Anda di halaman 1dari 41

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN OBSTRUKSI INTESTINAL


DENGAN POST LAPAROTOMI EKSPLORASI
Disusun Guna Memenuhi Tugas keperawatan Medikal Bedah II
Dosen Pengampu : Noor Fitriyani S.kep,Ns,M.kep

Disusun Oleh :
Ahmad Khasan (P17106)
Alfianita Bintari S (P17107)
Anggit Try Setyawati (P17109)
Annisa Nurul Q (P17110)
Ventika Ulviatu J (P17153)
Widi Hinggawati (P17154)
Yari Puji A (P17155)
Maula Aditya (P16141)

PROGRAM STUDI DII KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA
TAHUN AJARAN 2019/2020

1
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmad hidayah dan
inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang obstruksi
instestinal.
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapat bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat melancarkan pembuatan makalah ini.Untuk itu kami menyampaikan
banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah bekontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari
segi susunan kalimat maupun tata bahasanya oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi
terhadap pembaca.

Surakarta, 11 September 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……………………………………………………………………..i


DAFTAR ISI ………………………………………………………………………………ii
BAB I PENDAHULUAN ……………..…………………………………………………..1
1.1 Latar Belakang ………………………………………………….……………..1
1.2 Tujuan ………………………………………………………………………….1
1.2.1 Umum …………………………………………….………………….1
1.2.2 Khusus ………………………….……………………………………1
1.3 Manfaat ……………...…………………………………………………………2
1.3.1 Bagi Penulis ………………………….………………………………2
1.3.2 Bagi Pembaca …………………………………..……………………2
1.3.3. Bagi Perawat …………………………...……………………………2
BAB II KONSEP TEORI ………………………………………………………………….3
2.1 Konsep Penyakit ………………………….……………………………..........3
2.1.1 Pengertian …………………………………...……………………….3
2.1.2 Etiologi …………………………………………...………………….3
2.1.3 Patofisiologi ………………………………………………………….5
2.1.4 Manifestasi Klinik ……………………………………………..…….4
2.1.5 Pathway ……………………………………………….…………….7
2.1.6 Komplikasi …………………………………………….…………….9
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan .......................……………………………….10
2.2.1 Pengkajian ………………………………………………………….10
2.2.2 Diagnosa Keperawatan …………………………………………….13
2.2.3 Intervensi …………………………………………………………..15
BAB III PEMBAHASAN ….……………………………………………………………18
3.1 Hasil Studi Kasus ……………………………………...……………………..18
3.1.1 Kasus ……………………………………………………………….18
3.1.2 Asuhan Keperawatan ………………………………………………18
3.2 Pembahasan ……………………….………………………………………….35
BAB IV PENUTUP ………………………………………………………………………36

ii
4.1 Kesimpulan ………………………...…………………………………………36
4.2 Saran …………………………….……………………………………………36
DAFTAR PUSTAKA …………………..………………………………………......…..42

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Obstruksi usus halus menempati sekitar 20% dari seluruh pembedahan darurat,
dan motrtalitas dan morbiditas sangat bergantung pada pengenalan awal dan diagnosis
yang tepat. Perlekatan usus sebagai penyebab dari ileus saat ini menempati urutan
pertama. Maingot melaporkan bahwa seitar 70% penyebab dari Ileus adalah perlrkatan.
Survey Ileius Obstruksi di RSUD DR. Soetomo mendapatkan 50% dari penyebabnya
adalah perlekatan usus, kemudian diikuti hernia 33,3%, keganasan 15%, Volvulus 1,7%.
Obstruksi intestinal merupakan kegawatan dalam bedah abdominalis yang sering
dijumpain dan merupakan 60% - 70% dari seluruh kasus gawat abdomin. Gawat perut
dapat disebabkan oleh kelainan di dalam abdomen berupa inflamasi, dan penyulitnya,
ileus obstruktif, iskemik, dan pendarahan. Sebagai kelainan dapat disebabkan oleh cedera
langsung atau tidak langsung yang mengakibatkan perforasi saluran cerna atau
perdarahan.
Laparatomi merupakan prosedur pembedahan yang melibatkan suatu insisi pada
dinding abdomen hingga ke cavitas abdomen (Sjamsurihidayat dan Jong, 2010).
Laparatomi merupakan teknik sayatan yang dilakukan pada daerah abdomen yang dapat
dilakukan pada bedah digestif dan obgyn. Adapun tindakan bedah digestif yang sering
dilakukan dengan tenik insisi laparatomi ini adalah herniotomi, gasterektomi,
kolesistoduodenostomi, hepatorektomi, splenoktomi, apendektomi, kolostomi,
hemoroidektomi dfan fistuloktomi.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Penulis dapat mempelajari asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan
Ileus Obstruktif
1.2.2 Tujuan Khusus
1.2.2.1 Untuk mengetahui konsep penyakit Ileus Obstruktif

1
1.2.2.2 Untuk memahami tentang konsep penyakit Ileus Obstruktif
1.2.2.3 Untuk menganalisis asuhan keperawatan dengan penyakit Ileus Obstruktif

1.3 Manfaat
1.3.1 Manfaat Bagi Penulis
Penulis dapat meningkatkan pengetahuan atau keterampilan dan dapat
mengaplikasikan asuhan keperawatan pada pasien dengan ileus obstruktif.
1.3.2 Manfaat Bagi Institusi
Sebagai acuan atau menambah wawasan bagi mahasiswa mengenai asuhan
keperawatan pada pasien dengan ileus obstruktif.dalam pembelajaran ketika
Praktik Klilik Keperawatan.
1.3.3 Manfaat Bagi Pembaca
Sebagai sumber informasi bagi pembaca tentang penyakit ileus obstruktif.

2
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 KONSEP PENYAKIT
2.1.1 Definisi
Ileus obstruktif adalah suatu penyumbatan mekanis pada usus dimana
merupakan penyumbatan yang sama sekali menutup atau menganggu jalannya isi usus
(Sylvia A & Price, 2012). Ileus obstruktif atau disebut juga ileus mekanik adalah keadaan
dimana isi lumen saluran cerna tidak bisa disalurkan ke distal atau anus karena adanya
sumbatan/hambatan mekanik yang disebabkan kelainan dalam lumen usus, dinding usus
atau luar usus yang menekan atau kelainan vaskularisasi pada suatu segmen usus yang
menyebabkan nekrose segmen usus tersebut.

2.1.2 Penyebab (Etiologi)


Penyebab obstruksi intestinal menurut Sabiston (2010) yakni :
Penyebab Perjalananpenyakit Akibat
Lengkung usus menjadi melekat Tiga atau empat hari pasca
pada area yang sembuh secara operatif keadaan ini
Perlekatan
lambat atau pada jaringan parut menghasilkan perputaran
setelah pembedahan abdomen lengkung usus
Salah satu bagian usus menyusup
kedalam bagian lain yang ada
Intususepsi Penyempitan lumen usus
didalamnya seperti pemendekan
teleskop
Lumen usus menjadi
Usus memutar dan kembali tersumbat, gas dan cairan
Valvulus
keadaan semula berkumpul dalam usus yang
terjebak

Protrusi usus melalui area yang Aliran usus mungkin tersumbat


Hernia lemah dalam usus atau dinding total. Aliran darah ke area
atau otot abdomen tersebut dapat tersumbat juga

3
Tumor yang ada di dinding usus
Lumen usus menjadi tersumbat
meluas ke lumen usus, atau tumor
sebagian : bila tumor tidak
Tumor diluar usus yang menjadi
diangkat mengakibatkan
penyebab tekanan pada dinding
obstruksi lengkap
usus

2.1.3 Manifestasi Klinis


Menurut Price & Wilson (2011) manifestasi klinik obstruksi usus :
2.1.3.1 Obstruksi Usus Halus
Gejala awal biasanya berupa nyeri abdomen sekitar umbilikus atau
bagian epigasterium yang cenderung bertambah berat sejalan dengan
beratnya obstruksi dan bersifat intermitten (hilang timbul). Jika obstruksi
terletak dibagian tengah atau letak tinggi dari usus halus (jejenum dan
ileum bagian proximal) maka nyeri bersifat konstan atau menetap.Klien
dapat mengeluarkan darah dan mukus, tetapi bukan materi fecal dan tidak
terdapat flatus.Umumnya gejala obstruksi usus berupa konstipasi yang
beakhir pada distensi abdomen, tetapi dengan klien dengan obstruksi
parsial bisa mengalami diare.
Pada obstruksi komplit, gelombang peristaltik pada awalnya menjadi
sangat keras dan akhirnya berbalik arah dan isi usus terdorong ke arah
mulut. Apabila obstruksi terjadi pada ileum maka muntah fecal dapat
terjadi semakin kebawah obstruksi di area gastrointestinal yang terjadi,
semakin jelas distensi abdomen.Jika obstruksi usus berlanjut terus dan
tidak diatasi maka akan terjadi syok hipovolemia akibat dehidrasi dan
kehilangan volume plasma dengan manifestasi takikardia dan hipotensi.
Pada pemeriksaan abdomen didapatkan abdomen tanpa distensi dan
peristaltik meningkat. Pada tahap lanjut dimana obstruksi terus berlanjut,
peristaltik akanmelemah dan hilang adanya feses bercampur darah pada
pemeriksaan rektal dapat dicurigai keganasan dan intususepsi
2.1.3.2 Obstruksi Usus Besar

4
Nyeri perut yang bersifat kolik dalam kualitas yang sama dengan
obstruksi pada usus halus tetapi intensitasnya jauh lebih mudah. Muntah
muncul terakhir terutama katup ileusekal kompeten pada klien dengan
obstruksi sigmoid dan rektum, konstipasi dapat terjadi gejala satu-satunya
selama beberapa hari. Akhirnya abdomen sangat distensi loop dari usus
besar menjadi dapat dilihat dari luar melalui dinding abdomen. Klien
mengalami kram akibat nyeri abdomen bawah.

5
2.1.4 Patofisiologi
Terdapat dua tipe obstruksi usus, menurut Sjamsuhidajat (2009) yaitu :
2.1.4.1 Mekanis (Ileus Obstruktif)
Suatu penyebab fisik menyumbat usus dan tidak dapat diatasi oleh
peristaltik. Ileus obstruktif ini dapat akut seperti pada hernia atau akibat
karsinoma yang melingkari.
2.1.4.2 Neurogenik/Fungsional (Ileus Parelitik)
Obstruksi yang terjadi karena suplai saraf otonom mengalami perdarahan
dan peristaltik usus terhenti sehingga tidak mampu mendorong ini
sepanjang usus. Contohnya amiloidosis, distropi otot, gangguan endokrin
seperti diabetes melitus atau gangguan neurologik seperti penyakit
parkinson.
Secara normal 7-8 cairan kaya elektrolit disekresi oleh usus dan
kebanyakan direabsorbsi, bila usus tersumbat, cairan ini sebagian tertahan dalam
usus dan sebagian dieliminasi melalui muntah, yang menyebabkan pengurangan
besar volume darah sirkulasi. Mengakibatkan hipotensi, syok hipovolemik dan
penurunan aliran darah ginjal dan serebral.
Pada awitan obstruksi, cairan dan udara terkumpul pada bagian proksimal
sisi yang bermasalah, menyebabkan distensi. Manifestasi terjadinya lebih cepat
dan lebih tegas pada blok usus halus karena usus halus lebih sempit dan secara
normal lebih aktif, volume besar sekresi dari usus halus menambah distensi,
sekresi satu-satunya yang yang bermakna dari usus besar adalah mukus.
Distensi menyebabkan peningkatan sementara pada peristaltik saat usus
berusaha untuk mendorong material melalui area yang tersumbat. Dalam
beberapa jam peningkatan peristaltik dan usus memperlambat proses yang
disebabkan oleh obstruksi. Peningkatan tekanan dalam usus mengurangi
absorbsinya, peningkatan retensi cairan masih tetap berlanjut segera, tekanan
intralumen aliran balik vena, yang meninkatkan permeabilitas kapiler dan
memungkinkan plasma ekstra arteri yang menyebabkan nekrosis dan peritonitis
(Smeltzer, 2009).

6
2.1.5 Pathway

Perlekatan, itusepsi, volvulus, hernis, tumor

Lumen usus tersumbat

Tekanan intralumen meningkat

Menurunkan pengaliran air dan natrium dari fumen usus ke darah

Penimbunan air dan natrium dalam intralumen

Tindakan operatif

Pembedahan

Diskontinuitas pembatasan/kelemahan terdapat luka penurunan


Jaringan fisik insisi peristaltik usus

Adanya luka Intoleransi


port de entry anoreksia
jahitan
Aktivitas

Resiko tinggi Resiko nutrisi


Nyeri
infeksi kurang dari

kebutuhan tubuh

(Smeltzer, 2009)

7
2.1.6 Penatalaksanaan
Menurut Indrayani (2013) penatalaksanaannya ialah :
2.1.6.1 Obstruksi Usus Halus
Dekompresi usus melalui selang usus halus atau nasogatrik
bermanfaat dalam mayoritas kasus.Apabila usus tersumbat secara
lengkap, maka strangulasi yang terjadi memerlukan intervensi
bedah.Sebelum pembedahan, terapi IV diperlukan untuk mengganti
penipisan air, natrium, klorida, dan kalium.
Tindakan pembedahan terhadap obstruksi usus sangat
tergantung pada penyebab obstruksi.Penyebab paling umum dari
obstruksi, seperti hernia dan perlekatan, prosedur bedah mencakup
perbaikan hernia atau pemisahan perlekatan pada usus tersebut.Pada
beberapa situasi, bagian dari usus yang terkena dapat diangkat dan
dibentuk anastomosis.Kompleksitas prosedur bedah untuk obstruksi
usus tergantung pada durasi obstruksi dan kondisi usus yang
ditemukan selama pembedahan.
2.1.6.2 Obstruksi Usus Besar
Apabila obstruksi relatif tinggi dalam kolon, kolonoskopi dapat
dilakukan untuk membuka lilitan dan dekompresi usus.Sekostomi,
pembukaan secara bedah yang dibuat pada sekum, dapat dilakukan
pada pasien yang berisiko buruk terhadap pembedahan dan sangat
memerlukan pengangkatan obstruksi.Prosedur ini memberikan jalan
keluar untuk mengeluarkan gas dan sejumlah kecil rabas.Selang rektal
dapat digunakan untuk dekompresi area yang ada dibawah usus.
Tindakan yang biasanya dilakukan, adalah reseksi bedah untuk
mengangkat lesi penyebab obstruksi.Kolostomi sementara atau
permanen mungkin diperlukan.Kadang-kadang anastomosis ileoanal
dilakukan bila pengangkatan keseluruhan usus besar
diperlukan.penatalaksanaan penting yang dapat dilakukan pada
penderita obstruksi usus adalah:
1. Dekompresi usus yang mengalami obstruksi: pasang selang
nasogastric

8
2. Ganti kelilangan cairan dan elektrolit: berikan ringer laktat atau
NaCl dengan suplemen K+
3. Pantau pasien-diagram keseimbangan cairan, kateter urine, diagram
suhu, nadi, dan napas regular, pemeriksaan darah.
4. Minta pemeriksaan penunjang sesuai dengan penyebab yang
mungkin
5. Hilangkan obstruksi dengan pembedahan jika:
 Penyebab dasar membutuhkan pembedahan (misalnya hernia,
karsinoma kolon)
 Pasien tidak menunjukan perbaikan dengan terapi konservattif
(misalnya obstruksi akibat adhesi); atau
 Terdapat tanda-tanda starngulasi atau peritonitis

2.1.7 Komplikasi
Menurut Sabiston (2010) komplikasi yang dapat timbul antara lain :
2.1.7.1 Peritonitis karena absorbsi toksin dalam rongga peritonium sehinnga
terjadi peradangan atau infeksi yang hebat pada intra abdomen.
2.1.7.2 Perforasi dikarenakan obstruksi yang sudah terjadi selalu lama pada
organ intra abdomen
2.1.7.3 Sepsis, infeksi akibat dari peritonitis, yang tidak tertangani dengan baik
dan cepat
2.1.7.4 Syok hipovolemik terjadi akibat dehidrasi, kehilangan volume
plasma
2.1.7.5 Pneumonia aspirasi, akibat makanan yang dimuntahkan masuk
kedalam saluran pernafasan dan menumpuk di saluran pernafasan

9
2.2 Konsep Asuhan Keperwatan
2.2.1 Pengkajian
2.2.1.1 Biodata klien yang penting meliputi nama, umur, jenis kelamin,
agama, suku dan gaya hidup.
2.2.1.2 Riwayat kesehatan
1. Keluhan utama
Keluhan yang dirasakan klien pada saat dikaji. Pada umumnya
akan ditemukan klien merasakan nyeri pada abdomennya
biasanya terus menerus, demam, nyeri tekan lepas, abdomen
tegang dan kaku.
2. Riwayat kesehatan sekarang
Mengungkapkan hal-hal yang menyebabkan klien mencari
pertolongan, dikaji dengan menggunakan pendekatan PQRST :
P : Apa yang menyebabkan timbulnya keluhan.
Q : Bagaiman keluhan dirasakan oleh klien
R : Di daerah mana gejala dirasakan
S : Seberapa keparahan yang dirasakan klien (skala)
T : Kapan keluhan timbul, sekaligus factor yang memperberat dan
memperingan keluhan
3. Riwayat kesehatan masa lalu
Dikaji apakah klien pernah menderita penyakit yang sama,
riwayat ketergantungan terhadap makanan/minuman, zat dan
obat-obatan.
4. Riwayat kesehatan keluarga
Apakah ada anggota keluarga yang mempunyai penyakit yang
sama dengan klien.
2.2.1.3 Pemeriksaan pola gordon
1. Pola persepsi
Pasien mengatakan kesehatan itu penting
2. Aktivitas/istirahat
Gejala : Kelelahan dan ngantuk.
Tanda : Kesulitan ambulasi
3. Sirkulasi
Gejala : Takikardia, pucat, hipotensi ( tandasyok)

10
4. Eliminasi
Gejala : Distensi abdomen, ketidakmampuan defekasidan Flatus
Tanda : Perubahan warna urine dan feces
5. Makanan/cairan
Gejala : anoreksia,mual/muntah dan haus terus menerus.
Tanda : muntah berwarna hitam dan fekal, membran mukosa
pecah-pecah, kulit buruk.
6. Pola istirahat dan tidur
Akan sedikit tergangu karna adanya Nyeri abdomen terasa seperti
gelombang dan bersifat kolik
7. Pola konsep diri
Pada pola ini tidak terjadi masalah
8. Pola peran dan hubungan
Pada saat sakit pasti pada peran ini berubah karna pasien tidak
bisa menjalankan kewajibannya
9. Pola koping dan stress
Pada pola ini tidak terjadi masalah
10. Pola keyakinan dan nilai keyakinan
Pada pola ini tidak terjadi masalah
11. Pola reproduksi seksual
Pada pola ini tidak terjadi masalah
2.2.1.4. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan/Penampilan Umum
a. Kesadaran : composmentis
b. Tanda-tanda Vital
 TD : 110/85mmHg
 Nadi
Frekuensi : 88X/menit
Irama : teratur
Kekuatan : kuat
 Pernapasan
Frekuensi :24 X/menit
Irama : tidak teratur (pendek dan dangkal)

11
 Suhu : 36,5 0C
2. Kepala
 Bentuk kepala : simetris dan tidak adanya lesi
 Kulit kepala : Bersih
 Rambut : Hitam
3. Muka
a. Mata
 Palpebra : tidak udem kanan dan kiri, simetris
 Konjugtiva : tidak anemis
 Sclera : tidak ikterik
 Pupil : isokor
 Diameter Ki/ka : sama
 Reflek terhadap cahaya: +/+
 Penggunaan alat bantu penglihatan: tidak menggunakan
b. Hidung : bentuk simetris, tidak ada polip dan sekret
c. Mulut : bentuk simetris, , mukosa basah
d. Gigi : bersih, tidak ada lubang gigi
e. Telinga :bentuk simetris kanan dan kiri, tidak ada serumen,
tidak ada benjolan
4. Leher :Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada
gangguan menelan.
5. Dada (Thorax)
a. Paru-paru
Inspeksi : bentuk dada simetris, pengembangan kanan dan kiri
sama
Palpasi : vocal premitus kanan dan kiri sama
Perkusi : sonor pada seluruh lapang dada
Auskultasi : tidak terdapat suara tambahan wheezing
b. Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : tidak terdapat pembesaran jantung
Perkusi : bunyi jantung pekak
Auskultasi : tidak terdapat suara tambahan

12
6. Abdomen
Inspeksi : perut distensi
Auskultasi: hiperperistaltik, bising usus bernada tinggi
Perkusi : bunyi hipertympani
Palpasi: terdapat nyeri tekan
7. Genetalia : tidakterpasang selang kateter
8. Rektum : tidak terdapat hemoroid
9. Ekstremitas
a. Atas
 Kekuatan otot kanan dan kiri: tidak ada kelemahan otot
 ROM kanan da
 n kiri : tangan kanan terpasang infus RL 20 Tpm
 Perubahan bentuk tulang : tidak ada perubahan bentuk
tulang
 Perabaan Akral : hangat
 Pitting edema : tidak ada pitting edema
b. Bawah
 Kekuatan otot kanan dan kiri: tidak ada kelemahan otot
 ROM kanan dan kiri : dapat bergerak bebas
 Perubahan bentuk tulang : tidak ada perubahan bentuk
tulang
 Perabaab Akral : hangat
 Pitting edema : tidak ada pitting edema

2.2.2. Diagnosa Keperawatan


2.2.2.1. Nyeri akut b.d agens cidera fisik (00132)
2.2.2.2. Intoleransi aktifitas b.d imobilitas fisik (00092)
2.2.2.3. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d
ketidakmampuan mencerna makanan (00002)
2.2.2.4. Risiko infeksi (luka insisi pembedahan) (00004)

13
2.2.3. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Tujuan dan Kriteria
No. Intervensi
Keperawatan Hasil
1 Nyeri akut b.d Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri (1400) :
agen cidera keperawatan selama 3 x 24 1. Lakukan pengkajian
fisik (00132) jam, masalah nyeri akut nyeri secara
pasien teratasi dengan komprehesif termasuk
criteria hasil : lokasi, karakteristik,
Kontrol nyeri (1650) : durasi, frekuensi
1. Pasien mampu dankualitas nyeri
mengontrol nyeri, (PQRST).
dipertahankan pada 2. Ajarkan tentang
sering menunjukan relaksasi nafas
(4) ditingkatkan ke dalam/distraksi.
secara konsisten 3. Berikan informasi
menunjukan (5) mengenai nyeri
Pengetahuan : manajemen termasuk penyebab
nyeri (1843) : nyeri, berapa lama
1. Pasien dapat nyeri akan hilang
mengetahui stategi antisipasi terhadap
untuk mengontrol ketidaknyaman an dari
nyeri, proedur.
dipertahankan pada 4. Kolaborasi dengan
pengetahuan dokter dalam
banyak (4) pemberian analgesik.
ditingkatkan pada
pengetahuan yang
sangat banyak (5)

2. Intoleransi Setelah dilakukan tindakan Manajemen Energi 0180


aktifitas b.d keperawatan selama 3 x 24 1. Monitor intake/asupan
imobilitas fisik jam, masalah intoleransi nutrisi untuk
(00092) aktivitas pasien teratasi mengetahui sumber

14
dengan criteria hasil : energi yang adekuat
Toleransi terhadap 2. Bantu pasien untuk
aktivitas membatas itidur siang
(0005) : dengan menyediakan
1. Klien mampu kegiatan yang
berpartisipasi dalam mendorong pasien
aktivitas fisik tanpa untuk terjaga, dengan
disertai peningkatan TD, cara yang tepat.
N, RR, dan perubahan 3. Tingkatkan tirah
EGC, dipertahankan pada baring/pembatasan
sedikit terganggu (4), kegiatan(misalnya
dipertahankan pada tidak meningkatkan jumlah
terganggu (5) waktu istirahat pasien)
Istirahat (0003) : dengancakupanya
1 Klien dapat yaitu pada waktu
menyeimbangkan aktivitas istirahat yang dipilih
dan istirahat, 4. Evaluasi motivasi dan
dipertahankan pada sedikit keinginan pasien
terganggu (4), dalam meningkatkan
dipertahankan pada tidak aktifitas
terganggu (5)

3. Ketidakseimba Setelah dilakukan tindakan Manajemennutrisi (1100) :


ngan nutrisi : keperawatan selama 3 x 24 1. Kaji status gizi pasien
kurang dari jam, masalah dan kemampuan
kebutuhan ketidakseimbangan nutrisi pasien untuk
tubuh b.d : kurang dari kebutuhan memenuhi kebutuhan
ketidakmampu tubuh pada pasien teratasi gizi
an mencerna dengan criteria hasil : 2. Kaji adanya alergi
makanan Status nutrisi (1004) : makanan
(00002) 1. Asupan gizi, 3. Bantu pasien dalam
makanan, serta pedoman makanan
cairan adekuat, yang paling cocok

15
dengan dalam memenuhi
Dipertahankan kebutuhan nutrisi
pada sedikit seperti piramida
menyimpang dan makanan vegetarian.
rentang normal (4) 4. Ajurkan pasien duduk
dipertahankan pada pada posisi tegak di
tidak menyimpang kursi misalnya.
dari rentang normal 5. Kolaborasi dengan ahli
(5). gizi mengenai jumlah
2. Berat badan ideal kalori dan jenis nutrisi
sesuai dengan
tinggi badan,
dengan
Dipertahankan
pada sedikit
menyimpang dan
rentang normal (4)
dipertahankan pada
tidak menyimpang
dari rentang normal
(5).

16
4. Risiko infeksi Setelah dilakukan tindakan Perlindungan infeksi (6550)
(luka insisi keperawatan selama 3 x 24 1. Monitor adanya tanda
pembdahan) jam, masalah resiko dan gejala infeksi
(00004) infeksi pasien tidak terjadi sistemik dan lokal
dengan criteria hasil : 2. Periksa kondisi setiap
Keparahan infeksi (0703) : sayatan bedah atau
1. Tidak ada tanda- luka
tanda infeksi 3. Anjurkan untuk
seperti kemerahan, istirahat.
demam, nyeri dsb, Kontrol Infeksi (6540) :
dipertahankan pada 4. Ajarkan pasien dan
ringan (4) anggota keluarga
dipertahankan pada mengenai bagaimana
tidak ada (5). menghindari infeksi
Status Imunitas (0702) : 5. Kalaborasi dengan
1. Mengindikasikan dokter dalam
status funsi pemberian terapi
gastrointestinal, antibiotik.
pernafasan,
genitourinari, dan
imun saat ini dalam
batas normal,
dipertahankan pada
sedikit terganggu
(4) ditingkatkan
ketidak terganggu
(5).

17
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Hasil Studi Kasus

3.1.1 Ilustrasi Kasus

Pasien datang ke IGD RSUD Margono Purwokerto dengan keluhan nyeri perut,perut
membesar sejak 2 hari SMRS, BAB terakhir 2 hari yang lalu, belumflatus sejak 3 hari SMRS,
mual, muntah dari1 hari SMRS, BAK lancar.Pada tanggal5 april pasien melaksanakan oprasi
laparatomi eksplorasi dan saat dikaji pada tanggal6 april pasien masuk ruangan kenanga
dengan,KU lemah,kesadaran composmentis,konjungtiva anemis, KU lemah, CRT<
2detik.Pasien mengeluh nyeri dengan pengkajian P: pasien mengatakan nyeri, Q: pasien
mengatakan nyeri seperti ditusuk-tusuk, R : nyeri yang dirasakan dibagian luka
postop,S:skala nyeri 7. T :nyeri hilang timbul, pasien tampak menahan nyeri, pasien tampak
meringis.
3.1.2 Pengkajian
Tanggal /Jam MRS : 5Januari 2019/ 13.00 WIB
Tanggal /Jam Pengkajian : 6 Januari 2019/ 08.00 WIB
Metode Pengkajian : Autoanamnesa
Diagnosa Medis : Post Op Laparatomi Eksplorasi Ileus Obstruktif
No. Registrasi :146XXX

I. BIODATA
1. IDENTITAS KLIEN
Nama Klien : Ny. Y
Alamat : Purbalingga
Umur : 76 tahun
Agama : Islam
Status Perkawinan : Kawin
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Ibu rumah tangga

2. Identitas Penanggung Jawab


Nama : Tn. P
Umur : 32 tahun

18
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Buruh
Alamat : Purbalingga
Hubungan Dengan Klien :Anak

II. RIWAYAT KEPERAWATAN


1. Keluhan Utama
Nyeri post operasi laparotomi eksplorasi ileus obstruktif
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD RSUD Margono Purwokerto dengan keluhan nyeri
perut,perut membesar sejak 2 hari SMRS, BAB terakhir 2 hari yang lalu,
belumflatus sejak 3 hari SMRS, mual, muntah dari1 hari SMRS, BAK
lancar.Pada tanggal5 Januari pasien melaksanakan oprasi laparatomi
eksplorasi dan saat dikaji pada tanggal6 Januari pasien masuk ruangan
kenanga dengan,KU lemah,kesadaran composmentis,konjungtiva anemis, KU
lemah, CRT< 2detik.Pasien mengeluh nyeri dengan pengkajian P: pasien
mengatakan nyeri, Q: pasien mengatakan nyeri seperti ditusuk-tusuk, R : nyeri
yang dirasakan dibagian luka postop,S:skala nyeri 7. T :nyeri hilang timbul,
pasien tampak menahan nyeri, pasien tampak meringis
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Klien sebelumnya belum pernah mengalami penyakit seperti ini sebelumnya,
klien tidak memiliki riwayat hipertensi
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Pasienmengatakandidalamkeluarganyatidakadayangmenderitasepertiklien,
klien juga mengatakan didalamkeluarganya tidak ada yang
mempunyaipenyakit keturunan atau menular seperti Diabetes Mellitus,
Hepatitis, Hipertensi amupunTBC.

19
Genogram:

Keterangan :

: Perempuan
: Laki-laki
: Garis tinggal satu rumah
: Garis pernikahan
: Garis keturunan
: Pasien / klien

5. Riwayat Kesehatan Lingkungan


Pasien mengatakan lingkungan rumahnya bersih akan tetapi banyak perokok
aktif di lingkungan rumahnya.

III. PENGKAJIAN POLA KESEHATAN FUNGSIONAL


1. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Pasien mengatakan sehat itu penting. Klien menjaga kesehatan keluarganya
dengan cara mewajibkan anggota keluarganya untuk selalu membawa ke pusat
pelayanan kesehatan ketika sakit.
2. Pola Nutrisi dan Metabolik

20
KETERANGAN SEBELUM SELAMA
SAKIT SAKIT
Frekuensi 3x sehari Belum mendapatkan
diit karena masih
dipuasakan.
Jenis Nasi, lauk, sayur, buah, -
air putih
Porsi 1 porsi habis -
Keluhan Tidak ada -

3. Pola Eliminasi
a. BAB

KETERANGAN SEBELUM SAKIT SELAMA SAKIT


Frekuensi 1x sehari Belum pernah BAB
dan flatussejak operasi
Konsistensi Lunak berbentuk -
Bau Khas feses -
Warna Kuning kecoklatan -
Keluhan Tidak ada Terasa kembung

b. BAK
KETERANGAN SEBELUM SAKIT SELAMA SAKIT
Frekuensi 5-6x sehari 3x sehari
Pancaran Kuat Kuat
Jumlah ± 200 cc sekali BAK ±250 cc sekali BAK
Bau Amoniak Amoniak
Warna Kuning pucat Kuning pucat
Perasaan setelah BAK Lega Lega
Keluhan Tidak ada Tidak ada
Total produksi urine ± 1200-1600cc/hari ± 1000cc/hari

21
ANALISAKESEIMBANGAN CAIRAN SELAMA PERAWATAN
Intake Output Analisa
Minuman = 1500 cc urine = 2000 cc Intake = 3750 cc
Makanan = 500 cc feses = 250 cc Output = 3000 cc
Infus = 1500 cc IWL = 15 × BB
Am = 5 × BB = 15 × 50 =
= 5 × 50 = 250 cc 750
Total = 3750 cc Total = 3000 cc Balance = 750 cc

c. Pola Aktifitas dan Latihan

KEMAMPUAN SEBELUM SAKIT SELAMA SAKIT


PERAWATAN
0 1 2 3 4 0 1 2 3 4
DIRI
Makan /Minum  
Mandi  
Toileting  
Berpakaian  
Mobilitas ditempa
 
tidur
Berpindah  
Ambulasi /ROM  
Keterangan :
0: Mandiri, 1: Dengan alat bantu, 2: Dibantu orang lain, 3: Dibantu orang lain dan
alat, 4: Tergantung total.

d. Pola Istirahat Tidur

KETERANGAN SEBELUM SAKIT SELAMA SAKIT


Jumlah jam tidur siang 2-3 jam 1 jam
Jumlah jam tidur malam 7-8 jam 4 jam

22
Pengantar tidur Tidak ada Ada
(pengguanaan obat
tidur)
Gangguan tidur Tidak ada Sering terbangun
karena jatungnya
berdebar
Perasaan waktu bangun Nyaman Nyaman

e. Pola Kognitif – Perseptual


Sebelum sakit : pasien sadar penuh, penglihatan, pendengaran dan berbicara
dengan baik
Selama sakit : pasien dapat berbicara lancar, menjawab pertanyaan dengan
tepat, dan sering bertanya tentang masalah penyakitnya.
f. Pola Persepsi Konsep Diri
Sebelum sakit : Pasien mengatakan bahwa sebelum sakit dapat beraktivitas
dengan baik
Selama sakit : Pasien mengatakan ingin segera sembuh agar bisa melakukan
aktivitas sehari-hari.
g. Pola hubungan peran
Sebelum sakit : Pasien mengatakan berhubungan baik dengan keluarga
Selama sakit : Pasien mengatakan selama sakit hubungan dengan keluarga
harmonis.
h. Pola Seksualitas Reproduksi
Sebelum sakit : Pasien mengatakantidak ada gangguan pada organ reproduksi
Selama sakit : Klien mengatakanselama sakit tidak ada gangguan dengan
seksualitas.
i. Pola Mekansime Koping
Sebelum sakit : Klien mengatakan sebelum sakit tidak mengeluh kondisi
tubuh nya
Selama sakit : Klien mengatakan selama sakit sering mengeluh dengan
kondisi tubunya.
j. Pola Nilai Dan Keyakinan
Sebelum sakit : Klien mengatakan selalu menjalankan salat lima waktu

23
Selama sakit : Klien mengatakan selama sakit klien tetap melakukaan salat
lima waktu dengan sebisa mungkin.
IV. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan atau penampilan umum
a.) Kesadaran : compos mentis
Tanda tanda vital :
- tekanan darah: 140/90 mmHg
- nadi: 90 kali per menit
- frekuensi :90 kali per menit
- irama : teratur
- kekuatan : kuat

Pernafasan

- frekuensi : 22 kali per menit


- irama : teratur

Suhu : 37,2 ºC

2. Kepala
a.) Bentuk kepala : mechosepal
b.) Kulit kepala : bersih
c.) Rambut kepala : panjang beruban
3. Muka
a.) Mata
 Palpebral : normal tidak ada udem
 Konjungtiva : normal tidakanemis
 Sclera : non ikterik
 Pupil : terlihat normal
 Reflek terhadap cahaya : baik +/+
 Penggunaan alat bantu penglihatan : tidak menggunakan alat bantu
penglihatan seperti kaca mata atau lensa mata.
b.) Hidung : terlihat bersih dan tidak ada pernafasan cuping hidung
c.) Mulut : mukosa mulut lembab
d.) Gigi : lengkap, tidak ada karies gigi

24
4. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada
peningkatan vena jungularis
5. Dada (Thorax)
 Paru-paru
Inspeksi : bentuk dada simetris, kulit sawo matang
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Perkusi : sonor
Auskultasi : ada bunyi nafas tambahan (ronchi)
 Jantung
Inspeksi : ic tidak tampak
Palpasi : ictus cordis teraba pada ics IV dan V
Perkusi : pekak
Auskultasi : bunyi jantung 1 dan 2 terdengar
6. Abdomen
Inspeksi : nampak luka post op laparotomi eksplorasi
Auskultasi : bising usus 13 ×/ menit
Palpasi : terdapat nyeri tekan pada daerah post op
Perkusi : hipertympani
7. Genetalia : tidak ada kelaianan
8. Rectum : tidak terkaji
9. Ekstremitas
a.) Atas
Kekuatan otot kanan & kiri : kekuatan otot 5
ROM kanan & kiri : normal
Perubahan bentuk tulang : tidak ada perubahan bentuk tulang
Perabaan akral : hangat
Pitting edema : tidak ada
b.) Bawah
Kekuatan otot kanan & kiri : kekuatan otot 5
ROM kanan & kiri : normal
Perubahan bentuk tulang : tidak ada perubahan bentuk tulang
Perabaan akral : hangat
Pitting edema : tidak ada

25
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Jenis Nilai
Satuan Hasil Keterangan
Pemeriksaan Normal
Glucose puasa 70-100 Mg/dl 95 Normal
Asam urat 2.3-5.7 Mg/dl 7.8 Naik
Cholesterol <200 Mg/dl 110 Normal
Trombosit 150-400 Ribu/ui 120 Normal

VI. TERAPI MEDIS


Hari/tan Jenis terapi Dosis Golongan dan Fungsi
ggal kandungan
Cairan intravena 1. 500cc 20 1. Parenteral 1. Pemenuhan
1. Infus RL tpm 2. - cairan
2. Oksigen 2. 3 liter 3. Antibiotik tubuh
3. Ceftriaxone 3. 2x1 gr/12 4. Analgesik 2. Melancarka
4. Ketorolac jam 5. Antasida n
5. Ranitidine 4. 2 x30 6. Antibiotik pernafasan
6. Metrodinaz mg/24 jam 3. Mengatasi
ole 5. 2x25 infeksi
mg/12 jam bakteri
6. 3x100 mg/ 4. Mengatasi
12 jam nyeri
5. Mengobati
tukak
lambung
6. Mengobati
infeksi

26
VII . ANALISA DATA
Nama : Ny. Y Umur : 76 th
No. CM :146XXX Diagnosa Medis :Post Op Laparatomi Eksplorasi
Ileus Obstruktif
N Hari/t Data fokus Masalah Etiologi Diagnosa Ttd
o gl/ keperawat
jam an
1. Ming Ds: Nyeri Agen Nyeri
gu 6 Klien mengatakan nyeri cidera berhubung
januar pada perut fisik an dengan
i P : klien mengatakan agen
2019. nyeri cidera fisik
Q : seperti ditusuk tusuk
R : di perut
S : skala 6
T : terus menerus
Do:
1. klien tampak menahan
nyeri
2. klien tampak merintih
kesakitan
3. KU lemah
4. terdapat luka jahitan d
daerah abdomen
2. Ming Ds : Defisit Kelemah Defisit

27
gu 6 Klien mengatakan malas perawatan an Fisik perawatan
januar untuk bergerak dan diri diri
i 2019 melakukan MCK berhubung
DO : an dengan
1.kesadaran composmetis kelemahan
2. ADL terpenuhi dengan fisik
bantuan

VIII. PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik
2. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik

IX. RENCANA KEPERAWATAN


Nama : Ny. Y Umur : 76 th
No. CM : 146XXX Diagnosa Medis :Post Op Laparatomi Eksplorasi Ileus
Obstruktif
No.dx Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Ttd
1 Setelah dilakukan keperawatan 1. Kaji tingkat nyeri meliputi
selama 3x24 jam diharapkan lokasi, karakteristik, durasi,
masalah nyeri akut dapat dan kualitas nyeri
teratasi dengan kriteria hasil 2. Monitor tanda tanda vital
1. Mampu mengontrol nyeri 3. Ajarkan pasien mengontrol
2. Melaporkan nyeri berkurang nyeri dengan teknik genggam
3. menyatakan rasa nyaman jari
4. Atur posisi nyaman pasien
dan menganjurkan pasien

28
beristirahat
5. Kolaborasikan dengan
dokter pemberian terapi obat
2. Setelah dilakukan keperawatan 1. Kaji keadaan umum dan
selama 3x24 jam diharapkan kesadaran pasien
masalah defisit perawatan diri 2. Lakukan ganti balut post
dapat teratasi dengan kriteria op laparatomi
hasil 3. Anjurkan pasien untuk
1.Pasien dapat melakukan mencuci tangan sebelum dan
aktivitas secara mandiri setelah menyentuh area luka
2.Pasien dapat memenuhi 4. motivasi keluarga dan
kebutuhan seperti ke toilet, pasien dalam perawatan diri
mandi, dll

X. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Nama : Ny. Y Umur : 76 th
No. CM : 146XXX Diagnosa Medis :Post Op Laparatomi Eksplorasi Ileus
Obstruktif
Hari/Tgl No. Implementasi Respon Ttd
/Jam Dx
Minggu 1 Memonitor tanda- S:Pasien mengatakan masih
6
Januari tanda vital merasalemas
2019 O: TD=130/90mmHg,
08.30
N= 84 x/menit, RR= 22
x/menit, S= 36.7 °
1 Kaji tingkat nyeri

09.15 meliputi lokasi, S : Pasien mengatakan


karakteristik, durasi, nyeri pada perut
dan kualitas nyeri O : Pasien tampak
meringis kesakitan
P : Nyeri luka post OP
Q : Nyeri seperti tertusuk

29
- tusuk
R : Nyeri pada bagian
perut
S : Skala nyeri 7
10.00 1 T : hilang timbul

Mengajarkan pasien S : Pasien mengatakan


mengontrol nyeri mengerti yang diajarkan
dengan teknik perawat
11.00 1 genggam jari O : Pasien tampak
mengikuti teknik yang
diajarkan perawat
Mengatur posisi nyaman pasien
12.30 2 dan menganjurkan pasien S : Pasien mengatakan
beristirahat sulit untuk beristirahat
dengan tenang
O : Pasien tampak gelisah
Menganjurkan pasien mencuci
tangan sebelum dan sesudah S : Pasien mengatakan
menyentuh area luka sering lupa melakukan
cuci tangan
O : Pasien tampak belum
mengerti anjuran
Senin 1 Memonitor tanda tanda vital S : Pasien mengatakan
7
Januari sedikitlemas
2019 O: TD=130/80mmHg,
08.00
N= 80 x/menit, RR= 22
x/menit, S= 36.7 °
Mengkaji keadaan umum dan
09.00 2
kesadaran pasien
S : Pasien mengatakan lemas
O : Pasien tampak lemah,
menahan nyeri
Kaji tingkat nyeri meliputi
09.45 1 lokasi, karakteristik, durasi, dan
S : Pasien mengatakan nyeri
kualitas nyeri

30
masih terasa
O : Pasien tampak menahan
nyeri
P : Nyeri luka post OP
Q : Nyeri seperti tertusuk
- tusuk
R : Nyeri pada bagian
perut
S : Skala nyeri 5
Melakukangantibalutpostop
T : hilang timbul
laparatomi
10.30 2

S: Pasien mengatakan tidak


nyaman dengan balutan pada
Menganjurkanklienuntuk luka
mencucitangansebelumdan O:Nampakrembes pada balutan
12.05 2 setelahmenyentuh area luka post op

S : Pasien mengatakan akan


mengikuti perawat
Mengkolaborasikan dengan
dokter dalam pemberian terapi O : Pasien tampak memahami
obat lega
13.00 1

S : Pasien mengatakan nyeri


berkurang
O : Pasien tampak lebih nyaman

Selasa 1 Memonitor tanda tanda tanda S:-


8 vital O : TD=130/80mmHg, N= 84
Januari x/menit, RR= 22 x/menit, S=
2019 36.7 °
15.00

Kaji tingkat nyeri meliputi S : Pasien mengatakan nyeri


15.40 lokasi, karakteristik, durasi, berkurang
dan kualitas nyeri O : Pasien tampak lebih tenang
P : Nyeri luka post OP
Q : Nyeri seperti teriris
R : Nyeri pada bagian

31
perut
S : Skala nyeri 3
T : hilang timbul

16.00 Melakukangantibalutpostop
2
laparatomi S:Pasienmengatakannyaman
setelah diganti balut

O:Pasiennampaktenang
18.15
Memotivasi keluarga dan pasien
2 dalam perawatan diri S : Keluarga dan pasien
mengatakan faham
O : Keluarga dan pasien tampak
kooperatif

XI. CATATAN KEPERAWATAN


Nama : Ny. Y Umur : 76 th
No. CM : 146XXX Diagnosa Medis : Post Op Laparatomi
Hari, Dx SOAP Ttd
tanggal
Minggu 1. S : Pasien mengatakan nyeri
6 Januari pada perut
2019 O : Pasien tampak meringis
kesakitan
P : Nyeri luka post OP
Q : Nyeri seperti tertusuk - tusuk
R : Nyeri pada bagian perut
S : Skala nyeri 7
T : hilang timbul
A : Masalah belum teratasi

32
P : Lanjutkan intervensi
- Kaji tingkat nyeri meliputi lokasi,
karakteristik, durasi, dan kualitas nyeri
- Monitor tanda tanda vital
- Ajarkan pasien mengontrol nyeri
dengan teknik genggam jari
2 S : Pasien mengatakan sering lupa
melakukan cuci tangan
O : Pasien tampak belum mengerti
anjuran
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- Lakukan ganti balut post op
- Anjurkan pasien untuk mencuci tangan
sebelum dan setelah menyentuh area luka
- Motivasi keluarga dan pasien dalam
perawatan diri
Senin 1 S : Pasien mengatakan masih
7 Januari terasa nyeri pada perut
2019 O : Pasien tampak meringis
menahan nyeri
P : Nyeri luka post OP
Q : Nyeri seperti tertusuk - tusuk
R : Nyeri pada bagian perut
S : Skala nyeri 5
T : hilang timbul
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- Kaji tingkat nyeri meliputi lokasi,
karakteristik, durasi, dan kualitas nyeri
- Monitor tanda tanda vital
- Ajarkan pasien mengontrol nyeri
dengan teknik genggam jari
2 S : Pasien mengatakan
membiasakan untuk mencuci
tangan
O : Pasien tampak mengikuti anjuran

33
perawat
A : Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi
Selasa 1 S : Pasien mengatakan nyeri
8 Januari berkurang
2019 O : Pasien tampak lebih tenang
P : Nyeri luka post OP
Q : Nyeri seperti teriris
R : Nyeri pada bagian perut
S : Skala nyeri 3
T : hilang timbul
A : Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi

34
3.2 Pembahasan
Pasien dengan post operasi laparatomi akan merasakan nyeri pada abdomen yang
telah di operasi. Menurut Mulyono 2008,pemulihan pasien post operasi membutuhkan
waktu rata rata72,45 menit sehingga pasien akan merasakan nyeri yang sangat hebat
rata rata pada dua jam pertama sesudah operasi karena anestesi dan pasien sudah
keluar dari kamar sadar. Maka dari itu bnyak pasien yang telah melakukan
pembedahan akan mengalami nyeri di area pembedahan.
Nyeri yang dirasakan akan timbul setelah pengaruh anestesi berakhir. Pasca operasi
apsien merasakan nyeri habat dan 75% penderita mengalami pengalaman yang kurang
menyenangkan akibat pengelolan nyeri yang tidak adekuat (Sutanto 2004). Dengan
kurangnya pengalaman nyeri yang dialami pasien,perawat dituntut dapat melakukan
tindakan madiri dalam pengelolaan nyeri. Tindakan mandiri yang dilakukan perawat
sangat membantu dalam pengelolaan nyeri yang dialami pasien. Keahlian perawat
dalam berbagai strategi penanganan nyeri adalah hal yang penting ,maka perawat
dituntut dapat mengembangkan pendekatan non farmakologis dalam penanganan
nyeri(Simpson,2008). Dengan adanaya pengelolan nyeri pada pasien diharapkan dapat
mengurangi skala nyeri yang dialami pasien.Metode pereda nyeri non farmakologis
biasanya mempunyai resiko yang sangat rendah.
Teknik relaksasi membuat pasien dapat mengontrol diri ketika terjadi rasa tidak
nyaman atau nyeri (Potter & Perry,2009). Teknik genggam jari yang dilakukan pada
pasien Ny Y efektif dalam menurunkan skala nyeri yang dialaminya. Teknik
genggam jari dilakukan secara berkala apabila dirasa nyeri. Hal tersebut efektif dalam
menurunkan nyeri yang dialaminya.

35
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Obstruksi usus mekanis adalah Suatu penyebab fisik menyumbat usus dan
tidak dapat diatasi oleh peristaltik.Ileus obstruktif ini dapat akut seperti pada hernia
stragulata atau kronis akibat karsinoma yang melingkari.Misalnya intususepsi, tumor
polipoid dan neoplasma stenosis, obstruksi batu empedu, striktura, perlengketan,
hernia dan abses.
Pengelolaan asuhan keperawtan pada pasien yang mengalami post operasi
obstruksi ileus dapat ditegakkan dengan mengetahui kondisi atau keluhan yang di
alami oleh pasien. Apabila pasein mengalami nyeri seperti yang dialami Ny Y dapat
dilakukan terapi manajemen nyeri dan perawatan diri. Dari asuhan keperawatan
yang telah ditegakkan diharapkan pasien dengan post operasi laparatomi dapat
teratasi masalah keperawtan yang dialaminya.

4.2 Saran
Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat memberikan ilmu dan
pengetahuan dalam bidang pendidikan dan praktik keperawatan.Selain itu, dapat
juga dijadikan sebagai acuan dalam melakukan tindakan asuhan keperawatan

36
DAFTAR PUSTAKA

Sabiston DC. Buku ajar bedah bagian 1.Jakarta: EGC; 2010 : 551- 9
Sjamsuhidajat R, Jong DW, editors.Buku ajar ilmu bedah.Jakarta: EGC; 2009. p. 843–908.
Price & Wilson.2011. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi 6,
volume 1,EGC : Jakarta
Indrayani, M Novi. 2013. Diagnosis dan Tata Laksana Ileus Obstruktif. Universitas
Udayana : Denpasar
Pinandita,Iin.2012.Pengaruh Teknik Relaksasi Genggam Jari Terhadap Penurunan
Intensitas Nyeri Pada Pasien Post Operasi Laparatomi.Jurnal Ilmiah Kesehatan
Keperawatan.vol 8.
Smeltzer.2009.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah,Edisi 8,Buku Kedokteran EGC.
Jakarta

37

Anda mungkin juga menyukai