Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Dalam dunia kesehatan terutama dalam sistem Rumah Sakit pasti tidak
pernah terlepas dari Obat. Obat adalah suatu bahan atau paduan bahan-bahan
yang dimaksudkan untuk digunakan dalam menetapkan diagnosis, mencegah,
mengurangkan, menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala
penyakit, luka atau kelainan badaniah pada manusia ataupun hewan.

Seperti yang telah disebutkan bahwa salah satu fungsi obat adalah untuk
mencegah suatu penyakit, maka dalam dunia farmasi kita semua mengenal
suatu obat pencegahan yaitu Vaksin. Vaksin Vaksin adalah produk biologis
yang terbuat dari kuman, komponen kuman, atau racun kuman yang telah
dilemahkan atau dimatikan dan berguna untuk merangsang kekebalan tubuh
seseorang (Depkes RI, 2004). Vaksin adalah produk biologis yang diberikan
untuk membentuk kekebalan dalam tubuh terhadap penyakit tertentu (Depkes
RI, 2005).

Mengingat vaksin merupakan sediaan biologis yang rentan terhadap


perubahan lingkungan terutama terhadap perubahan suhu maka dimulai dari
pembuatan, pengelolaan, penyimpanan hingga pendistribusian vaksin
diperlukan perhatian dan perlakuan khusus yang sesuai dengan prosedur.

1.2 Rumusan Masalah


a. Apa yang dimaksud dengan vaksin?
b. Bagaimana karakteristuk vaksin ?
c. Bagaimana cara pengelolaan vaksin ?
d. Bagaimana tahap-tahap pengelolaan vaksin ?

1
1.3 Tujuan
a. Untuk mengetahui pengertian vaksin
b. Untuk mengetahui karakteristik vaksin
c. Untuk mengetahui cara pengelolaan vaksin
d. Untuk mengetahui tahapan pengelolaan vaksin

2
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian Vaksin

Vaksin adalah produk biologis yang terbuat dari kuman, komponen


kuman, atau racun kuman yang telah dilemahkan atau dimatikan dan berguna
untuk merangsang kekebalan tubuh seseorang (Depkes RI, 2004). Vaksin
adalah produk biologis yang diberikan untuk membentuk kekebalan dalam
tubuh terhadap penyakit tertentu (Depkes RI, 2005).

Pengertian lainnya menurut Direktorat Jendral PP & PL Departemen


Kesehatan RI (2005), vaksin adalah produk biologis yang terbuat dari kuman
maupun komponen kuman (bakteri, virus, atau riketsia) ataupun racun kuman
(toxoid) yang telah dilemahkan atau dimatikan dan akan menimbulkan
kekebalan spesifik secara aktif terhadap penyakit tertentu. Menurut Kristini
dkk (2007), vaksin merupakan produk biologis yang berguna untuk
merangsang timbulnya kekebalan spesifik secara aktif terhadap penyakit
tertentu, bersifat rentan dan memiliki karakteristik tertentu sehingga
memerlukan penanganan khusus.

Vaksin merupakan kumpulan molekul yang kompleks, mengandung


substansi imun yang mampu mempengaruhi imunitas spesifik, aktif, dan
protektif seseorang untuk melawan penyakit menular. Vaksin terdiri dari
campuran kompleks antara protein, karbohidrat, lipid, mikroorganisme mati
atau mikroorganisme yang telah dilemahkan serta stabilisator, adjuvants,
pengawet, dan zat lainnya yang mempengaruhi efikasi dan keamanan vaksin
di mana efektivitasnya sangat rentan dipengaruhi oleh faktor lingkungan.
(WHO, 2006).

3
2.2 Karakteristik Vaksin

Pada awal pengembangan program imunisasi, penyediaan vaksin di


Indonesia dibantu oleh UNICEF melalui pengadaan vaksin dari luar negeri.
Seiring dengan kemampuan keuangan pemerintah dan kemampuan produksi
vaksin, maka kini kebutuhan vaksin dalam negeri dipenuhi oleh PT. Bio
Farma. Vaksin yang diproduksi oleh PT. Bio Farma meliputi vaksin BCG,
DPT, polio, campak, TT (Tetanus Toxoid), DT (Difteri Tetanus), Hepatitis B,
dan DPT-HB (Difteri, Pertusis, Tetanus, dan Hepatitis B) (Handayani, 2005).

Umumnya, semua vaksin akan rusak bila terpapar sinar matahari


langsung serta sinar ultra violet (lampu neon, lampu halogen). Namun,
berdasarkan tingkat kepekaan vaksin terhadap paparan suhu, vaksin
dibedakan menjadi vaksin yang sensitif terhadap panas (heat sensitive) dan
vaksin yang sensitif terhadap pembekuan (freeze sensitive). Vaksin sensitif
terhadap panas adalah golongan vaksin yang potensinya akan rusak terhadap
paparan panas yaitu vaksin Polio, Campak, dan BCG. Vaksin yang sensitif
terhadap pembekuan adalah golongan vaksin yang potensinya akan rusak jika

terpapar suhu dingin di bawah 0oC (beku). Golongan vaksin ini antara lain

vaksin Hepatitis B, DPT-HB, DT, dan TT. (Depkes RI, 2004, Direktorat
Jendral PP & PL Departemen Kesehatan RI, 2005, Nelson et al, 2004). Hal
ini diakibatkan karena bila vial vaksin beku, retakan yang terbentuk akan
memudahkan kontaminasi bakteri sehingga vaksin yang terpapar suhu di

bawah 0oC harus dibuang (Gazmararian et al, 2002). Sedangkan menurut

Depkes RI (2004), bila terpapar suhu beku vaksin freeze sensitive akan rusak
akibat meningkatnya konsentrasi zat pengawet yang merusak antigen.

Setiap vaksin memiliki karakteristik spesifik masing-masing. Adapun


karakteristik setiap vaksin dapat dilihat pada tabel berikut.

4
2.3 Pengertian Pengelolaan Vaksin

Pengelolaan vaksin merupakan upaya untuk menata vaksin untuk


kebutuhan imunisasi meliputi proses pembuatan di pabrik, distribusi,
penyimpanan, penggunaan di unit pelayanan, serta pencatatan dan pelaporan
di semua tingkat administrasi. Dalam hal ini pembuatan vaksin di pabrik tidak
dimasukkan dalam pengelolaan vaksin karena terdapat prosedur tersendiri di
pabrik sesuai dengan ketentuan WHO dan persyaratan dari Badan
Pengawasan Obat dan Makanan (Direktorat Jendral PP & PL Departemen
Kesehatan RI, 2005). Dengan pendekatan ilmu manajemen, pengelolaan
adalah peristiwa manajemen yang di dalamnya terangkum beberapa kegiatan
manajerial seperti planning, organizing, actuating, controlling evaluating
dalam mencapai visi misi organisasi (Proverawati, 2010).

Sistem cold chain atau sistem rantai dingin adalah suatu prosedur
yang digunakan untuk menjaga vaksin pada suhu yang telah ditetapkan mulai
dari pembuatan vaksin sampai pada saat pemberiannya kepada sasaran
imunisasi sehingga terjaga kualitasnya. Vaksin harus disimpan dalam cold
chain karena vaksin merupakan produk biologis yang sangat peka terhadap
sinar matahari, panas, dan pembekuan (Direktorat Jendral PP & PL
Departemen Kesehatan RI, 2005).

2.4 Tahap-Tahap Pengelolaan Vaksin

Tahap-tahap pengelolaan vaksin meliputi perencanaan vaksin,


pengadaan vaksin, penyimpanan, pemantauan suhu, penanganan vaksin yang
rusak, dan penanganan sisa vaksin.

2.4.1 Perencanaan Vaksin

1. Pencatatan persediaan vaksin di sarana pelayanan dilakukan


minimal sebulan sekali. Sebaiknya pencatatan dilakukan sebelum

5
pemesanan vaksin untuk mengetahui persediaan vaksin yang masih
tersisa.
2. Pengambilan vaksin dari puskesmas ke kabupaten/kota dengan
menggunakan peralatan rantai vaksin yang sudah ditentukan (cold
box atau vaccine carrier) yang disesuaikan dengan jumlah vaksin
yang akan diambil.
3. Sebelum memasukan vaksin ke dalam alat pembawa, lakukan
pemeriksaan indicator VVM, kecuali BCG. Vaksin yang boleh
diterima dan digunakan adalah yang indicator VVM nya berada
pada tingkat A dan B.
4. Memasukan cold pack ke dalam vaccine carrier dan letakkan
thermometer muller dibagian tengah.
5. Selama perjalanan vaccine carrier yang sudah brisi vaksin tidak
boleh dibuka dan hindarkan dari sinar matahari langsung.
2.4.2 Pengadaan Vaksin
Perhitungan kebutuhan vaksin harus berasal dari unit
Puskesmas, namun dapat dilakukan perencanaan secara umum di
tingkat kabupaten bahkan di provinsi. Data yang diperlukan untuk
merencanakan vaksin meliputi jumlah sasaran imunisasi, target yang
diinginkan untuk setiap jenis imunisasi, serta indeks pemakaian vaksin
tahun lalu. Cara merencanakan vaksin adalah target absolut pemberian
antigen dibagi dengan indeks pemakaian vaksin tahun lalu (Depkes,
2002).
Umumnya kegiatan perencanaan vaksin pada tingkat Kabupaten
dihitung dengan menggunakan dasar estimasi untuk kebutuhan tahunan.
Estimasi ini juga harus memperhitungkan stok cadangan, misalnya pada
tingkat kabupaten untuk stok dua bulan, sementara Puskesmas ditambah
stok satu minggu s/d satu bulan. Juga harus diperhitungkan kebutuhan
vaksin untuk rumah sakit umum.
Pengadaan vaksin untuk program imunisasi harus dilaksanakan
secara efektif dan efesien sehingga hasilnya dapat

6
dipertanggungjawabkan baik aspek fisik, keuangan maupun
manfaatnya, serta harus terjamin keamanan, mutu maupun khasiatnya.
Salah satu petunjuk dan dasar hukum pengadaan vaksin diatur
sesuai Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
1015/Menkes/SK/VI/2005 tentang Pedoman Umum Pengadaan Vaksin
Program Imunisasi.
Sedangkan beberapa prinsip pengadaan vaksin program
imunisasi antara lain bahwa mutu vaksin harus terjamin, memenuhi
kriteria, khasiat, keamanan dan keabsahan vaksin serta telah
mempunyai izin edar (nomor registrasi). Prinsip lainnya, bahwa
pengadaan vaksin ini dilaksanakan melalui Industri Farmasi atau
Pedagang Besar Farmasi.

2.4.3 Penyimpanan Vaksin

Menurut petunjuk WHO dalam Inisiatif Pengelolaan


Penyimpanan Vaksin yang Efektif (2003), pengambilan vaksin harus
menggunakan peralatan rantai dingin vaksin yang sudah ditentukan,
misalnya cold box atau vaccine carrier atau termos. Sebelum
memasukkan vaksin ke dalam alat pembawa, petugas harus memeriksa
indikator vaksin (VVM) kecuali vaksin BCG. Vaksin yang boleh
digunakan hanya bila indikator VVM A atau B, sedangkan bila VVM
pada tingkat C atau D, vaksin tidak diterima karena tidak dapat
digunakan lagi. Selanjutnya ke dalam vaccine carrier dimasukkan
kotak cair dingin (cool pack) dan di bagian tengah diletakkan
termometer. Vaccine carrier yang telah berisi vaksin, selama perjalanan
tidak boleh terkena sinar matahari langsung.

2.4.3.1 Lemari Es

Setiap puskesmas harus memiliki 1 lemari es sesuai


standar program. Pustu yang potensial atau aktif melakukan

7
kegiatan imunisasi juga harus dilengkapi dengan lemari es. Cara
penyimpanan Vaksin pada Lemari Es, yaitu sebagai berikut:

a. Segera setelah vaksin sampai di sarana pelayanan


(puskesmas) dari kabupaten/kota, semua vaksin disimpan

pada lemari es dengan suhu 2-8oC

b. Letakkan cool packs atau botol-botol berisi air dingin pada


bagian dasar pendingin serta pintu lemari es (untuk lemari
es pintu buka dari depan) dan pada dinding lemari es yang
jauh dari evaporator (untuk lemari es pintu buka dari atas).
Hal ini akan membantu menahan dingin dan menjaga
kestabilan suhu dalam lemari es pada saat terjadi mati listrik
maupun pada saat pintu lemari es dibuka
c. Pisahkan letak vaksin sesuai peruntukannya yaitu vaksin
untuk anak-anak, remaja, dan orang dewasa. Simpan
masing-masing vaksin pada kontainer dan beri label sesuai
dengan jenis vaksinnya. Jangan menyimpan vaksin pada
pintu atau bagian paling dasar lemari es
d. Atur penempatan vaksin-vaksin heat sensitive (BCG,
Campak, dan Polio) dekat evaporator, sedangkan vaksin-
vaksin freeze sensitive (DPT-HB, TT, DT, dan Hepatitis B)
diletakkan lebih jauh dari evaporator
e. Atur penempatan vaksin dari depan ke belakang untuk
lemari es pintu buka dari depan dan dari atas ke bawah
untuk jenis lemari es pintu buka dari atas berdasarkan
tanggal kadaluarsa terpendek. Hal ini Bertujuan untuk
memastikan vaksin dengan tanggal kadaluwarsa paling pendek
dikeluarkan dan digunakan terlebih dahulu.
f. Vaksin selalu disimpan dalam kotak kemasan aslinya
sampai tiba waktunya penggunaan. Hal ini bertujuan agar
vaksin tidak terpapar sinar ultra violet

8
g. Berikan jarak antar kotak vaksin minimal 1-2 cm atau satu
jari tangan agar terjadi sirkulasi udara yang baik. Berikan
juga jarak yang sama dengan dinding lemari es
h. Letakkan 1 buah termometer muller di bagian tengah lemari
es dan letakkan 1 buah freeze tag di antara vaksin Hepatitis
B dan DPT
i. Pelarut campak dan BCG disimpan pada suhu kamar. Sehari
sebelum pemakaian, pelarut disimpan di lemari es agar
suhunya sama dengan suhu vaksin dengan catatan pelarut
tidak boleh beku
j. Jangan menyimpan bahan makanan, minuman, maupun
obat-obatan lainnya pada lemari es tempat penyimpanan
vaksin agar tidak terjadi kontaminasi dan mempengaruhi
frekuensi buka-tutup pintu lemari es yang tidak perlu
(Direktorat Jendral PP & PL Departemen Kesehatan RI, 2005,
Immunization Branch of California Departement of Public
Health, 2009, Mavimbe dan Gunnar Bjune, 2007).

2.4.3.2 Kotak Dingin (Cold Box)

Cold box adalah wadah dengan insulasi/isolator tebal


untuk menyimpan vaksin sementara (dalam keadaan darurat saat
listrik padam) atau untuk membawa vaksin. Cold box ada yang
terbuat dari plastik dengan insulasi polyuretan dan terbuat dari
kardus dengan insulasi polyuretan. Bila penyimpanan vaksin
dilakukan sesuai dengan ketentuan dan cold box tidak dibuka-
buka, maka vaksin dapat bertahan selama 2 hari.

2.4.3.3 Vaccine Carrier/Thermos

Adalah alat yang dapat mempertahankan suhu 2-8 oC untuk

mengirim atau membawa vaksin dari puskesma ke posyandu


atau tempat pelayanan lainnya. Khusus untuk Thermos, karena

9
kemampuan untuk mempertahankan suhunya kurang lebih 10
jam, maka thermos lebih cocok digunakan untuk daerah
pelayanaan dengan transportasi mudah dijangkau.

2.4.3.4 Perencanaan Kebutuhan Peralatan Cold chain/Rantai


Dingin Vaksin

Setiap obat yang berasal dari bahan biologis harus


terlindung dari sinar matahari langsung sehingga diperlukan
kemasan berwarna untuk melindunginya, misalnya ampul
berwarna cokelat untuk melindungi vaksin BCG dan campak
di samping menggunakan kemasan luar (box). Vaksin yang
sudah dilarutkan tidak dapat disimpan terlalu lama karena
potensi vaksin akan berkurang. Karena itu, vaksin beku kering
harus disimpan dalam kemasan tertutup rapat/kedap
(hermetically sealed). Ketentuan-ketentuan tersebut harus
dipenuhi untuk menjaga kualitas vaksin. Sarana cold chain
khusus digunakan untuk menjaga potensi vaksin. Di
puskesmas terdapat beberapa sarana cold chain yang biasa
digunakan dengan kelebihan dan kekurangannya masing-
masing (Depkes RI, 2004). Pengelolaan cold chain sesuai
dengan prosedur bertujuan menjaga vaksin tersimpan pada
suhu dan kondisi yang ditetapkan mulai dari distribusi setelah
proses produksi hingga sampai ke sasaran imunisasi
(Direktorat Jendral PP & PL Departemen Kesehatan RI, 2005).

2.4.3.5 Kemasan Dingin

Kemasan dingin adalah wadah plastik berbentuk segi empat


berukuran besar ataupun kecil yang diisi dengan air yang
kemudian didinginkan. Bila kemasan dingin tidak ada, maka
dapat dibuat dengan kantong plastik bening. Kemasan dingin
dibedakan menjadi kemasan dingin cair (cool pack) dan

10
kemasan dingin beku (cold pack). Kemasan dingin cair adalah
wadah plastik berbentuk segi empat berisi air yang kemudian

didinginkan pada suhu 2oC selama 24 jam dalam lemari es.

Sedangkan kemasan dingin beku adalah wadah plastik


berbentuk segi empat berisi air yang kemudian dibekukan pada

suhu -5 sampai -15oC selama 24 jam dalam freezer.

2.4.4 Pendistribusian Vaksin

Secara umum, serangkaian kegiatan dalam proses distribusi obat


atau vaksin diawali pada saat penerimaan obat dari pemasok,
penyimpanan obat dalam gudang, pengendalian persediaan, transportasi
obat ke masing-masing pusat pelayanan kesehatan dan penyerahan obat
kepada pasien. Proses distribusi berlangsung secara terus menerus dan
berulang-ulang di pusat pelayanan kesehatan. (Dwiprahasto dan
Kristin, 1999).

Sistem distribusi obat dewasa ini telah banyak mengalami


perubahan secara mendasar. Sistem distribusi obat ditentukan
berdasarkan kualitas. Distribusi obat dimulai dari pabrik obat dan
berakhir pada tempat tidur pasien. Di pabrik, dimulai dari proses
pesanan, kemudian diproduksi dan diakhiri dengan pengiriman (Barker
and Connel, 1992). Pendistribusian vaksin dari industri farmasi sampai
ke lapangan merupakan suatu skema rantai dingin yang tidak boleh
terputus.

Menurut Modul Latihan Petugas Imunisasi, Depkes RI, 1993,


Sarana pengangkut vaksin pada sistem rantai dingin dapat
menggunakan cold box atau vaccine carier. Cold box ini dapat
mempertahankan suhu penyimpanan vaksin 2oC-8oC hingga 72 jam bila
tertutup rapat bila diisi dengan cool pack dalam jumlah yang cukup.
Vaccine dapat mempertahankan suhu penyimpanan vaksin 2oC-8oC

11
sampai 36 jam. Cold box digunakan untuk mengangkut vaksin dari
pabrik ke provinsi dan dari provinsi ke kabupaten, sedang dari
kabupaten ke puskesmas menggunakan vaccine carrier dan dari
puskesmas ke posyandu menggunakan vaccine carrier atau termos.

Unit pelayanan kesehatan seperti puskesmas atau rumah sakit


memiliki pola distribusi obat dan perbekalan kesehatan secara langsung
kepada masyarakat. Dalam hal ini rantai distribusi obat berakhir pada
Unit Pelayanan Kesehatan (UPK). Terdapat tiga pola distribusi yang
lazim terjadi pada UPK yaitu :

a. Distribusi langsung, yang melaksanakan pelayanan kesehatan baik


pencegahan, pengobatan, perawatan penyakit secara langsung
kepada penderita dalam hal ini adalah masyarakat luas.

b. Distribusi perantara, apabila UPK di dalam wilayah kerjanya


memiliki unit-unit pelayanan pembantu seperti Puskemas Pembantu
atau Puskesmas Keliling , maka dalam hal ini puskesmas tersebut
berfungsi untuk menyalurkan supply obat dan perbekalan farmasi
yang merupakan perpanjangan tangan Instalasi Farmasi/Gudang
Farmasi Kabupaten/Kota.

c. Distribusi khusus, jalur distribusi untuk obat program seperti program


imunisasi sesaat, yaitu ketika ada program tertentu seperti dalam hal
pemberantasan penyakit atau terjadi kasus endemik. Dalam hal ini
pelaksana program yang ditunjuk Dinas Kesehatan dapat langsung
mengelola persediaan obat di pustu wilayah sasaran program.

2.5 Contoh Obat Vaksin

1) Vaksin untuk anak

Vaksin imunisasi mungkin dapat memberikan efek samping yang


membuat anak jatuh sakit, namun dampak positif perlindungan yang

12
dihasilkan vaksin tersebut amat sangat berguna. Berikut di bawah ini
adalah merupakan beberapa jenis-jenis atau macam-macam imunisasi
bagi anak :

1) Jenis / Macam Imunisasi Vaksin Wajib Pada Anak :


1. BCG

- Perlindungan Penyakit : TBC / Tuberkolosis

- Penyebab : Bakteri Bacillus Calmette Guerrin

- Kandungan : Bacillus Calmette-Guerrin yang dilemahkan

- Waktu Pemberian : Umur / usia 2 bulan

2. DPT/DT

- Perlindungan Penyakit : Difteri (infeksi tenggorokan), Pertusis (batuk


rejan) dan Tetanus (kaku rahang).

- Penyebab : Bakteri difteri, pertusis dan tetanus

- Waktu Pemberian :

 Umur / usia 3 bulan


 Umur / usia 4 bulan
 Umur / usia 5 bulan
 Umur / usia 1 tahun 6 bulan
 Umur / usia 5 tahun
 Umur / usia 10 tahun

3. Polio

- Perlindungan Penyakit : Poliomielitis / Polio (lumpuh layuh) yang


menyababkan nyeri otot, lumpuh dan kematian.

- Waktu Pemberian :

 Umur / usia 3 bulan


 Umur / usia 4 bulan
 Umur / usia 5 bulan
 Umur / usia 1 tahun 6 bulan
 Umur / usia 5 tahun

13
4. Campak / Measles

- Perlindungan Penyakit : Campak / Tampek

- Efek samping yang mungkin : Demam, ruam kulit, diare

- Waktu Pemberian :

 Umur / usia 9 bulan atau lebih


 Umur / usia 5-7 tahun

5. Hepatitis B

- Perlindungan Penyakit : Infeksi Hati / Kanker Hati mematikan

- Waktu Pemberian :

 Ketika baru lahir atau tidak lama setelahnya


 Tergantung situasi dan kondisi I
 Tergantung situasi dan kondisi II
 Tergantung situasi dan kondisi III

2) Jenis / Macam Imunisasi Vaksin Yang Dianjurkan Pada Anak :

6. MMR

- Perlindungan Penyakit : Campak, gondongan dan campak Jerman

- Waktu Pemberian :

 Umur / usia 1 tahun 3 bulan


 Umur / usia 4-6 tahun

7. Hepatitis A

- Perlindungan Penyakit : Hepatitis A (Penyakit Hati)

- Penyebab : Virus hepatitis A

- Waktu Pemberian :

 Tergantung situasi dan kondisi I


 Tergantung situasi dan kondisi II

8. Typhoid & parathypoid

14
- Perlindungan Penyakit : Demam Typhoid

- Penyebab : Bakteri Salmonela thypi

- Waktu Pemberian :

 Tergantung situasi dan kondisi


9. Varisella (Cacar Air)

- Perlindungan Penyakit : Cacar Air

- Penyebab : Virus varicella-zoster

- Waktu Pemberian :

 Umur / usia 10 s/d 12 tahun 1 kali dan di atas 13 tahun 2 kali


dengan selang waktu 4 s/d 8 minggu.2.

2) Vaksin untuk Dewasa

a. Tetanus

Tetanus adalah infeksi akut karena racun yang dibuat dalam tubuh
oleh bakteri Clostridium tetani. Penyakit ini bisa membuat kejang otot,
rahang terkancing, gangguan bernapas, dan kematian. Bakterinya terdapat
di debu, tanah, lalu masuk ke dalam tubuh manusia melalui luka terpotong,
luka terbuka, dan luka terbakar. Macam vaksinnya adalah toksoid,
diberikan dalam bentuk suntikan.

b. Meningitis meningokokus (Meningokok)

Penyakit radang selaput otak (meningitis) disebabkan oleh bakteri


Neisseria meningitidis (meningokokus). Cara penularannya melalui udara,
batuk, bersin dari orang yang telah terinfeksi bakteri, atau kontak dengan
sekret pernapasan (minum dari gelas yang sama). Gejala penyakitnya
berupa demam, sakit kepala, dan tidak enak badan. Penyakit ini lebih
sering terdapat di Afrika dan agak jarang dijumpai di Indonesia.

c. Tifoid

Lebih dikenal sebagai penyakit typhus atau demam Tifoid.


Penderita akan C), sakit kepala, rasa°mengalami panas tubuh yang tinggi
(di atas 40 lelah, dan hilang nafsu makan. Gejala lain, sakit pada perut,

15
buang-buang air, mual, dan menggigil. Penyakit ini disebabkan oleh
infeksi bakteri Salmonella typhi.

d. Campak (Measle)

Penyakit yang disebabkan virus ini memiliki gejala demam,


menggigil, serta hidung dan mata berair. Timbul ruam-ruam pada kulit
berupa bercak dan bintil berwarna merah pada kulit muka, leher, dan
selaput lendir C.°mulut. Saat penyakit memuncak, suhu tubuh bisa
mencapai 40

e. Parotitis (Mumps) atau gondongan

Parotitis disebabkan oleh virus yang menyerang kelenjar air liur di


mulut, dan banyak diderita anak-anak dan orang muda. Semakin tinggi
usia penderita, gejala yang dirasakan lebih hebat. Kebanyakan, orang
menderita penyakit ini hanya sekali seumur hidup.

f. Rubella (campak Jerman)

Rubella merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus,


mengakibatkan ruam pada kulit menyerupai campak, radang selaput
lendir, dan radang selaput tekak. Ruam ini biasanya hilang dalam waktu 2-
3 hari. Gejalanya berupa sakit kepala, kaku pada persendian, dan rasa
lemas. Biasanya diderita setelah penderita berusia belasan tahun atau
dewasa. Bila infeksi terjadi pada wanita yang sedang hamil muda (tiga
bulan pertama) dapat memengaruhi pertumbuhan bayi.

g. Yellow fever (demam kuning)

Penyakit ini disebabkan virus yang dibawa nyamuk Aedes dan


Haemagogus. Orang yang akan bepergian ke Afrika Selatan wajib
menjalani vaksinasi penyakit ini. Serangan ringan demam kuning
memberikan gejala mirip dengan flu.

h. Hepatitis B

Vaksinasi hepatitis B diperlukan untuk mencegah gangguan hati


yang disebabkan oleh virus hepatitis B (VHB). Gejala penyakitnya
diawali dengan timbulnya demam selama beberapa hari. Lalu timbul rasa
mual, keletihan, dan tetap terasa letih meski telah beristirahat cukup.
Urine (air seni) akan terlihat keruh seperti air teh. Bagian putih bola mata
dan kuku akan terlihat berwarna kuning.

16
i. Japanese B enchephalitis

Penyakit ini disebabkan oleh virus yang menimbulkan infeksi pada


otak. Virus dibawa oleh nyamuk Culex yang hidup di daerah Asia (dari
India Timur ke Korea, Jepang, dan Indonesia). Vaksinasi diberikan
melalui suntikan pada hari ke-0, 7, dan 28. Dilakukan vaksinasi
pendukung setahun kemudian. Vaksinasi diulang setiap 3 tahun.

j. Rabies[B][/b]

Penyakit infeksi pada otak ini disebabkan oleh virus. Penularannya


melalui gigitan atau cakaran hewan yang terinfeksi virus rabies. Hewan
yang mungkin menularkan rabies adalah anjing, kucing, kelelawar,
monyet, dan lainnya. Vaksin diberikan melalui suntikan sebanyak 3 kali,
yaitu hari ke-0, 7, dan 28.

k. Influenza

Penyakit yang disebabkan oleh virus dari keluarga


Orthomyxoviridae ini menimbulkan wabah berulang dengan aktivitas
kuat serta kejadian infeksi dan kematian yang tinggi pada semua usia.
Influenza merupakan penyakit yang cukup berat bila diderita oleh orang
berusia lanjut (di atas 65 tahun) serta penderita yang mempunyai
penyakit jantung, paru-paru, dan diabetes mellitus (kencing manis) .

17
BAB III
3.1 KASUS

PT Bio Farma (Persero) menyatakan salah satu cara antisipasi agar tidak
terjadi lagi kasus vaksin palsu adalah setiap fasilitas kesehatan dan pusat
imunisasi pemerintah dan swasta harus memiliki prosedur dan fasilitas
pengelolaan dan pengendalian limbah vaksin.

"Jadi sediakan fasilitas pengelolaan dan pengendalian limbah vaksin atau wadah
bekas vaksin yang digunakan atau kedaluwarsa," kata President Director Bio
Farma, Iskandar saat menggelar jumpa pers, di Bandung, Kamis. Ia berharap
masyarakat tidak menghentikan imunisasi terhadap anaknya karena adanya kasus
vaksin palsu ini karena akan berdampak buruk bagi anak.

Sementara itu Marketing Director PT Bio Farma, Mahendra Suhardono


mengatakan menanggapi kasus vaksin palsu Bio Farma telah melakukan
koordinasi dengan Bareskrim Mabes Polri, Kementerian Kesehatan, Badan OM
dan distributor resmi vaksi Bio Farma.

"Pemalsuan Vaksin bisa terjadi karena harga, biasanya serum lebih mahal dari
Vaksin, kisarannya ratusan ribu," kata dia. Ia mengatakan, vaksin yang dibuat
oleh PT Bio Farma lebih murah karena memproduksi secara massal serta Bio
Farma yang merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

"Bio Farma bukan semata-mata mencari untung, tapi ada misi sosialnya yaitu
melindungi bayi dengan kekebalan, kalau yang lain itu impor dan jumlahnya
terbatas, pasti lebih mahal, serta urursan mahal atau tidak sebenarnya relatif," kata
Mahendra.

Menurut dia, vaksin produksi Bio Farma yang digunakan oleh pemerintah
untuk Program Imunisasi Nasional adalah Vaksin Pentabio (DTP-HB-Hib), DT,
Td, TT, Hepatitis B, Campak, Polio dan BCG. Untuk menjamin keamanan,
khasiat dan mutu vaksin, kata dia, seluruh vaksin produksi Bio Farma dilakukan
pengujian untuk mendapatkan release dari Badan Pengawas Obat dan Makanan
(POM) dan sesuai dengan standar Badan Kesehatan Dunia (WHO).

Ia mengatakan, untuk kasus pemalsuan Vaksin, semua harus mendukung Badan


Reserse Kriminal (Bareskrim) Polri agar segera tuntas.

"Kita harus mendukung Bareskrim untuk kasus ini, serta mendorong masyarakat
untuk mengimunisasi putra-putrinya dengan Vaksin di tempat kesehatan, seperti
Rumah Sakit atau Puskesmas," ujar dia.

18
BAB IV

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Vaksin merupakan kumpulan molekul yang kompleks, mengandung


substansi imun yang mampu mempengaruhi imunitas spesifik, aktif, dan protektif
seseorang untuk melawan penyakit menular. Tahap-tahap pengelolaan vaksin
meliputi perencanaan vaksin, pengadaan vaksin, penyimpanan, pemantauan suhu,
penanganan vaksin yang rusak, dan penanganan sisa vaksin. Pengambilan vaksin
harus menggunakan peralatan rantai dingin vaksin yang sudah ditentukan,
misalnya cold box atau vaccine carrier atau termos.

Secara umum, serangkaian kegiatan dalam proses distribusi obat atau


vaksin diawali pada saat penerimaan obat dari pemasok, penyimpanan obat dalam
gudang, pengendalian persediaan, transportasi obat ke masing-masing pusat
pelayanan kesehatan dan penyerahan obat kepada pasien. Proses distribusi
berlangsung secara terus menerus dan berulang-ulang di pusat pelayanan
kesehatan.

3.2 SARAN

Berdasarkan kesimpulan diatas maka disarankan bagi para tenaga


kesehatan untuk selalu memperhatikan pengelolaan vaksin agar tidak terkena sinar
ultra violet, dan vaksin yang disimpan sesuai peruntukannya.

19

Anda mungkin juga menyukai