelompok
diididentifikasi dan diselesaikan. Bertujuan membantu
meningkatkan keterampilan interpersonal dan sosial
anggota kelompok.
Model interpersonal, anggota kelompok belajar dan
interaksi antar anggota dan terapis. Perasaan lemasdan
kesepian merupakan sasaran untuk mengidentifikasi dan
merubah tingkah laku atau perilaku.
Model psikodrama, memotivassi anggota untuk berakting
sesuai dengan peristiwa yang baru terjadi atau peristiwa

23
yang lalu. Anggota memainkan peran sesuai dengan yang
pernah dialami.
2. Penanya : Nuraini (kelompok 3)
Pertanyaan : Terapi aktivitas kelompok seperti apa yang dilakukan
kepada pasien
jiwa yang mengalami gangguan panca indera ?

Penjawab : Widya Putri Okviriana (183110238)

Jawaban : Macam Terapi Aktivitas Kelompok ada 4, diantaranya


yang digunakan pada pasien yang mengalami gangguan
jiwa adalah “ Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Sensori
“ Terapi aktifitas kelompok stimulasi sensori. Terapi
aktifitas kelompok untuk menstimulasi sensori pada
penderita yang mengalami kemunduran fungsi sensoris.
Teknik yang digunakan meliputi fasilitasi penggunaan
panca indera dan kemampuan mengekpresikan stimulus
baik dari internal maupun eksternal. Seperti pada orang
yang mengalami gangguan panca indera mata bisa
menggunakan dengan pendengaran seperti mendengarkan
suara-suara dan musik. Begitu pun pada pasien yang
mengalami gangguan pendegaran bisa dilakukan dengan
menggunakan media penglihatan gambar atau video.

3. Penanya : Maysha Fadhilla (Kelompok 3)


Pertanyaan : Apa saja kelebihan dari pelaksanaan Terapi Aktivitas
Kelompok?
Penjawab : Widya Putri Okviriana (183110238)
Jawaban : Jadi sebelumnya kita harus mengetahui dari pengertian
TAK. Terapi Aktivitas Kelompok adalah terapi modalitas
yang dilakukan perawat kepada sekelompok klien yang
mempunyai masalah keperawatan yang sama. Kelebihan

24
dari pelaksanaan TAK sangatlah banyak , beberapa
keuntungan yang dapat diperoleh individu atau klien
melalui terapi aktivitas kelompok meliputi dintaranya
dukungan (support), pendidikan meningkatkan pemecahan
masalah, meningkatkan hubungan interpersonal dan juga
meningkatkan uji realitas (reality testing) pada klien dengan
gangguan orientasi realitas. Selain itu, kita juga dapat
langsung mengamati dan menilai perkembangan klisen
secara langsung dengan ketrampilan hubungan
interpersonal atau social yang dimilikinya, kemampuan
atau pengetahuan pemecahan masalah, kemampuan uji
realitas (reality testing) melalui komunikasi dan umpan
balik dengan atau dari orang lain, serta Membangkitkan
motivasi untuk kemajuan fungsi kognitif dan afektif.
4. Penanya : Afellika Wirahma (Kelomopok 1)
Pertanyaan : Pada pelaksanaan Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)
terdapat fase konflik apa saja yang termasuk pada fase
konflik?
Penjawab : Widya Putri Okviriana (183110238)

Jawaban : Fase Konflik termasuk pada fase awal, dimana pada fase
ini terdapat 3 kemungkinan tahapan yang terjadi yaitu
orientasi, konflik atau kebersamaan. Fase Konflik
merupakan masa sulit dalam proses kelompok, anggota
mulai memikirkan siapa yang berkuasa dalam kelompok,
bagaimana peran anggota, tugasnya dan saling
ketergantungan yang akan terjadi. Pada fase ini dependen
dan indenpen saling ingin memimpin atau bahkan ada yang
menjadi penetral. Kita sebagai fasilitator harus dapat
mengantisipasi agar dapat menghindari terjadinya hal yang
berkeseriusan antar klien.

25
5. Penanya : Revina Agustina
Pertanyaan : Memberikan terapi aktivitas kelompok kepada pasien
jiwa?
Penjawab : Sonia Vaindri
Jawaban : Pada pagi hari sebelum melakukan terapi aktivitas
kelompok, perawat dan Orang dengan gangguan jiwa
terlebih dahulu melakukan senam pagi, setelah itu mereka
baru pergi ke sebuah ruangan, disana ada Koran atau
majalah terbaru, disana mereka belajar bersama-sama,
setelah menulis apa yang mereka baca dan membacakan di
depan teman-emannya, lalu mereka berdiskusi dan mampu
menerima pendapat orang lain dan memberikan
pendapatnya pada diskusi tersebut.

6. Penanya : Cindy Alya Rahma


Pertanyaan : Model Vokal konflik
Pejawab : Yulia Nelri
Jawaban :Harus memfasilitasi dan memberikan kesempatan pada
anggota untuk
mengekspresikan perasaan dan mendiskusikanya untuk
menyelesaikan masalah
7. Penanya : Dwi Rahayu
Pertanyaan : Apakah itu tindakan destruktif dan konstruktif ?
Penjawab : Taufal Hidayat
Jawaban : Destruktif adalah sebuah bentuk kondisi dimana prilaku
akan memberikan sebuah efek negatif kepada lingkungan
maupun orang lain. Contohnya pasien dengan gangguan
jiwa melempar barang ke pasien lain atau orang lain.
Sedangkan konstruktif adalah sebuah kondisi dimana
prilaku bersifat membangun , membina , hingga kemudian
dapat memperbaiki. Contohnya pasien dengan gangguan
jiwa menyalurkan peluapan marah dengan cara memukul
bantal.

26
8. Penanya : Innaya Nursafitri
Pertanyaan : Apa perbedaan dokter, psikiater psikolog dalam dalam
mengatasi ?
pasien gangguan jiwa dan kegunaan perawat dalam terapi
aktivitas
kelompok ?
Penjawab : Yesi Sepriyani
Jawaban : Psikiater adalah spesialis dari dokter jiwa atau gelar dari
Dokter, Jiwa sedangkan psikolog adalah ilmu yang
mempelajari tentang prilaku, fungsi mental dan proses
mental manusia melalui prosedur ilmiah. Peran perawat
dalam TAK, menpersiapkan program terapi aktivitas
kelompok Tugas sebagai leader dan coleader, tugas sebagai
fasilisator, tugas sebagai observer, tugas dalam mengatasi
masalah yang timbul saat pelaksanaan terapi, program
antisipasi masalah.
9. Penanya : Monicha Yuza Utami
Pertanyaa : Pengaruh aktivita skelompok terhadap sosialisasi pasien
Penjawab : Danil Hidayat
Jawaban : Dengan adanya TAK menbantu pasien untuk melakukan
interaksi social dan berperan katif dalam lingkungan
terutama sangat membantu pada pasien yang suka
menyendiri dan emnarik diri dari lingkungan sehingga
dengan adanya TAK pasien dapat berinteraksi
menyampaikan pendapat, meningkatkan kemampuan dalam
berinteraksi.
10. Penanya : Heksa Nadiandra Putri
Pertanyaan : Terapi apa yang efektif untuk pasien jiwa ?

Penjawab : Serli yusuf (183110233)

27
Jawaban : Terapi aktifitas kelompok stimulasi kognitif atau persepsi

Terapi aktifitas kelompok stimulus kognitif/persepsi adalah


terapi yang bertujuan untuk membantu klien yang
mengalami kemunduran orientasi, menstimuli persepsi
dalam upaya memotivasi proses berfikir dan afektif serta
mengurangi perilaku maladaptif.

Terapi aktifitas kelompok stimulasi sensori

Terapi aktifitas kelompok untuk menstimulasi sensori pada


penderita yang mengalami kemunduran fungsi sensoris.
Teknik yang digunakan meliputi fasilitasi penggunaan
panca indera dan kemampuan mengekpresikan stimulus
baik dari internal maupun eksternal.

Terapi aktifitas kelompok orientasi realitas

Terapi aktifitas kelompok orientasi realitas adalah


pendekatan untuk mengorientasikan klien terhadap situasi
nyata (realitas). Umumnya dilaksanakan pada kelompok
yang menghalami gangguan orientasi terhadap orang,
waktu dan tempat. Teknik yang digunakan meliputi
inspirasi represif, interaksi bebas maupun secara didaktik.

Terapi aktifitas kelompok sosialisasi

Kegiatan sosialisasi adalah terapi untuk meningkatkan


kemampuan klien dalam melakukan interaksi sosial
maupun berperan dalam lingkungan social.

28
29

Anda mungkin juga menyukai