Anda di halaman 1dari 28

KEPERAWATAN MATERNITAS

MAKALAH

oleh

Kelompok 20

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS JEMBER

2019

1
KEPERAWATAN MATERNITAS

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN IBU HAMIL DENGAN INFEKSI


PUERPERIUM

MAKALAH
Disusun Guna Melengkapi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Maternitas dengan
Dosen Pembimbing Ns. Peni Perdani J, M.Kep

oleh
Rizki Rama Aji NIM 172310101019
Nur Diana NIM 172310101037

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2019

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan anugerah-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Konsep
Asuhan Keperawatan Ibu Hamil dengan Infeksi Puerperium” dengan baik dan
lancar. Atas suport dan dukungan yang diberikan dalam penyusunan makalah ini,
penulis mengucapkan terimakasih kepada,

1. Ns. Dini Kurniawati, S.Kep.,M.Kep.,Sp.Kep.Mat selaku Penanggung Jawab


Mata kuliah Keperawatan Maternitas.
2. Ns. Peni Perdani Juliningrum S.Kep., M.Kep selaku Dosen Pembimbing
penulisan makalah ini, yang senantiasa memberikan informasi, masukan
maupun dorongan kepada penulis terkait isi makalah tersebut, dan
3. Teman-teman Fakultas Keperawatan Universitas Jember, khusunya kelas A
yang juga memberikan informasi terkait makalah ini.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman penulis, penulis yakin
masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu penulis sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini. Akhir kata penulis berharap semoga makalah ilmiah
tentang asuhan keperawatan pada ibu hamil dengan infeksi puerperium dapat
memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

Jember, Maret 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ........................................................................................... i


KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
BAB 1. PENDAHULUAN .....................................................................................1
1.1 Latar Belakang .....................................................................................1
1.2 Tujuan ..................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................2
BAB 2. TINJAUAN TEORI ..................................................................................3
2.1 Definisi .................................................................................................3
2.2 Jenis Infeksi Puerperium ......................................................................3
2.3 Tanda dan Gejala .................................................................................6
2.4 Etiologi .................................................................................................6
2.5 Patofisiologi .........................................................................................7
2.6 Faktor Resiko .......................................................................................8
2.7 Penatalaksanaan ...................................................................................9
BAB 3. KASUS ....................................................................................................10
BAB 4. PEMBAHASAN .....................................................................................12
BAB 5. PENUTUP................................................................................................22
5.1 Kesimpulan .......................................................................................22
5.2 Saran ..................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................23

iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Infeksi puerperium (nifas) adalah peradangan yang disebabkan oleh
masuknya kuman ke dalam organ genital pada saat persalinan dan masa nifas.
Infeksi ini ditandai dengan demam, sakit di daerah infeksi, berwarna kemerahan,
dan fungsi organ terganggu (Sukmaningtias, 2016). Pada umumnya, infeksi
puerperium ditandai dengan suhu 38°C atau lebih yang terjadi antara hari ke 2 –10
post partum. Infeksi puerperium (nifas) inilah yang menjadi morbiditas dan
mortalitas bagi ibu pasca bersalin (Themone, 2014).

Menurut WHO (World Health Organization), di seluruh dunia terdapat 60%


atau 500.000 setiap tahunnya dari kematian yang disebabkan oleh infeksi
puerperium. Sedangkan di negara berkembang, seperti indonesia angka kematian
ibu akibat infeksi puerperium sebesar 307 per 100.000 kelahiran hidup (Lestari,
2013).

Penyebab dari infeksi puerperium yaitu adanya luka yang diakibatkan


kurangnya vulva hygiene pada daerah luka jahitan perineum. Vulva hygiene yang
tidak terjaga, akan sangat berdampak terhadap masuknya kuman dan bakteri
sehingga akan memudahkan terjadinya infeksi post partum atau infeksi
puerperium (Themone, 2014). Infeksi puerperium akan ditandai dengan demam,
sakit di daerah infeksi, berwana kemerahan, dan fungsi organ terganggu (Yuniar,
2016):

Oleh karena itu perlu dilakukan pencegahan dan penanganan dalam


menangani komplikasi yang timbul pada infeksi puerperium tersebut. Perlu
dilakukan pemantauan dan perhatian khusus dalam pemberian asuhan
keperawatan secara komprehensif.

1.2 Tujuan
Mengetahui dan nemahami landasan teori dan asuhan keperawatan klien
dengan infeksi puerperium.

1
1.3 Manfaat
1.3.1 Menguraikan dan menjelaskan definisi infeksi puerperium.
1.3.2 Menguraikan dan menjelaskan Jenis Infeksi Puerperium
1.3.3 Menguraikan dan menjelaskan tanda dan gejala serta etiologi infeksi
puerperium
1.3.4 Menguraikan dan menjelaskan patofisiologi infeksi puerperium
1.3.5 Menguraikan dan menjelaskan faktor resiko infeksi puerperium
1.3.6 Menguraikan dan menjelaskan penatalaksanaan infeksi puerperium
1.3.7 Membuat asuhan keperawatan untuk klien dengan infeksi puerperium.

2
BAB 2
TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi
Infeksi puerperium (nifas) adalah peradangan yang disebabkan oleh
masuknya kuman ke dalam organ genital pada saat persalinan dan masa nifas.
Infeksi puerperium ditandai dengan kenaikan suhu 38°C atau lebih yang terjadi
selama 2 hari berturut-turutdan terjadi setelah 24 jam pasca persalinan (post
partum) dan dalam 10 hari masa nifas (Sukmaningtias, 2016).

2.2 Jenis Infeksi Puerperium


Menurut Themone (2014), jenis-jenis infeksi puerperium dibagi menjadi 5
yaitu:

2.2.1 Infeksi uterus


a Endometritis
Endometritis adalah infeksi pada endometrium (lapisan dalam dari
rahim). Endometritis adalah infeksi yang berhubungan dengan
kelahiran anak yang sering terjadi pada wanita pasca persalinan yang
diakibatkan adanya plasenta yang tertinggal di dalam rahim, serta
infeksi dari luka pada leher rahim, vagina atau vulva. Tanda dan
gejalanya yaitu sedikit demam, nyeri yang samar-samar pada perut
bagian bawah dan seringkali keluar nanah dari vagina dengan bau khas
yang tidak enak, serta mengalami peningkatan suhu tubuh. Terjadinya
infeksi endometrium dapat terjadi pada saat persalinan, dimana bekas
implantasi plasenta masih terbuka, terutama pada persalinan terlantar
dan persalinan dengan tindakan terjadinya keguguran, saat pemasangan
alat rahim yang kurang legeartis. Untuk mengatasinya biasanya
dilakukan pemberian antibiotik dengan sesegera mungkin agar hasilnya
efektif.
b Miometritis (infeksi otot rahim)
Miometritis adalah radang pada miometrium. Miometrium adalah
tunika muskularis uterus. Gejalanya berupa demam, nyeri tekan pada

3
uterus, perdarahan pada vagina dan nyeri perut bagian bawah, lokea
berbau.
c Parametritis (infeksi daerah di sekitar rahim)
Parametritis atau disebut juga sellulitis pelvika adalah radang yang
terjadi pada parametrium yang disebabkan oleh invasi kuman.
Penjalaran kuman sampai ke parametrium terjadi pada infeksi yang
lebih berat. Infeksi menyebar ke parametrium melalui pembuluh limfe
atau melalui jaringan di antara kedua lembar ligamentum latum.
Parametrium dapat juga terjadi melalui salfingo-ooforitis. Parametritis
umumnya merupakan komplikasi yang berbahaya dan merupakan
sepertiga dari sebab kematian karena kasus infeksi. Penyebab
parametritis yaitu kuman–kuman memasuki endometrium (biasanya
pada luka insersio plasenta) dalam waktu singkat dan menyebar ke
seluruh endometrium.
2.2.2 Syok bakterimia
Infeksi kritis, terutama yang disebabkan oleh bakteri yang melepaskan
endotoksin, bisa mempresipitasi syok bakteremia (septik). Sering terjadi
pada ibu hamil, terutama mereka yang menderita diabetes mellitus atau
ibu yang memakai obat imunosupresan, berada pada tingkat resiko
tinggi, demikian juga mereka yang menderita endometritis selama
periode post partum. Pengobatan yang cepat terhadap syok bakteremia
membuat prognosis menjadi baik.
2.2.3 Peritonitis
Peritonitis post partum bisa terjadi karena meluasnya endometritis,
tetapi dapat juga ditemukan bersama sellulitis pelviks. Kemungkinan
bahwa abses pada sellulitis pelviks mengeluarkan nanah ke rongga
peritoneum dan menyebabkan peritonitis. Gejalanya antara lain
penderita mengalami demam, dan nyeri pada perut bagian bawah.
2.2.4 Infeksi saluran kemih
Infeksi saluran kemih (ISK) terjadi pada sekitar 10% wanita hamil,
kebanyakan terjadi pada masa prenatal. Mereka yang sebelumnya

4
mengalami ISK memiliki kecenderungan mengidap ISK lagi sewaktu
hamil. Servisitis, vaginitis, obstruksi ureter yang flaksid, refluks
vesikoureteral, dan trauma lahir mempredisposisi wanita hamil untuk
menderita ISK.
2.2.5 Septikemia dan piemia
Infeksi nifas yang penyebarannya melalui pembuluh darah adalah
septikemia, piemia dan tromboflebitis. Infeksi ini merupakan infeksi
umum yang disebabkan oleh kuman patogen Streptococcus Hemolitikus
Golongan A. Infeksi ini sangat berbahaya dan merupakan 50% dari
semua kematian karena infeksi puerperium (nifas). Pada septikemia
kuman yang ada di uterus, langsung masuk ke peredaran darah dan
menyebabkan infeksi.
Pada piemia terdapat tromboflebitis pada vena-vena di uterus serta
sinus pada bekas tempat plasenta. Tromboflebitis ini menjalar ke vena
uteri, vena hipogastrika, dan vena ovary (tromboflebitis pelvika). Dari
tempat trombus itu embolus kecil yang mengandung kuman dilepaskan.
Tiap kali dilepaskan, embolus masuk ke peredaran darah umum dan
dibawa oleh aliran darah ketempat lain, antaranya ke paru-paru, ginjal,
otak, jantung, dan sebagainya mengakibatkan terjadinya abses-abses di
tempat tersebut. Keadaan ini dinamakan piemia.
Pada septikemia, dari permulaan penderita sudah sakit dan lemah.
Sampai tiga hari post partum suhu tubuh meningkat dengan cepat,
biasanya disertai rasa menggigil. Suhu tubuh berkisar antara 39 – 40°C,
keadaan umum cepat memburuk, nadi menjadi cepat (140 –
160X/menit atau lebih). Penderita meninggal dalam enam sampai tujuh
hari post partum. Pada piemia, penderita post partum sudah merasa
sakit, nyeri perut, dan suhu agak meningkat. Suatu ciri khusus pada
piemia ialah berulang-ulang suhu meningkat dengan cepat disertai
menggigil, kemudian diikuti oleh turunnya suhu. Ini terjadi pada saat
dilepaskannya embolus dari tromboflebitis pelvika.

5
2.3 Tanda dan Gejala
Infeksi puerperium akan ditandai dengan demam, sakit di daerah infeksi,
berwana kemerahan, dan fungsi organ terganggu. Gambaran klinis infeksi
puerperium dapat berbentuk (Yuniar, 2016):

2.3.1 Infeksi Lokal

Pembengkakan luka episiotomi, terjadi penanahan, perubahan warna kulit,


pengeluaran lochea bercampur nanah, mobilitasi terbatas karena rasa
nyeri, dan temperatur tubuh meningkat.

2.3.2 Infeksi Umum

Tampak sakit dan lemah, meningkatnya temperatur, nadi, dan pernapasan,


tekanan darah menurun, terasa sesak, terjadi gangguan involusi pada
uterus, lochea berbau, bernanah dan kotor.

2.4 Etiologi
Infeksi puerperium berdasarkan masuknya kuman ke dalam organ kandungan
dibagi menjadi 3 yaitu (Sukmaningtias, 2016):

a) Eksogen (bakteri masuk ke dalam vagina dari luar)


b) Autogen (bakteri masuk dari tempat lain ke dalam tubuh)
c) Endogen (bakteri yang secara normal hidup di vagina dan rectum tanpa
menimbulkan bahaya).
Selain itu infeksi puerperium juga dapat disebabkan oleh kuman yang masuk
ke dalam organ genitalia, yang melibatkan mikroorganisme anaerob dan aerob
patogen yang merupakan flora normal serviks dan jalan lahir atau mungkin juga
dari luar. Penyebab yang terbanyak dan lebih dari 50% adalah Streptococcus
anaerob yang sebenarnya tidak patogen sebagai penghuni normal jalan lahir.
Kuman yang sering menyebabkan infeksi puerperium antara lain (Themone,
2014):

6
a Streptococcus haematilicus aerobic
Masuknya secara eksogen dan menyebabkan infeksi berat yang ditularkan
dari penderita lain, alatalat yang tidak steril, tangan penolong dan
sebagainya.
b Staphylococcus aurelis
Masuk secara eksogen, infeksinya sedang, banyak ditemukan sebagai
penyebab infeksi di rumah sakit.
c Escherichia coli
Sering berasal dari kandung kemih dan rektum menyebabkan infeksi
terbatas.
d Clostridium welchii
Kuman anaerobik yang sangat berbahaya, sering ditemukan pada abortus
kriminalis dan partus yang ditolong dukun dari luar rumah sakit.

2.5 Patofisiologi
Setelah kala III, daerah bekas insersio plasenta merupakan sebuah luka
dengan diameter kira-kira 4 cm. Permukaannya tidak rata, terdapat benjolan-
benjolan karena banyak vena yang ditutupi trombus. Daerah ini merupakan
tempat yang baik untuk tumbuhnya kumankuman dan masuknya jenis-jenis yang
patogen dalam tubuh wanita. Serviks sering mengalami perlukaan pada
persalinan, demikian juga vulva, vagina dan perineum yang semuanya merupakan
tempat masuknya kumankuman patogen. Proses radang dapat terbatas pada
lukaluka tersebut atau menyebar di luar luka asalnya. Adapun infeksi dapat terjadi
sebagai berikut (Themone, 2014) :

a. Tangan pemeriksa atau penolong yang tertutup sarung tangan pada


pemeriksaan dalam atau operasi membawa bakteri yang sudah ada dalam
vagina ke dalam uterus. Kemungkinan lain ialah bahwa sarung tangan atau
alat-alat yang dimasukkan ke dalam jalan lahir tidak sepenuhnya bebas dari
kuman-kuman.

7
b. Droplet infeksi. Sarung tangan atau alat-alat terkena kontaminasi bakteri
yang berasal dari hidung atau tenggorokan dokter atau petugas kesehatan
lainnya yang berada di ruang tersebut. Oleh karena itu, hidung dan mulut
petugas yang bekerja di kamar bersalin harus ditutup dengan masker dan
penderita infeksi saluran pernapasan dilarang memasuki kamar bersalin.

c. Dalam rumah sakit terlalu banyak kuman-kuman patogen, berasal dari


penderita-penderita dengan berbagai jenis infeksi. Kuman-kuman ini bisa
dibawa oleh aliran udara kemana-mana, antara lain ke handuk, kain-kain
yang tidak steril, dan alat-alat yang digunakan untuk merawat wanita dalam
persalinan atau pada waktu post partum.

d. Koitus pada akhir kehamilan tidak merupakan sebab infeksi penting, apabila
mengakibatkan pecahnya ketuban.

e. Infeksi intrapartum sudah dapat memperlihatkan gejala-gejala pada waktu


berlangsungnya persalinan. Infeksi intra partum biasanya berlangsung pada
waktu partus lama, apalagi jika ketuban sudah lama pecah dan beberapa kali
dilakukan pemeriksaan dalam. Gejala-gejalanya antara lain, kenaikan suhu
tubuh biasanya disertai dengan leukositosis dan takikardi, denyut jantung
janin dapat meningkat pula. Air ketuban biasanya menjadi keruh dan
berbau. Pada infeksi intra partum kuman-kuman memasuki dinding uterus
pada waktu persalinan, dan dengan melewati amnion dapat menimbulkan
infeksi pula pada janin.

2.6 Faktor Resiko


Adapun foktor resiko terjadinya innfeksi post partum adalah sebagai berikut
(Access, 2013) :

a. Riwayat persalinan dengan janin besar


b. Kelahiran per vagina
c. Usia ibu melahirkan lebih dari 31 tahun
d. Kehamilan multipara lebih dari 5
e. Ketuban pecah dini

8
f. Anemia dengan hemoglobin kurang dari 9 g/dl
g. Teknik pembersihan vagina post partum yang salah
h. Pemeriksaan serviks yang terlalu sering saat persalinan
i. Diabetes
j. Status nutrisi
k. Obesitas
l. Penyakit ginjal kronis
m. Penyakit hati kronis

2.7 Penatalaksanaan
Adapun penatalaksanaan infeksi post partum sebagai berukut (Treatment,
2018) :

a. Pemeriksaan tanda-tanda syok septikemia


b. Pemeriksaan abdomen dan kaji ukuran uterus
c. Menilai perdarahan uterus dan upaya mengendalikannya
d. Jika perdarahan tidak dapat diatasi segera rujuk ke unit spesialis
e. Pemeriksaan tekanan darah dan nadi setiap 15 menit
f. Pemberian cairan intravena adekuat
g. Pemeriksaan skin test untuk antibiotic
h. Pemeriksaan darah lengkap
i. Pemeriksaan urin dan kultur
j. Pemasangan foley kateter untuk memantau keluaran urin per jam
k. Pemeriksaan radiologi X-ray abdomen untk mendeteksi adanya perforasi
uterus
l. Pemberian antibiotik per intravena antara lain ampicillin intravena 500 mg/
6jam, amoxicillin intavena 500 mg/ 8 jam dan gentamicin 5 mg/ bb/ hari
dalam dosis tunggal
m. Pantau kebersihan area episiotomi dan perineum klien
n. Pantau tingkat nyeri klien

9
BAB 3
KASUS
Skenario:

Ny. A 27 tahun, G1P1A0 , pendidikan SMA, Islam, IRT. Suami Tn. B, 30 tahun,
pendidikan S1, Islam, PNS. Klien mengatakan sudah melahirkan dua hari yang
lalu dan anaknya lahir normal, merupakan anak pertamanya dan tidak pernah
keguguran, tidak ada masalah saat proses persalinannya, belum BAB sejak setelah
melahirkan. Ibu mengeluh nyeri pada daerah kemaluannya setelah melahirkan
pada tanggal 12 Februari 2018, dan ibu merasa sedikit cemas dengan keadaannya.
Ibu mengatakan masih ada pengeluaran darah pada bagian kemaluannya, tidak
punya riwayat penyakit jantung, hipertensi, DM, asma dan tidak ada riwayat
penyakit menular. Keadaan Umum Baik ,kesadaran Compos Mentis, TTV: TD:
100/70 mmHg, 38,50C, nadi: 80 x/menit, RR: 24 x/menit. Kulit kepala bersih,
rambut tidak rontok, tidak ada nyeri tekan, ibu tampak cemas dan wajah kadang
meringis, puting susu menonjol, aerola hiperpigmentasi, dan ada kolostrum, tidak
ada bekas operasi, TFU 2 jari bawah pusat, kontraksi uterus baik teraba keras dan
bundar, pengeluaran lochia rubra, luka jahitan masih basah. Ibu mendapatkan
perawatan luka episiotomi. Luka episiotomy terlihat membengkak.

Tugas:

1. Carilah kata-kata sulit pada kasus di atas! Carilah arti/maksud kata-kata sulit
tersebut!

2. Tentukan penyebab dari masalah klien pada kasus di atas!

3. Jelaskan bagaimana kasus tersebut bisa terjadi pada klien!

4. Jelaskan tanda dan gejala apa yang sering terjadi pada klien!

5. Jelaskan pemeriksaan penunjang yg bisa dilakukan oleh tenaga kesehatan!

6. Jelaskan penatalaksanaan yg bisa dilakukan oleh tenaga kesehatan untuk


menyelesaikan kasus tersebut!

10
7. Tentukan diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada kasus di atas!
(minimal: 3 diagnosa). Tambahkan data yang dapat menguatkan diagnosa
tersebut!

8. Tentukan intervensi yang mungkin pada diagnosa keperawatan tersebut!


Gunakan NOC dan NIC.

11
BAB 4
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Carilah kata-kata sulit pada kasus di atas! Carilah arti/maksud kata-kata sulit
tersebut!

1.1 G1P1A0:
a. G: Gravida artinya, kehamilan ke berapa saat ini
b. P: Para artinya, kelahiran dengan anak hidup sebelumnya
c. A: Abortus artinya, berapa kali keguguran selama kehamilan.

Kesimpulan : G1P1A0 yaitu kehamilan ke-1, pernah melahirkan 1 kali dan


belum pernah mengalami keguguran.

1.2 Kesadaran Compos Menti: kesadaran kompos mentis merupakan kondisi


seseorang yang sadar sepenuhnya, baik terhadap dirinya maupun
lingkungannya dan dapat menjawab pertanyaan yang ditanyakan oleh
pemeriksa dengan baik
1.3 Aerola Hiperpigmentasi: aerola hiperpigmantasi yaitu perubahan warna
menghitam pada daerah areola
1.4 Kolostrum : artinya cairan yang berwarna kuning dimana keluar pada saat
pertama kali sebelum ASI
1.5 Pengeluaran Lochia Rubra: artinya pengeluaran cairan berwarna merah
yang berisi darah segar, sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua
(membran mukosa yang melapisi rahim yang berubah selama kehamilan
dan diluruhkan pada saat nifas), lemak janin, dan rambut halus janin,
mekonium (kotoran janin yang bewarna hitam), pengeluarannya
berlagsung selama 2 hari pasca persalinan.
1.6 Luka Episiotomi: artinya luka yang terjadi akibat pembedahan di daerah
otot antara vagina dan anus pada saat ibu melahirkan dengan normal

12
2. Tentukan penyebab dari masalah klien pada kasus di atas!

Pada kasus diatas, penyebab dari masalah klien yaitu terdapatnya luka
episiotomi artinya adanya luka yang terjadi akibat pembedahan di daerah otot
antara vagina dan anus pada saat ibu melahirkan dengan normal. Dimana luka
tersebut memerlukan hygiene yang sangat besar agar terhindar dari kuman dan
bakrteri. Dan pada kasus tersebut keadaan luka episiotominya membengkak.

Bakteri penyebab infeksi peurperium:


1. Berdasarkan masuknya kuman ke dalam organ kandungan terbagi menjadi:
a. Ektogen (kuman dating dari luar)
b. Autogen (kuman dari tempat lain)
c. Endogen (kuman dari jalan lahir sendiri)
2. Selain itu, infeksi peurperium dapat disebabkan oleh:
a Streptococcus haematilicus aerobic
Masuknya secara eksogen dan menyebabkan infeksi berat yang ditularkan
dari penderita lain, alatalat yang tidak steril, tangan penolong dan
sebagainya.
b. Staphylococcus aurelis
Masuk secara eksogen, infeksinya sedang, banyak ditemukan sebagai
penyebab infeksi di rumah sakit.
c. Escherichia coli
Sering berasal dari kandung kemih dan rektum menyebabkan infeksi
terbatas.
d. Clostridium welchii
Kuman anaerobik yang sangat berbahaya, sering ditemukan pada abortus
kriminalis dan partus yang ditolong dukun dari luar rumah sakit.

3. Jelaskan bagaimana kasus tersebut bisa terjadi pada klien!

Terjadinya infeksi peuperium ialah dikarenakan ketidakbersihan penolong


saat melahirkan terhadap klien, ketidaksterilnya alat – alat, dan sarung tangan
yang digunakan untuk membantu persalinan berlangsung. Infeksi nosokomial dan

13
infeksi intrapartum bisa terjadi di pihak rumah sakit tersebut dikarenakan
ketidakbersihan alat dan tenaga kesehatan ketika membantu proses persalinan.

Pathway

Postpartum Puerpureum

Trauma Jalan Lahir Episiotomi

Psikologis

Luka perineum
Perdarahan
Perasaan tidak nyaman

Lucia rubra
Perubahan parameter
fisiologis Keterbatasan
sumberinformasi
Jahitan luka basah

Release hormon Keterbatasan pengetahuan


Prostalganldin
Agen infeksi

Konflik internal
Nyeri akut

Peningkatan suhu tubuh


Ansietas

Resiko infeksi

14
4. Jelaskan tanda dan gejala apa yang sering terjadi pada klien!

Tanda dan gejala yang dialami klien adalah nyeri pada daerah
kemaluannya karena adanya luka epiostomi pasca melahuirkan, kemudian klien
masih mengalami perdarahan pada bagian kemaluannya, hipertermi dibtunjukkan
hasil pemeriksaan suhu mencapai 38,5°C, dan anemia yang dibuktikan dengan
tekanan darah 100/70 mmHg, serta luka epiostomi tampak bengkak

5. Jelaskan pemeriksaan penunjang yg bisa dilakukan oleh tenaga kesehatan!

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan


adalah tes darah lengkap, tes urin dan kultur urin, serta pemeriksaan genital swab
untuk mendeteksi sensitifitas antibiotic yang tepat.

6. Jelaskan penatalaksanaan yg bisa dilakukan oleh tenaga kesehatan untuk


menyelesaikan kasus tersebut!

Penatalksanaan yang dapat dilakukan oleh tenaga kessehatan adalah


pemberian cairan intravena adekuat, pemantauan perdarahan pada area kemaluan
dan mengendalikannya, pemasangan foley kateter, dan peberian antibiotik dengan
beberapa pilihan diantaranya adalah ampicillin intravena 500 mg/ 6jam,
amoxicillin intavena 500 mg/ 8 jam dan gentamicin 5 mg/ bb/ hari dalam dosis
tunggal

7. Tentukan diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada kasus di atas!


(minimal: 3 diagnosa). Tambahkan data yang dapat menguatkan diagnosa
tersebut!

Pengkajian Data Keperawatan


A. Identitas Klien
Nama : Ny. A Suku/Bangsa : -
Jenis Kelamin : Perempuan Pendidikan : SMA
Umur : 23 tahun Pekerjaan : ibu rumah
tangga
Agama : Islam Alamat :-

15
B. Data Biologis/Fisiologis
- Keluhan Utama : klien mengeluh nyeri pada daerah kemaluan.
- Riwayat Penyakit Sekarang : klien mengatakan masih ada pengeluaran
darah pada bagian kemaluannya

- Riwayat Penyakit Dahulu : klien mengatakan tidak pernah mengalami


keguguran pada kehamilan yang sebelumnya.
- Riwayat Penyakit Keluarga : -
C. Riwayat Reproduksi
- Riwayat Kehamilan Sekarang :
a. G2P1A0
D. Pemeriksaan Fisik
TTV:
 TD: 100/70 mmHg
 N: 80x/menit
 RR 24x/menit,
 Suhu tubuh 38.5º C
E. Pemeriksaan Neurologis
 Kesadaran compos mentis
 TFU 2 jari bawah pusat
F. Pemeriksaan Psikologi
 Ibu mengatakan sedikit cemas dengan keadaannya karena
nyeri pada daerah kemaluaanya dan mengeluarkan darah

Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
1 DO: Nyeri pada daerah Ansietas
a. Wajah tampak kemaluan
meringis
b. Ibu tampak cemas
DS:

16
a. Ibu merasa sedikit Cemas dengan
cemas dengan keadaannya
keadaannya.

Ansietas

2 DO : Agens cedera fisik Nyeri akut


a. Wajah tampak
meringis
DS: Perubahan parameter
a. ibu mengeluh nyeri fisiologis
pada daerah
kemaluan
b. ibu mengatakan Pengeluaran darah per
masih ada vagina
pengeluaran darah
pada bagian
kemaluan Nyeri akut
3 DO : Luka epiostomi Resiko infeksi
a. Luka jahitan vagina
masih basah
b. Pengeluaran lochia Jahitan basah dan
rubra tampak bengkak
c.Luka epiostomi
terlihat membengkak
d. Suhu tubuh 38 oC Suhu tubuh 38 oC
DS : ibu merasakan
nyeri pada daerah
kemaluan Resiko infeksi

17
Diagnosa Keperawatan
1. 00146 Ansietas b.d nyeri pada daerah kemaluan d.d cemas dengan
keadaannya.
2. 00132 Nyeri akut b.d agens cedera fisik d.d pengeluaran darah pada bagian
kemaluan.
3. 00004 Resiko infeksi b.d luka epiostomi d.d pembengkakan jahitan
disertai peningkatan suhu tubuh

8. Tentukan intervensi yang mungkin pada diagnosa keperawatan tersebut!


Gunakan NOC dan NIC.

INTERVENSI
Tujuan dan Rasional
No Diagnosa Intervensi
Kriteria hasil

1. Ansietas b.d Tujuan: Pengurangan 1. Agar klien


nyeri pada Kecemasan – 5820 memiliki
Setelah dilakukan
daerah 1. Gunakan kepercayaan
tindakan
kemaluan pendekatan yang terhadap
keperawatan selama
d.d cemas tenang dan perawat
1 x 24 jam,
dengan meyakinkan 2. Agar
diharapkan ansietas
keadaannya. 2. Pahami situasi mengetahui
pada pasien dapat
krisis yang terjadi situasi yang
diatasi dengan
dari perspektif sedang dialami
Kriteria Hasil: klien klien
3. Beikan informasi 3. Agar klien
Tingkat Kecemasan
faktual terkait memahami
– 1211
diagnosis, terkait
1. Perasaan gelisah perawatan dan diagnosis,
dipertahankan prognosis. perawatan, dan
dari skala 3 4. Berada disisi klien prognosis dari
(sedang) menjadi untuk keadaan yang

18
skala 5 (tidak meningkatkan rasa sedang dialami
ada). aman dan 4. Agar klien
2. Wajah tegang mengurangi merasa
dipertahankan ketakutan dilindungi dari
dari skala 3 5. Dorong verbalisasi situasi yang
(sedang) menjadi perasaan, persepsi, dirasakan
skala 5 (tidak dan ketakutan. 5. Agar klien
ada). 6. Berikan aktivitas mampu
3. Rasa cemas yang pengganti yang menggambark
disampaikan bertujuan untuk an situasi dan
secara lisan menurangi tekanan. masalah yang
dipertahankan dialami secara
dari skala 3 verbal
(sedang) menjadi 6. Agar klien
skala 5 (tidak terdistraksi
ada). dari situasi
yang
menyebabkan
ansietas.
2.. Nyeri akut Tujuan: Pemberian Analgesik 1. Agar
b.d agens – 2210 menjamin
Setelah dilakukan
cedera fisik keamanan
tindakan 1. Cek riwayat alergi
d.d klien terkait
keperawatan selama obat.
pengeluaran interaksi dan
2 x 24 jam, 2. Monitor tanda-
darah pada efek samping
diharapkan nyeri tanda vital sebelum
bagian obat yang
pada pasien dapat dan sesudah
kemaluan. diberikan
diatasi dengan memberikan
2. Untuk
analgesik.
Kriteria Hasil: memantau efek
3. Berikan kebutuhan
dan kerja obat
Tingkat Nyeri - kenyamanan dan
pada klien.

19
2102 aktivitas yang 3. Agar
dapat membantu kenyamanan
1. Nyeri yang
relaksasi untuk klien
dilaporkan
penurunan nyeri meningkat dan
dipertahankan
4. Berikan analgesik mengurangi
dari skala 3
sesuai waktu paruh. nyeri yang
(sedang) menjadi
5. Evaluasi dirasakan.
skala 4 (ringan)
keefektifan 4. Untuk
2. Ekspresi nyeri
analgesik dengan menjamin
wajah
interval yang dosis yang ada
dipertahankan
teratur setelah ditbuh klien
dari skala 3
pemberian 5. Untuk
(sedang) menjadi
analgesik. mengetahui
skala 5 (tidak
6. Lakukan tindakan- hasil dari
ada)
tindakan untuk pemberian
menurunkan efek analgesik pada
samping analgesik. klien
6. Agar klien
tidak
terganggu
dengan efek
analgesic yang
diberikan

Resiko Tujuan: Perawatan Perineum 1. Agar


infeksi – 1750 kebersihan
Setelah dilakukan
1. Bantu klien perineum
tindakan
membersihkan terjaga
keperawatan selama
perineum 2. Agar luka
2 x 24 jam,
2. Jaga perineum agar jahitan tidak
diharapkan resiko
tetap kering basah untuk
infeksi pada pasien

20
dapat diatasi dengan 3. Bersihkan area menghindari
perineum secara infeksi
Kriteria Hasil:
teratur 3. Agar perineum
Keparahan Infeksi 4. Berikan posisi tetap dalam
: Baru Lahir – yang nyaman. keadaan bersih
0708 5. Berikan pembalut 4. Untuk
yang sesuai untuk meningkatkan
1. Ketidakstabilan
menyerap cairan kenyamanan
suhu
6. Berikan losion klien
dipertahankan
perlindungan yang 5. Agar cairan
dari skala 3
tepat. yang keluar
(sedang) menjadi
dari perineum
skala 5 (tidak
dapat terserap
ada)
pembalut
2. Wajah pucat
sehingga
dipertahankan
mengurangi
dari skala 3
resiko infeksi
(sedang) menjadi
6. Agar
skala 5 (tidak
kelembaban
ada)
daerah
perineum
sesuai dengan
kebutuhan
untuk
penyembuhan
luka.

21
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Infeksi puerperium (nifas) merupakan peradangan yang disebabkan oleh
masuknya kuman ke dalam organ genital pada saat persalinan dan masa nifas.
Infeksi puerperium ditandai dengan kenaikan suhu 38°C atau lebih yang terjadi
selama 2 hari berturut-turutdan terjadi setelah 24 jam pasca persalinan (post
partum) dan dalam 10 hari masa nifas. Selain itu, infeksi ini ditandai dengan
demam, sakit di daerah infeksi, berwarna kemerahan, dan fungsi organ terganggu.
Infeksi puerperium merupakan salah satu penyakit yang terjadi pada ibu post
partum yang dapat menyebabkan kematian. Sehingga perlu adanya perhatian lebih
pada ibu-ibu post partum.

5.2 Saran
Dalam penulisan makalah ini penulis berharap untuk memberikan pengetahuan
tentang infeksi puerperium serta konsep asuhan keperawatan ibu hamil dengan
infeksi puerperium. Sehingga pembaca mengerti dan mengetahui tentang infeksi
purperium bagaimana tanda dan gejala, penyebab, pencegaan, penatalaksanaan
serta perawatannya. Penulis juga menerima segala kritikan, masukan dan saran
yang membangun sehingga dapat meningkatkan hasil makalah ini untuk menjadi
yang lebih baik kedepannya.

22
DAFTAR PUSTAKA
Themone, Maria Anjekina. 2014. Gambaran Kejadian Infeksi Post Partum pada
Ibu yang Menggunakan Kompres Panas (Tatobi) di Desa Binaus Kecamatan
Mollo Tengah Kabupaten Timor Tengah Selatan.
http://repository.uksw.edu/handle/123456789/12065. Universitas kristen
satya wacana

Safitri, Yuniar. 2016. Bab II Tinjauan Pustaka


http://eprints.undip.ac.id/50880/3/Yuniar_Safitri_22010112110030_Lap.KT
I_Bab2.pdf

Sukmaningtias, Dara Ayu. 2016. Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Pada NY. GP1 A0
Dengan Infeksi Luka Perineum Di BPS Sunarnisumberlawang Sragen.
Surakarta

Access, O. 2013. Risk factors and complications of puerperal sepsis at a tertiary


healthcare centre. 29(4):972–976.

Treatment, P. I. 2018. Prehospital care emergency department care mastitis


treatment. 2018–2020. dapat diakses di :
https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&v
ed=2ahUKEwjlgYi2uazhAhWY4XMBHSBCBJIQFjABegQIBBAC&url=htt
ps%3A%2F%2Fwww.gfmer.ch%2FSRH-Course-2010%2Fnational-
guidelines%2Fpdf%2FManagement-Puerperal-Sepsis-
SLCOG.pdf&usg=AOvVaw3CnlFR8lt-BqQAVpon1QSm

Andy. W. W,2018. Postpartum Infections Treatment & Management.


http://emedicine.medscape.com/article [diakses pada 26 maret 2019].

23
E.Dalton., E. Castillo. 2014. Post partum infections: A review for the non-
OBGYN. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4934978/
[diakses pada 26 maret 2019].

24

Anda mungkin juga menyukai