Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN HALUSINASI

I. Masalah Utama
A. Definisi
Halusinasi adalah persepsi klien terhadap lingkungan tanpa stimulus yang nyata,
artinya klien menginterpretasikan yang nyata tanpa stimulus/rangsangan dari luar (Direja,
2011). Menurut Trimelia (2011) halusinasi adalah persepsi klien yang salah terhadap
lingkungan yang nyata member persepsi yang salah atau pendapat tentang sesuatu tanpa
objek/rangsangan yang nyata dan hilangnya kemampuan manusia untuk membedakan
rangsangan internal pikiran dan eksternal pikiran.
Halusinasi pendengaran adalah mendengar suara atau bunyi yang berkisar dari
suara sederhana sampai suara berbicara mengenai pasien sehingga pasien berespon
terhadap suara atau bunyi tersebut (Nanda, 2012).

B. Etiologi
Menurut Stuart (2013) faktor penyebab terjadinya halusinasi adalah :
1. Faktor Predisposisi
a. Teori Biologi dan genetik
Abnormalitas perkembangan syaraf berhubungan dengan respon neorologis yang
maladaftif baru mulai dipahami, ini ditunjukkan oleh penelitian-penelitian sebagai
berikut :
1) Penelitian pencitraan otak sudah menunjukan keterlibatan otak yang lebih luas
dalam perkembangan skizofren.
2) Beberapa zat kimia diotak seperti dopamin neorotransmiter yang berlebihan.
3) Pembesaran ventrikel dan penurunan massa kortikal menunjukan terjadinya atropi
yang signifikan pada otak manusia.
b. Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan pasien sangat mempengaruhi respon dan
kondisi psikologis pasien. Salah satu sikap atau keaadan yang dapat mempengaruhi
gangguan orientasi realitas adalah penolakan atau tindakan kekerasan dalam rentang
hidup pasien.
c. Sosial Budaya
Kondisi ini mempengaruhi gangguan orientasi realita seperti : kemiskinan, perang,
kerusuhan, bencana alam dan kehidupan yang terisolasi.
2. Faktor Presipitasi
Secara fisik pasien dengan gangguan halusinasi timbul gangguan setelah adanya
hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan tidak berguna, putus asa dan
tidak berdaya. Penilaian induvidu terhadap stressor dan masalah koping dapat
mengindikasi kemungkinan kekambuhan (Keliat, 2006). Faktor presipitasi terjadinya
gangguan halusinasi adalah :
a. Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur proses informasi
serta abnomalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak akibat ketidakmampuan
untuk secara selektif menanggapi stimulus yang diterima oleh otak untuk
diinterpretasikan.
b. Stress Lingkungan
Ambang toleransi terhadap sress yang berinteraksi terhadap stresor lingkungan untuk
menentukan terjadinya gangguan prilaku.
c. Sumber Koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi stressor.

C. Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala yang ditimbulkan pada individu yang mengalami halusinasi :
1. Bicara, senyum dan tertawa sendiri.
2. Mengatakan mendengar suara.
3. Merusak diri sendiri/orang lain/lingkungan.
4. Tidak dapat membedakan hal yang nyata dan hal yang tidak nyata.
5. Tidak dapat mremusatkan konsentrasi/perhatian.
6. Pembicaraan kacau kadang tidak masuk akal.
7. Sikap curiga dan bermusuhan.
8. Menarik diri, menghindar dari orang lain.
9. Sulit membuat keputusan.
10. Ketakutan.
11. Mudah tersinggung, jengkel, mudah marah.
12. Menyalahkan diri sendiri/orang lain.
13. Tidak mampu melaksanakan asuhan mandiri : mandi, berpakaian.
14. Muka merah kadang pucat.
15. Ekspresi wajah tegang
16. Tekanan darah meningkat.
17. Nadi cepat.
18. Banyak keringat.

D. Jenis Halusinasi
Menurut Stuart (2009), halusinasi terdiri dari dua jenis :
a. Pendengaran
Mendengar suara atau kebisingan, paling sering mendengar suara orang. Suara
berbentuk kebisingan yang kurang jelas sampai kata-kata yang jelas berbicara tentang
pasien, bahkan sampai ada percakapan lengkap antara dua orang yang mengalami
halusinasi. Pikiran yang terdengar dimana pasien mendengar perkataan bahwa pasien
disuruh untuk melakukan sesuatu kadang dapat membahayakan.
b. Penglihatan
Stimulus visual dalam bentuk kilatan cahaya, gambar geometris, gambar kartun,
bayangan yang rumit atau kompleks. Bayangan biasa yang menyenangkan atau
menakutkan seperti melihat monster.
c. Penghidu
Membaui bau-bauan tertentu seperti bau darah, urin, dan feses umumnya bau-bauan
yang tidak menyenangkan. Halusinasi penghidu sering akibat stroke, tumor, kejang atau
dimensia.
d. Pengecapan
Merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urin atau feses.
e. Perabaan
Mengalami nyeri atau ketidak nyamanan tanpa stimulus yang jelas. Rasa tesentrum
listrik yang datang dari tanah, benda mati atau orang lain.
f. Cenestetik
Merasakan fungsi tubuh seperti aliran darah di vena atau arteri, pencernaan makanan
atau pembentukan urine.
g. Kinistetik
Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak.

E. Intervensi
1. Farmakologi
a. Obat anti psikosis : Penotizin
b. Obat anti depresi : Amitripilin
c. Obat anti ansietas : Diasepam, Bromozepam, Clobozam
d. Obat anti insomnia : Phneobarbital
2. Terapi
a. Terapi keluarga
Berfokus pada keluarga dimana keluarga membantu mengatasi masalah klien dengan
memberikan perhatian :
1) BHSP
2) Jangan memancing emosi klien
3) Libatkan klien dalam kegiatan yang berhubungan dengan keluarga
4) Berikan kesempatan klien mengemukakan pendapat
5) Dengarkan , bantu dan anjurkan pasien untuk mengemukakan masalah yang
dialaminya
b. Terapi kelompok
Berfokus pada dukungan dan perkembangan, ketrampilan sosial, atau aktivitas lain
dengan berdiskusi dan bermain untuk mengembalikan keadaan klien karena masalah
sebagian orang merupkan perasaan dan tingkah laku pada orang lain.
c. Terapi musik
Dengan musik klien terhibur, rileks dan bermain untuk mengembalikan kesadaran
pasien.
d. Menciptakan lingkungan yang terapeutik untuk mengurangi tingkat kecemasan,
kepanikan dan ketakutan pasien akibat halusinasi, sebaiknya pada permulaan
pendekatan di lakukan secara individual dan usahakan agar terjadi kontak mata, kalau
bisa pasien di sentuh atau di pegang. Pasien jangan di isolasi baik secara fisik atau
emosional. Setiap perawat masuk ke kamar atau mendekati pasien, bicaralah dengan
pasien. Begitu juga bila akan meninggalkannya hendaknya pasien di beritahu. Pasien
di beritahu tindakan yang akan di lakukan.
e. Di ruangan itu hendaknya disediakan sarana yang dapat merangsang perhatian dan
mendorong pasien untuk berhubungan dengan realitas, misalnya jam dinding,
gambar atau hiasan dinding, majalah dan permainan.
f. Melaksanakan program terapi dokter, sering kali pasien menolak obat yang di
berikan sehubungan dengan rangsangan halusinasi yang di terimanya. Pendekatan
sebaiknya secara persuatif tapi instruktif. Perawat harus mengamati agar obat yang
di berikan betul di telannya, serta reaksi obat yang di berikan.
g. Menggali permasalahan pasien dan membantu mengatasi masalah yang ada. Setelah
pasien lebih kooperatif dan komunikatif, perawat dapat menggali masalah pasien
yang merupakan penyebab timbulnya halusinasi serta membantu mengatasi masalah
yang ada. Pengumpulan data ini juga dapat melalui keterangan keluarga pasien atau
orang lain yang dekat dengan pasien.
h. Memberi aktivitas pada pasien misalnya pasien di ajak mengaktifkan diri untuk
melakukan gerakan fisik, misalnya berolah raga, bermain atau melakukan kegiatan.
Kegiatan ini dapat membantu mengarahkan pasien ke kehidupan nyata dan memupuk
hubungan dengan orang lain. Pasien di ajak menyusun jadwal kegiatan dan memilih
kegiatan yang sesuai.
i. Melibatkan keluarga dan petugas lain dalam proses perawatan. Keluarga pasien dan
petugas lain sebaiknya di beritahu tentang data pasien agar ada kesatuan pendapat
dan kesinambungan dalam proses keperawatan, misalnya dari percakapan dengan
pasien diketahui bila sedang sendirian pasien sering mendengar laki-laki yang
mengejek. Tapi bila ada orang lain di dekatnya suara-suara itu tidak terdengar jelas.
Sebaiknya perawat menyarankan agar pasien jangan menyendiri dan menyibukkan
diri dalam permainan atau aktivitas yang ada. Percakapan ini hendaknya di
beritahukan pada keluarga pasien dan petugas lain agar tidak membiarkan pasien
sendirian dan saran yang di berikan tidak bertentangan (Sheila, 2008).

II. Proses Terjadinya Masalah


a. Pohon Masalah
b. Masalah Keperawatan dan Data Yang Perlu Dikaji
1. Masalah keperawatan :
a. Risiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
b. Perubahan sensori perseptual : halusinasi
c. Isolasi sosial : menarik diri
2. Data yang perlu dikaji :
a. Risiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
1) Data Subyektif :
a) Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.
b) Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika sedang
kesal atau marah.
c) Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.
2) Data Objektif :
a) Mata merah, wajah agak merah.
b) Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai: berteriak, menjerit, memukul
diri sendiri/orang lain.
c) Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam.
d) Merusak dan melempar barang barang.
b. Perubahan sensori perseptual : halusinasi
1) Data Subjektif :
a) Klien mengatakan mendengar bunyi yang tidak berhubungan dengan stimulus
nyata
b) Klien mengatakan melihat gambaran tanpa ada stimulus yang nyata
c) Klien mengatakan mencium bau tanpa stimulus
d) Klien merasa makan sesuatu
e) Klien merasa ada sesuatu pada kulitnya
f) Klien takut pada suara/bunyi/gambar yang dilihat dan didengar
g) Klien ingin memukul/melempar barang-barang
2) Data Objektif :
a) Klien berbicara dan tertawa sendiri
b) Klien bersikap seperti mendengar/melihat sesuatu
c) Klien berhenti bicara ditengah kalimat untuk mendengarkan sesuatu
d) Disorientasi
c. Isolasi social :
1) Data Subyektif :
Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa, bodoh,
mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap diri sendiri.
2) Data Obyektif :
Klien terlihat lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif tindakan,
ingin mencederai diri/ingin mengakhiri hidup, Apatis, Ekspresi sedih,
Komunikasi verbal kurang, Aktivitas menurun, Posisi janin pada saat tidur,
Menolak berhubungan, Kurang memperhatikan kebersihan

III. Diagnosa keperawatan


A. Risiko tinggi perilaku kekerasan
B. Perubahan persepsi sensori : halusinasi
C. Isolasi sosial

IV. Rencana Tindakan Keperawatan


A. Perubahan sensori persepsi halusinasi
Tujuan umum :
Klien tidak mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
Tujuan khusus :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya dasar untuk kelancaran hubungan
interaksi seanjutnya.
Tindakan :
Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik
dengan cara :
a) Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
b) Perkenalkan diri dengan sopan
c) Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai
d) Jelaskan tujuan pertemuan
e) Jujur dan menepati janji
f) Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
g) Berikan perhatian kepada klien dan perhatian kebutuhan dasar klien
2. Klien dapat mengenal halusinasinya
Tindakan :
a) Adakan kontak sering dan singkat secara bertahap
b) Observasi tingkah laku klien terkait dengan halusinasinya: bicara dan tertawa tanpa
stimulus memandang ke kiri/ke kanan/ kedepan seolah-olah ada teman bicara
c) Bantu klien mengenal halusinasinya
1) Tanyakan apakah ada suara yang didengar
2) Apa yang dikatakan halusinasinya
3) Katakan perawat percaya klien mendengar suara itu , namun perawat sendiri tidak
mendengarnya.
4) Katakan bahwa klien lain juga ada yang seperti itu
5) Katakan bahwa perawat akan membantu klien
d) Diskusikan dengan klien :
1) Situasi yang menimbulkan/tidak menimbulkan halusinasi
2) Waktu dan frekuensi terjadinya halusinasi (pagi, siang, sore, malam)
e) Diskusikan dengan klien apa yang dirasakan jika terjadi halusinasi (marah, takut,
sedih, senang) beri kesempatan klien mengungkapkan perasaannya
3. Klien dapat mengontrol halusinasinya
Tindakan :
a) Identifikasi bersama klien cara tindakan yang dilakukan jika terjadi halusinas (tidur,
marah, menyibukkan diri dll)Diskusikan manfaat cara yang digunakan klien, jika
bermanfaat ber pujian
b) Diskusikan cara baru untuk memutus/mengontrol timbulnya halusinasi :
1) Katakan “ saya tidak mau dengar”
2) Menemui orang lain
3) Membuat jadwal kegiatan sehari-hari
4) Meminta keluarga/teman/perawat untuk menyapa jika klien tampak bicara sendiri
5) Bantu klien memilih dan melatih cara memutus halusinasinya secara bertahap
6) Beri kesempatan untuk melakukan cara yang telah dilatih
7) Evaluasi hasilnya dan beri pujian jika berhasil
8) Anjurkan klien mengikuti TAK, orientasi, realita, stimulasi persepsi
4. Klien mendapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol halusinasinya.
Tindakan :
a) Anjurkan klien untuk memberitahu keluarga jika mengalami halusinasi
b) Diskusikan dengan keluarga (pada saat berkunjung/pada saat kunjungan rumah):
1) Gejala halusinasi yang dialami klien
2) Cara yang dapat dilakukan klien dan keuarga untuk memutus halusinasi
3) Cara merawat anggota keluarga yang halusinasi dirumah, diberi kegiatan, jangan
biarkan sendiri, makan bersama, bepergian bersama
4) Beri informasi waktu follow up atau kenapa perlu mendapat bantuan : halusinasi
tidak terkontrol, dan resiko mencederai diri atau orang lain
5. Klien memanfaatkan obat dengan baik
Tindakan :
a) Diskusikan dengan klien dan keluarga tentang dosis, frekuensi dan manfaat minum
obat
b) Anjurkan klien meminta sendiri obat pada perawat dan merasakan manfaatnya
c) Anjurkan klien bicara dengan dokter tentang manfaat dan efek samping minum obat
yang dirasakan
d) Diskusikan akibat berhenti obat-obat tanpa konsultasi
e) Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip 6 benar.

V. Daftar Pustaka

Yusuf. AH, Fitryasari. R, Nihayati. HE/2015/Salemba Medika/Buku Ajar Keperawatan


Kesehatan Jiwa/Jakarta
Nurhalimah/2016/Kementerian Kesehatan Republik Indonesia/Keperawatan Jiwa
http://laporanpendahuluan-asuhankeperawatan.blogspot.co.id/2016/09/lp-askep-resiko-
perilaku-kekerasan-rpk.html
http://io-note.blogspot.co.id/2016/10/laporan-pendahuluan-lp-keperawatan-jiwa-halusinasi-
perubahan-persepsi-sensori.html
http://kuliahiskandar.blogspot.co.id/2015/01/laporan-pendahuluan-halusinasi.html
Diagnosa I : Isolasi sosial
Tum : klien dapat berinteraksi dengan orang lain.
Tuk I : klien dapat membina hubungan saling percaya
Intervensi :
 Beri salam terapeutik
 Perkenalkan nama, nama panggilan perawat, dan tujuan perawat berkenalan
 Tanyakan dan panggil nama kesukaan klien
 Tunjukkan sikap jujur dan menepati janji setiap berinteraksi
 Tanyakan perasaan klien dan masalah yang dihadapi klien
 Buat kontak interaksi yang jelas
Tuk II : klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri
Intervensi :
 Mengkaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri
 Memberi kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan
 perasaan yang menyebabkan klien tidak mau bergaul.
 Berikan pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaannya
Tuk III : klien dapat menyebutkan keuntungan berinteraksi dengan orang laindan
kerugian berinteraksi dengan orang lain
Intervensi :
 Mengkaji pengetahuan klien tentang keuntungan memiliki teman
 Memberi kesempatan klien untuk berinteraksi dengan orang lain
 Mendiskusikan dengan klien tentang keuntungan berinteraksi dengan orang lain
 Memberi pujian terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan tentang keuntungan
berinteraksi dengan orang lain tentan kerugian apabila tidak
 Mengkaji pengetahuan klien berinteraksi dengan orang lain
Diagnosa 2 : Gangguan konsep diri: Harga Diri Rendah
Tum :Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal dan mampu
meningkatkan harga dirinya
Tuk I: klien dapat membina hubungan saling percaya.
Intervensi :
 Bersalaman panggil nama
 Menyebutkan nama perawat sambil berjabat tangan
 Menjelaskan maksud hubungan interaksi
 Menjelaskan kontrak yang akan dibahas
 Melakukan kontak singkat tapi sering
Tuk II : Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
Intervensi
 Mendiskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien
 Setiap bertemu hindarkan diri memberi penilaian negative
 Mengutamakan memberi pujian positif
Tuk III :Klien dapat menilai kemampuan yang dapatdigunakan.
Intervensi :
 Mendiskusikan dengan klien kemampuan yang masih dimiliki dapat digunakan
sebelum sakit
 Mendiskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan penggunaannya
Diagnosa 3 : Gangguan persepsi sensori : Halusinasi
Tum :Klien dapat berinteraksi dengan orang lain sehingga tidak terjadi halusinasi.
Tuk :
- Klien dapat membina hubungan saling percaya
- Klien dapat mengenal halusinasinya
- Klien dapat mengontrol halusinasi
- Klien memiliki cara mengatasi seperti yang telah didiskusi
- Klien dapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol halusinasi
- Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik

Intervensi :
 Membina hubungan saling percaya dengan mengungkapkan prinsip komunikasi
terapeutik
 Menyapa dengan ramah klien
 memperkenalkan diri dengan sopan
 Bertanya nama lengkap klien
 Menjelaskan tujuan pertemuan
 Jujur dan tepat janji
 Menunjunjukkan sikap empati
 Memberi perhatian pada klien
 Membantu klien mengenal halusinasi
 Mendiiskusikan dengan klien situasi yang menimbulkan halusinasi
 Mengidentifikasi bersama klien cara tindakan yang dilakukan jika terjadi halusinasi
 Memberi pujian pada klien. Mendiiskusikan cara lain untuk memutus halusinasi

1. Resiko perilaku kekerasan


Tujuan Umum :
Klien tidak melakukan tindakan kekerasan.
Tujuan khusus :
a. Tujuan khusus 1 yaitu klien dapat membina hubungan saling percaya.
Kriteria evaluasi :
1) Wajah cerah, tersenyum
2) Mau berkenalan
3) Ada kontak mata
4) Bersedia menceritakan perasaan
Intervensi :
1) Beri salam setiap berinteraksi
2) Perkenalkan nama, nama panggilan perawat, dan tujuan perawat berinteraksi.
3) Tanyakan dan panggil nama kesukaan klien.
4) Tunjukkan sikap empati, jujur dan menepati janji setiap kali berinteraksi.
5) Tanyakan perasaan klien dan masalah yang dihadapi klien.
6) Dengarkan dengan penuh perhatian ungkapan perasaan klien.
b. Tujuan khusus 2 yaitu klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan yang
dilakukannya :
Kriteria evaluasi :
1) Setelah 1 kali pertemuan klien menceritakan penyebab perilaku kekerasan yang dilakukannya.
2) Menceritakan penyebab perasaan jengkel atau kesal baik dari didi sendiri maupun lingkungan.
Intervensi :
1) Bantu klien mengungkapkan perasaan marahnya :
2) Motivasi klien untuk menceritakan penyebab rasa kesal atau jengkelnya.
3) Dengarkan tanpa menyela atau memberi penilaian setiap ungkapan perasaan klien.
c. Tujuan khusus 3 yaitu klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan.
Intervensi :
1) Diskusikan dengan klien perilaku kekerasan yang dilakukannya selama ini
2) Motivasi klien menceritakan jenis-jenis tindak kekerasan yang selama ini pernah
dilakukannya.
3) Motivasi klien menceritakan perasaan klien setelah tindak kekerasan tersebut terjadi.
4) Diskusikan apakah dengan tindak kekerasan yang dilakukannya masalah yang dialami bisa
teratasi.
d. Tujuan khusus 5 yaitu klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan.
Kriteria evaluasi :
Setelah 1 kali pertemuan klien menjelaskan akibat perilaku kekerasan yang dilakukannya
selama ini :
1) Diri sendiri : luka, dijauhi teman, dan lain-lain.
2) Orang lain atau keluarga : luka, tersinggung, ketakutan, dan lain-lain.
3) Lingkungan : barang atau benda rusak.\
Intervensi :
Diskusikan dengan klien akibat negatif (kerugian) cara yang dilakukan pada: Diri sendiri, orang
lain (keluarga) lingkungan
e. Tujuan khusus 6 yaitu klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam mengungkapkan
kemarahan.
Kriteria hasil :
Setelah 1 kali pertemuan klien menceritakan tanda-tanda saat terjadi perilaku kekerasan.
1) Tanda fisik : mata merah, tangan mengepal, ekspresi tegang, dan lain-lain.
2) Tanda emosional : perasaan marah, jengkel dan bicara kasar.
3) Tanda sosial : bermusuhan yang dialami saat terjadi perilaku kekerasan.
Intervensi :
Bantu klien mengungkapkan tanda-tanda perilaku kekerasan yang dialaminya.
1) Motivasi klien menceritakan kondisi fisik (tanda-tanda fisik) saat perilaku kekerasan terjadi.
2) Motivasi klien menceritakan kondisi emosinya (tanda-tanda emosinya) saat perilaku kekerasan
terjadi.
3) Motivasi klien menceritakan kondisi hubungan dengan orang lain (tanda-tanda sosial) saat
perilaku kekerasan terjadi.
f. Tujuan khusus 4 klien mengidentifikasi jenis perilaku kekerasan yang pernah dilakukannya.
Kriteria evaluasi :
Setelah 1 kali pertemuan klien menjelaskan :
1) Jenis-jenis ekspresi kemarahan yang selama ini telah dilakukannya.
2) Perasaan saat melakukan kekerasan.
3) Efektivitas cara yang dipakai dalam menyelesaikan masalah.
Kriteria evaluasi :
Setelah 1 kali pertemuan klien menjelaskan :
1) Menjelaskan cara-cara saat mengungkapkan marah.
Intervensi :
Diskusikan dengan klien :
1) Apakah klien mau mempelajari cara baru mengungkapkan marah yang sehat.
2) Jelaskan berbagai alternatif pilihan untuk mengungkapkan marah selama perilaku kekeraasn
yang diketahui klien.
3) Jelaskan cara-cara sehat untuk melakukan marah :
a) Cara fisik : nafas dalam, pukul bantal atau kasur, olah raga.
b) Verbal : mengungkapkan bahwa dirinya sedang kesal pada orang lain.
c) Spiritual : sembahyang, berdo’a, dzikir, meditasi sesuai dengak keyakinanya masing-masing.
g. Tujuan khusus 7 yaitu klien dapat mengidentifikasi cara mengontrol perilaku kekerasan.
Kriteria evaluasi :
Setelah 1 kali pertemuan klien memeragakan cara mengontrol perilaku kekerasan.
Kriteria evaluasi :
1) Fisik : nafas dalam, pukul bantal atau kasur.
2) Verbal : mengungkapkan perasaan kesal atau jengkel pada orang lain tanpa menyakiti
3) Sosial : latihan asertif dengan orang lain.
4) Spiritual : dxikir, berdo’a, meditasi sesuai agamanya
Intervensi :
1) Diskusikan cara yang mungkin dipilih dan anjurkan klien dan memilih cara yang mungkin
untuk mengungkapkan kemarahan.
2) Latih klien memperagakan cara yang dipilih :
a) Peragakan cara melakukan cara yang dipilih
b) Jelaskan manfaat cara tersebut
c) Anjurkan klien menirukan peragaan yang sudah dilakukan
d) Beri penguatan pada klien, perbaiki cara yang masih belum sempurna
3) Anjurkan klien menggunakan cara yang sudah dilatih saat marah atau jengkel.
h. Tujuan khusus 8 yaitu klien mendapat dukungan keluarga untuk mengontrol perilaku
kekerasan.
Kriteria evaluasi :
Setelah 1 kali pertemuan keluarga menjelaskan :
1) Cara merawat klien dengan perilaku kekerasan
2) Mengungkapkan rasa puas dalam merawat klien
Intervensi :
1) Diskusikan pentingnya peran serta keluarga sebagai pendukung klien untuk mengatasi perilaku
kekerasan.
2) Diskusikan potensi keluarga untuk membantu klien mengatasi perilaku kekerasan.
3) Jelaskan pengertian, penyebab akibat dan cara merawat klien perilaku kekerasan yang dapat
dilaksanakan oleh keluarga.
4) Peragakan cara merawat klien (mengenal perilaku kekerasan).
5) Beri kesempatan keluarga untuk memperagakan ulang.
6) Tanyakan perasaan keluarga setelah mencoba cara yang telah dilatihkan.
i. Tujuan khusus 9 yaitu klien menggunakan obat sesuai program yang telah ditetapkan :
Kriteria hasil :
Setelah 1 kali pertemuan klien menjelaskan :
1) Manfaat minum obat, kerugian tidak minum obat, nama obat, bentuk dan warna obat, dosis
yang diberikan kepadanya, waktu pemakaian dan cara pemakaian, serta efek yang dirasakan.
2) Klien menggunakan obat sesuai program.
Intervensi :
1) Jelaskan manfaat menggunakan obat secara teratur dan kerugian jika tidak minum obat.
2) Jelaskan kepada klien :
a) Jenis obat (nama, warna, dan bentuk obat)
b) Dosis yang tepat untuk klien
c) Waktu pemakaian
d) Cara pemakaian
e) Efek yang akan dirasakan klien
3) Anjurkan klien :
a) Minta dan menggunakan obat tepat waktu.
b) Lapor ke perawat atau dokter jika mengalami efek yang tidak biasa.
4) Beri pujian terhadap kedisiplinan klien menggunakan obat.

VI. Daftar Pustaka

Yusuf. AH, Fitryasari. R, Nihayati. HE/2015/Salemba Medika/Buku Ajar Keperawatan


Kesehatan Jiwa/Jakarta
Nurhalimah/2016/Kementerian Kesehatan Republik Indonesia/Keperawatan Jiwa
http://laporanpendahuluan-asuhankeperawatan.blogspot.co.id/2016/09/lp-askep-resiko-
perilaku-kekerasan-rpk.html
http://io-note.blogspot.co.id/2016/10/laporan-pendahuluan-lp-keperawatan-jiwa-halusinasi-
perubahan-persepsi-sensori.html
http://kuliahiskandar.blogspot.co.id/2015/01/laporan-pendahuluan-halusinasi.html

Anda mungkin juga menyukai