Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Interaksi atau lebih dikenal dengan istilah drug interaction, merupakan interaksi
yang terjadi antar obat yang dikonsumsi secara bersamaan. Interaksi obart dapat
mengahasilkan efek baik terhadap pasien, namun tidak jarang menghasilkan efek
buruk, sehingga hal ini merupakan salah satu penyebab terbanyak terjadinya
kesalahan pengobatan. Jika terjadi kegagalan pengobatan pada pasien, hal ini sangat
jarang dikaitkan dengan interaksi obat. Padahal kemungkinan terjadinya interaksi
obat ini cukup besar, terutama pada passion yang mengonsumsi lebih dari 5 macam
obat pada saat yang bersamaan. Pada saat ini lebih dari 25 jenis obat baru beredar di
pasaran setiap tahunnya.
Oleh karena itu, setiap pengobatan modern seperti rumah sakit, puskesmas,
praktek dokter pribadi, dan apotek. Sebaiknya atau bahkan seharusnya memiliki akses
paling tidak ke salah satu pusat data interaksi obat. Hal ini bertujuan untuk
menghindari terjadinya interaksi antar obat yang diberikan kepada pasien dan
rasionalisasi obat dapat tercapai.
Penyakit yang sedang diobati maupun penyakit kronis dapat mempengaruhi
interaksi obat. Praktik medis dahulu kadang membedakan penyakit, yang memiliki
sebab khusus atau beberapa penyebab (dikenali sebagai etiologinya), berbeda dari
sindrom, yang merupakan himpunan tanda dan / atau gejala yang terjadi serentak.
Perbedaan definisi ini ditemukan kurang tepat karena kebanyakan sindrom telah
berhasil diidentifikasi. Pada waktu yang sama, banyak istilah medis yang
menggambarkan gejala atau ketidaknormalan, mungkin dirujuk sebagai penyakit
dalam banyak konteks, terutama jika penyebab penyakit tidak dapat diidentifikasi.

Salah satu penyakit yang memiliki sebab khusus dan penanganannya harus secara
khusus yaitu kanker, tuberculosis, dan diabetes militus.
Kanker adalah suatu penyakit sel dengan ciri gangguan atau kegagalan
mekanisme pengatur multiplikasi dan fungsi homeostatis lainnya pad arganisme
seluler. Pertumbuhan yang tidak terkendali tersebut disebabkan kerusakan DNA,
menyebabkan mutasi di gen vital yang mengontrol pembelahan sel. Beberapa buah
mutasi mungkin dibutuhkan untuk mengubah sel normal menjadi sel kanker. Mutasi-
mutasi tersebut sering diakibatkan agen kimia maupun fisik yang disebut karsinogen.
Mutasi dapat terjadi secara spontan (diperoleh) ataupun diwariskan (mutasi germline)
Dinegara yang telah maju berhasil membasmi penyakit infeksi , kanker merupakan
penyebab kematian kedua setelah penyakit kardiovaskular. Kesembuhan hampir
seluruhnya terjadi pada pasien yang penyakitnya belum menyebar pada saat
pembedahan.
Tuberkulosis atau lebih sering disebut dengan TBC adalah suatu penyakit
infeksi kronis menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Tuberculosis.
Bakteri ini merupakan bakteri basil yang sangat kuat sehingga memerlukan waktu
lama untuk mengobati infeksinya. Bakteri Tuberkulosis dapat menginfeksi hampir
seluruh organ tubuh seperti paru-paru, otak, ginjal, saluran pencernaan, tulang,
kelenjar getah bening dan lain-lain. Meskipun demikian organ tubuh yang paling
sering terkena adalah paru-paru. Di seluruh dunia kejadian Tuberkulosis meningkat
secara drastis dalam beberapa tahun ini. Berdasarkan data laporan organisasi dunia
WHO, setiap tahun, sekitar 8 juta orang di seluruh dunia mengalami Tuberkulosis dan
hampir 2 juta diantaranya meninggal dunia. Dan menurut laporan Organisasi
Kesehatan Dunia WHO tahun 1998, penyakit ini merupakan salah satu penyakit
rakyat penting, yang tiap tahun mengambil banyak korban. Jumlah penderita di
Indonesia sebanyak 583.000 orang, menduduki peringkat ketiga terbesar setelah Cina
dan India.
Diabetes adalah salah satu diantara penyakit tidak menular yang akan
meningkat jumlahnya di masa mendatang. Diabetes sudah merupakan salah satu
ancaman utama bagi kesehatan umat manusia abad 21. Perserikatan Bangsa-Bangsa
(WHO) membuat perkiraan bahwa pada tahun 2000 jumlah pengidap Diabetes diatas
umur 20 tahun berjumlah 150 juta orang dan dalam kurun waktu 25 tahun kemudian.
Pada tahun 2025, jumlah itu akan membengkak menjadi 300 juta orang.
Mengingat hal tersebut di atas maka penulis membahas ketiga penyakit khusus
tersebut beserta pengatasan interaksinya.

1.2 Perumusan Masalah


1. Apakah pengertian kanker, tuberculosis, diabetes militus ?
2. Bagaimana mekanisme kerja dari obat-obatan kanker, tuberculosis, diabetes
militus ?
3. Bagaimanakah interaksi obat yang terjadi pada penyakit-penyakit khusus
tersebut ?

1.3 Tujuan
1. Dapat mengetahui definisi dari penyakit kanker, tuberculosis, dan diabetes
militus.
2. Dapat mengetahui mekanisme kerja dari obat-obatan kanker, tuberculosis,
diabetes militus.
3. Dapat mengetahui interaksi obat yang terjadi pada penyakit-penyakit khusus.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum Interaksi Obat

Interaksi obat adalah peristiwa di mana aksi suatu obat diubah atau
dipengaruhi oleh obat lain yang diberikan bersamaan. Kemungkinan terjadinya
peristiwa interksi harus selalu dipertimbangkan dalam klinik, manakala dua obat atau
lebih diberikan secara bersamaan atau hampir bersamaan.

Interaksi obat didefinisikan sebagai committee for proprietary medicine


product(CPMP) sebagain suatu keadaan bilamana suatu obat dipengaruhi oleh
penambahan obat lain dan menimbulkan pengaruh klinis. Biasanya, pengaruh ini
terlihat sebagai suatu efek amping, tetapi terkadang pula terjadi juga perubahan yang
menguntungkan. Beberapa interaksi justru diambil manfaatnya dalam praktek
pengobatan, misalnya saja peristiwa interaksi antara probenesid dengan penisilin, di
mana probenesid akan menghambat sekresi penisilin di tubuhi ginjal, sehingga akan
memperlambat ekskresi penisilin dan mempertahankan penisilin lebih lama dalam
tubuh.

Interaksi dapat membawa dampak yang merugikan kalau terjadinya interaksi


tersebut sampai tidak dikenali sehingga tidak dapat dilakukan upaya-upaya
optimalisasi. Secara ringkas dampak negatif dari interaksi ini kemungkinan akan
timbul sebagai terjadinya efek samping, tidak tercapainya efek terapetik yang
diinginkan. Faktor- faktor yang mempengaruhi interaksi obat yaitu faktor usia, faktor
polifarmasi, faktor penyakit, faktor genetik.
Interaksi obat melibatkan 2 jenis obat, yaitu :

1. Obat obyek, yakni obat yang aksinya atau efeknya dipengaruhi atau diubah oleh
obat lain. Umumnya adalah obat-obat yang memenuhi ciri:
a. Obat-obat di mana perubahan sedikit saja terhadap dosis (kadar obat) sudah
akan menyebabkan perubahan besar pada efek klinik yang timbul. Secara
farmakologi obat-obat seperti ini sering dikatakan sebagai obat-obat dengan kurva
dosis respons yang tajam (curam; steep dose response curve). Perubahan,
misalnya dalam hal ini pengurangan kadar sedikit saja sudah dapat mengurangi
manfaat klinik (clinical efficacy) dari obat.
b. Obat-obat dengan rasaio toksis terapik yang rendah (low toxic:therapeutic
ratio), artinya antara dosis toksik dandosis terapetik tersebut perbandinganya (atau
perbedaanya) tidak besar. Kenaikan sedikit saja dosis (kadar) obat suda
menyebabkan terjadinya efek toksis. Kedua ciri obat obyek di atas, yakni apakah
obat yang manfaat kliniknya mudah dikurangi atau efek toksiknyamudah
diperbesar oleh obat presipitan, akan saling berkaitan dan tidak berdiri sendiri-
sendiri. Obat-obat seperti inijuga sering dikenal dengan obat-obat dengan lingkup
terapetik yang sempit (narrow therapeutic range).

2. Obat presipitan (precipitan drug), yakni obat yang mempengaruhi atau mengubah
aksi atau atau efek obat lain. maka obat presipitan umumnya adalah obat-obat
dengan ciri sebagai berikut:
a. Obat-obat dengan ikatan protein yang kuat, oleh karena dengan demikian akan
menggusur ikatan-ikatan yang protein obat lain yang lebih lemah. Obat-obat yang
tergusur ini (displaced) kemudian kadar bebasnya dalam darah akan meningkat
dengan segala konsekuensinya, terutama meningkatnya efek toksik. Obat-obat
yang masuk di sini misalnya aspirin, fenilbutazon, sulfa dan lain lain.

b. Obat-obat dengan kemampuan menghambat (inhibitor) atau merangsang


(inducer)enzim-enzim yang memetabolisir obat dalam hati. Obat-obat yang punya
sifat sebagai perangsang enzim (enzyme inducer) misalnya rifampisin,
karbamasepin, fenitoin, fenobarbital dan lain-lain akan mempercepat
eliminasi(metabolisme) obat-obat yang lain sehingga kadar dalam darah lebih
cepat hilang. Sedangkan obat-obat yangdapat menghambat metabolisme (enzyme
inhibator) termasuk kloramfenikol, fenilbutason, alopurinol, simetidin dan lain-
lain,akan meningkatkan kadar obat obyek sehingga terjadi efek toksik.

c. Obat-obat yang dapat mempengaruhi atau merubah fungsi ginjal sehingga


eliminasi obat-obat lain dapat dimodifikasi. Misalnya probenesid, obat-obat
golongan diuretika dan lain-lain. Ciri-ciri obat presipitan tersebut adalah kalau kita
melihat dari segi interaksi farmakokinetika, yakni terutama pada proses distribusi
(ikatan protein), metabolisme dan ekskresi renal. Masih banyak obat-obat lain
diluar ketiga ciri ini yang dapat bertindak sebagai obat presipitan dengan
mekanisme yang berbeda-beda.

Pada beberapa kasus, interaksi terkadang memberikan efek pada kedua obat sehingga
obat mana yang mempengaruhi dan mana yang dipengaruhi, menjadi tidak jelas.
Diperkirakan, insidensi terjadinya interaksi obat sekitar 4%. Contoh interaksi obat
dengan kasus khusus yaitu:

1. Interaksi obat pada Kanker


Kanker atau tumor ganas terjadi manakala sel normal tumbuh menjadi ganas
tak terkendali dan mendesak sel normal lain di sekitarnya. Keadaan yang
sudah gawat ini diperparah karena tumor dapat bermetastasi atau menyebar ke
bagian tubuh lainnya. Penyakit yang menakutkan ini dapat berkembang
karena faktor keturunan, faktor karsinogen lingkungan, dan virus. Pengobatan
yang ditujukkan untuk menekan ataupun menyembuhkan penyakit antara lain
pembedahan, radiasi dan terapi dengan senyawa kimia. Obat yang digunakan
untuk mengobati kanker disebut antineoplastika. Tergantung pada jenis
kanker, dapat juga digunakan obat lain termasuk antibiotik, hormon dan
kortikosteroid.
2. Interaksi obat pada Diabetes Militus
Diabetes mellitus adalah suatu kelompok gangguan penyakit metabolic
dikarakteristik oleh hiperglikemia, dihubungkan dengan abnormalitas pada
karbohidrat, lemak dan metabolisme protein serta hasil dari komplikasi kronik
termasuk mikrovaskuler, makrovaskuler dan gangguan neuropatik. Atau
dengan kata lain diabetes militus adalah penyakit pada orang yang kelenjar
pankreasnya gagal menghasilkan insulin dengan baik. Insulin adalah hormone
yang membawa gula dari darah ke sel tubuh yang membutuhkannya yang
mengubahnya menjadi energi. Pada pasien DM gula tetap berada dalam
darah(dan keluar melalui urin) dan tidak dibawa ke sel untuk digunakan.
Karena tak ada gula, sel harus membakar lemak dan protein lebih dari
biasanya, pemecahan lemak dan protein secara berlebihan ini akan
membebaskan produk-buangan asam ke dalam lemak.

3. Interaksi obat pada Tuberkulosis


Tuberkulosis atau TBC adalah suatu penyakit menular yang paling sering
terjadi sekitar 80% di paru-paru tetapi dapat juga menyerang organ tubuh
lainnya. Tuberkulosis disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Tuberculosis.
Bakteri ini berbentuk batang, mempunyai sifat khusus,yaitu basil Gram-positif
yang tahan terhadap asam pada pewarnaan. Oleh karena itu disebut pula
sebagai Basil Tahan Asam (BTA). Bakteri Tuberkulosis cepat mati dengan
sinar matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup selama beberapa jam di
tempat yang gelap dan lembab. Di dalam jaringan tubuh bakteri ini dapat
Dormant, tertidur lama selama beberapa tahun.
N Obat Objek Obat Mekanisme Efek yang Penanganan
o Presipitan Interaksi ditimbulkan interaksi

1 Rifampisin Antacid Menurunkan Menurunkan Hindari


penyerapan efek pengunaan
rifampsin rifampisin bersama
antasida.
Pemberian
lebih baik di
beri jarak
minimal 4
jam setalah
pemberian
rifampisin

Kloramphen Metabolisme Kadar air


icol Hindari
kloramphenicol dalam darah pengunaan
meningkat\ menurun bersamaan

Metabolisme Kadar dalam Hindari


Dexamethas pengunaan
dexamethason darah
on bersamaan
menigkat meningkat

Metabolisme Kadar dalam Hindari


Diazepam
diazepam darah pengunaan
meningkat menurun bersamaan

Kadar digoksin Kadar dalam Hindari


Digoksin darah pengunaan
menurun
meningkat bersamaan
Kadar dalam Hindari
Haloperidol Metabolisme plasma pengunaan
haloperidol menurun bersamaan
meningkat

Hidrokortiso Kadar dalam Hindari


n plasma pengunaan
Metabolisme menurun bersamaan
hidrokortison
meningkat

Kadar Pada
Levotiroksin hipotiroid,dos
plasma
Meningkatnya is
menurun
metabolisme levotiroksin
levotiroksin perlu di
tinkatkan

Kadar dalam Hindari


Lopinavir
plasma pengunaan
Meningkatkan
menurun bersamaan
metabolisme
lopinavir
Kadar dalam Jangan
2. INH Nifedipin darah
Meningkatkan diberikan
menurun secara
metabolisme
nifedipin bersamaan

INH bisa Hindari


Fenitoin menghambat pengunaan
INH dapat metabolisme bersamaan
memperkuat fenitoin
efek samping
fenitoin

Efek Hindari
3. ETHAMBUT Antasida pengunaan
ethambutol
OL Absorbsi menurun bersama
menurun jika antasida.
di gunakan Pemberian
bersama lebih baik di
.
dengan beri jarak
antasida minimal 4
jam setelah
pemberian
ethambutol.
Etionamid Etionamid
Isoniazid
4 Isoniazid meningkatkan Jangan
dapat
sementara diberikan
mempotensit
kadar serum secara
as efek yang
isoniazid bersamaan
tidak
diinginkan
Asam amino Absorpsi oral
5 Digoksin digoksin dapat Efek Monitoring
salisilat digoksin
berkurang bila pemberian
diberikan menurun digoksin
bersama
dengan asa

Kemungkinan Efek
Azatioprin
6 Alopurinol terjadi efek azatriopin Jangan
samping meningkat diberikan
merugikan bersama-
akibat terlalu sama dengan
banyak garam besi
azatioprin dan obat
diuretik
golongan
Tiazida
Merkaptopurin Terjadi efek Efek
7 samping Jangan
Alopurinol merkaptopuri
merugikan diberikan
n dapat
karena terlalu bersama-
berkurang
banyak sama dengan
merkaptopurin garam besi
dan obat
diuretik
golongan
Tiazida

8 Cisplatin Antibiotik Kombinasi ini Dapat


memberikan Jangan
Aminogliko dapat merusak
efek samping diberikan
sida pendengaran
yang secara
dan ginjal yang
merugikan bersamaan
bersifat
permanen.

Metoktreksat Terjadi efek


9 Pepto Efek Jangan
samping
Bismol metotreksat diberikan
merugikan
dapat secara
akibat terlalu
meningkat bersamaan
banyak
metotreksat

Siklofosfamida Alopurinol Siklofosfami


10 Terjadi efek Jangan
da dapat
yang diberikan
meningkat
merugikan secara
terhadap bersamaan
penggunaan
siklofosfamid
Obat diabetes ( depresen ( Efek diabetes
11 Oral ) Kadar gula
kelompok dalam darah dapat Jangan
IMAO ) akan turun dan bertambah diberikan
gejala secara
hipoglikemia bersamaan
akan terjadi

12 Obat diabetes ( Aspirin Kadar gula Efek obat


Oral ) diabetes Jangan
darah turun
dapat diberikan
terlalu rendah.
bertambah secara
Gejalah
bersamaan
hipoglikemia

Obat diabetes ( Kadar gula Efek obat Jangan


13 Oral ) Kloramfenik darah turun diabetes digunakan
ol terlalu rendah. dapat secara
Gejalah bersamaan
hipoglikemia bertambah

14 Sulfonamida Kadar gula


Obat diabetes Sulfonamida
Obat diabetes ( darah turun
dapat digunakan
Oral ) terlalu rendah.
bertambah bila infeksi
Gejala
hipoglikemia saluran urin
timbul timbul

15 Amfetamin Kadar gula


darah tetap Efek obat Jangan
Obat diabetes (
terlalu tinggi. diabetes diberikan
Oral dan
Insulin Gejala dilawan secara
hiperglikemia bersamaan
timbul
BAB III
PEMBAHASAN

3.1. Mekanisme kerja obat-obat Diabetes Militus

Obat-obatan antidiabetes adalah obat-obatan yang membantu mengendalikan


kadar glukosa darah pada penderita diabetes. Masing-masing obat ini membantu
menurunkan kadar gula darah dengan cara yang berbeda-beda. Beberapa pasien dapat
menggunakan antidiabetes oral saja atau mengabungkannya dengan antidiabetes oral
lain, dan sebagian pasien menggunakan antidiabetes oral dan ditambah injeksi
insulin. Keempat jenis hipoglikemik oral tersebut adalah golongan sulfonilurea,
seperti glipizid, gliburid, klorpropamida, dan tolbutamid; golongan biguanid seperti
metformin, golongan glukosidase inhibitor seperti akarbose dan miglitol dan
golongan tiazolidinedion seperti troglitazon.

3.2. Mekanisme kerja obat-obat Tuberkulosis


Obat-obatan tuberkulosis adalah digolongkan atas beberapa kelompok, yaitu :
a. Kelompok obat Primer merupakan obat yang paling efektif dengan
toksisitas yang dapat diterima. Tetapi dapat menimbulkan resistensi
dengan cepat bila digunakan sebagai obat tunggal. Maka selalu
dikombinasikan dari 3-4 obat untuk kuman Tuberkulosis yang sensitif.
Contoh obat primer yaitu : Isoniazid, Rifampisin, Pirazinamid,
Etambutol, Streptomisin.
b. Kelompok Obat sekunder merupakan obat-obat yang tergolong dalam
obat sekunder digunakan untuk pasien dengan kuman-kuman yang
terbukti resisten terhadap kelima obat primer atau obat standar. Obat-
obat yang tergolong dalam obat sekunder sangat sukar untuk
digunakan, memiliki banyak efek samping, kurang efektif, dan sangat
mahal, WHO merekomendasikan bahwa obat-obat ini hanya dapat
digunakan pada pusat-pusat spesialis. Nama obat-obat tersebut adalah
antibiotik golongan fluorokuinolon antara lain : (siprofloksasin,
ofloksasin, levofloksasin), Etionamid, Asam Para Aminosalisilat,
Sikloserin, Kapreomisin, Amikasin, dan Kanamisin.

3.3. Mekanisme kerja obat-obat Kanker


Pengobatan kanker pada dasarnya sama, yaitu salah satu atau kombinasi dari
beberapa prosedur berikut :

1. Pembedahan (Operasi)
2. Penyinaran (Radioterapi)
3. Pemakaian obat-obatan pembunuh sel kanker (sitostatika/khemoterapi)
4. Peningkatan daya tahan tubuh (imunoterapi)
5. Pengobatan dengan hormon

Untuk beberapa kanker, pengobatan terbaik merupakan kombinasi dari


pembedahan, penyinaran dan kemoterapi. Pembedahan atau penyinaran mengobati
kanker yang daerahnya terbatas, sedangkan kemoterapi membunuh sel-sel kanker
yang berada diluar jangkauan pembedahan maupun penyinaran. Kadang penyinaran
atau kemoterapi dilakukan sebelum pembedahan, untuk memperkecil ukuran tumor;
atau setelah pembedahan untuk menghancurkan sisa-sisa sel kanker.

BAB IV
KESIMPULAN
Interaksi obat adalah modifikasi efek suatu obat akibat obat lain yang
diberikan pada awalnya diberikan secara bersamaan sehingga keefektifan atau
toksisitas satu obat atau lebih berubah. Efek-efeknya bisa meningkatkan atau
mengurangi aktivitas. Penyakit yang sedang diobati ataupun kronis dapat
memepengaruhi interaksi obat. Faktor- faktor yang mempengaruhi interaksi obat
yaitu faktor usia, faktor polifarmasi, faktor penyakit, faktor genetik. Interaksi obat
melibatkan 2 jenis obat, yaitu :
1. Obat obyek, yakni obat yang aksinya atau efeknya dipengaruhi atau diubah
oleh obat lain.
2. Obat presipitan (precipitan drug), yakni obat yang mempengaruhi atau
mengubah aksi atau atau efek obat lain.

Contoh interaksi obat dengan kasus khusus yaitu:


1. Interaksi obat pada Kanker
2. Interaksi obat pada Diabetes Militus
3. Interaksi obat pada Tuberkulosis

DAFTAR PUSTAKA
1. Anonim, 2007. Farmakologi dan Terapi Edisi 5, Fakultas Kedokteran-
Universitas Indonesia, Jakarta.
2. Syamsudin, 2011. Interaksi Obat Konsep Dasar dan Klinis, UIP, Jakarta.
3. http ;//www.Info penyakit.com/2007/12/penyakit-Tuberkulosis-TBC.html
4. http ;//www.pdf.com/2009/19/interaksi obat pada antidiabetes.html

Anda mungkin juga menyukai