Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH PASIEN SAFETY

PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI DI FASILITAS


PELAYANAN KESEHATAN

Disusun oleh :

KELOMPOK 3

RENNA MELINDA (P17320317037)

KHAIRUNNISA FAJRIN (P17320317011)

INSAN MARDOTILLAH (P17320317033)

VINA ALFIANI (P17320317043)

DEVI ERNANTI (P17320317046)

MIRANTI (P17320317048)

Tingkat II A

POLTEKKES KEMENKES BANDUNG

PRODI KEPERAWATAN BOGOR

2018/2019
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr. wb.


Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rezeki dan karunia sehingga kami mampu menyelesaikan makalah yang berjudul
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Fasilitas pelayanan kesehatan.Salawat
serta salam kami sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga,
kerabat, dan pengikutnya hingga akhir zaman.

Proses penulisan makalah ini tidak luput dari berbagai hambatan, namun
dapat dilalui berkat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, kami
mengucapkan terimakasih kepada berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu
per satu. Semoga semua bantuan, bimbingan, ilmu, dan doa yang telah diberikan
mendapat balasan dari Allah SWT. Kami berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat. Kami juga berharap adanya saran dan kritik membangun terhadap
penulisan makalah ini.

Wassalamualaikum wr. wb.

Bogor, Oktober 2018

Tim Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
1.2 Perumusan Masalah
1.3 Tujuan Makalah

BAB II TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian Infeksi

2.2 Sumber Infeksi

2.3 Prinsip Infeksi dan Cara Penularannya

2.4 Pencegahan dan Pengendalian Infeksi

2.5 Pengertian Alat Pelindung Diri

2.6 Tujuan, Manfaat,Jenis dan Kegunaan dari Alat Pelindung Diri

2.7 Kekurangan dan Kelebihan Alat Pelindung Diri

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Infeksi terkait pelayanan kesehatan atau Healthcare Associated
Infections/ HAIs merupakan masalah serius bagi rumah sakit atau klinik
karena dapat menghambat proses penyembuhan dan pemulihan pasien,
memperpanjang hari rawat yang berakibat sangat membebani rumah sakit/
klinik maupun pasien. Rumah saikit atau klinik sebagai pemberi jasa
pelayanan kesehatan tidak saja memberikan pelayanan kuratif dan
rehabilitative tetapi juga memberikan pelayanan preventif dan promotive.
Oleh karena itu harus selalu ada upaya pencegahan atau upaya
meminimalkan timbulnya kejadian infeki dirumah sakit atau klinik. Guna
keberhasilan pelaksanaan pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI) rumah
sakit atau klinik, maka diperlukan ilmu pengetahuan dan terampil untuk
memahami konsep dasar PPI.
1.2 PERUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan Infeksi?
2. Bagaimana Infeksi bisa terjadi?
3. Bagaimana Prinsip Infeksi dan Cara Penularannya?
4. Bagaimana Pencegahan dan Pengendalian Infeksi?
5. Apa yang dimaksud Alat Pelindung Diri?
6. Apa saja Tujuan, Manfaat,Jenis dan Kegunaan dari Alat Pelindung
Diri?
7. Apa saja Kekurangan dan Kelebihan dari Alat Pelindung Diri?
1.3 TUJUAN MASALAH
1. Mengetahui pengertian dari Infeksi.
2. Mengetahui penyebab dari Infeksi.
3. Mengetahui Prinsip Infeksi dan Cara Penularannya.
4. Mengetahui Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
5. Mengetahui Pengertian dari Alat Pelindung Diri.
6. Mengetahui Tujuan, Manfaat,Jenis dan Kegunaan dari Alat Pelindung
Diri.
7. Mengetahui Kekurangan dan Kelebihan dari Alat Pelindung Diri
BAB II

TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian Infeksi

Infeksi merupakan proses invasi multipikasi berbagai mikroorganisme ke


dalam tubuh (seperti bakteri, virus, jamur, dan parasit), yang saat dalam keadaan
normal mikroorganisme tersebut tidak terdapat di dalam tubuh. Secara Definisi,
Infeksi adalah kolonalisasi yang dilakukan oleh spesies asing (luar) terhadap
organisme inang (tubuh), dan bersifat pilang yaitu membahayakan inang.

Organisme penginfeksi, atau patogen, menggunakan sumberdaya (sarana)


yang dimiliki inang untuk dapat memperbanyak diri dan itu merugikan inang.
Patogen mengganggu fungsi normal inang berakibat pada luka kronik, gangrene,
kehilangan organ tubuh, bahkan kematian. Respons inang terhadap infeksi disebut
peradangan. Secara umum, patogen umumnya dikategorikan sebagai organisme
mikroskopik, walaupun sebenarnya definisinya lebih luas, mencakup bakteri,
parasit, fungi, virus, prion, dan viroid. Simbiosis antara parasit dan inang, di mana
salah satu pihak diuntungkan dan pihak lainnya dirugikan, digolongkan sebagai
parasitisme. Cabang kedokteran yang menitikberatkan infeksi dan patogen adalah
cabang penyakit infeksi.

Secara umum infeksi ini terbagi menjadi dua golongan besar, yaitu :

 Infeksi yang terjadi karena terpapar oleh antigen dari luar tubuh
 Infeksi yang terjadi karena difusi cairan tubuh atau jaringan, seperti virus
HIV, karena virus tersebut tidak dapat hidup di luar tubuh.

2.2 Penyebab Infeksi


Penyebab infeksi bermacam-macam, mulai dari bakteri, virus,
jamur, hingga parasit. Berikut adalah penjelasan macam-macam infeksi yang
disebabkan oleh berbagai mikroorganisme.
2.2.1 Bakteri
Bakteri merupakan organisme yang memilki satu sel. Salah satu
cara bakteri untuk menginfeksi tubuh adalah dengan mengeluarkan
toksin (racun) yand dapat merusak jaringan tubuh. Bakteri dapat
menyebabkan infeksi tenggorokan, infeksi saluran pencernaan, infeksi
pernapasan (seperti TBC), infeksi saluran kemih, hingga infeksi
genital. Terdapat empat kelompok bakteri yang dapat diklasifikasikan
berdasarkan bentuknya: Bacilli, cocci, spirochaetes, dan vibrio.
 Bacilli berbentuk batang dengan panjang sekitar 0,03 mm.
Penyakit yang biasanya disebabkan oleh bakteri berbentuk
bacilli antara lain tifoid dan sistitis.
 Cocci berbentuk bulatan dengan diameter sekitar 0,001
mm. Bakteri berbentuk cocci biasanya membentuk
kelompok-kelompok seperti berpasangan, membentuk garis
panjang, atau berkumpul seperti anggur. Penyakit yang
biasanya disebabkan oleh bakteri cocci antara lain infeksi
stafilokokus dan gonorrhea.
 Spirochaetes berbentuk seperti spiral. Bakteri ini
menyebabkan penyakit sifilis.
 Vibrio berbentuk seperti koma. Bakteri ini menyebabkan
penyakit kolera.
2.2.2 Virus
Virus berukuran lebih kecil dari bakteri dan
membutuhkan host, seperti orang, tanaman, atau hewan, untuk
bermultiplikasi. Saat virus masuk ke dalam tubuh, biasanya ia
menginvasi sel tubuh yang normal dan mengambil alih sel untuk
memproduksi virus lainnya.Virus dapat menyebabkan penyakit yang
paling ringan seperti common cold hingga sangat berat seperti AIDS.
Seperti bakteri, terdapat berbagai bentuk virus yang dapat
menyebabkan berbagai penyakit. Bentuk-bentuk virus tersebut antara
lain:
 Icosahedral: Lapisan luarnya terdiri atas 20 sisi datar
yang memberikan bentuk seperti bola. Icosahedral
merupakan bentuk yang dimiliki oleh kebanyakan
virus.
 Helical: Lapisan luarnya membentuk seperti batang,
 Enveloped: Lapisan luarnya terbungkus oleh membran
yang longgar, yang dapat berubah-ubah bentuk namun
biasanya sering terlihat seperti bola.
 Kompleks: Tidak memiliki lapisan luar, tapi intinya
terlapisi.
2.2.3 Jamur
Jamur merupakan organisme primitif yang dapat hidup di
udara, tanah, tanaman, atau di dalam air. Beberapa jamur juga
hidup di dalam tubuh manusia. Infeksi jamur biasanya tidak
bahaya, namun beberapa dapat mengancam kehidupan. Jamur
merupakan penyebab banyak penyakit kulit. Penyakit lain yang
disebabkan oleh jamur antara lain infeksi di paru-paru dan sistem
saraf. Jamur dapat menyebar jika seseorang menghirup spora atau
menempel langsung di kulit. Seseorang juga akan lebih mudah
terkena jamur jika sistem imunnya sedang lemah atau sedang
meminum antibiotik.
2.2.4 Parasit
Parasit merupakan mikroorganisme yang membutuhkan
organisme atau host lainnya untuk bertahan. Beberapa parasit tidak
mempengaruhi host yang ia tinggali, sedangkan beberapa lainnya
mengalami pertumbuhan, reproduksi, dan bahkan mengelurkan
toksin (racun) yang menybabkan host mengalami infeksi parasit.
Infeksi parasit disebabkan oleh 3 jenis organisme:
protozoa, helminth (cacing), dan ektoparasit.
 Protozoa merupakan organisme yang hanya
mempunyai satu sel yang dapat hidup dan
bermultiplikasi di dalam tubuh manusia. Infeksi
yang disebabkan oleh protozoa antara lain
giardiasis, yaitu infeksi pencernaan yang dapat
terjadi akibat meminum air yang terinfeksi oleh
protozoa.
 Helminth marupakan organisme yang memiliki
banyak sel (multi sel) yang biasanya dikenal dengan
nama cacing. Terdapat berbagai jenis cacing yang
dapat menginfeksi manusia,
sepertiflatworm, tapeworm, ringworm, dan roundwo
rm.
 Ektoparasit merupakan organisme yang juga
memilikibanuak sel yang biasanya hidup atau
makan dari kulit manusia, seperti nyamuk, lalat,
kutu, atau tungau.

2.3 Cara Penularan Infeksi


Bibit penyakit (mikroba pathogen) dapat menular (berpindah) dari
penderita, hewan sakitatau reservoir bibit penyakit lainnya, ke manusia sehat
dengan beberapa cara.
1. Melalui Kontak Jasmaniah (PersonalContact)
a. Kontak Langsung (Direct Contact)
Bibit penyakit menular karena kontak badan dengan badan
antara penderita dan orang yangditulari.Misalnya penularan
penyakit kelamin seperti Sypilis, Gonorhoe, dan penyakit kulit
scabies(kudis).
b. Kontak Tidak Langsung
Bibit penyakit menular dengan perantaraan benda-benda
yang terkontaminasi karena telah berhubungan dengan penderita
ataupun bahan-bahan yang berasal dari penderita yangmengandung
bibit penyakit seperti feces, urina, darah, muntahan, dan
sebagainya.
2. Melalui makanan dan minuman (Food Borne Infections)
Bibit penyakit menular dengan perantaraan makanan dan minuman
yang telahterkontaminasi. Makanan dan minuman dapat
terkontaminasi, dalam perjalanan sebelum siapdikonsumsi antara lain:
a. Dari sumbernya:misalnya susu berasal dari sapi yang menderita
b. Waktu pengangkutan: misalnya diangkut dengan alat angkut
yang tidak seharusnya.
c. Tempat penyimpanan: misalnya makanan terkontaminasi
oleh kotoran tikus atau kotorankecoa karena makanannya tidak
tertutup baik.
d. Pengolahan:
misalkan makanan diolah oleh petugas yang sedang sakit
e. Penyajian:
misalnya makanan dihinggapi lalat (Musca domestica).Penyaki
t– penyakit yang menular dengan cara ini antara lain: Cholera,
thypus abdomalis,Dysentri.
3. Melalui Serangga (Artrhopod Borne Infection)
Bibit penyakit yang menular melalui serangga (arthropoda).
Dalam hal ini serangga pundapat merupakan host (tuan rumah) dari
bibit penyakit ataupun sebagai (transmiter) saja.Misalnya:
a. Malaria
Disebabkan oleh Plasmodium sp, (protozoa) ditular
kan oleh nyamuk Anophelessp.
b. Demam berdarah (Dengue haemorrhagic fever)
Disebabkan oleh virus Dengue,ditularkan oleh
nyamuk Aedes aegypti.
4. Melalui udara (Air Bone Infection)
Penyakit yang menular melalui udara, terutama penyakit
saluran pernapasan seperti:
a. Melalui debu di udara yang mengandung bibit penyakit.
Misalnya penularan penyakitTuberculosa paru-paru
yang disebabkan bakteri Mycobacterium tuberculosis.
b. Melalui tetes ludah halus (Droplet infections)
Bibit penyakit yang menular dengan perantaraan
percikan ludah pada penderita batuk atau bercakap-cakap.
Misalnya:penyakit diphteri disebabkan oleh bakteri
Corynebacteriumdiphteriae.

2.4 Pencegahan dan Pengendalian Infeksi

Kemenkes RI (2011), menuliskan bahwa ada sepuluh hal yang perlu


dilakukan dalam pelaksanaan PPI, yaitu:

a. Kebersihan tangan

Praktek membersihkan tangan adalah upaya mencegah infeksi


yang disebarkan melalui tangan dengan menghilangkan semua kotoran
dan debris serta
menghambat dan membunuh mikroorganisme pada kulit.
Menjaga kebersihan
tangan ini dilakukan segera setelah sampai di tempat kerja, sebelum
kontak
dengan klien atau melakukan tindakan untuk klien, selama melakuka
n
tindakan (jika secara tidak sengaja terkontaminasi) dan setelah kontak
atau melakukan tindakan untuk klien.
Secara garis besar, kebersihan tangan
dilakukan pada air mengalir, menggunakan sabun dan/atau
larutan antiseptik, dan diakhiri dengan mengeringkan tangan dengan kain
yang bersih dan kering (Kemenkes RI, 2011).

b. Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)

Alat Pelindungan Diri (APD) telah lama digunakan untuk


melindungi klien dari mikroorganisme yang ada pada petugas kesehatan.
Namun, dengan munculnya Acquired Immunodeficiency Syndrome
(AIDS) dan Hepatitis C, serta meningkatnya kembali kasus Tuberculosis
(TBC), penggunaan APD juga menjadi sangat penting dalam melindungi
petugas. Alat pelindung diri mencakup sarung tangan, masker, alat
pelindung mata, topi, gaun, apron, pelindung kaki, dan alat pelindung
lainnya (Kemenkes RI, 2011).

c. Penatalaksanaan peralatan klien dan linen

Konsep ini meliputi cara memproses instrumen yang kotor, sarung


tangan, linen, dan alat yang akan dipakai kembali dengan menggunakan
larutan klorin 0,5%, mengamankan alat-alat kotor yang akan tersentuh
serta memilih proses penanganan yang akan digunakan secara tepat.
Penatalaksanaan ini dapat dilakukan dengan precleaning, pencucian dan
pembersihan, Desinfeksi Tingkat Tinggi (DTT), serta sterilisasi
(Kemenkes RI, 2011).

d. Pengelolaan limbah

Pengelolaan limbah merupakan salah satu upaya kegiatan PPI


berupa pengelolaan limbah rumah sakit atau fasilitas kesehatan lainnya,
baik limbah yang terkontaminasi maupun yang tidak terkontaminasi
(Kemenkes RI, 2011).

e. Pengendalian lingkungan rumah sakit

Tujuan pengendalian lingkungan rumah sakit atau fasilitas


kesehatan lainnya adalah untuk menciptakan lingkungan yang bersih,
aman, dan nyaman. Pengendalian lingkungan secara baik dapat
meminimalkan atau mencegah transmisi mikroorganisme dari lingkungan
kepada klien, petugas, pengunjung dan masyarakat di sekitar rumah sakit
atau fasilitas kesehatan (Kemenkes RI, 2011).

f. Kesehatan karyawan/perlindungan pada petugas kesehatan

Petugas kesehatan beresiko terinfeksi bila terpapar kuman saat


bekerja. Upaya rumah sakit atau fasilitas kesehatan untuk mencegah
transmisi ini adalah membuat program pencegahan dan pengendalian
infeksi pada petugasnya, misalnya dengan pemberian imunisasi
(Kemenkes RI, 2011).

g. Penempatan/isolasi klien

Penerapan program ini diberikan pada klien yang telah atau sedang
dicurigai menderita penyakit menular. Klien akan ditempatkan dalam
suatu ruangan tersendiri untuk meminimalkan proses penularan pada orang
lain (Kemenkes RI, 2011).
h. Hygiene respirasi/etika batuk

Semua klien, pengunjung, dan petugas kesehatan perlu


memperhatikan kebersihan pernapasan dengan cara selalu menggunakan
masker jika berada di fasilitas pelayanan kesehatan. Saat batuk, sebaiknya
menutup mulut dan hidung menggunakan tangan atau tissue (Kemenkes
RI, 2011).

i. Praktik menyuntik yang aman

Jarum yang digunakan untuk menyuntik sebaiknya jarum yang


steril dan sekali pakai pada setiap kali suntikan (Kemenkes RI, 2011).

j. Praktik lumbal pungsi

Saat melakukan prosedur lumbal pungsi sebaiknya menggunakan


masker untuk mencegah transmisi droplet flora orofaring (Kemenkes RI,
2011).

2.5 Pengertian Alat Pelindung Diri

Alat Pelindung Diri adalah alat-alat yang mampu memberikan


perlindungan terhadap bahaya-bahaya kecelakaan (Suma’mur, 1991). Atau bisa
juga disebut alat kelengkapan yang wajib digunakan saat bekerja sesuai bahaya
dan risiko kerja untuk menjaga keselamatan pekerja itu sendiri dan orang di
sekelilingnya. APD dipakai sebagai upaya terakhir dalam usaha melindungi
tenaga kerja apabila usaha rekayasa (engineering) dan administratif tidak dapat
dilakukan dengan baik. Namun pemakaian APD bukanlah pengganti dari usaha
tersebut, namun sebagai usaha akhir.

Alat Pelindung Diri harus mampu melindungi pemakainya dari bahaya-


bahaya kecelakaan yang mungkin ditimbulkan, oleh karena itu, APD dipilih
secara hati-hati agar dapat memenuhi beberapa ketentuan yang diperlukan.
Menurut ketentuan Balai Hiperkes, syarat-syarat Alat Pelindung Diri adalah :

 APD harus dapat memberikan perlindungan yang kuat terhadap


bahaya yang spesifik atau bahaya yang dihadapi oleh tenaga kerja.
 Berat alat hendaknya seringan mungkin dan alat tersebut tidak
menyebabkan rasa ketidaknyamanan yang berlebihan.
 Alat harus dapat dipakai secara fleksibel.
 Bentuknya harus cukup menarik.
 Alat pelindung tahan untuk pemakaian yang lama.
 Alat tidak menimbulkan bahaya-bahaya tambahan bagi
pemakainya yang dikarenakan bentuk dan bahayanya yang tidak
tepat atau karena salah dalam menggunakannya.
 Alat pelindung harus memenuhi standar yang telah ada.
 Alat tersebut tidak membatasi gerakan dan persepsi sensoris
pemakainya.
 Suku cadangnya harus mudah didapat guna mempermudah
pemeliharaannya.

2.6 Tujuan, Manfaat,Jenis dan Kegunaan dari Alat Pelindung Diri

1. Tujuan
 Melindungi tenaga kerja apabila usaha rekayasa (engineering)
dan administratif tidak dapat dilakukan dengan baik.
 Meningkatkan efektivitas dan produktivitas kerja.
 Menciptakan lingkungan kerja yang aman.
2. Manfaat
 Untuk melindungi seluruh/sebagian tubuhnya terhadap
kemungkinan adanya potensi bahaya/kecelakaan kerja.
 Mengurangi resiko akibat kecelakaan.
3. Jenis

Alat Pelindung Diri di bagi menjadi 3 kelompok yaitu:

APD bagian kepala meliputi :

 Alat Pelindung Kepala : Alat ini adalah kombiansi


dari alat pelindung mata,pernapasan dan mata
contohnya Topi Pelindung/Pengaman (Safety
Helmet), Tutup Kepala, Hats/cap, Topi pengaman.
 Alat Pelindung Kepala Bagian Atas : Topi
Pelindung/Pengaman (Safety Helmet),
 Alat Pelindung Muka : Safety Glasses, Face
Shields, Goggles.
 Alat Pelindung Pengliahatan : Kaca Mata
 Alat Pelindung Telinga : Tutup Telinga (Ear muff ),
Sumbat Telinga (Ear plugs).
 Alat Pelindung Pernafasan : Masker, Respirator.
 APD bagian badan meliputi :
 Alat Pelindung Seluruh Badan : jas
laboratorium
 Alat Pelindung Badan Bagian Muka : Apron
 Alat Pelindung Bagian Dada : Rompi
Pelindung
 APD bagian anggota badan meliputi :
 Alat Pelindung Tangan : Sarung Tangan
(Safety Gloves).
 Alat Pelindung Kaki : sepatu bot.
4. Kegunaan
a. Alat Pelindung Kepala

Alat Pelindung Kepala Topi Pelindung/Pengaman (Safety


Helmet) : Melindungi kepala dari benda keras, pukulan dan
benturan, terjatuh dan terkena arus listrik.

Tutup Kepala : Melindungi kepala dari kebakaran, korosif, uap-


uap, panas/dingin.

Hats/cap : Melindungi kepala dari kotoran debu atau tangkapan


mesin-mesin berputar.

Topi pengaman : untuk penggunaan yang bersifat umum dan


pengaman dari tegangan listrik yang terbatas. Tahan terhadap
tegangan listrik. Biasanya digunakan oleh pemadam kebakaran.

b. Alat Pelindung Muka Dan Mata

Melindungi muka dan mata dari:

Lemparan benda-benda kecil.

Lemparan benda-benda panas

Pengaruh cahaya

c. Alat Pelindung Telinga

Sumbat Telinga (Ear plugs ) yang baik adalah menahan


frekuensi Daya atenuasi (daya lindung) : 25-30 dB, sedangkan
frekuensi untuk bicara biasanya (komunikasi) tak terganggu.

Tutup Telinga (Ear muff ) frekuensi 2800–4000 Hz sampai 42 dB


(35–45 dB) Untuk frekuensi biasa 25-30 dB. Untuk keadaan
khusus dapat dikombinasikan antara tutup telinga dan sumbat
telinga sehingga dapat atenuasi yang lebih tinggi; tapi tak lebih dari
50 dB,karena hantaran suara melalui tulang masih ada.

d. Alat Pelindung Pernafasan

Memberikan perlindungan terhadap sumber-sumber bahaya


seperti:

Kekurangan oksigen

Pencemaran oleh partikel (debu, kabut, asap dan uap logam)

Pencemaran oleh gas atau uap

e. Alat Pelindung Tangan

Sarung Tangan (Gloves) Jenis pekerjaan yang membutuhkan


sarung tangan :

Pengelasan/ pemotongan (bahan kulit)

Bekerja dengan bahan kimia (bahan karet)

Beberapa pekerjaan mekanikal di workshop dimana ada potensi


cedera bila tidak menggunakan sarung tangan (seperti benda yang
masih panas, benda yang sisinya tajam dlsb.

f. Alat Pelindung Kaki

Untuk mencegah tusukan

Untuk mencegah tergelincir

Tahan terhadap bahaya listrik

g. Alat Pelindung Badan

Pakaian Pelindung: digunakan untuk melindungi tubuh dari


benda berbahaya, misal api, asap, bakteri, zat-zat kimia, dsb.

h. Safety Belt

Berguna untuk melindungi tubuh dari kemungkinan terjatuh,


biasanya digunakan pada pekerjaan konstruksi dan memanjat serta
tempat tertutup atau boiler.
i. Alat pelindung diri untuk tugas khusus

Apron untuk bekerja dengan bahan kimia ataupun pekerjaan


pengelasan.

Full body harness untuk bekerja di ketinggian melebihi 1,24 meter.

Tutup telinga (ear plugs) untuk bekerja di tempat dengan


kebisingan melebihi 85 dB.

Sepatu boot karet (rubber boot) untuk semua pekerjaan di kebun


yang dimulai dari survey lahan, pembibitan, penanaman hingga
panen.

2.7 Kekurangan dan Kelebihan Alat Pelindung Diri

1. Kekurangan

 Kemampuan perlindungan yang tak sempurna karena memakai Alat


pelindung diri yang kurang tepat
 Fungsi dari Alat Pelindung Diri ini hanya untuk menguragi akibat dari
kondisi yang berpotensi menimbulkan bahaya.
 Tidak menjamin pemakainya bebas kecelakaan
 Cara pemakaian Alat Pelindung Diri yang salah,
 Alat Pelindung Diri tak memenuhi persyaratan standar)
 Alat Pelindung Diri yang sangat sensitive terhadap perubahan tertentu.
 Alat Pelindung Diri yang mempunyai masa kerja tertentu seperti kanister,
filter dan penyerap (cartridge).
 Alat Pelindung Diri dapat menularkan penyakit,bila dipakai berganti-ganti.

2. Kelebihan

 Mengurangi resiko akibat kecelakan


 Melindungi seluruh/sebagian tubuhnya pada kecelakaan
 Sebagai usaha terakhir apabila sistem pengendalian teknik dan
administrasi tidak berfungsi dengan baik.
 Memberikan perlindungan bagi tenaga kerja di tempat kerja.
BAB III

PENUTUP
3.1 KESIMPULAN

Infeksi merupakan proses invasi multipikasi berbagai


mikroorganisme ke dalam tubuh (seperti bakteri, virus, jamur, dan parasit), yang
saat dalam keadaan normal mikroorganisme tersebut tidak terdapat di dalam
tubuh. Penyebab infeksi bermacam-macam, mulai dari bakteri, virus,
jamur, hingga parasit. Bibit penyakit (mikroba pathogen) dapat menular
(berpindah) dari penderita, hewan sakitatau reservoir bibit penyakit lainnya, ke
manusia sehat dengan beberapa cara yaitu
Melalui Kontak Jasmaniah (PersonalContact),melalui makanan dan minuman (Fo
od Borne Infections),melalui Serangga (Artrhopod Borne Infection), dan juga
Melalui udara (Air Bone Infection)

Kemenkes RI (2011), menuliskan bahwa ada sepuluh hal yang perlu


dilakukan dalam pelaksanaan PPI, yaitu: Kebersihan tangan, Penggunaan Alat
Pelindung Diri (APD), Penatalaksanaan peralatan klien dan linen, Pengelolaan
limbah, Pengendalian lingkungan rumah sakit, karyawan/perlindungan pada
petugas kesehatan, Penempatan/isolasi klien, Hygiene respirasi/etika batuk,
Praktik menyuntik yang aman, dan Praktik lumbal pungsi.

Alat Pelindung Diri adalah alat-alat yang mampu memberikan


perlindungan terhadap bahaya-bahaya kecelakaan (Suma’mur, 1991). Atau bisa
juga disebut alat kelengkapan yang wajib digunakan saat bekerja sesuai bahaya
dan risiko kerja untuk menjaga keselamatan pekerja itu sendiri dan orang di
sekelilingnya.

3.2 SARAN

Anda mungkin juga menyukai