PENDAHULUAN
Masa usia 6-12 tahun adalah periode ketika anak dianggap mulai dapat
bertanggung jawab atas perilakunya sendiri, dalam hubungannya dengan orang tua
mereka, teman sebaya, dan orang orang lain. Periode ini sangat penting dalam
mendorong pembentukan harga diri yang tinggi pada anak sebagai modal untuk
memasuki masa remaja dan tumbuh menjadi remaja yang lebih percaya diri.
1
terjadi secara bertahap dengan peningkatan yang lebih besar pada aspek fisik dan
emosional.
2
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
1. Perkembangan Biologis.
Saat umur 6-12 tahun, pertumbuhan serata 5 cm pertahun untuk tinggi
badan dan meningkat 2-3 kg pertahun untuk berat badan. Selama usia
tersebut anak laki-laki dan perempuan memiliki perbedaan ukuran tubuh.
Anak laki-laki cenderung kurus dan tinggi, anak perempuan cendrung gemuk.
Pada usia ini, pembentukan jaringan lemak lebih cepat perkembangannya
dari pada otot.
2. Perubahan Proporsional
Anak-anak usia sekolah lebih anggun daripada saat mereka usia pra
sekolah, dan mereka dapat berdiri tegak diatas kaki mereka sendiri. Proporsi
3
tubuh mereka tampak lebih ramping dengan kaki yang lebih panjang,
proporsi tubuh bervariasi dan pusat gaya berat mereka lebih rendah, Postur
lebih tinggi daripada anak usia pra sekolah untuk memfasilitasi lokomotor
dan efisiensi dalam menggunakan lengan tubuh. Proporsi ini memudahkan
anak untuk beraktifitas seperti memanjat, mengendari sepeda dan aktifitas
lainnya. Lemak berkurang secara bertahap dan pola distribusi lemak berubah,
menyebabkan penampakan tubuh anak yang lebih ramping selama tahun-
tahun pertengahan.
Perubahan yang paling nyata dan dapat menjadi indikasi terbaik
peningkatan kematangan pada anak-anak adalah penurunan lingkar kepala
dalam hubungan terhadap tinggi tubuh saat berdiri, penurunan lingkar
pinggang dalam hubunganya dengan tinggi badan dan peningkatan panjang
tungkai dalam hubunganya dengan tinggi badan. observasi ini sering
memberikan petunjuk terhadap tingkat kematangan fisik anak yang terbukti
berguna dalam memprediksi kesiapan anak untuk memenuhi tuntutan
sekolah.
Perubahan wajah, karakteristik fisik dan anatomi tertentu adalah khas
pada masa anak-anak pertengahan. Proporsi wajah berubah pada saat wajah
tumbuh lebih cepat terkait dengan pertumbuhan tulang tengkorang yang
tersisa. korak dan otak tumbuh sangat lambat selama peride ini dan setelah
itu, ukurannya bertambah sedikit. Karena semua gigi primer (gigi susu) telah
tanggal selama usia ini, masa kanak- kanak pertengahan kadang kala dikenal
sebagai usia tang galnya gigi dan awal masa kanak-kanak pertengahan
dikenal sebagai tahap anak itik yang buruk, yaitu saat gigi sekunder yang
baru tampak terlalu besar di bandingkan wajah.
3. Kematangan Sistem
Sistem Gastrointestinal direfleksikan dengan masalah lambung yang
lebih sedikit, mempertahankan kadar glukosa darah dengan lebih baik, dan
peningkatan kapasitas lambung yang memungkinkan retensi makanan lebih
4
lama. Kebutuhan kalori anak lebih sedikit di bandingkan usia pra sekolah
pertumbuhan anak tidak banvak mengalami perubahan sehingga kebutuhan
kalori anak usia sekolah adalah 85 kkal per kg BB.
Kapasitas kandung kemih umumnya lebih besar pada anak perempuan
dibandingkan anak laki-laki. Denyut jantung dan frekuensi pernapasan akan
penurun dan tekanan darah meningkat selama usia 6-12 Tahun. Sistem imun
menjadi lebih kompeten untuk melokalisasi infeksi dan menghasilkan respon
antigen dan antibodi. Tulang terus mengalami pengerasan selama masa
kanak-kanak tetapi kurang dapat menahan dan tarikan otot dibandingkan
tulang yang sudah matur.
4. Prapubertas
Pra remaja adalah periode yang di mulai menjelang akhir masa kanak-
kanak pertengahan dan berakhir pada ulang tahun ke 13. Tidak ada usia
universal saat anak mendapatkan karakteristik prapubertas. Tanda fisilogis
pertama muncul kira-kira saat berumur 9 tahun (terutama pada anak
perempuan dan biasanya tampak jelas pada umur 11-12 tahun. Walaupun
anak-anak praremaja tidak ingin dibedakan, keberagaman pertumbuhan fisik
dan perubahan fisiologis diantara anak-anak dengan berjenis kelamin sama
ataupun yang berlainan jenis, keberagaman ini terutama terkait dengan
karakteristik seks sekunder, penampakan karakteristik ini yang terlalu awal
atau terlalu lambat merupakan sumber rasa malu dan kekhawatiran bagi
kedua jenis kelamin,
5. Perkembangan Psikososial
Masa kanak-kanak pertengahan adalah periode perkembangan
psikoseksual yang dideskripsikan oleh Freud sebagai periode laten, yaitu
waktu tenang antara fase odipus pada kanak kanak awal dan erotisme masa
remaja.
5
selama waktu ini, anak-anak membina hubungan dengan sebaya
sesama jenis setelah pengabaian pada tahun tahun sebelumnya dan didahului
ketertarikan pada lawan jenis yang menyertai pubertas.
Pada masa ini terjadi perkembangan rasa industri yaitu dicapai antara
usia 6 tahun dan masa remaja. Anak-anak usia sekolah ingin sekali
mengembangkan keterampilan dan berpartisipasi dalam pekerjaan yang
berarti dan berguna secara sosial. Mereka mendapatkan rasa kompetensi
personal dan interpersonal, menerima instruksi sistematik yang digambarkan
oleh budaya individual mereka, dan mengembangkan keterampilan yang
dibutuhkan untuk menjadi orang yang berguna, yang mereka konstribusi
dalam komunikasi sosial mereka.
6. Perkembangan Kognitif.
Ketika anak memasuki masa sekolah, mereka mulai memperoleh
kemampuan untuk menghubungkan serangkaian kejadian untuk
menggambarkan mental anak yang dapat di ungkapkan secara verbal ataupun
simbolik.
Tahap ini diistilahkan sebagai operasional konkret oleh Piaget, ketika
anak mampu menggunakan proses berpikir untuk mengalami peristiwa dan
tindakan. Pemikiran egosentris yang kaku pada tahun tahun prasekolah
digantikan dengan proses pikiran yang memungkinkan anak melihat sesuatu
dari sudut pandang orang lain.
Selama tahap ini, anak mengembangkan pemahaman mengenai
hubungan antara sesuatu hal dengan ide. Anak mengalami kemajuan dari
membuat penilaian berdasarkan apa yang dia lihat (pemikira perceptual)
sampai penilaian berdasarkan alasan mereka (pemikiran konseptual).
Kemapuan anak meningkat dalam menguasai simbol-simbol dan
menggunakan simpanan memori mengenai pengalaman masa lalu mereka
untuk mengevaluasi dan mengintrepertasikan masa kini.
6
7. Perkembangan Moral
Pada saat pola pikir anak mulai berubah dari egosentrisme ke pola
pikir lebih logis, mereka juga bergerak melalui tahap perkembangan
kesadaran diri dan standar moral. Walaupn anak usia 6 sampai 7 tahun
mengetahui peraturan dan perilaku yang diharapkan dari mereka, mereka
tidak memahami alasannnya. Penguatan dan hukuman mengarahkan
penilaian meraka; suatu "tindakan yang buruk” adalah yang melanggar
peraturan dan membahayakan.
Oleh karena itu anak usia 6-7 tahun kemungkinan mengintrepretasikan
kecelakaan dan ketidakberuntungan sebagai hukuman atau akibat “tindakan
buruk” yang dilakukan anak. Anak usia sekolah yang lebih besar lebih
mampu menilai suatu tindakan berdasarkan niat dibandingkan akibat yang
dihasilkannya.
8. Perkembangan Spiritual
Anak-anak usia dini berpikir dalam batasan konkret tetapi merupakan
pelajar yang baik dan memiliki kemuan besar untuk mempelajari Tuhan.
Mereka tertarik pada konsep surga dan neraka, dan dengan perkembangan
kesadaran diri dan perhatian terhadap peraturan, anak takut akan masuk
neraka karena kesalahan dalam berperilaku. Anak-anak usia sekolah ingin
dan berharap dihukum jika berperilaku yang salah dan jika diberi pilihan,
anak cenderung memilih hukuman yang sesuai dengan kejahatannya. Oleh
karenanya, konsep agama harus dijelaskan kepada anak dalam istilah yang
konkret. Mereka merasa nyaman dengan berdoa atau melakukan ritual agama
dan jika aktivitas ini merupakan bagian dari kegiatan sehari-hari anak, hal ini
dapat membantu anak melakukan koping dalam menghadapi situasi sehari-
hari
9. Perkembangan Sosial
Salah satu agen sosial penting dalam kehidupan anak usia sekolah
adalah kelompok teman sebaya. Selain orangtua dan sekolah, kelompok
7
ternan sebaya memberi sejumlah hal yang penting kepada anggotanya. Anak-
anak memiliki budaya mereka sendiri, disertai rahasia, adat istiadat, dan kode
etik yang meningkatkan rasa solidaritas kelompok dan melepas kan diri dari
orang dewasa. Melalui hubungan dengan teman sebaya, anak belajar
bagaimana menghadapi dominasi dan permusuhan, berhubungan dengan
pemimpin dan pemegang kekuasaan, serta menggali ide-ide dari lingkungan
fisik.
Walaupun kelompok teman sebaya berpengaruh dan penting untuk
perkembangan anak secara normal, orang tua merupakan pengaruh utama
dalam membentuk kepribadian anak, membuat standar perilaku, dan
menetapkan sistem nilai. Nilai yang dianut keluarga biasanya mendominasi
ketika terjadi konflik antara sistem nilai orang tua dan teman sebaya.
Walaupun anak-anak mungkin tampak menolak nilai-nilai orang tua pada
saat mencoba nilai baru dari kelompok teman sebaya, pada akhirnya anak
akan mempertahankan dan memasukan sistem nilai dari orang tua kedalam
sistem nilai mereka sendiri.
10. Perkembangan Konsep Diri
Istilah konsep diri merujuk pada pengetahuan yang didasari mengenai
berbagai persepsi diri, seperti karakteristik fisik, kemampuan, nilai, ideal diri
dan pengharapan serta ide-ide dirinya sendiri dalam hubunganya dengan
orang lain, konsep diri juga termasuk citra tubuh, seksualitas dan harga diri
seseorang. Konsep diri yang positif membuat anak merasa senang, berharga
mampu memberikan konstribusi dengan baik. Perasaan seperti itu
menyebabkan penghargaan, diri, kepercayaan diri, dan parasaan bahagia
secara umum. Perasaan negatif menyebabkan keraguan terhadap diri sendiri.
Anak usia sekolah memiliki presepsi yang cukup akurat dan positif tentang
keadaan fisik mereka sendiri.
8
11. Bermain
Bermain dianggap sangat penting untuk perkembangan fisik dan
fisiologis, karena selama bermain anak mengembangakan berbagai
keterampilan sosial sehingga memungkinkannya untuk menikmati
keanggotaan kelompok dalam masyarakat anak-anak.
Perkembangan seorang anak seperti yang telah banyak terurai di atas, tidak
hanya terbatas pada perkembangan fisik saja tetapi juga pada perkembangan
psikologisnya misalnya perkembangan mental pada anak.
9
Dalam usia ini, ia menilai anak sudah bisa menilai hukuman atau akibat
yang diterimanya berdasarkan tingkat hukuman dari kesalahan yang
dilakukannnya. Sehingga ia sudah bisa mengetahui bahwa berperilaku baik akan
mampu membuatnya jauh atau tak mendapatkan hukuman.
b) Tahapan kedua: usia 10-12 tahun.
Dalam usia ini, menurut Kolhberg, ia sudah bisa berpikir bijaksana. Hal
ini ditandai dengan ia berperilaku sesuai dengan aturan moral agar disukai oleh
orang dewasa, bukan karena takut dihukum. Sehingga berbuat kebaikan bagi anak
usia seperti ini lebih dinilai dari tujuannya. Ia pun menjadi anak yang tahu akan
aturan.
Ada Empat bahaya yang umum terjadi pada anak usia sekolah:
Kesalahan dalam berbicara seperti salah ucap dan kesalahan tata bahasa,
cacat dalam bicara seperti gagap, akan membuat anak sadar diri sehingga
anak hanya bicara bila perlu.
10
b) Bahaya Emosi
Anak akan dianggap tidak matang baik oleh teman sebaya maupun
oleh orang dewasa, bila ia masih menunjukan pola-pola ekspresi emosi yang
kurang menyenangkan, seperti marah yang meledak-ledak sehingga kurang
disenangi oleh orang lain.
c) Bahaya bermain
Anak yang mempunyai konsep diri yang ideal biasanya merasa tidak
puas pada diri sendiri dan puas pada perlakuan orang lain. Bila konsep
sosialnya didasarkan pada berbagai streotif, ia cenderung berprasangka dan
bersikap diskriminatif dalam memperlakukan orang lain. Karena konsepnya
berbobot emosi maka itu cenderung menetap dan terus memberikan pengaruh
buruk pada penyesuaian sosial anak.
e) Bahaya moral
11
Disiplin yang tidak konsisten membuat anak tidak yakin akan apa yang
sebaiknya dilakukan.
Tidak berminat dalam hal-hal yang dianggap penting oleh teman sebaya.
12
merupakan lanjutan dari awal masa kanak-kanak. Egosentrisme merupakan
yang serius karena memberikan rasa penting dari yang palsu.
13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Semoga dengan adanya makalah ini dapat bermanfaat terutama bagi pembaca
lainnya. Serta menambah wawasan, khususnya mengenai pertumbuhan dan
perkembangan pada anak usia 6-12 tahun dalam praktik keperawatan. Saran sangat
kami butuhkan untuk memperbaiki makalah kami berikutnya.
14
DAFTAR PUSTAKA
Andriana, Dian. 2017. Tumbuh Kembang dan Terapi Bermain pada Anak Edisi 2.
15