PENDAHULUAN
Dalam dunia kesehatan terutama dalam sistem Rumah Sakit pasti tidak
pernah terlepas dari Obat. Obat adalah suatu bahan atau paduan bahan-bahan
yang dimaksudkan untuk digunakan dalam menetapkan diagnosis, mencegah,
mengurangkan, menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala
penyakit, luka atau kelainan badaniah pada manusia ataupun hewan.
Seperti yang telah disebutkan bahwa salah satu fungsi obat adalah untuk
mencegah suatu penyakit, maka dalam dunia farmasi kita semua mengenal
suatu obat pencegahan yaitu Vaksin. Vaksin Vaksin adalah produk biologis
yang terbuat dari kuman, komponen kuman, atau racun kuman yang telah
dilemahkan atau dimatikan dan berguna untuk merangsang kekebalan tubuh
seseorang (Depkes RI, 2004). Vaksin adalah produk biologis yang diberikan
untuk membentuk kekebalan dalam tubuh terhadap penyakit tertentu (Depkes
RI, 2005).
1
1.3 Tujuan
a. Untuk mengetahui pengertian vaksin
b. Untuk mengetahui karakteristik vaksin
c. Untuk mengetahui cara pengelolaan vaksin
d. Untuk mengetahui tahapan pengelolaan vaksin
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
3
2.2 Karakteristik Vaksin
terpapar suhu dingin di bawah 0oC (beku). Golongan vaksin ini antara lain
vaksin Hepatitis B, DPT-HB, DT, dan TT. (Depkes RI, 2004, Direktorat
Jendral PP & PL Departemen Kesehatan RI, 2005, Nelson et al, 2004). Hal
ini diakibatkan karena bila vial vaksin beku, retakan yang terbentuk akan
memudahkan kontaminasi bakteri sehingga vaksin yang terpapar suhu di
Depkes RI (2004), bila terpapar suhu beku vaksin freeze sensitive akan rusak
akibat meningkatnya konsentrasi zat pengawet yang merusak antigen.
4
2.3 Pengertian Pengelolaan Vaksin
Sistem cold chain atau sistem rantai dingin adalah suatu prosedur
yang digunakan untuk menjaga vaksin pada suhu yang telah ditetapkan mulai
dari pembuatan vaksin sampai pada saat pemberiannya kepada sasaran
imunisasi sehingga terjaga kualitasnya. Vaksin harus disimpan dalam cold
chain karena vaksin merupakan produk biologis yang sangat peka terhadap
sinar matahari, panas, dan pembekuan (Direktorat Jendral PP & PL
Departemen Kesehatan RI, 2005).
5
pemesanan vaksin untuk mengetahui persediaan vaksin yang masih
tersisa.
2. Pengambilan vaksin dari puskesmas ke kabupaten/kota dengan
menggunakan peralatan rantai vaksin yang sudah ditentukan (cold
box atau vaccine carrier) yang disesuaikan dengan jumlah vaksin
yang akan diambil.
3. Sebelum memasukan vaksin ke dalam alat pembawa, lakukan
pemeriksaan indicator VVM, kecuali BCG. Vaksin yang boleh
diterima dan digunakan adalah yang indicator VVM nya berada
pada tingkat A dan B.
4. Memasukan cold pack ke dalam vaccine carrier dan letakkan
thermometer muller dibagian tengah.
5. Selama perjalanan vaccine carrier yang sudah brisi vaksin tidak
boleh dibuka dan hindarkan dari sinar matahari langsung.
2.4.2 Pengadaan Vaksin
Perhitungan kebutuhan vaksin harus berasal dari unit
Puskesmas, namun dapat dilakukan perencanaan secara umum di
tingkat kabupaten bahkan di provinsi. Data yang diperlukan untuk
merencanakan vaksin meliputi jumlah sasaran imunisasi, target yang
diinginkan untuk setiap jenis imunisasi, serta indeks pemakaian vaksin
tahun lalu. Cara merencanakan vaksin adalah target absolut pemberian
antigen dibagi dengan indeks pemakaian vaksin tahun lalu (Depkes,
2002).
Umumnya kegiatan perencanaan vaksin pada tingkat Kabupaten
dihitung dengan menggunakan dasar estimasi untuk kebutuhan tahunan.
Estimasi ini juga harus memperhitungkan stok cadangan, misalnya pada
tingkat kabupaten untuk stok dua bulan, sementara Puskesmas ditambah
stok satu minggu s/d satu bulan. Juga harus diperhitungkan kebutuhan
vaksin untuk rumah sakit umum.
Pengadaan vaksin untuk program imunisasi harus dilaksanakan
secara efektif dan efesien sehingga hasilnya dapat
6
dipertanggungjawabkan baik aspek fisik, keuangan maupun
manfaatnya, serta harus terjamin keamanan, mutu maupun khasiatnya.
Salah satu petunjuk dan dasar hukum pengadaan vaksin diatur
sesuai Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
1015/Menkes/SK/VI/2005 tentang Pedoman Umum Pengadaan Vaksin
Program Imunisasi.
Sedangkan beberapa prinsip pengadaan vaksin program
imunisasi antara lain bahwa mutu vaksin harus terjamin, memenuhi
kriteria, khasiat, keamanan dan keabsahan vaksin serta telah
mempunyai izin edar (nomor registrasi). Prinsip lainnya, bahwa
pengadaan vaksin ini dilaksanakan melalui Industri Farmasi atau
Pedagang Besar Farmasi.
2.4.3.1 Lemari Es
7
kegiatan imunisasi juga harus dilengkapi dengan lemari es. Cara
penyimpanan Vaksin pada Lemari Es, yaitu sebagai berikut:
8
g. Berikan jarak antar kotak vaksin minimal 1-2 cm atau satu
jari tangan agar terjadi sirkulasi udara yang baik. Berikan
juga jarak yang sama dengan dinding lemari es
h. Letakkan 1 buah termometer muller di bagian tengah lemari
es dan letakkan 1 buah freeze tag di antara vaksin Hepatitis
B dan DPT
i. Pelarut campak dan BCG disimpan pada suhu kamar. Sehari
sebelum pemakaian, pelarut disimpan di lemari es agar
suhunya sama dengan suhu vaksin dengan catatan pelarut
tidak boleh beku
j. Jangan menyimpan bahan makanan, minuman, maupun
obat-obatan lainnya pada lemari es tempat penyimpanan
vaksin agar tidak terjadi kontaminasi dan mempengaruhi
frekuensi buka-tutup pintu lemari es yang tidak perlu
(Direktorat Jendral PP & PL Departemen Kesehatan RI, 2005,
Immunization Branch of California Departement of Public
Health, 2009, Mavimbe dan Gunnar Bjune, 2007).
9
kemampuan untuk mempertahankan suhunya kurang lebih 10
jam, maka thermos lebih cocok digunakan untuk daerah
pelayanaan dengan transportasi mudah dijangkau.
10
kemasan dingin beku (cold pack). Kemasan dingin cair adalah
wadah plastik berbentuk segi empat berisi air yang kemudian
11
sampai 36 jam. Cold box digunakan untuk mengangkut vaksin dari
pabrik ke provinsi dan dari provinsi ke kabupaten, sedang dari
kabupaten ke puskesmas menggunakan vaccine carrier dan dari
puskesmas ke posyandu menggunakan vaccine carrier atau termos.
12
dihasilkan vaksin tersebut amat sangat berguna. Berikut di bawah ini
adalah merupakan beberapa jenis-jenis atau macam-macam imunisasi
bagi anak :
2. DPT/DT
- Waktu Pemberian :
3. Polio
- Waktu Pemberian :
13
4. Campak / Measles
- Waktu Pemberian :
5. Hepatitis B
- Waktu Pemberian :
6. MMR
- Waktu Pemberian :
7. Hepatitis A
- Waktu Pemberian :
14
- Perlindungan Penyakit : Demam Typhoid
- Waktu Pemberian :
- Waktu Pemberian :
a. Tetanus
Tetanus adalah infeksi akut karena racun yang dibuat dalam tubuh
oleh bakteri Clostridium tetani. Penyakit ini bisa membuat kejang otot,
rahang terkancing, gangguan bernapas, dan kematian. Bakterinya terdapat
di debu, tanah, lalu masuk ke dalam tubuh manusia melalui luka terpotong,
luka terbuka, dan luka terbakar. Macam vaksinnya adalah toksoid,
diberikan dalam bentuk suntikan.
c. Tifoid
15
buang-buang air, mual, dan menggigil. Penyakit ini disebabkan oleh
infeksi bakteri Salmonella typhi.
d. Campak (Measle)
h. Hepatitis B
16
i. Japanese B enchephalitis
j. Rabies[B][/b]
k. Influenza
17
BAB III
3.1 KASUS
PT Bio Farma (Persero) menyatakan salah satu cara antisipasi agar tidak
terjadi lagi kasus vaksin palsu adalah setiap fasilitas kesehatan dan pusat
imunisasi pemerintah dan swasta harus memiliki prosedur dan fasilitas
pengelolaan dan pengendalian limbah vaksin.
"Jadi sediakan fasilitas pengelolaan dan pengendalian limbah vaksin atau wadah
bekas vaksin yang digunakan atau kedaluwarsa," kata President Director Bio
Farma, Iskandar saat menggelar jumpa pers, di Bandung, Kamis. Ia berharap
masyarakat tidak menghentikan imunisasi terhadap anaknya karena adanya kasus
vaksin palsu ini karena akan berdampak buruk bagi anak.
"Pemalsuan Vaksin bisa terjadi karena harga, biasanya serum lebih mahal dari
Vaksin, kisarannya ratusan ribu," kata dia. Ia mengatakan, vaksin yang dibuat
oleh PT Bio Farma lebih murah karena memproduksi secara massal serta Bio
Farma yang merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
"Bio Farma bukan semata-mata mencari untung, tapi ada misi sosialnya yaitu
melindungi bayi dengan kekebalan, kalau yang lain itu impor dan jumlahnya
terbatas, pasti lebih mahal, serta urursan mahal atau tidak sebenarnya relatif," kata
Mahendra.
Menurut dia, vaksin produksi Bio Farma yang digunakan oleh pemerintah
untuk Program Imunisasi Nasional adalah Vaksin Pentabio (DTP-HB-Hib), DT,
Td, TT, Hepatitis B, Campak, Polio dan BCG. Untuk menjamin keamanan,
khasiat dan mutu vaksin, kata dia, seluruh vaksin produksi Bio Farma dilakukan
pengujian untuk mendapatkan release dari Badan Pengawas Obat dan Makanan
(POM) dan sesuai dengan standar Badan Kesehatan Dunia (WHO).
"Kita harus mendukung Bareskrim untuk kasus ini, serta mendorong masyarakat
untuk mengimunisasi putra-putrinya dengan Vaksin di tempat kesehatan, seperti
Rumah Sakit atau Puskesmas," ujar dia.
18
BAB IV
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
3.2 SARAN
19