MAKALAH
oleh
Kelompok 20
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2019
1
KEPERAWATAN MATERNITAS
MAKALAH
Disusun Guna Melengkapi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Maternitas dengan
Dosen Pembimbing Ns. Peni Perdani J, M.Kep
oleh
Rizki Rama Aji NIM 172310101019
Nur Diana NIM 172310101037
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan anugerah-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Konsep
Asuhan Keperawatan Ibu Hamil dengan Infeksi Puerperium” dengan baik dan
lancar. Atas suport dan dukungan yang diberikan dalam penyusunan makalah ini,
penulis mengucapkan terimakasih kepada,
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Infeksi puerperium (nifas) adalah peradangan yang disebabkan oleh
masuknya kuman ke dalam organ genital pada saat persalinan dan masa nifas.
Infeksi ini ditandai dengan demam, sakit di daerah infeksi, berwarna kemerahan,
dan fungsi organ terganggu (Sukmaningtias, 2016). Pada umumnya, infeksi
puerperium ditandai dengan suhu 38°C atau lebih yang terjadi antara hari ke 2 –10
post partum. Infeksi puerperium (nifas) inilah yang menjadi morbiditas dan
mortalitas bagi ibu pasca bersalin (Themone, 2014).
1.2 Tujuan
Mengetahui dan nemahami landasan teori dan asuhan keperawatan klien
dengan infeksi puerperium.
1
1.3 Manfaat
1.3.1 Menguraikan dan menjelaskan definisi infeksi puerperium.
1.3.2 Menguraikan dan menjelaskan Jenis Infeksi Puerperium
1.3.3 Menguraikan dan menjelaskan tanda dan gejala serta etiologi infeksi
puerperium
1.3.4 Menguraikan dan menjelaskan patofisiologi infeksi puerperium
1.3.5 Menguraikan dan menjelaskan faktor resiko infeksi puerperium
1.3.6 Menguraikan dan menjelaskan penatalaksanaan infeksi puerperium
1.3.7 Membuat asuhan keperawatan untuk klien dengan infeksi puerperium.
2
BAB 2
TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi
Infeksi puerperium (nifas) adalah peradangan yang disebabkan oleh
masuknya kuman ke dalam organ genital pada saat persalinan dan masa nifas.
Infeksi puerperium ditandai dengan kenaikan suhu 38°C atau lebih yang terjadi
selama 2 hari berturut-turutdan terjadi setelah 24 jam pasca persalinan (post
partum) dan dalam 10 hari masa nifas (Sukmaningtias, 2016).
3
uterus, perdarahan pada vagina dan nyeri perut bagian bawah, lokea
berbau.
c Parametritis (infeksi daerah di sekitar rahim)
Parametritis atau disebut juga sellulitis pelvika adalah radang yang
terjadi pada parametrium yang disebabkan oleh invasi kuman.
Penjalaran kuman sampai ke parametrium terjadi pada infeksi yang
lebih berat. Infeksi menyebar ke parametrium melalui pembuluh limfe
atau melalui jaringan di antara kedua lembar ligamentum latum.
Parametrium dapat juga terjadi melalui salfingo-ooforitis. Parametritis
umumnya merupakan komplikasi yang berbahaya dan merupakan
sepertiga dari sebab kematian karena kasus infeksi. Penyebab
parametritis yaitu kuman–kuman memasuki endometrium (biasanya
pada luka insersio plasenta) dalam waktu singkat dan menyebar ke
seluruh endometrium.
2.2.2 Syok bakterimia
Infeksi kritis, terutama yang disebabkan oleh bakteri yang melepaskan
endotoksin, bisa mempresipitasi syok bakteremia (septik). Sering terjadi
pada ibu hamil, terutama mereka yang menderita diabetes mellitus atau
ibu yang memakai obat imunosupresan, berada pada tingkat resiko
tinggi, demikian juga mereka yang menderita endometritis selama
periode post partum. Pengobatan yang cepat terhadap syok bakteremia
membuat prognosis menjadi baik.
2.2.3 Peritonitis
Peritonitis post partum bisa terjadi karena meluasnya endometritis,
tetapi dapat juga ditemukan bersama sellulitis pelviks. Kemungkinan
bahwa abses pada sellulitis pelviks mengeluarkan nanah ke rongga
peritoneum dan menyebabkan peritonitis. Gejalanya antara lain
penderita mengalami demam, dan nyeri pada perut bagian bawah.
2.2.4 Infeksi saluran kemih
Infeksi saluran kemih (ISK) terjadi pada sekitar 10% wanita hamil,
kebanyakan terjadi pada masa prenatal. Mereka yang sebelumnya
4
mengalami ISK memiliki kecenderungan mengidap ISK lagi sewaktu
hamil. Servisitis, vaginitis, obstruksi ureter yang flaksid, refluks
vesikoureteral, dan trauma lahir mempredisposisi wanita hamil untuk
menderita ISK.
2.2.5 Septikemia dan piemia
Infeksi nifas yang penyebarannya melalui pembuluh darah adalah
septikemia, piemia dan tromboflebitis. Infeksi ini merupakan infeksi
umum yang disebabkan oleh kuman patogen Streptococcus Hemolitikus
Golongan A. Infeksi ini sangat berbahaya dan merupakan 50% dari
semua kematian karena infeksi puerperium (nifas). Pada septikemia
kuman yang ada di uterus, langsung masuk ke peredaran darah dan
menyebabkan infeksi.
Pada piemia terdapat tromboflebitis pada vena-vena di uterus serta
sinus pada bekas tempat plasenta. Tromboflebitis ini menjalar ke vena
uteri, vena hipogastrika, dan vena ovary (tromboflebitis pelvika). Dari
tempat trombus itu embolus kecil yang mengandung kuman dilepaskan.
Tiap kali dilepaskan, embolus masuk ke peredaran darah umum dan
dibawa oleh aliran darah ketempat lain, antaranya ke paru-paru, ginjal,
otak, jantung, dan sebagainya mengakibatkan terjadinya abses-abses di
tempat tersebut. Keadaan ini dinamakan piemia.
Pada septikemia, dari permulaan penderita sudah sakit dan lemah.
Sampai tiga hari post partum suhu tubuh meningkat dengan cepat,
biasanya disertai rasa menggigil. Suhu tubuh berkisar antara 39 – 40°C,
keadaan umum cepat memburuk, nadi menjadi cepat (140 –
160X/menit atau lebih). Penderita meninggal dalam enam sampai tujuh
hari post partum. Pada piemia, penderita post partum sudah merasa
sakit, nyeri perut, dan suhu agak meningkat. Suatu ciri khusus pada
piemia ialah berulang-ulang suhu meningkat dengan cepat disertai
menggigil, kemudian diikuti oleh turunnya suhu. Ini terjadi pada saat
dilepaskannya embolus dari tromboflebitis pelvika.
5
2.3 Tanda dan Gejala
Infeksi puerperium akan ditandai dengan demam, sakit di daerah infeksi,
berwana kemerahan, dan fungsi organ terganggu. Gambaran klinis infeksi
puerperium dapat berbentuk (Yuniar, 2016):
2.4 Etiologi
Infeksi puerperium berdasarkan masuknya kuman ke dalam organ kandungan
dibagi menjadi 3 yaitu (Sukmaningtias, 2016):
6
a Streptococcus haematilicus aerobic
Masuknya secara eksogen dan menyebabkan infeksi berat yang ditularkan
dari penderita lain, alatalat yang tidak steril, tangan penolong dan
sebagainya.
b Staphylococcus aurelis
Masuk secara eksogen, infeksinya sedang, banyak ditemukan sebagai
penyebab infeksi di rumah sakit.
c Escherichia coli
Sering berasal dari kandung kemih dan rektum menyebabkan infeksi
terbatas.
d Clostridium welchii
Kuman anaerobik yang sangat berbahaya, sering ditemukan pada abortus
kriminalis dan partus yang ditolong dukun dari luar rumah sakit.
2.5 Patofisiologi
Setelah kala III, daerah bekas insersio plasenta merupakan sebuah luka
dengan diameter kira-kira 4 cm. Permukaannya tidak rata, terdapat benjolan-
benjolan karena banyak vena yang ditutupi trombus. Daerah ini merupakan
tempat yang baik untuk tumbuhnya kumankuman dan masuknya jenis-jenis yang
patogen dalam tubuh wanita. Serviks sering mengalami perlukaan pada
persalinan, demikian juga vulva, vagina dan perineum yang semuanya merupakan
tempat masuknya kumankuman patogen. Proses radang dapat terbatas pada
lukaluka tersebut atau menyebar di luar luka asalnya. Adapun infeksi dapat terjadi
sebagai berikut (Themone, 2014) :
7
b. Droplet infeksi. Sarung tangan atau alat-alat terkena kontaminasi bakteri
yang berasal dari hidung atau tenggorokan dokter atau petugas kesehatan
lainnya yang berada di ruang tersebut. Oleh karena itu, hidung dan mulut
petugas yang bekerja di kamar bersalin harus ditutup dengan masker dan
penderita infeksi saluran pernapasan dilarang memasuki kamar bersalin.
d. Koitus pada akhir kehamilan tidak merupakan sebab infeksi penting, apabila
mengakibatkan pecahnya ketuban.
8
f. Anemia dengan hemoglobin kurang dari 9 g/dl
g. Teknik pembersihan vagina post partum yang salah
h. Pemeriksaan serviks yang terlalu sering saat persalinan
i. Diabetes
j. Status nutrisi
k. Obesitas
l. Penyakit ginjal kronis
m. Penyakit hati kronis
2.7 Penatalaksanaan
Adapun penatalaksanaan infeksi post partum sebagai berukut (Treatment,
2018) :
9
BAB 3
KASUS
Skenario:
Ny. A 27 tahun, G1P1A0 , pendidikan SMA, Islam, IRT. Suami Tn. B, 30 tahun,
pendidikan S1, Islam, PNS. Klien mengatakan sudah melahirkan dua hari yang
lalu dan anaknya lahir normal, merupakan anak pertamanya dan tidak pernah
keguguran, tidak ada masalah saat proses persalinannya, belum BAB sejak setelah
melahirkan. Ibu mengeluh nyeri pada daerah kemaluannya setelah melahirkan
pada tanggal 12 Februari 2018, dan ibu merasa sedikit cemas dengan keadaannya.
Ibu mengatakan masih ada pengeluaran darah pada bagian kemaluannya, tidak
punya riwayat penyakit jantung, hipertensi, DM, asma dan tidak ada riwayat
penyakit menular. Keadaan Umum Baik ,kesadaran Compos Mentis, TTV: TD:
100/70 mmHg, 38,50C, nadi: 80 x/menit, RR: 24 x/menit. Kulit kepala bersih,
rambut tidak rontok, tidak ada nyeri tekan, ibu tampak cemas dan wajah kadang
meringis, puting susu menonjol, aerola hiperpigmentasi, dan ada kolostrum, tidak
ada bekas operasi, TFU 2 jari bawah pusat, kontraksi uterus baik teraba keras dan
bundar, pengeluaran lochia rubra, luka jahitan masih basah. Ibu mendapatkan
perawatan luka episiotomi. Luka episiotomy terlihat membengkak.
Tugas:
1. Carilah kata-kata sulit pada kasus di atas! Carilah arti/maksud kata-kata sulit
tersebut!
4. Jelaskan tanda dan gejala apa yang sering terjadi pada klien!
10
7. Tentukan diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada kasus di atas!
(minimal: 3 diagnosa). Tambahkan data yang dapat menguatkan diagnosa
tersebut!
11
BAB 4
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Carilah kata-kata sulit pada kasus di atas! Carilah arti/maksud kata-kata sulit
tersebut!
1.1 G1P1A0:
a. G: Gravida artinya, kehamilan ke berapa saat ini
b. P: Para artinya, kelahiran dengan anak hidup sebelumnya
c. A: Abortus artinya, berapa kali keguguran selama kehamilan.
12
2. Tentukan penyebab dari masalah klien pada kasus di atas!
Pada kasus diatas, penyebab dari masalah klien yaitu terdapatnya luka
episiotomi artinya adanya luka yang terjadi akibat pembedahan di daerah otot
antara vagina dan anus pada saat ibu melahirkan dengan normal. Dimana luka
tersebut memerlukan hygiene yang sangat besar agar terhindar dari kuman dan
bakrteri. Dan pada kasus tersebut keadaan luka episiotominya membengkak.
13
infeksi intrapartum bisa terjadi di pihak rumah sakit tersebut dikarenakan
ketidakbersihan alat dan tenaga kesehatan ketika membantu proses persalinan.
Pathway
Postpartum Puerpureum
Psikologis
Luka perineum
Perdarahan
Perasaan tidak nyaman
Lucia rubra
Perubahan parameter
fisiologis Keterbatasan
sumberinformasi
Jahitan luka basah
Konflik internal
Nyeri akut
Resiko infeksi
14
4. Jelaskan tanda dan gejala apa yang sering terjadi pada klien!
Tanda dan gejala yang dialami klien adalah nyeri pada daerah
kemaluannya karena adanya luka epiostomi pasca melahuirkan, kemudian klien
masih mengalami perdarahan pada bagian kemaluannya, hipertermi dibtunjukkan
hasil pemeriksaan suhu mencapai 38,5°C, dan anemia yang dibuktikan dengan
tekanan darah 100/70 mmHg, serta luka epiostomi tampak bengkak
15
B. Data Biologis/Fisiologis
- Keluhan Utama : klien mengeluh nyeri pada daerah kemaluan.
- Riwayat Penyakit Sekarang : klien mengatakan masih ada pengeluaran
darah pada bagian kemaluannya
Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
1 DO: Nyeri pada daerah Ansietas
a. Wajah tampak kemaluan
meringis
b. Ibu tampak cemas
DS:
16
a. Ibu merasa sedikit Cemas dengan
cemas dengan keadaannya
keadaannya.
Ansietas
17
Diagnosa Keperawatan
1. 00146 Ansietas b.d nyeri pada daerah kemaluan d.d cemas dengan
keadaannya.
2. 00132 Nyeri akut b.d agens cedera fisik d.d pengeluaran darah pada bagian
kemaluan.
3. 00004 Resiko infeksi b.d luka epiostomi d.d pembengkakan jahitan
disertai peningkatan suhu tubuh
INTERVENSI
Tujuan dan Rasional
No Diagnosa Intervensi
Kriteria hasil
18
skala 5 (tidak meningkatkan rasa sedang dialami
ada). aman dan 4. Agar klien
2. Wajah tegang mengurangi merasa
dipertahankan ketakutan dilindungi dari
dari skala 3 5. Dorong verbalisasi situasi yang
(sedang) menjadi perasaan, persepsi, dirasakan
skala 5 (tidak dan ketakutan. 5. Agar klien
ada). 6. Berikan aktivitas mampu
3. Rasa cemas yang pengganti yang menggambark
disampaikan bertujuan untuk an situasi dan
secara lisan menurangi tekanan. masalah yang
dipertahankan dialami secara
dari skala 3 verbal
(sedang) menjadi 6. Agar klien
skala 5 (tidak terdistraksi
ada). dari situasi
yang
menyebabkan
ansietas.
2.. Nyeri akut Tujuan: Pemberian Analgesik 1. Agar
b.d agens – 2210 menjamin
Setelah dilakukan
cedera fisik keamanan
tindakan 1. Cek riwayat alergi
d.d klien terkait
keperawatan selama obat.
pengeluaran interaksi dan
2 x 24 jam, 2. Monitor tanda-
darah pada efek samping
diharapkan nyeri tanda vital sebelum
bagian obat yang
pada pasien dapat dan sesudah
kemaluan. diberikan
diatasi dengan memberikan
2. Untuk
analgesik.
Kriteria Hasil: memantau efek
3. Berikan kebutuhan
dan kerja obat
Tingkat Nyeri - kenyamanan dan
pada klien.
19
2102 aktivitas yang 3. Agar
dapat membantu kenyamanan
1. Nyeri yang
relaksasi untuk klien
dilaporkan
penurunan nyeri meningkat dan
dipertahankan
4. Berikan analgesik mengurangi
dari skala 3
sesuai waktu paruh. nyeri yang
(sedang) menjadi
5. Evaluasi dirasakan.
skala 4 (ringan)
keefektifan 4. Untuk
2. Ekspresi nyeri
analgesik dengan menjamin
wajah
interval yang dosis yang ada
dipertahankan
teratur setelah ditbuh klien
dari skala 3
pemberian 5. Untuk
(sedang) menjadi
analgesik. mengetahui
skala 5 (tidak
6. Lakukan tindakan- hasil dari
ada)
tindakan untuk pemberian
menurunkan efek analgesik pada
samping analgesik. klien
6. Agar klien
tidak
terganggu
dengan efek
analgesic yang
diberikan
20
dapat diatasi dengan 3. Bersihkan area menghindari
perineum secara infeksi
Kriteria Hasil:
teratur 3. Agar perineum
Keparahan Infeksi 4. Berikan posisi tetap dalam
: Baru Lahir – yang nyaman. keadaan bersih
0708 5. Berikan pembalut 4. Untuk
yang sesuai untuk meningkatkan
1. Ketidakstabilan
menyerap cairan kenyamanan
suhu
6. Berikan losion klien
dipertahankan
perlindungan yang 5. Agar cairan
dari skala 3
tepat. yang keluar
(sedang) menjadi
dari perineum
skala 5 (tidak
dapat terserap
ada)
pembalut
2. Wajah pucat
sehingga
dipertahankan
mengurangi
dari skala 3
resiko infeksi
(sedang) menjadi
6. Agar
skala 5 (tidak
kelembaban
ada)
daerah
perineum
sesuai dengan
kebutuhan
untuk
penyembuhan
luka.
21
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Infeksi puerperium (nifas) merupakan peradangan yang disebabkan oleh
masuknya kuman ke dalam organ genital pada saat persalinan dan masa nifas.
Infeksi puerperium ditandai dengan kenaikan suhu 38°C atau lebih yang terjadi
selama 2 hari berturut-turutdan terjadi setelah 24 jam pasca persalinan (post
partum) dan dalam 10 hari masa nifas. Selain itu, infeksi ini ditandai dengan
demam, sakit di daerah infeksi, berwarna kemerahan, dan fungsi organ terganggu.
Infeksi puerperium merupakan salah satu penyakit yang terjadi pada ibu post
partum yang dapat menyebabkan kematian. Sehingga perlu adanya perhatian lebih
pada ibu-ibu post partum.
5.2 Saran
Dalam penulisan makalah ini penulis berharap untuk memberikan pengetahuan
tentang infeksi puerperium serta konsep asuhan keperawatan ibu hamil dengan
infeksi puerperium. Sehingga pembaca mengerti dan mengetahui tentang infeksi
purperium bagaimana tanda dan gejala, penyebab, pencegaan, penatalaksanaan
serta perawatannya. Penulis juga menerima segala kritikan, masukan dan saran
yang membangun sehingga dapat meningkatkan hasil makalah ini untuk menjadi
yang lebih baik kedepannya.
22
DAFTAR PUSTAKA
Themone, Maria Anjekina. 2014. Gambaran Kejadian Infeksi Post Partum pada
Ibu yang Menggunakan Kompres Panas (Tatobi) di Desa Binaus Kecamatan
Mollo Tengah Kabupaten Timor Tengah Selatan.
http://repository.uksw.edu/handle/123456789/12065. Universitas kristen
satya wacana
Sukmaningtias, Dara Ayu. 2016. Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Pada NY. GP1 A0
Dengan Infeksi Luka Perineum Di BPS Sunarnisumberlawang Sragen.
Surakarta
23
E.Dalton., E. Castillo. 2014. Post partum infections: A review for the non-
OBGYN. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4934978/
[diakses pada 26 maret 2019].
24