Anda di halaman 1dari 18

Makalah Keperawatan Anak

Petunjuk Antisipasi (Anticipatory Guidance) Pada Anak

Disusun Oleh:
Aziz Ziqri ( 1951140050 )
Rima Tiara Nastiti (1951140085 )
Tia Deva Anggraini (1951140092 )
Janati Rahma Sari (195114005p )

Program Studi Keperawatan


Fakultas Kesehatan
Universitas Mitra Indonesia
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan banyak nikmat, taufik dan hidayah sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “Petunjuk Antisipasi (Anticipatory Guidance) Pada Anak ” dengan baik dan
benar.
Makalah ini telah kami selesaikan dengan maksimal berkat kerjasama dan bantuan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu, kami sampaikan banyak terima kasih kepada segenap
pihak yang telah berkontribusi secara maksimal dalam menyelesaikan makalah ini.
Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat menambah
khazanah ilmu pengetahuan dan memberikan manfaat nyata untuk para pembaca.

Bandar Lampung, 23 Juli 2021

Penyusun

2
DAFTAR ISI

Halaman Judul............................................................................................................................

Kata Pengantar..........................................................................................................................1

Daftar Isi....................................................................................................................................2

BAB 1 Pendahuluan

1.1 Latar Belakang Masalah.......................................................................3

1.2 Rumusan Masalah.................................................................................3

1.3 Tujuan Penulisan…………………………………..............................4

BAB II Pembahasan

2.1 Definisi Anticipatory Guidance ……………………………………..5

2.2 Bimbingan Orang Tua………………...…….......................................6


2.3 Pencegahan Kecelakaan Pada Anak………………….……….……11
BAB III Penutup

3.1 Kesimpulan…………………………………………………………15

Daftar Pustaka………………………………………………………………………..,…….16

3
BAB I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang Masalah

Anticipatory guidance merupakan petunjuk yang perlu diketahui terlebih dahulu agar
orang tua dapat mengarahkan dan membimbing anaknya secara bijaksana, sehingga anak
dapat bertumbuh dan berkembang secara normal. Kehadiran anak bagi orang tua
merupakan suatu tantangan sehubungan dengan masalah dependensi atau ketergantungan,
disiplin, meningkatkan mobilitas, dan keamanan bagi anak. Dalam anticipatory guidance
terdapat bimbingan untuk orangtua yaitu toilet training, pencegahan sibling rivalry dan
pencegahan cidera pada anak. Sibling rivalry adalah kecemburuan, persaingan dan
pertengkaran antara saudara laki-laki dan saudara perempuan. Hal ini terjadi pada semua
orang tua yang mempunyai dua anak atau lebih (Lusa, 2011). Menurut Suherni
(2009) Sibling Rivalry adalah kompetisi antara saudara kandung untuk mendapatkan
cinta kasih, afeksi dan perhatian dari satu atau kedua orang tuanya, atau untuk
mendapatkan pengakuan atau suatu yang lebih.
Masa anak merupakan masa dimana rasa ingin tahu mereka terhadap lingkungan
sekitar sangat tinggi. Mereka akan mengeksplorasi lingkungan sekitar dengan
menggunakan seluruh panca indra mereka tanpa memperhitungkan kemungkinan bahaya
yang akan timbul sehingga dapat menyebabkan kecelakaan dan melukai tubuh mereka
bahkan bisa mengakibatkan kematian. Tidak jarang luka yang diakibatkan karena
kecelakaan pada anak ini bersifat menetap dan harus ditanggung oleh anak sepanjang
usianya. Saat anak menginjak usia remaja dimana rasa identitas dirinya muncul, ia akan
menjadi minder karena body imagenya terganggu, akibatnya anak akan menjadi rendah
diri dan dapat membatasi diri dalam pergaulan. Untuk menghindari atau meminimalkan
terjadinya kecelakaan dan hal-hal yang tidak diinginkan pada anak, maka perawat perlu
membekali orang tua dengan bimbingan petunjuk antisipasi ( anticipatory guidance )
agar masa emas ( golden age ) ini dapat berlangsung dengan baik dan tidak ada
penyesalan orang tua di kemudian hari.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apakah yang dimaksud dengan Anticipatory guidance?
1.2.2 Bagaimana cara orang tua untuk Anticipatory guidance pada anaknya?
1.2.3 Apa saja tahap-tahap dalam melakukan Anticipatory guidance pada anak ?

4
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Untuk mengetahui definisi dari Anticipatory guidance.
1.3.2 Untuk mengatahui bagaimana cara orang tua melakukan Anticipatory guidance
pada anaknya.
1.3.3 Untuk mengetahui apa saja tahap-tahap dalam melakukan Anticipatory guidance
pada anak.

5
BAB II

Pembahasan

2.1 Definisi Anticipatory guidance

Secara harfiah, petunjuk antisipasi berasal dari bahasa inggris yaitu anticipatory
guidance. Anticipatory berarti lebih dahulu, guidance berarti petunjuk. Jadi petunjuk
antisipasi dapat diartikan sebagai petunjuk-petunjuk yang perlu diketahui terlebih dahulu
agar orang tua dapat mengarahkan dan membimbing anaknya secara bijaksana sehingga
anak dapat tumbuh dan berkembang secara normal (Nursalam, 2005) Anticipatory
guidance juga merupakan suatu upaya yang dilakukan oleh perawat dalam
membimbing orang tua tentang tahapan perkembangan anak sehingga orang tua sadar
akan apa yang terjadi dan mengetahui apa yang harus dilakukan untuk memenuhi kebutuhan
sesuai dengan tahapan usia anak. Bimbingan antisipasi bagi orang tua akan berbeda untuk
setiap tahap usia anak karena disesuaikan dengan karakteristiknya.
Petunjuk Antisipasi ialah bantuan perawat terhadap orang tua dalam mempertahankan
dan meningkatkan kesehatan melalui upaya pertahanan nutrisi yang adekuat, pencegahan
kecelakaan dan supervisi kesehatan (Marlow, 1998).
Petujuk antisipasi dapat berguna untuk orang tua sebagai berikut :
A. Digunakan oleh orang tua sebagai pedoman untuk mendidik dan mengasuh anak pada
masa balita karena disesuaikan dengan kemampuan pertumbuhan dan
perkembangannya. Setiap tahapan mempunyai Petunjuk Antisipasi yang berbeda dengan
tahapan berikutnya sehingga anak dapat melewati tahapan tumbuh kembang yang baik
B. Memberikan bimbingan dan arahan pada masalah-masalah yang kemungkinan timbul
pada setiap fase pertumbuhan dan perkembangan anak, ada petunjuk-petunjuk yang
perlu dipahami oleh orang tua.
C. Orang tua dapat membantu mengatasi masalah anak pada setiap fase pertumbuhan dan
perkembangan dengan cara yang benar dan wajar.
2.2 Bimbingan Orang Tua
Wong (2009), bimbingan terhadap orang tua pada satu tahun pertama kelahiran ada
dua kelompok:

6
A. Bayi
1. Usia Enam Bulan Pertama.
2. Usia Enam Bulan Kedua.
a. 6 Bulan Pertama
Bimbingan yang akan diberikan pada usia 6 bulan pertama adalah sebagai berikut :
1. Ajarkan perawatan bayi dan bantu orang tua untuk memahami kebutuhan dan respons
bayi.
2. Bantu orang tua untuk memenuhi kebutuhan stimulasi bayi.
3. Tekankan kebutuhan imunisasi.
4. Persiapkan untuk pengenalan makanan padat.
5. Menyokong kesenangan orang tua dalam melihat pertumbuhan dan perkembangan
bayinya, yaitu dengan rasa persahabatan dan mengamati respon sosial anak, misalnya
dengan tertawa/tersenyum.
6. Memahami adanya proses penyesuaian orang tua dengan bayinya, terutama pada ibu yang
membutuhkan bimbingan/asuhan pada masa setelah melahirkan.
7. Membantu orang tua untuk memahami bayinya sebagai individu yang mempunyai
kebutuhan dan memahami bagaimana bayi mengekspresikan apa yang diinginkan melalui
tangisan.
8. Menentramkan orang tua bahwa bayinya tidak akan menjadi manja dengan adanya
perhatian yang penuh selama 4-6 bulan pertama.
9. Menganjurkan orang tua untuk membuat jadwal kebutuhan bayi dan orang tuanya.
b. 6 Bulan Kedua
Bimbingan yang akan diberikan pada usia 6 bulan ke-dua adalah sebagai berikut:
1. Siapkan orang tua akan respons stranger anxiety (takut pada orang asing) dari anak.
2. Bimbing orang tua mengenai disiplin karena peningkatan mobilitas bayi.
3. Ajarkan pencegahan cedera karena peningkatan keterampilan motorik anak dan rasa
keingintahuannya.
4. Menganjurkan orang tua untuk mengizinkan anaknya dekat dengan ayah dan ibunya dan
menghindarkan perpisahan yang terlalu lama dengannya.
5. Membimbing orang tua mengetahui disiplin sehubungan dengan semakin meningkatnya
mobilitas (pergerakan) si bayi.

7
6. Menganjurkan menggunakan suara yang negatif dan kontak mata daripada hukuman
badan sebagai suatu disiplin bila tidak berhasil gunakan satu pukulan kaki atau
tangannya.
7. Menganjurkan orang tua untuk memberikan lebih banyak perhatian ketika bayinya
berkelakuan baik daripada ketika ia menangis.
8. Mengajarkan mengenai pencegahan kecelakaan karena bayi sudah meningkat keterampilan
motoriknya dan rasa ingin tahunya.
9. Mendiskusikan tentang kesiapan untuk penyapihan.
10. Menggali perasaan orang tua sehubungan dengan pola tidur bayinya.
Pada Usia Balita atau masa Pra Sekolah Awal ada 2 hal Petunjuk Antisipasi yaitu:
a. Toilet Training
b. Sibling Rivalry
a. Toilet Training
Merupakan suatu tugas yang besar pada Usia Balita yaitu Toilet Training atau
Pendidikan Menjadi Ceria/Bersih. Kontrol volunter dari spingter ani dan urethra dicapai pada
waktu anak dapat berjalan dan biasanya terjadi antara 18-24 bulan. Faktor kesiapan psiko
fisiologik sangat berpengaruh untuk kesiapan Toilet Training. Anak harus mampu mengenali
dorongan untuk melepaskan atau menahan dan mampu untuk mengkomunikasikan kepada
ibunya. Pada waktu ini anak sudah bisa menguasai kemampuan motorik utama. Anak dapat
berkomunikasi dengan jelas.
Tanggung jawab perawat adalah:
1. Menolong orang tua untuk mengidentifikasi kesiapan anaknya untuk Toilet Training.
2. Latihan miksi (kencing) biasanya dicapai sebelum defekasi, karena ini merupakan aktivitas
reguler yang besar dan dapat diduga. Sedangkan defekasi merupakan suatu sensasi yang
besar dari pada miksi, yang dapat menimbulkan perhatian dari si anak.
3. Pada waktu malam latihan miksi menjadi tidak sempurna/lengkap sampai usia 4-5 tahun.
4. Siang hari ngompol dapat juga terjadi terutama pada masa aktivitas bermain yang menyita
penuh perhatiannya sehingga mereka tidak diingatkan akan terlambat ke kamar mandi/
5. Beberapa tekhnik dianjurkan untuk anak koperatif, seperti menggunakan pispot “Portable”
yang memberi perasaan aman pada anak atau Pispot Portable yang berada pada suatu
tempat dengan kloset untuk digunakan sehari-hari.

8
Pispot portable melatih toilet training.

b. Sibling Rivalry
Sibling Rivalry adalah perasaan cemburu dan benci yang biasanya dialami seorang anak
terhadap kehadiran/kelahiran saudara kandungnya. Sibling Rivalry timbul bukan karena benci
terhadap saudara barunya, melainkan lebih pada perubahan situasi/kondisi. Anak harus berpisah
dengan ibu sejak dini (semasa kehamilan ibu). Anak harus diberi penjelasan dengan ilustrasi yang
sederhana dan mudah dimengerti sehingga anak menyadari perubahan yang akan terjadi, misalnya
perubahan tempat tidur dan kamar atau persiapan perlengkapan bayi. Anak perlu dilibatkan
dalam perawatan adik barunya, misalnya: mengambilkan baju, popok, susu dll . Memahami masa
prasekolah awal (balita) adalah dasar untuk keberhasilan dalam merawat anak.
Hal yang perlu dilakukan perawat ialah :
1. Perawat anak perlu membimbing atau membantu orang tua mengenai tugas dan kebutuhan-
kebutuhan pada masa Balita
2. Antisipasi atau Pencegahan merupakan suatu fenomena yang universal. Yaitu pencegahan
memberikan hasil yang lebih baik dari pada pengobatan.
B. Anak Usia toddler (1-3 tahun)
A. Usia 12-18 bulan, yang harus dilakukan ialah :
1. Menyiapkan orang tua untuk mengantisipasi adanya perubahan tingkah laku dari toddler
khususnya negativisme.
2. Dorong orang tua untuk melakukan penyapihan secara bertahap dan peningkatan
pemberian makanan padat.
3. Adanya jadwal waktu makan yang rutin.
4. Pencegahan bahaya kecelakaan yang potensial terjadi terutama di rumah, kendaraan
bermotor, keracunan, jatuh.
5. Perlunya ketentuan-ketentuan/peraturan/aturan disiplin dengan lembut dan cara-cara
untuk mengatasi negatifistik dan temper tantrum yang sering terjadi pada todler.

9
6. Perlunya mainan baru untuk mengembangkan motorik, bahasa, pengetahuan dan
keterampilan sosial.
B. Usia 18-24 bulan, yang harus dilakukan ialah :
1. Menekankan pentingnya persahabatan sebaya dalam bermain.
2. Menekankan pentingnya persiapan anak untuk kehadiran bayi baru dan
kemungkinan terjadinya persaingan dengan saudara kandung (sibling rivalry).
Persaingan dengan saudara kandung adalah perasaan cemburu dan benci yang biasanya
dialami oleh anak karena kehadiran/kelahiran saudara kandungnya.
3. Mendiskusikan kesiapan fisik dan psikologis anak untuk toilet training. Toilet training
adalah suatu usaha untuk melatih anak agar mampu mengontrol dalam melakukan buang
air kecil atau buang air besar. Toilet training secara umum dapat dilaksanakan pada
setiap anak yang sudah mulai memasuki fase kemandirian. Fase ini biasanya terjadi
pada anak usia 18 – 24 bulan. Dalam melakukan toilet training ini, anak membutuhkan
persiapan fisik, psikologis maupun intelektualnya. Dari persiapan tersebut anak dapat
mengontrol buang air besar dan buang air kecil secara mandiri (Hidayat, 2005).
4. Perawat bertanggung jawab dalam membantu orang tua mengidentifikasi kesiapan
anak untuk toilet training. Latihan miksi biasanya dicapai sebelum defekasi karena
merupakan aktifitas regular yang data diduga. Sedangkan defekasi merupakan sensasi
yang lebih besar daripada miksi yang dapat menimbulkan perhatian dari anak.
5. Mendiskusikan berkembangnya rasa takut seperti pada kegelapan atau suara keras.
6. Menyiapkan orang tua akan adanya tanda-tanda regresi pada waktu anak mengalami
stress (misalnya anak yang tadinya sudah tidak mengompol tiba- tiba menjadi sering
mengompol).
C. Usia 24-36 bulan, yang harus dilakukan ialah :
1. Mendiskusikan kebutuhan anak untuk dilibatkan dalam kegiatan dengan cara
meniru.
2. Mendiskusikan pendekatan yang dilakukan dalam toilet training dan sikap menghadapi
keadaan-keadaan seperti mengompol atau buang air besar (BAB) dicelana.
3. Menekankan keunikan dari proses berfikir toddler misalnya: melalui bahasa yang
digunakan, ketidakmampuan melihat kejadian dari perspektif yang lain.
4. Menekankan disiplin harus tetap berstruktur dengan benar dan nyata, ajukan
alasan yang rasional, hindari kebingungan dan salah pengertian.

10
C. Usia Prasekolah
Bimbingan terhadap orang tua selama usia prasekolah di antaranya adalah:
1. Usia 3 tahun :
a. Menganjurkan orang tua untuk meningkatkan minat anak dalam hubungan yang luas.
b. Menekankan pentingnya batas-batas/peraturan-peraturan.
c. Mengantisipasi perubahan perilaku yang agresif (menurunkan ketegangan/ tension).
d. Menganjurkan orang tua untuk menawarkan kepada anaknya alternatif- alternatif
pilihan pada saat anak bimbang.
e. Perlunya perhatian ekstra.
2. Usia 4 tahun :
a. Perilaku lebih agresif termasuk aktivitas motorik dan bahasa.
b. Menyiapkan meningkatnya rasa ingin tahu tentang seksual.
c. Menekankan pentingnya batas-batas yang realistik dari tingkah lakunya.
3. Usia 5 tahun :
a. Menyiapkan anak memasuki lingkungan sekolah.
b. Meyakinkan bahwa usia tersebut merupakan periode tenang pada anak.
D. Usia Sekolah
Bimbingan yang dapat dilakukan pada orang tua untuk anak usia sekolah di
antaranya adalah:
1. Usia 6 tahun :
a. Bantu orang tua untuk memahami kebutuhan sosialisasi dengan cara mendorong
anak berinteraksi dengan temannya.
b. Ajarkan pencegahan kecelakaan dan keamanan terutama naik sepeda.
c. Siapkan orang tua akan peningkatan ketertarikan anak keluar rumah.
d. Dorong orang tua untuk menghargai kebutuhan anak akan privacy dan menyiapkan
kamar tidur yang berbeda.
2. Usia 7-10 tahun :
a. Menekankan untuk mendorong kebutuhan akan kemandirian.
b. Tertarik untuk beraktivitas di luar rumah.
c. Siapkan orang tua untuk menghadapi anak terutama anak perempuan memasuki
prapubertas.

11
3. Usia 11-12 tahun :
a. Bantu orang tua untuk menyiapkan anak tentang perubahan tubuh saat pubertas.
b. Anak wanita mengalami pertumbuhan cepat.
c. Pendidikan seks (Sex education) yang adekuat dan informasi yang akurat.
E. Usia Remaja
a. Terima remaja sebagai manusia biasa.
b. Hargai ide-idenya, kesukaan dan ketidaksukaan serta harapannya.
c. Biarkan remaja mempelajari dan melakukan hal-hal yang disukainya walaupun
metodenya berbeda dengan orang dewasa.
d. Berikan batasan yang jelas dan masuk akal.
e. Hargai privacy remaja.
d. Berikan kasih sayang tanpa menuntut.
e. Gunakan pertemuan keluarga untuk merundingkan masalah dan menentukan aturan-
aturan.
f. Orangtua juga harus menyadari bahwa: mereka ingin mandiri, sensitif terhadap perasaan
dan perilaku yang mempengaruhinya, teman-temannya merupakan hal yang sangat
penting dan memandang segala sesuatu sebagai hitam atau putih, baik atau buruk.
2.3 Pencegahan Kecelakan Pada Anak
Kecelakaan merupakan peristiwa yang sering dialami oleh anak yang dapat melukai
bahkan menyebabkan kematian. Bagaimanapun orang tua merupakan pihak yang paling
bertanggung jawab terhadap kebutuhan dan keselamatan anak, sehingga mereka harus
memahami karakteristik dan perilaku anak serta menyadari potensi bahaya yang dapat
menimbulkan kecelakaan.
Anak laki-laki biasanya lebih banyak mengalami kecelakaan terutama saat
bermaindibandingkan anak perempuan karena mereka lebih aktif dan banyak menggunakan
keterampilan motorik kasarnya seperti berlari, melompat, memanjat, bermain sepeda dan
sebagainya. Sedangkan anak perempuan cenderung lebih banyak menggunakan
keterampilan motorik halus seperti bermain boneka, masak-masakan, bermain peran dan
sebagainya. Kejadian kecelakaan pada anak sebenarnya dapat dicegah dan diminimalisir
dengan melakukan berbagai upaya di antaranya adalah memodifikasi lingkungan agar
aman bagi anak.

12
Di bawah ini adalah upaya-upaya pencegahan kecelakaan yang dapat dilakukan
sesuai dengan tahap usia anak (Wong, 2004):
a. Masa Bayi
Jenis kecelakaan yang biasa terjadi di antaranya adalah aspirasi benda asing
(terutama benda-benda kecil seperti kancing, kacang-kacangan, biji buah, bedak dan
sebagainya) jatuh, luka bakar (tersiram air panas atau minyak panas), keracunan dan
kekurangan oksigen.
Pencegahan yang sebaiknya dilakukan:
1. Menghindari aspirasi: Simpan pada tempat yang aman dan tidak terjangkau
atau buang benda-benda yang berpotensi menyebabkan aspirasi seperti bedak,
kancing, permen, biji-bijian dan sebagainya. Gendong bayi saat memberi makan dan
menyusui.
2. Kekurangan oksigen: jauhkan dan jangan biarkan anak bermain plastik, sarung
bantal atau benda-benda yang berpotensi membuat anak kekurangan oksigen. Jangan
pernah meninggalkan bayi sendirian di kamar bayi atau kamar mandi.
3. Jatuh : beri pengaman tempat tidur saat bayi/anak sedang tidur, usahakan anak
duduk di kursi khusus atau tidak memakai kursi tinggi, usahakan ujung benda
seperti meja dan kursi tidak tajam. Jangan pernah meninggalkan bayi pada tempat
yang tinggi dan bila ragu tempatkan bayi di lantai dengan pengalas.
4. Luka bakar : cek air mandi sebelum dipakai, simpan air panas di tempat yang aman
dan tidak terjangkau oleh anak. Jangan merokok di dalam rumah atau dekat dengan
bayi. Tempatkan peralatan listrik jauh dari jangkauan bayi dan gunakan pengaman.
5. Keracunan : simpan bahan toxic dilemari/tempat yang aman. Buang bahan-bahan yang
mengandung zat kimia tidak terpakai seperti baterai ke tempat yang jauh
dari jangkauan bayi.
b. Masa Toddler
Jenis kecelakaan yang sering terjadi :
1. Jatuh/luka akibat mengendarai sepeda.
2. Tenggelam.
3. Keracunan atau terbakar.
4. Tertabrak karena lari mengejar bola/balon
5. Aspirasi dan asfiksia.
Pencegahan yang bisa dilakukan:

13
1. Awasi anak jika bermain dekat sumber air.
2. Ajarkan anak berenang.
3. Simpan korek api, hati-hati terhadap kompor masak dan strika.
4. Tempatkan bahan kimia/toxic di lemari.
5. Jangan biarkan anak main tanpa pengawasan.
6. Cek air mandi sebelum dipakai.
7. Tempatkan barang-barang berbahaya ditempat yang aman.
8. Jangan biarkan kabel listrik menggantung/menjuntai ke lantai.
9. Awasi anak pada saat memanjat, lari, lompat.
c. Pra Sekolah
Kecelakaan terjadi biasanya karena anak kurang menyadari potensi bahaya seperti:
obyek panas, benda tajam, akibat naik sepeda misalnya main di jalan, lari mengambil
bola/layangan, menyeberang jalan.
Pencegahannya ada 2 cara:
1. Mengontrol lingkungan.
2. Mendidik anak terhadap keamanan dan potensial bahaya.

3. Jauhkan korek api dari jangkauan.


4. Mengamankan tempat-tempat yang secara potensial dapat membahayakan anak.
5. Mendidik anak cara menyeberang jalan, arti rambu-rambu lalu lintas.
d. Usia Sekolah
1. Anak biasanya sudah berpikir sebelum bertindak.
2. Aktif dalam kegiatan: mengendarai sepeda, mendaki gunung, berenang.
3. Berikan pendidikan tentang Aturan lalu-lintas pada anak.
4. Apabila anak suka berenang, ajakan aturan yang aman dalam berenang.
5. Awasi anak saat menggunakan alat berbahaya seperti gergaji, alat listrik.
6. Ajarkan anak untuk tidak menggunakan alat yang bisa meledak/terbakar.
e. Remaja
1. Jenis kecelakaan yang sering terjadi pada usia ini adalah:
2. Kecelakaan lalu lintas terutama kendaraan bermotor yang dapat
mengakibatkan fraktur, cedera kepala.
3. Kecelakaan karena olah raga.
4. Oleh karena itu perlu diberikan pemahaman kepada remaja tentang:

14
5. Petunjuk dalam penggunaan kendaraan bermotor
6. Ada negosiasi antara orang tua dengan remaja.
7. Penggunaan alat pengaman yang sesuai seperti helm sesuai standar, penggunaan
sabuk keselamatan.
8. Melakukan latihan fisik yang sesuai sebelum melakukan olah raga

15
BAB III

Penutup

3.1 Kesimpulan

Masa anak adalah masa dimana mereka aktif mengeksplorasi lingkungan sekitar.
Rasa keingintahuannya yang tinggi kadang-kadang membuat mereka tidak
memahami bahaya yang dapat ditimbulkan dari apa yang mereka lakukan. Oleh
karena itu maka kewajiban orang tua dan keluarga untuk menjaga dan melindungi
anak agar tetap terjaga kesehatan dan keamanannya terutama dari bahaya lingkungan
yang tidak bisa di modifikasi dan dimanipulasi.
Peran perawat dalam hal ini adalah membimbing dan memotivasi orang tua dan
keluarga dalam upaya meminimalkan dan menghindari kejadian kecelakaan pada anak
dengan cara memberikan alternatif pencegahan yang dapat dilakukan sesuai dengan
tahap usia anak.

16
Daftar Pustaka
Nursalam. 2005. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Jakarta : Salemba Medika.
Bppsdmk.kemkes.go.id.pdf
Repository.ump.ac.id
http://motherhoodinstyle.net/2014/03/14/potty-training
http://madscientistcrazymom.com/2013/02/15/toilet -training-for-dummies

17
18

Anda mungkin juga menyukai