Disusun Oleh :
Ahmad Khasan (P17106)
Alfianita Bintari S (P17107)
Anggit Try Setyawati (P17109)
Annisa Nurul Q (P17110)
Ventika Ulviatu J (P17153)
Widi Hinggawati (P17154)
Yari Puji A (P17155)
Maula Aditya (P16141)
1
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmad hidayah dan
inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang obstruksi
instestinal.
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapat bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat melancarkan pembuatan makalah ini.Untuk itu kami menyampaikan
banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah bekontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari
segi susunan kalimat maupun tata bahasanya oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi
terhadap pembaca.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
4.1 Kesimpulan ………………………...…………………………………………36
4.2 Saran …………………………….……………………………………………36
DAFTAR PUSTAKA …………………..………………………………………......…..42
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Penulis dapat mempelajari asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan
Ileus Obstruktif
1.2.2 Tujuan Khusus
1.2.2.1 Untuk mengetahui konsep penyakit Ileus Obstruktif
1
1.2.2.2 Untuk memahami tentang konsep penyakit Ileus Obstruktif
1.2.2.3 Untuk menganalisis asuhan keperawatan dengan penyakit Ileus Obstruktif
1.3 Manfaat
1.3.1 Manfaat Bagi Penulis
Penulis dapat meningkatkan pengetahuan atau keterampilan dan dapat
mengaplikasikan asuhan keperawatan pada pasien dengan ileus obstruktif.
1.3.2 Manfaat Bagi Institusi
Sebagai acuan atau menambah wawasan bagi mahasiswa mengenai asuhan
keperawatan pada pasien dengan ileus obstruktif.dalam pembelajaran ketika
Praktik Klilik Keperawatan.
1.3.3 Manfaat Bagi Pembaca
Sebagai sumber informasi bagi pembaca tentang penyakit ileus obstruktif.
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 KONSEP PENYAKIT
2.1.1 Definisi
Ileus obstruktif adalah suatu penyumbatan mekanis pada usus dimana
merupakan penyumbatan yang sama sekali menutup atau menganggu jalannya isi usus
(Sylvia A & Price, 2012). Ileus obstruktif atau disebut juga ileus mekanik adalah keadaan
dimana isi lumen saluran cerna tidak bisa disalurkan ke distal atau anus karena adanya
sumbatan/hambatan mekanik yang disebabkan kelainan dalam lumen usus, dinding usus
atau luar usus yang menekan atau kelainan vaskularisasi pada suatu segmen usus yang
menyebabkan nekrose segmen usus tersebut.
3
Tumor yang ada di dinding usus
Lumen usus menjadi tersumbat
meluas ke lumen usus, atau tumor
sebagian : bila tumor tidak
Tumor diluar usus yang menjadi
diangkat mengakibatkan
penyebab tekanan pada dinding
obstruksi lengkap
usus
4
Nyeri perut yang bersifat kolik dalam kualitas yang sama dengan
obstruksi pada usus halus tetapi intensitasnya jauh lebih mudah. Muntah
muncul terakhir terutama katup ileusekal kompeten pada klien dengan
obstruksi sigmoid dan rektum, konstipasi dapat terjadi gejala satu-satunya
selama beberapa hari. Akhirnya abdomen sangat distensi loop dari usus
besar menjadi dapat dilihat dari luar melalui dinding abdomen. Klien
mengalami kram akibat nyeri abdomen bawah.
5
2.1.4 Patofisiologi
Terdapat dua tipe obstruksi usus, menurut Sjamsuhidajat (2009) yaitu :
2.1.4.1 Mekanis (Ileus Obstruktif)
Suatu penyebab fisik menyumbat usus dan tidak dapat diatasi oleh
peristaltik. Ileus obstruktif ini dapat akut seperti pada hernia atau akibat
karsinoma yang melingkari.
2.1.4.2 Neurogenik/Fungsional (Ileus Parelitik)
Obstruksi yang terjadi karena suplai saraf otonom mengalami perdarahan
dan peristaltik usus terhenti sehingga tidak mampu mendorong ini
sepanjang usus. Contohnya amiloidosis, distropi otot, gangguan endokrin
seperti diabetes melitus atau gangguan neurologik seperti penyakit
parkinson.
Secara normal 7-8 cairan kaya elektrolit disekresi oleh usus dan
kebanyakan direabsorbsi, bila usus tersumbat, cairan ini sebagian tertahan dalam
usus dan sebagian dieliminasi melalui muntah, yang menyebabkan pengurangan
besar volume darah sirkulasi. Mengakibatkan hipotensi, syok hipovolemik dan
penurunan aliran darah ginjal dan serebral.
Pada awitan obstruksi, cairan dan udara terkumpul pada bagian proksimal
sisi yang bermasalah, menyebabkan distensi. Manifestasi terjadinya lebih cepat
dan lebih tegas pada blok usus halus karena usus halus lebih sempit dan secara
normal lebih aktif, volume besar sekresi dari usus halus menambah distensi,
sekresi satu-satunya yang yang bermakna dari usus besar adalah mukus.
Distensi menyebabkan peningkatan sementara pada peristaltik saat usus
berusaha untuk mendorong material melalui area yang tersumbat. Dalam
beberapa jam peningkatan peristaltik dan usus memperlambat proses yang
disebabkan oleh obstruksi. Peningkatan tekanan dalam usus mengurangi
absorbsinya, peningkatan retensi cairan masih tetap berlanjut segera, tekanan
intralumen aliran balik vena, yang meninkatkan permeabilitas kapiler dan
memungkinkan plasma ekstra arteri yang menyebabkan nekrosis dan peritonitis
(Smeltzer, 2009).
6
2.1.5 Pathway
Tindakan operatif
Pembedahan
kebutuhan tubuh
(Smeltzer, 2009)
7
2.1.6 Penatalaksanaan
Menurut Indrayani (2013) penatalaksanaannya ialah :
2.1.6.1 Obstruksi Usus Halus
Dekompresi usus melalui selang usus halus atau nasogatrik
bermanfaat dalam mayoritas kasus.Apabila usus tersumbat secara
lengkap, maka strangulasi yang terjadi memerlukan intervensi
bedah.Sebelum pembedahan, terapi IV diperlukan untuk mengganti
penipisan air, natrium, klorida, dan kalium.
Tindakan pembedahan terhadap obstruksi usus sangat
tergantung pada penyebab obstruksi.Penyebab paling umum dari
obstruksi, seperti hernia dan perlekatan, prosedur bedah mencakup
perbaikan hernia atau pemisahan perlekatan pada usus tersebut.Pada
beberapa situasi, bagian dari usus yang terkena dapat diangkat dan
dibentuk anastomosis.Kompleksitas prosedur bedah untuk obstruksi
usus tergantung pada durasi obstruksi dan kondisi usus yang
ditemukan selama pembedahan.
2.1.6.2 Obstruksi Usus Besar
Apabila obstruksi relatif tinggi dalam kolon, kolonoskopi dapat
dilakukan untuk membuka lilitan dan dekompresi usus.Sekostomi,
pembukaan secara bedah yang dibuat pada sekum, dapat dilakukan
pada pasien yang berisiko buruk terhadap pembedahan dan sangat
memerlukan pengangkatan obstruksi.Prosedur ini memberikan jalan
keluar untuk mengeluarkan gas dan sejumlah kecil rabas.Selang rektal
dapat digunakan untuk dekompresi area yang ada dibawah usus.
Tindakan yang biasanya dilakukan, adalah reseksi bedah untuk
mengangkat lesi penyebab obstruksi.Kolostomi sementara atau
permanen mungkin diperlukan.Kadang-kadang anastomosis ileoanal
dilakukan bila pengangkatan keseluruhan usus besar
diperlukan.penatalaksanaan penting yang dapat dilakukan pada
penderita obstruksi usus adalah:
1. Dekompresi usus yang mengalami obstruksi: pasang selang
nasogastric
8
2. Ganti kelilangan cairan dan elektrolit: berikan ringer laktat atau
NaCl dengan suplemen K+
3. Pantau pasien-diagram keseimbangan cairan, kateter urine, diagram
suhu, nadi, dan napas regular, pemeriksaan darah.
4. Minta pemeriksaan penunjang sesuai dengan penyebab yang
mungkin
5. Hilangkan obstruksi dengan pembedahan jika:
Penyebab dasar membutuhkan pembedahan (misalnya hernia,
karsinoma kolon)
Pasien tidak menunjukan perbaikan dengan terapi konservattif
(misalnya obstruksi akibat adhesi); atau
Terdapat tanda-tanda starngulasi atau peritonitis
2.1.7 Komplikasi
Menurut Sabiston (2010) komplikasi yang dapat timbul antara lain :
2.1.7.1 Peritonitis karena absorbsi toksin dalam rongga peritonium sehinnga
terjadi peradangan atau infeksi yang hebat pada intra abdomen.
2.1.7.2 Perforasi dikarenakan obstruksi yang sudah terjadi selalu lama pada
organ intra abdomen
2.1.7.3 Sepsis, infeksi akibat dari peritonitis, yang tidak tertangani dengan baik
dan cepat
2.1.7.4 Syok hipovolemik terjadi akibat dehidrasi, kehilangan volume
plasma
2.1.7.5 Pneumonia aspirasi, akibat makanan yang dimuntahkan masuk
kedalam saluran pernafasan dan menumpuk di saluran pernafasan
9
2.2 Konsep Asuhan Keperwatan
2.2.1 Pengkajian
2.2.1.1 Biodata klien yang penting meliputi nama, umur, jenis kelamin,
agama, suku dan gaya hidup.
2.2.1.2 Riwayat kesehatan
1. Keluhan utama
Keluhan yang dirasakan klien pada saat dikaji. Pada umumnya
akan ditemukan klien merasakan nyeri pada abdomennya
biasanya terus menerus, demam, nyeri tekan lepas, abdomen
tegang dan kaku.
2. Riwayat kesehatan sekarang
Mengungkapkan hal-hal yang menyebabkan klien mencari
pertolongan, dikaji dengan menggunakan pendekatan PQRST :
P : Apa yang menyebabkan timbulnya keluhan.
Q : Bagaiman keluhan dirasakan oleh klien
R : Di daerah mana gejala dirasakan
S : Seberapa keparahan yang dirasakan klien (skala)
T : Kapan keluhan timbul, sekaligus factor yang memperberat dan
memperingan keluhan
3. Riwayat kesehatan masa lalu
Dikaji apakah klien pernah menderita penyakit yang sama,
riwayat ketergantungan terhadap makanan/minuman, zat dan
obat-obatan.
4. Riwayat kesehatan keluarga
Apakah ada anggota keluarga yang mempunyai penyakit yang
sama dengan klien.
2.2.1.3 Pemeriksaan pola gordon
1. Pola persepsi
Pasien mengatakan kesehatan itu penting
2. Aktivitas/istirahat
Gejala : Kelelahan dan ngantuk.
Tanda : Kesulitan ambulasi
3. Sirkulasi
Gejala : Takikardia, pucat, hipotensi ( tandasyok)
10
4. Eliminasi
Gejala : Distensi abdomen, ketidakmampuan defekasidan Flatus
Tanda : Perubahan warna urine dan feces
5. Makanan/cairan
Gejala : anoreksia,mual/muntah dan haus terus menerus.
Tanda : muntah berwarna hitam dan fekal, membran mukosa
pecah-pecah, kulit buruk.
6. Pola istirahat dan tidur
Akan sedikit tergangu karna adanya Nyeri abdomen terasa seperti
gelombang dan bersifat kolik
7. Pola konsep diri
Pada pola ini tidak terjadi masalah
8. Pola peran dan hubungan
Pada saat sakit pasti pada peran ini berubah karna pasien tidak
bisa menjalankan kewajibannya
9. Pola koping dan stress
Pada pola ini tidak terjadi masalah
10. Pola keyakinan dan nilai keyakinan
Pada pola ini tidak terjadi masalah
11. Pola reproduksi seksual
Pada pola ini tidak terjadi masalah
2.2.1.4. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan/Penampilan Umum
a. Kesadaran : composmentis
b. Tanda-tanda Vital
TD : 110/85mmHg
Nadi
Frekuensi : 88X/menit
Irama : teratur
Kekuatan : kuat
Pernapasan
Frekuensi :24 X/menit
Irama : tidak teratur (pendek dan dangkal)
11
Suhu : 36,5 0C
2. Kepala
Bentuk kepala : simetris dan tidak adanya lesi
Kulit kepala : Bersih
Rambut : Hitam
3. Muka
a. Mata
Palpebra : tidak udem kanan dan kiri, simetris
Konjugtiva : tidak anemis
Sclera : tidak ikterik
Pupil : isokor
Diameter Ki/ka : sama
Reflek terhadap cahaya: +/+
Penggunaan alat bantu penglihatan: tidak menggunakan
b. Hidung : bentuk simetris, tidak ada polip dan sekret
c. Mulut : bentuk simetris, , mukosa basah
d. Gigi : bersih, tidak ada lubang gigi
e. Telinga :bentuk simetris kanan dan kiri, tidak ada serumen,
tidak ada benjolan
4. Leher :Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada
gangguan menelan.
5. Dada (Thorax)
a. Paru-paru
Inspeksi : bentuk dada simetris, pengembangan kanan dan kiri
sama
Palpasi : vocal premitus kanan dan kiri sama
Perkusi : sonor pada seluruh lapang dada
Auskultasi : tidak terdapat suara tambahan wheezing
b. Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : tidak terdapat pembesaran jantung
Perkusi : bunyi jantung pekak
Auskultasi : tidak terdapat suara tambahan
12
6. Abdomen
Inspeksi : perut distensi
Auskultasi: hiperperistaltik, bising usus bernada tinggi
Perkusi : bunyi hipertympani
Palpasi: terdapat nyeri tekan
7. Genetalia : tidakterpasang selang kateter
8. Rektum : tidak terdapat hemoroid
9. Ekstremitas
a. Atas
Kekuatan otot kanan dan kiri: tidak ada kelemahan otot
ROM kanan da
n kiri : tangan kanan terpasang infus RL 20 Tpm
Perubahan bentuk tulang : tidak ada perubahan bentuk
tulang
Perabaan Akral : hangat
Pitting edema : tidak ada pitting edema
b. Bawah
Kekuatan otot kanan dan kiri: tidak ada kelemahan otot
ROM kanan dan kiri : dapat bergerak bebas
Perubahan bentuk tulang : tidak ada perubahan bentuk
tulang
Perabaab Akral : hangat
Pitting edema : tidak ada pitting edema
13
2.2.3. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Tujuan dan Kriteria
No. Intervensi
Keperawatan Hasil
1 Nyeri akut b.d Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri (1400) :
agen cidera keperawatan selama 3 x 24 1. Lakukan pengkajian
fisik (00132) jam, masalah nyeri akut nyeri secara
pasien teratasi dengan komprehesif termasuk
criteria hasil : lokasi, karakteristik,
Kontrol nyeri (1650) : durasi, frekuensi
1. Pasien mampu dankualitas nyeri
mengontrol nyeri, (PQRST).
dipertahankan pada 2. Ajarkan tentang
sering menunjukan relaksasi nafas
(4) ditingkatkan ke dalam/distraksi.
secara konsisten 3. Berikan informasi
menunjukan (5) mengenai nyeri
Pengetahuan : manajemen termasuk penyebab
nyeri (1843) : nyeri, berapa lama
1. Pasien dapat nyeri akan hilang
mengetahui stategi antisipasi terhadap
untuk mengontrol ketidaknyaman an dari
nyeri, proedur.
dipertahankan pada 4. Kolaborasi dengan
pengetahuan dokter dalam
banyak (4) pemberian analgesik.
ditingkatkan pada
pengetahuan yang
sangat banyak (5)
14
dengan criteria hasil : energi yang adekuat
Toleransi terhadap 2. Bantu pasien untuk
aktivitas membatas itidur siang
(0005) : dengan menyediakan
1. Klien mampu kegiatan yang
berpartisipasi dalam mendorong pasien
aktivitas fisik tanpa untuk terjaga, dengan
disertai peningkatan TD, cara yang tepat.
N, RR, dan perubahan 3. Tingkatkan tirah
EGC, dipertahankan pada baring/pembatasan
sedikit terganggu (4), kegiatan(misalnya
dipertahankan pada tidak meningkatkan jumlah
terganggu (5) waktu istirahat pasien)
Istirahat (0003) : dengancakupanya
1 Klien dapat yaitu pada waktu
menyeimbangkan aktivitas istirahat yang dipilih
dan istirahat, 4. Evaluasi motivasi dan
dipertahankan pada sedikit keinginan pasien
terganggu (4), dalam meningkatkan
dipertahankan pada tidak aktifitas
terganggu (5)
15
dengan dalam memenuhi
Dipertahankan kebutuhan nutrisi
pada sedikit seperti piramida
menyimpang dan makanan vegetarian.
rentang normal (4) 4. Ajurkan pasien duduk
dipertahankan pada pada posisi tegak di
tidak menyimpang kursi misalnya.
dari rentang normal 5. Kolaborasi dengan ahli
(5). gizi mengenai jumlah
2. Berat badan ideal kalori dan jenis nutrisi
sesuai dengan
tinggi badan,
dengan
Dipertahankan
pada sedikit
menyimpang dan
rentang normal (4)
dipertahankan pada
tidak menyimpang
dari rentang normal
(5).
16
4. Risiko infeksi Setelah dilakukan tindakan Perlindungan infeksi (6550)
(luka insisi keperawatan selama 3 x 24 1. Monitor adanya tanda
pembdahan) jam, masalah resiko dan gejala infeksi
(00004) infeksi pasien tidak terjadi sistemik dan lokal
dengan criteria hasil : 2. Periksa kondisi setiap
Keparahan infeksi (0703) : sayatan bedah atau
1. Tidak ada tanda- luka
tanda infeksi 3. Anjurkan untuk
seperti kemerahan, istirahat.
demam, nyeri dsb, Kontrol Infeksi (6540) :
dipertahankan pada 4. Ajarkan pasien dan
ringan (4) anggota keluarga
dipertahankan pada mengenai bagaimana
tidak ada (5). menghindari infeksi
Status Imunitas (0702) : 5. Kalaborasi dengan
1. Mengindikasikan dokter dalam
status funsi pemberian terapi
gastrointestinal, antibiotik.
pernafasan,
genitourinari, dan
imun saat ini dalam
batas normal,
dipertahankan pada
sedikit terganggu
(4) ditingkatkan
ketidak terganggu
(5).
17
BAB III
PEMBAHASAN
Pasien datang ke IGD RSUD Margono Purwokerto dengan keluhan nyeri perut,perut
membesar sejak 2 hari SMRS, BAB terakhir 2 hari yang lalu, belumflatus sejak 3 hari SMRS,
mual, muntah dari1 hari SMRS, BAK lancar.Pada tanggal5 april pasien melaksanakan oprasi
laparatomi eksplorasi dan saat dikaji pada tanggal6 april pasien masuk ruangan kenanga
dengan,KU lemah,kesadaran composmentis,konjungtiva anemis, KU lemah, CRT<
2detik.Pasien mengeluh nyeri dengan pengkajian P: pasien mengatakan nyeri, Q: pasien
mengatakan nyeri seperti ditusuk-tusuk, R : nyeri yang dirasakan dibagian luka
postop,S:skala nyeri 7. T :nyeri hilang timbul, pasien tampak menahan nyeri, pasien tampak
meringis.
3.1.2 Pengkajian
Tanggal /Jam MRS : 5Januari 2019/ 13.00 WIB
Tanggal /Jam Pengkajian : 6 Januari 2019/ 08.00 WIB
Metode Pengkajian : Autoanamnesa
Diagnosa Medis : Post Op Laparatomi Eksplorasi Ileus Obstruktif
No. Registrasi :146XXX
I. BIODATA
1. IDENTITAS KLIEN
Nama Klien : Ny. Y
Alamat : Purbalingga
Umur : 76 tahun
Agama : Islam
Status Perkawinan : Kawin
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
18
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Buruh
Alamat : Purbalingga
Hubungan Dengan Klien :Anak
19
Genogram:
Keterangan :
: Perempuan
: Laki-laki
: Garis tinggal satu rumah
: Garis pernikahan
: Garis keturunan
: Pasien / klien
20
KETERANGAN SEBELUM SELAMA
SAKIT SAKIT
Frekuensi 3x sehari Belum mendapatkan
diit karena masih
dipuasakan.
Jenis Nasi, lauk, sayur, buah, -
air putih
Porsi 1 porsi habis -
Keluhan Tidak ada -
3. Pola Eliminasi
a. BAB
b. BAK
KETERANGAN SEBELUM SAKIT SELAMA SAKIT
Frekuensi 5-6x sehari 3x sehari
Pancaran Kuat Kuat
Jumlah ± 200 cc sekali BAK ±250 cc sekali BAK
Bau Amoniak Amoniak
Warna Kuning pucat Kuning pucat
Perasaan setelah BAK Lega Lega
Keluhan Tidak ada Tidak ada
Total produksi urine ± 1200-1600cc/hari ± 1000cc/hari
21
ANALISAKESEIMBANGAN CAIRAN SELAMA PERAWATAN
Intake Output Analisa
Minuman = 1500 cc urine = 2000 cc Intake = 3750 cc
Makanan = 500 cc feses = 250 cc Output = 3000 cc
Infus = 1500 cc IWL = 15 × BB
Am = 5 × BB = 15 × 50 =
= 5 × 50 = 250 cc 750
Total = 3750 cc Total = 3000 cc Balance = 750 cc
22
Pengantar tidur Tidak ada Ada
(pengguanaan obat
tidur)
Gangguan tidur Tidak ada Sering terbangun
karena jatungnya
berdebar
Perasaan waktu bangun Nyaman Nyaman
23
Selama sakit : Klien mengatakan selama sakit klien tetap melakukaan salat
lima waktu dengan sebisa mungkin.
IV. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan atau penampilan umum
a.) Kesadaran : compos mentis
Tanda tanda vital :
- tekanan darah: 140/90 mmHg
- nadi: 90 kali per menit
- frekuensi :90 kali per menit
- irama : teratur
- kekuatan : kuat
Pernafasan
Suhu : 37,2 ºC
2. Kepala
a.) Bentuk kepala : mechosepal
b.) Kulit kepala : bersih
c.) Rambut kepala : panjang beruban
3. Muka
a.) Mata
Palpebral : normal tidak ada udem
Konjungtiva : normal tidakanemis
Sclera : non ikterik
Pupil : terlihat normal
Reflek terhadap cahaya : baik +/+
Penggunaan alat bantu penglihatan : tidak menggunakan alat bantu
penglihatan seperti kaca mata atau lensa mata.
b.) Hidung : terlihat bersih dan tidak ada pernafasan cuping hidung
c.) Mulut : mukosa mulut lembab
d.) Gigi : lengkap, tidak ada karies gigi
24
4. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada
peningkatan vena jungularis
5. Dada (Thorax)
Paru-paru
Inspeksi : bentuk dada simetris, kulit sawo matang
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Perkusi : sonor
Auskultasi : ada bunyi nafas tambahan (ronchi)
Jantung
Inspeksi : ic tidak tampak
Palpasi : ictus cordis teraba pada ics IV dan V
Perkusi : pekak
Auskultasi : bunyi jantung 1 dan 2 terdengar
6. Abdomen
Inspeksi : nampak luka post op laparotomi eksplorasi
Auskultasi : bising usus 13 ×/ menit
Palpasi : terdapat nyeri tekan pada daerah post op
Perkusi : hipertympani
7. Genetalia : tidak ada kelaianan
8. Rectum : tidak terkaji
9. Ekstremitas
a.) Atas
Kekuatan otot kanan & kiri : kekuatan otot 5
ROM kanan & kiri : normal
Perubahan bentuk tulang : tidak ada perubahan bentuk tulang
Perabaan akral : hangat
Pitting edema : tidak ada
b.) Bawah
Kekuatan otot kanan & kiri : kekuatan otot 5
ROM kanan & kiri : normal
Perubahan bentuk tulang : tidak ada perubahan bentuk tulang
Perabaan akral : hangat
Pitting edema : tidak ada
25
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Jenis Nilai
Satuan Hasil Keterangan
Pemeriksaan Normal
Glucose puasa 70-100 Mg/dl 95 Normal
Asam urat 2.3-5.7 Mg/dl 7.8 Naik
Cholesterol <200 Mg/dl 110 Normal
Trombosit 150-400 Ribu/ui 120 Normal
26
VII . ANALISA DATA
Nama : Ny. Y Umur : 76 th
No. CM :146XXX Diagnosa Medis :Post Op Laparatomi Eksplorasi
Ileus Obstruktif
N Hari/t Data fokus Masalah Etiologi Diagnosa Ttd
o gl/ keperawat
jam an
1. Ming Ds: Nyeri Agen Nyeri
gu 6 Klien mengatakan nyeri cidera berhubung
januar pada perut fisik an dengan
i P : klien mengatakan agen
2019. nyeri cidera fisik
Q : seperti ditusuk tusuk
R : di perut
S : skala 6
T : terus menerus
Do:
1. klien tampak menahan
nyeri
2. klien tampak merintih
kesakitan
3. KU lemah
4. terdapat luka jahitan d
daerah abdomen
2. Ming Ds : Defisit Kelemah Defisit
27
gu 6 Klien mengatakan malas perawatan an Fisik perawatan
januar untuk bergerak dan diri diri
i 2019 melakukan MCK berhubung
DO : an dengan
1.kesadaran composmetis kelemahan
2. ADL terpenuhi dengan fisik
bantuan
28
beristirahat
5. Kolaborasikan dengan
dokter pemberian terapi obat
2. Setelah dilakukan keperawatan 1. Kaji keadaan umum dan
selama 3x24 jam diharapkan kesadaran pasien
masalah defisit perawatan diri 2. Lakukan ganti balut post
dapat teratasi dengan kriteria op laparatomi
hasil 3. Anjurkan pasien untuk
1.Pasien dapat melakukan mencuci tangan sebelum dan
aktivitas secara mandiri setelah menyentuh area luka
2.Pasien dapat memenuhi 4. motivasi keluarga dan
kebutuhan seperti ke toilet, pasien dalam perawatan diri
mandi, dll
X. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Nama : Ny. Y Umur : 76 th
No. CM : 146XXX Diagnosa Medis :Post Op Laparatomi Eksplorasi Ileus
Obstruktif
Hari/Tgl No. Implementasi Respon Ttd
/Jam Dx
Minggu 1 Memonitor tanda- S:Pasien mengatakan masih
6
Januari tanda vital merasalemas
2019 O: TD=130/90mmHg,
08.30
N= 84 x/menit, RR= 22
x/menit, S= 36.7 °
1 Kaji tingkat nyeri
29
- tusuk
R : Nyeri pada bagian
perut
S : Skala nyeri 7
10.00 1 T : hilang timbul
30
masih terasa
O : Pasien tampak menahan
nyeri
P : Nyeri luka post OP
Q : Nyeri seperti tertusuk
- tusuk
R : Nyeri pada bagian
perut
S : Skala nyeri 5
Melakukangantibalutpostop
T : hilang timbul
laparatomi
10.30 2
31
perut
S : Skala nyeri 3
T : hilang timbul
16.00 Melakukangantibalutpostop
2
laparatomi S:Pasienmengatakannyaman
setelah diganti balut
O:Pasiennampaktenang
18.15
Memotivasi keluarga dan pasien
2 dalam perawatan diri S : Keluarga dan pasien
mengatakan faham
O : Keluarga dan pasien tampak
kooperatif
32
P : Lanjutkan intervensi
- Kaji tingkat nyeri meliputi lokasi,
karakteristik, durasi, dan kualitas nyeri
- Monitor tanda tanda vital
- Ajarkan pasien mengontrol nyeri
dengan teknik genggam jari
2 S : Pasien mengatakan sering lupa
melakukan cuci tangan
O : Pasien tampak belum mengerti
anjuran
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- Lakukan ganti balut post op
- Anjurkan pasien untuk mencuci tangan
sebelum dan setelah menyentuh area luka
- Motivasi keluarga dan pasien dalam
perawatan diri
Senin 1 S : Pasien mengatakan masih
7 Januari terasa nyeri pada perut
2019 O : Pasien tampak meringis
menahan nyeri
P : Nyeri luka post OP
Q : Nyeri seperti tertusuk - tusuk
R : Nyeri pada bagian perut
S : Skala nyeri 5
T : hilang timbul
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- Kaji tingkat nyeri meliputi lokasi,
karakteristik, durasi, dan kualitas nyeri
- Monitor tanda tanda vital
- Ajarkan pasien mengontrol nyeri
dengan teknik genggam jari
2 S : Pasien mengatakan
membiasakan untuk mencuci
tangan
O : Pasien tampak mengikuti anjuran
33
perawat
A : Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi
Selasa 1 S : Pasien mengatakan nyeri
8 Januari berkurang
2019 O : Pasien tampak lebih tenang
P : Nyeri luka post OP
Q : Nyeri seperti teriris
R : Nyeri pada bagian perut
S : Skala nyeri 3
T : hilang timbul
A : Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi
34
3.2 Pembahasan
Pasien dengan post operasi laparatomi akan merasakan nyeri pada abdomen yang
telah di operasi. Menurut Mulyono 2008,pemulihan pasien post operasi membutuhkan
waktu rata rata72,45 menit sehingga pasien akan merasakan nyeri yang sangat hebat
rata rata pada dua jam pertama sesudah operasi karena anestesi dan pasien sudah
keluar dari kamar sadar. Maka dari itu bnyak pasien yang telah melakukan
pembedahan akan mengalami nyeri di area pembedahan.
Nyeri yang dirasakan akan timbul setelah pengaruh anestesi berakhir. Pasca operasi
apsien merasakan nyeri habat dan 75% penderita mengalami pengalaman yang kurang
menyenangkan akibat pengelolan nyeri yang tidak adekuat (Sutanto 2004). Dengan
kurangnya pengalaman nyeri yang dialami pasien,perawat dituntut dapat melakukan
tindakan madiri dalam pengelolaan nyeri. Tindakan mandiri yang dilakukan perawat
sangat membantu dalam pengelolaan nyeri yang dialami pasien. Keahlian perawat
dalam berbagai strategi penanganan nyeri adalah hal yang penting ,maka perawat
dituntut dapat mengembangkan pendekatan non farmakologis dalam penanganan
nyeri(Simpson,2008). Dengan adanaya pengelolan nyeri pada pasien diharapkan dapat
mengurangi skala nyeri yang dialami pasien.Metode pereda nyeri non farmakologis
biasanya mempunyai resiko yang sangat rendah.
Teknik relaksasi membuat pasien dapat mengontrol diri ketika terjadi rasa tidak
nyaman atau nyeri (Potter & Perry,2009). Teknik genggam jari yang dilakukan pada
pasien Ny Y efektif dalam menurunkan skala nyeri yang dialaminya. Teknik
genggam jari dilakukan secara berkala apabila dirasa nyeri. Hal tersebut efektif dalam
menurunkan nyeri yang dialaminya.
35
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Obstruksi usus mekanis adalah Suatu penyebab fisik menyumbat usus dan
tidak dapat diatasi oleh peristaltik.Ileus obstruktif ini dapat akut seperti pada hernia
stragulata atau kronis akibat karsinoma yang melingkari.Misalnya intususepsi, tumor
polipoid dan neoplasma stenosis, obstruksi batu empedu, striktura, perlengketan,
hernia dan abses.
Pengelolaan asuhan keperawtan pada pasien yang mengalami post operasi
obstruksi ileus dapat ditegakkan dengan mengetahui kondisi atau keluhan yang di
alami oleh pasien. Apabila pasein mengalami nyeri seperti yang dialami Ny Y dapat
dilakukan terapi manajemen nyeri dan perawatan diri. Dari asuhan keperawatan
yang telah ditegakkan diharapkan pasien dengan post operasi laparatomi dapat
teratasi masalah keperawtan yang dialaminya.
4.2 Saran
Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat memberikan ilmu dan
pengetahuan dalam bidang pendidikan dan praktik keperawatan.Selain itu, dapat
juga dijadikan sebagai acuan dalam melakukan tindakan asuhan keperawatan
36
DAFTAR PUSTAKA
Sabiston DC. Buku ajar bedah bagian 1.Jakarta: EGC; 2010 : 551- 9
Sjamsuhidajat R, Jong DW, editors.Buku ajar ilmu bedah.Jakarta: EGC; 2009. p. 843–908.
Price & Wilson.2011. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi 6,
volume 1,EGC : Jakarta
Indrayani, M Novi. 2013. Diagnosis dan Tata Laksana Ileus Obstruktif. Universitas
Udayana : Denpasar
Pinandita,Iin.2012.Pengaruh Teknik Relaksasi Genggam Jari Terhadap Penurunan
Intensitas Nyeri Pada Pasien Post Operasi Laparatomi.Jurnal Ilmiah Kesehatan
Keperawatan.vol 8.
Smeltzer.2009.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah,Edisi 8,Buku Kedokteran EGC.
Jakarta
37