DOSEN PEMBIMBING
Ns. Oswati Hasanah, M.Kep.,Sp.Kep.An
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kami yang berjudul “Konsep dan
Askep Pada Neonatus Resiko Tinggi : Prematuritas”. Tidak lupa kami juga
mengucapkan terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan
memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Makalah ini kami susun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan
Anak I pada Semester Genap (IV) Fakultas Keperawatan, jurusan Ilmu
Keperawatan tahun ajaran 2020/2021.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih
banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu kami sangat mengharapkan
saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Tim
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................................i
DAFTAR ISI ......................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang........................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan.....................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi Prematuritas..............................................................................................................4
2.2 Etiologi Prematuritas..............................................................................................................4
2.3 Klasifikasi Prematuritas.........................................................................................................5
2.4 Patofisiologi & WOC Prematuritas........................................................................................6
2.5 Faktor resiko Prematuritas.....................................................................................................10
2.6 Manifestasi klinis Prematuritas..............................................................................................11
2.7 Klasifikasi Prematuritas.........................................................................................................12
2.8 Komplikasi Prematuritas........................................................................................................12
2.9 Perawatan bayi dengan Prematuritas.....................................................................................14
2.10 Asuhan Keperawatan pada Bayi dengan Prematuritas..........................................................15
2.11 Penatalaksanaan Prematuritas...............................................................................................27
2.12 Pencegahan Prematuritas......................................................................................................29
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan.............................................................................................................................31
3.2 Saran........................................................................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Permasalahan pada kelahiran premature sudah menjadi masalah global.
Seperti halnya dari 184 negara yang ada di dunia, terdapat kelahiran premature
sekitar 5% sampai 11% dari jumlah bayi yang lahir pertahun 2000 di Negara
maju. Sekitar 50% bayi yang dilahirkan terlalu dini terdapat di Negara dengan
penghasilan rendah, seperti Afrika 15% dan Sudan 3%. Indonesia merupakan
salah satu Negara yang secara umum memiliki peghasilan rendah sehingga
Indonesia lebih beresiko dengan kejadian kelahiran premature (World Health
Organization, 2012).
2
e. Untuk mengetahui bagaimana manifestasi klinis dari prematuritas
f. Untuk mengetahui apa-apa saja klasifikasi dari prematuritas
g. Untuk mengetahui bagaimana komplikasi dari prematuritas pada ibu
h. Untuk mengetahui bagaimana komplikasi dari prematuritas pada bayi
i. Untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaan dari prematuritas
j. Untuk mengetahui bagaimana pencegahan dari prematuritas
k. Untuk mengetahui bagaimana perawatan yang diberikan pada bayi dengan
prematuritas
l. Untuk mengetahui bagaimana Asuhan keperawatan yang diberikan pada bayi
dengan prematuritas
3
BAB II
PEMBAHASAN
Paritas ibu, riwayat prematur sebelumnya dan trauma ibu diduga merupakan
penyebab terjadinya persalinan prematur. Persalinan prematur merupakan
penyebab utama yaitu 60-80% morbiditas dan mortalitas neonatal di seluruh
dunia. Indonesia memiliki angka kejadian prematur sekitar 19% dan merupakan
penyebab utama kematian perinatal.
1. Faktor ibu
Faktor ibu merupakan hal dominan dalam mempengaruhi kejadian
prematur, faktor-faktor tersebut di antaranya adalah:
a. Toksemia gravidarum (preeklampsia dan eklampsia).
b. Riwayat kelahiran prematur sebelumnya, perdarahan antepartum,
malnutrisi dan anemia sel sabit.
c. Kelainan bentuk uterus (misal: uterus bikurnis, inkompeten serviks).
d. Tumor (misal: mioma uteri, eistoma).
4
e. Ibu yang menderita penyakit seperti penyakit akut dengan gejala panas
tinggi (misal: thypus abdominalis, dan malaria) dan penyakit kronis (misal:
TBC, penyakit jantung, hipertensi, penyakit ginjal).
f. Trauma pada masa kehamilan, antara lain jatuh.
g. Kebiasaan ibu (ketergantungan obat narkotik, rokok dan alkohol).
h. Usia ibu pada waktu hamil kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun.
i. Bekerja yang terlalu berat.
j. Jarak hamil dan bersalin terlalu dekat.
2. Faktor Janin
Beberapa faktor janin yang mempengaruhi kejadian prematur antara
lain kehamilan ganda, hidramnion, ketuban pecah dini, cacat bawaan, kelainan
kromosom, infeksi (misal: rubella, sifilis, 11 toksoplasmosis), insufensi
plasenta, inkompatibilitas darah ibu dari janin (faktor rhesus, golongan darah
A, B dan O), infeksi dalam rahim.
3. Faktor Lain
Selain faktor ibu dan janin ada faktor lain yaitu faktor plasenta, seperti
plasenta previa dan solusio plasenta, faktor lingkungan, radiasi atau zat-zat
beracun, keadaan sosial ekonomi yang rendah, kebiasaan, pekerjaan yang
melelahkan dan merokok.
5
c. Cervical incompetence (mulut rahim yang lemah hingga tak mampu
menahan berat bayi dalam rahim).
d. Perdarahan sebelum atau saat persalinan (antepartum hemorrhage).
e. Ibu hamil yang sedang sakit.
2. Bayi prematur tipe KMK (bayi prematur kecil untuk masa kehamilan)
disebabkan oleh:
a. Ibu hamil yang kekurangan nutrisi.
b. Ibu memiliki riwayat hipertensi, pre eklampsia dan anemia.
c. Kehamilan kembar.
d. Malaria kronik dan penyakit kronik lainnya.
e. Ibu hamil merokok.
6
(ACTH), prostaglandin, reseptor oksitosin, matrix metaloproteinase
(MMP), interleukin-8, cyclooksigenase-2, dehydroepiandrosteron
sulfate (DHEAS), estrogen plasenta dan pembesaran kelenjar adrenal.
7
Mekanisme keempat adalah peregangan berlebihan dari uterus
yang bisa disebabkan oleh kehamilan kembar, polyhydramnion atau
distensi berlebih yang disebabkan oleh kelainan uterus atau proses
operasi pada serviks. Mekanisme ini dipengaruhi oleh IL-8,
prostaglandin, dan COX-2.
8
Woc bayi prematur
9
2.5 Faktor Resiko Prematuritas
Faktor resiko persalinan prematuritas adalah sebagai berikut :
a. Karakteristik pasien
1. Status sosio-ekonomi yang rendah termasuk di dalamnya penghasilan yang
rendah, pendidikan yan rendah dan nutrisi yang kurang.
2. Ras, di Amerika orang kulit hitam yang melahirkan prematur lebih banyak
dibandingkan orang yang berkulit putih ( 16,3%:7,7%) .
3. Kehamilan di usia 16 tahun dan primigravida >30 tahun
4. Riwayat memiliki pengalaman melahirkan prematur sekali, memiliki resiko
4 kali lebih besar, sedangkan yg pernah mengalami 2 kali memiliki resiko 6
kali lebih besar.
5. Pekerjaan dan Aktifitas, pekerjaan yang berat dan tekanan pekerjaan
(stress) atau kecemasan yang tinggi dapat meningkatkan resiko.
6. Merokok lebih dari 10 batang perhari.
7. Pengguna obat bius/ kokain
10
2.6 Manifestasi Klinis Prematuritas
Berikut adalah manifestasi klinis dari prematuritas:
a. Usia kehamilan kurang dari 37 minggu
b. Berat bayi sama dengan atau kurang dari 2500 gr.
c. Panjang badan kurang dari 46 cm.
d. Lingkar kepala kurang daro 33cm.
e. Lingkar dada kurang dari 30cm.
f. Batas dahi dan rambut kepala tidak jelas.
g. Diselimuti bulu halus (lanugo) yang tumbuh lebat di suluruh tubuh.
h. Bentuk mata tidak sebulat bayi normal karena kekurangan lemak tubuh.
i. Suhu tubuh rendah.
j. Sulit bernapas karena perkembangan paru-paru belum sempurna.
k. Belum siap menelan dan menerima asupan dengan sempurna, sehingga sulit
menerima asupan makanan.
l. Kulit lebih tipis dan lebih banyak pembulu darah yang tampak.
m. Alat kelamin pada bayi laki-laki pigmentasi dan rugae pada skrotum kurang.
Testis belum turun kedalam skrotum.
n. Alat kelamin pada bayi perempuan klirotis menonjol, labia minora belum
tertutup oleh labia mayora.
o. Tonus otot lemah, sehingga bayi kurak aktif dalam pergerakan atau lemah.
p. Verniks kaseosa sedikit atau tidak ada.
q. Fungsi saraf yang belum atau kurang matang, mengakibatkan reflek hisap,
menelan dan batuk masih lemah atau tidak efektif, dan tangisan lemah.
r. Jaringan kelenjer mamae masih kurang karena pertumbuhan otot dan jaringan
lemak masih kurang.
11
2.7 Klasifikasi Prematuritas
Menurut Prawirohardjo (2002 ), klasifikasi prematur adalah:
a. Bayi yang sangat prematur (extremely premature): 24-30 minggu. Bayi
dengan gestasi 24-27 minggu masih sangat sukar hidup terutama di negara
yang belum atau sedang berkembang. Bayi dengan masa gestasi 28-30
minggu masih mungkin dapat hidup dengan perawatan yang intensif.
b. Bayi pada derajat prematur sedang (moderately premature): 31-36 minggu.
Pada golongan ini kesanggupan untuk hidup lebih jauh lebih baik dari
golongan pertama dan gejala sisa yang dihadapinya dikemudian hari juga
lebih ringan, asal saja pengelolaan terhadap bayi ini betul-betul intensif.
c. Borderline premature: masa gestasi 37-38 minggu. Bayi ini mempunyai
sifat-sifat prematur dan matur. Biasanya beratnya seperti bayi matur dan
dikelola seperti bayi matur. Sehingga bayi ini harus diawasi dengan
seksama.
12
2. Masalah pernapasan
Masalah pernapasan akibat defisiensi surfaktan paru, risiko aspirasi
karena belum terkoordinasinya refleks batuk, refleks menghisap dan refleks
menelan, otot pembantu respirasi yang lemah,serta pernapasan yang periodik
dan apnea.
3. Masalah gastrointestinal
Adanya kelainan gastrointestinal dan nutrisi akibat refleks hisap dan
menelan yang buruk sebelum 34 minggu, motalitas usus yang menurun,
pengosongan lambung yang tertunda, serta pencernaan dan absorbsi vitamin
yang larut dalam lemak kurang.
4. Imaturitas imunologi atau risiko infeksi tinggi
Masalah imunitas terjadi akibat tidak banyak tansfer igG maternal
melalui plasenta selama trimester ke tiga, fagositosis terganggu, dan
penurunan faktor komplemen (Kosim,dkk, 2014; Hockenberry & Wilson,
2009).
13
Komplikasi jangka panjang, kelahiran prematur meningkatkan
risiko penyakit tidak menular, seperti hipertensi dan diabetes. Bayi
prematur mengalami komplikasi jangka panjang seperti lumpuh otak
(seperti gangguan gerak), gangguan keterampilan kognitif, gangguan
penglihatan, gangguan pendengaran, masalah pada gigi, gangguan
psikologis, hingga sindrom kematian bayi mendadak (komplikasi yang
paling parah).
14
lambung kecil, enzim pencernaan belum matang, sedangkan kebutuhan
protein 3-5 gr/kg BB dan kalori 110 kal/kg BB sehingga
pertumbuhannya dapat meningkat. Pemberian minum bayi sekitar 3 jam
setelah lahir dan didahului dengan menghisap cairan lambung. Refleks
menghisap masih lemah,sehingga pemberian minum sebaiknya sedikit
demi sedikit, tetapi frekwensi yang lebih sering. ASI merupakan
makanan yang paling utama,sehingga ASI lah yang paling dahulu
diberikan. Bila faktor menghisapnya kurang maka ASI dapat diperas
dan diminumkan dengan sendok perlahan-lahan atau dengan memasang
sonde menuju lambung. Permulaan cairan diberikan sekitar 50-60 cc/kg
BB/ hari dan terus dinaikkan sampai mencapai sekitar 200 cckg BB/
hari.
3. Menghindari infeksi
15
3. Neurosensori
Tubuh panjang, kurus, lemas dengan perut agak gendut.
Ukuran kepala besar dalam hubungarnya dengan tubuh, sutura
mungkin mudah di gerakkan ,fontenetal mungkin atau tidak terbuka
lebar.dapat mendemonstrasikan kedutan atau mata berputar . edema
kelopak mata umum terjadi, mata mungkin merapat( tergantung pada
usia gestasi).
4. Pernafasan
Skor agar mungkin rendah. Pernapasan mungkin dakal, tidak
teratur; retraksi diafragmatik intermirten atau periodik (40-60x/mnit).
Mengorok, pernafan cuping hidung, retraksi superasternal atau
substernal, atau berbagai drajat sianosis mungkin ada. Adanya bunyi
“ampelas” pada auskultasi , menandakan sindro distres
pernafasan(RDS).
5. Keamanan
6. Seksualitas
Labia minora wanita mungkin lebih besar dari labia mayor
dengan klitoris menonjol; Testis pria mungkin tidak turun, rugea
mungkin banyak atau tidak ada pda skrotum.
7. Pemeriksaan Diagnostik
16
ke kiri ( kelebihan didni dari netrofil dan pita), yang biasanya
berhubungan dengan penyakit bakteri berat.
b. Dekstrostik: menyatakan hipoglekimia. Tes glukosa serum
mungkin di perluan bila hasil dekstrostik kurang dari 45mg/ml.
c. Serum: mungkin rendah.
d. Elektrolit : biasanya dalam btas normal pada awalnya.
e. Gas darah arteri (GDA): PO2 mungkin rendah : pco2 mungkin
meningkat dan menunjukan asidosis ringan , spesis ,atau kesulitan
nafas yang lama.
f. Protein C (beta globulin ): ada dalam serum sesuai dengan
proporsi beratnya prosis radang infeksi atau non infeksi.
g. Kadar fibrinogen: dapat menurun selama koagulasi intravaskuler
diseminata (KID) atau menjadi meningkat selama cedera.
B. Diagnosa dan Intervensi
1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidak
seimbanagan perfusi ventilasi/ketidak adekutan kadar
surfaktan/imaturitas otot arteriol pulmunal/imaturitas sistem saraf
pusat dan sistem neoro muscular/ketidak efektifan bersihan jalan
nafas, anemia dan stres dingin ditandai den hiperkapnia, hipoksia,
takipnia, sianosis.
Tindakan/ Intervensi :
17
gunakan selama ke hamilan / kelahirann, termasuk
betametason.
18
dengan TDA, hipoksemia asedemia,atau imaturitas otot
areterior, yang gagal untuk kontraksi sebagai respons terhadap
peningkatan kadar oksigen.
19
Rasional : Stres dingin menigkatkan konsumsi oksigen bayi ,
dapat meningkatkan asidosis, dan selanjutnya kerusakan
produksi surfaktan.
20
cuping hidung, penggunaan bantuan otot, sianosis , GDA
abnormal, takikardia.
Tindakan/Intervensi :
21
Rasional: posisi ini dapat mempermudah pernafasan dan
menurunkan episode apneik, khususnya pada adanya hipoksia,
asidosis metabolik, atau hiperkapnia.
22
lemak coklat , ketidak mampuan merasakan dingin atau
berkeringat. Cadangan metabolik buruk, respon mati terhadap
hipotermia.
Tindakan/Intervensi:
23
bil tepat. Objek panas dengan tubuh bayi, seperti stetoskop,
linen, dan pakaian.
24
atu latergi . evaluasi derajat dan lokasi ikterik. (rujukan
padaMK:Bayi baru lahir:hiperbiliribinemia.
25
dengan tepat, sesui pola individu dalam pertumbuhan dan
perkembangan.
Tidakan/Intervensi:
26
e. Ubah posisi bayi dengan menggunakan gulungan popok yanh
ditempatkan pada punggung dan bagian depan bila bayi pada
posisi miring atau pada sisinya bayi dapat mentoleransi posisi
tengkurap.
27
4. Penimbangan ketat. Perubahan berat badan mencerminkan kondisi
gizi/nutrisi bayi dan erat kaitannya dengan daya tahan tubuh, oleh sebab
itu penimbangan berat badan harus dilakukan dengan ketat.
5. Kain yang basah secepatnya diganti dengan kain yang kering dan bersih
serta pertahankan suhu tetap hangat.
6. Kepala bayi ditutup topi dan beri oksigen bila perlu.
7. Tali pusat dalam keadaan bersih.
8. Beri minum dengan sonde/tetes dengan pemberian ASI.
28
Oleh karena itu bayi prematur tidak boleh kontak dengan penderita
infeksi dalam bentuk apapun.
4. Penimbangan berat badan
Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi atau nutrisi bayi dan
erat kaitannya dengan daya tahan tubuh, oleh sebab itu penimbangan
berat badan harus dilakukan dengan ketat.
5. Pemberian oksigen
Ekspansi paru yang buruk merupakan masalah serius bagi bayi prematur
akibat tidak adanya alveoli dan surfaktan. Konsentrasi O2 yang diberikan
sekitar 30%-35% dengan menggunakan head box, karena konsentrasi O2
yang tinggi dalam waktu lama akan menyebabkan kerusakan pada
jaringan retina bayi dan dapat menimbulkan kebutaan.
6. Pengawasan jalan nafas
Terhambatnya jalan nafas dapat mengakibatkan asfiksia dan hipoksia
yang akan berakhir dengan kematian. Bayi prematur dapat berisiko
mengalami serangan apneu dan defisiensi surfaktan, sehingga tidak dapat
memperoleh oksigen yang cukup yang sebelumnya diperoleh dari
plasenta. Oleh karena itu, perlu pembersihan jalan nafas segera setelah
bayi lahir.
29
2. Menjalani diet sehat sebelum hamil. Konsumsi makanan sehat yang kaya
protein, buah, dan biji-bijian sebelum hamil, dapat mengurangi risiko
kelahiran prematur.
3. Hindari paparan bahan kimia dan substansi berbahaya, seperti asap rokok,
makanan kaleng, kosmetik, alkohol, dan NAPZA.
4. Konsumsi suplemen kalsium. Konsumsi suplemen kalsium 1000 mg atau
lebih per hari, dapat mengurangi risiko kelahiran prematur dan preeklamsia.
5. Mempertimbangkan jarak kehamilan. Kehamilan yang hanya berjarak
kurang dari 6 bulan dari persalinan terakhir, dapat meningkatkan kelahiran
prematur.
6. Menggunakan pesarium (cervical pessary). Ibu hamil dengan ukuran serviks
yang pendek disarankan memakai pesarium guna menyangga rahim agar
tidak turun. Bentuk alat ini menyerupai cincin yang dipasang di mulut rahim.
7. Menganjurkan menikah pada usia matang (tidakterlalu muda)
8. Mencegah dan mengobati secara tuntas infeksi Intrauterine
9. pemberian obat tokolitik pada ibu dan pemberian terapi antenatal
kortikosteroid. Kortikosteroid antenatal digunakan untuk membantu
perkembangan paru janin.
30
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Persalinan premature adalah persalinan yang dimulai setiap saat setelah awal
minggu gestasi ke-20 sampai akhir minggu gestasi ke-37 (Varney, 2007).
Persalinan prematur merupakan persalinan yang terjadi pada kehamilan kurang
dari 37 minggu (antara 20-37 minggu) atau dengan berat janin kurang dari 2500
gram. Masalah utama dalam persalinan prematur adalah perawatan bayinya,
semakin muda usia kehamilannya semakin besar morbiditas dan mortalitasnya
(Saifuddin, 2009).
Paritas ibu, riwayat prematur sebelumnya dan trauma ibu diduga merupakan
penyebab terjadinya persalinan prematur. Persalinan prematur merupakan
penyebab utama yaitu 60-80% morbiditas dan mortalitas neonatal di seluruh
dunia. Cara pencegahan yang bisa dilakukan yaitu dengan sering melakukan
pemeriksaan kehamilan, menjalani diet sebelum kehamilan, mengatur jarak
kehamilan, menghidari paparan zat berbahaya, konsumsi suplemen kalsium,
menggunakan pesarium dan menikah pada usia matang.
3.2 Saran
31
Dalam menangani kasus ibu dengan persalinan prematur seperti ini diperlukan
kerjasama antara keluarga dan tenaga kesehatan lainnya. Sebagai keluarga
disarankan untuk memberikan support agar ibu dengan persalinan dapat pulih
kembali dari keadaannya. Dan sebagai perawat, kita dapat memberikan edukasi
terkait apa saja yang harus dilakukan oleh ibu dan keluarganya.
32
DAFTAR PUSTAKA
33