Oleh
Penulis
i
DAFTAR ISI
Halaman Judul
KATA PENGANTAR ............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................1
1.3 Tujuan ...............................................................................................................1
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan .....................................................................................................26
DAFTAR RUJUKAN..........................................................................................27
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.3. TUJUAN
1
BAB II
TEORI dan PEMBAHASAN
2
information center,2008). ITP kemungkinan juga disebabkan oleh hipersplenisme, infeksi
virus, intoksikasi makanan atau obat atau bahan kimia, pengaruh fisis (radiasi, panas),
kekurangan factor pematangan (misalnya malnutrisi), koagulasi intravascular diseminata
(KID), autoimun. Berdasarkan etiologi, ITP dibagi menjadi 2 yaitu primer (idiopatik) dan
sekunder. Berdasarkan penyakit dibedakan tipe akut bila kejadiannya kurang atau sama
dengan 6 bulan (umumnya terjadi pada anak-anak) dan kronik bila lebih dari 6 bulan
(umunnya terjadi pada orang dewasa). (ana information center, 2008) Selain itu, ITP juga
terjadi pada pengidap HIV. Sedangkan obat-obatan seperti heparin, minuman keras,
quinidine, sulfonamides juga boleh menyebabkan Rombositopenia. Biasanya tanda-tanda
penyakit dan faktor-faktor yang berkatan dengan penyakit ini adalah seperti yang berikut :
purpura, pendarahan haid darah yang banyak dan tempo lama, pendarahan dalam lubang
hidung, pendarahan rahang gigi, immunisasi virus yang terkini, penyakit virus yang terkini
dan calar atau lebam.
3
yang bekerja melawan jaringnnya sendiri). Antibodi tersebut menyerang trombosit
sehingga lama hidup trombosit diperpendek. Seperti kita ketahui bahwa gangguan –
gangguan autoimun yang bergantung pada antibodi manusia, palling sering menyerang
unsur-unsur darah, terutama trombosit dan sel darah merah. Hal ini terkait dengan penyakit
ITP, yang memiliki molekul-molekul IgG reaktif dalam sirkulasi dengan trombosit hospes.
Meskipun terikat pada permuakaan trombosit, antibodi ini tidak menyebabkan
lokalisasi protein komplemen atau lisis trombosit dalam sirkulasi bebas. Namun, trombosit
yang mengandung molekul-molekul IgG lebih mudah dihilangkan dan dihancurkan oleh
makrofag yang membawa reseptor membran untuk IgG dalam limpa dan hati. Manifestasi
utama dari ITP dengan trombosit kurang dari 30.000/mm3 adalah tumbuhnya petechiae.
Petechiae ini dapat muncul karena adanya antibodi IgG yang ditemukan pada membran
trombosit yang akan mengakibatkan gangguan agregasi trombosit dan meningkatkan
pembuangan serta penghancuran trombosit oleh sistem makrofag. Agregaasi trombosit
yang terganggu ini akan menyebabkan penyumbatan kapiler-kapiler darah yang kecil. Pada
proses ini dinding kapiler dirusak sehingga timbul perdarahan dalam jaringan.
Bukti yang mendukung mekanisme trombositopenia ini disimpulkan berdasarkan
pemeriksaan pada penderita ITP dan orang-orang percobaan yang menunjukkan
kekurangan trombosit berat tetapi singkat, setelah menerima serum ITP. Trombositopenia
sementara, yang ditemukan pada bayi yang dilahirkan oleh ibu dengan ITP, juga sesuai
dengan kerusakan yang disebabkan oleh IgG, karena masuknya antibodi melalui plasenta.
ITP dapat juga timbul setelah infeksi, khususnya pada masa kanak-kanak, tetapi sering
timbul tanpa peristiwa pendahuluan dan biasanya mereda setelah beberapa hari atau
beberapa minggu.
4
2.5 Pathway ITP
5
Bila setelah 2 minggu tanpa pengobatan jumlah trombosit belum naik, maka berikan
kortikosteroid. Terapi awal prednison dosis 0,5-1,2 mg/kgBB/hari selama 2 minggu.
Respon terapi prednisone terjadi dalam 2 minggu dan pada umumnya terjadi dalam minngu
pertama,bila respon baik dilanjutkan sampai satu bulan.
Bila tidak berespon terhadap kortikosteroid, maka berikan immunoglobulin per IV.
Imunoglobulin intravena dosis 1g/kg/hr selama 2-3 hari berturut- turut digunakan bila
terjadi pendarahan internal, saat AT (antibodi trombosit) <5000/ml meskipun telah
mendapat terapi kortikosteroid dalam beberapa hari atau adanya purpura yang progresif.
Bila keadaan gawat, maka diberikan transfuse suspensi trombosit.
ITP Kronis
Kortikosteroid diberikan selama 5 bulan.
Misal: prednisone 2 – 5 mg/kgBB/hari peroral. Bila tidak berespon
terhadap kortikosteroid berikan immunoglobulin (IV).
- Imunosupressan: 6 – merkaptopurin 2,5 – 5 mg/kgBB/hari peroral
- Azatioprin 2 – 4 mg/kgBB/hari per oral.
- Siklofosfamid 2 mg/kgBB/hari per oral
2.7 Preventif
Tindakan preventif ini untuk mencegah terjadinya komplikasi dan meningkatnya
tingkat keparahan.
- Membatasi gerakan fisik
- Mencegah pendarahan akibat trauma
- Melindungi dari luka yang dapat menyebabkan memar atau pendarahan
- Menghindari obat – obatan seperti aspirin atau ibuprofen yang dapat mempengaruhi
platelet dan meningkatkan risiko pendarahan
- Menghindari obat penekan fungsi trombosit
- Melakukan terapi yang benar untuk infeksi yang mungkin dapat berkembang
- Konsultasi ke dokter jika ada beberapa gejala infeksi, seperti demam. Hal ini penting
bagi pasien dewasa dan anak-anak dengan ITP yang sudah tidak memiliki limfa.
2.8 Komplikasi ITP
Komplikasi yang mungkin terjadi, antara lain :
Hemorrhages
Penurunan kesadaran
Splenomegali
6
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
Kasus
SMRS (usia 10 tahun) An.T di diagnosa SN di RSUD Pasuruan (keluhan waktu itu
bengkak di seluruh badan dirawat inap selama 7 hari kemudian pindah rawat di RSUD
Pasuruan ditangani oleh dokter anak selama 2 tahun, mendapat terapi tablet hijau yang
dosisnya makin lama makin berkurang, orang tua merasakan tidak ada perbaikan, anak justru
bertambah gemuk sehingga beralih obat ke dokter spesialis anak yang lain di diagnosa SN
diterapi mulai 2015- juli 2017. Dari spesialis anak dosis prednisolon 2-2-2 dosis terakhir 2 x
½ , evalusi proteinuria (+), tidak ada keluhan bengkak, moonface menurun, anak bisa
bertambah tinggi. 4 SMRS muncul bintik lebam dikulit, periksa ke SPPP diagnosa SN. AT
1000, AL 12170, Hb 13,5.pada saat MRS (15 tahun),didiagnosa ITP, rambut rontok. SMRS
muncul lebam-lebam, kulit Pasien kemerahan dan gusi berdarah. Pasien merasa lemas.
Pengkajian
Identitas diri klien
Nama : An.T
Umur : 15 tahun
JenisKelamin :Laki-laki
Alamat : Pasuruan
Status Perkawinan: Belum kawin
Agama: Islam
Suku : Jawa
Pendidikan :SMP
Pekerjaan :Pelajar
Lama bekerja:-
7
Riwayat penyakit sekarang: SMRS (usia 10 tahun) An.T di diagnosa SN di RSUD
Pasuruan (keluhan waktu itu bengkak di seluruh badan dirawat inap selama 7 hari
kemudian pindah rawat di RSUD Pasuruan ditangani oleh dokter anak selama 2 tahun,
mendapat terapi tablet hijau yang dosisnya makin lama makin berkurang, orang tua
merasakan tidak ada perbaikan, anak justru bertambah gemuk sehingga beralih obat ke
dokter spesialis anak yang lain di diagnosa SN diterapi mulai 2015- juli 2017.Ternyata
tidak ada perubahan kemudian masuk RS di diagnosa ITP.
8
Ibu mengatakan An. T sudah mendapatkan imunisasi lengkap di
Puskesmas.
Imunisasi-jenis vaksin Diberikan berapa kali Umur pemberian
BCG 1X 1 bulan
Hepatitis B 1X 2 bulan
Polio 6X 0,2,4,6 bulan
DPT 5X 2,3,4 bulan
Campak 1X 9 bulan
Pengobatan :
An.T didiagnosa SN sejak usianya 10 tahun, anak selalu berobat rutin
pada dokter spesialis anak.
Riwayat Keluarga
Sosial ekonomi :
Pasien berasal dari keluarga yang cukup, ibu sebagai guru SMP
penghasilan ± 2 juta perbulan, ayah sebagai karyawan swasta
(percetakan) dengan penghasilan ± 1,5 juta perbulan
Lingkungan rumah :
Pasien mengatakan lingkungan disekitar rumah bersih, rumah
berlantai keramik, beratap genteng, dinding tembok, kamar mandi di
dalam rumah, sumber air dari sumur
Penyakit keluarga :
Pasien mengatakan tidak ada riwayat penyakit yang sama (ITP) dalam
kelurga,tidak ada riwayat penyakit hipertensi.
9
Kebutuhan cairan pada pasien yang seharusnya adalah :
Kebutuhan cairan:
BB = 49 kg
Kebutuhan cairan untuk 20 kg pertama 1500cc
Jadi kebutuhan cairan dalam 24 jam adalah 1500+( (49-20)x 20
ml/kgBB/hr)= 2080 cc/24 jam
Aktivitas
Sebelum masuk rumah sakit pasien sekolah sampai siang kemudian
bermain dengan teman-temannya.
Selama di rumah sakit: anak lebih banyak berbaring di tempat tidur
karena merasa lemas, namun anak terkadang terlihat duduk dan bisa ke
kamar mandi sendiri dengan didampingi keluarganya.
Eliminasi
BAB : sebelum masuk RS: BAB setiap 2 kali sehari, feses padat,
berwarna kuning.
BAK : baik sebelum maupun selama di rumah sakit tidak ada
perubahan, BAK 5-6 kali sehari, BAK lancar, urin berwarna
kekuningan
Kognitif dan Persepsi
Pendengaran : anak dapat mendengarkan suara gesekan jari
Penglihatan : dapat melihat dengan baik tanpa menggunakan alat bantu
Penciuman : tidak ada masalah dalam penciuman
Taktil dan pengecapan : anak dapat merasakan sentuhan, dan bisa membedakan rasa
asin, manis maupun pahit.
Pengkajian Fisik
Keadaaan umum :
Tingkat kesadaran : compos menti.
0
Nadi ; 90 X/mnt suhu; 38 C RR ; 26 X/mnt TD:125/90 mmHg
Respon nyeri : Berespon terhadap nyeri
BB; 49 kg ,TB:168 cm, LLA ; 20 cm LK: 54 cm
Kulit : Warna sawo matang, kulit teraba hangat, terlhat bintik-bintik merah, turgor kulit
kembali saat 5 detik.
Kepala : bentuk kepala mesosepal, tidak terdapat benjolan, tidak terdapat luka, rambut
Nampak tampak bersih berwarna hitam tersebar merata.
10
Mata :
pupil : reaksi cahaya +/+, isokor kanan/kiri
conjunctiva : anemis
sclera : tidak ikterik
Telinga : kedua telinga simetris kiri dan kanan, tidak ada luka, tidak ada cairan yang
keluar dari kedua telinga
Hidung : pernafasan tidak menggunakan cuping hidung, tidak ada mimisan, tidak ada
gangguan penciuman
Mulut : mukosa bibir lembab,terdapat luka sariawan, tidak ada gangguan menelan,
keadaan mulut bersih
Leher : tidak ada benjolan, tidak ada peningkatan JVP, tidak ada nyeri menelan.
Dada : Pergerakan dada simetris, tidak ada ketinggalan gerak antara dada kanan dan kiri.
Tidak ada luka, tidak ada nyeri, tidak terdapat penggunaan otot-otot tambahan
pernafasan
Paru-paru :
I: simetris kanan/kiri
P: fremitus kanan/kir.
P: sonor,
A: vesikuler di kedua paru
Jantung :
Suara jantung reguler
Abdomen : tidak ada luka maupun bekas luka tidak ada nyeri tekan, warna kulit merata,
peristaltic 10x/menit
Genetalia : anak tidak terpasang kateter, genitalia bersih.
Anus dan rektum : bersih, tidak terdapat hemoroid
Muskuleskeletal : akral hangat, nadi teraba, tidak terdapat pitting odema. Tidak ada nyeri,
Kekuatan otot:
5 5
5 5
Neurologi :
GCS E4V5M6
Tidak ada kejang, tidak ada tremor, pasien dapat menyebutkan tempat,
waktu orang (orientasi baik)
11
PEMERIKSAAN PENUNJANG
12
PENGELOMPOKAN DATA SENJANG
13
ANALISA DATA
NAMA PASIEN : An T
NO.REKAM MEDIK: : 00123-44
RUANG RAWAT : R.Mawar 01……………………….
UMUR : 15 tahun………………………….
14
DS: salah interpretasi Kurang pengetahuan
informasi pada keluarga
Pasien mengatakan
tentang kondisi dan
tidak mengetahui kebutuhan
pengobatan dengan
tentang penyakin klien
Keluarga belum tahu
tentang pengambilan
darah.
DO:-
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Gangguan pemenuhan nutrisi dan cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan anoreksia yang ditandai dengan kelemahan, berat badan menurun, intake
makanan kurang, kongjungtiva.
Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan factor imunologis
ditandai dengan immobilisasi, kelemahan, hipertermi, perubahan turgor kulit.
Kurang pengetahuan pada keluarga tentang kondisi dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan salah interpretasi informasi
15
DIAGNOSA KEPERAWATAN
TGL.
NO TGL.
MASALAH/DIAGNOSA TERATASI
DX. DITEMUKAN TTD
16
RENCANA KEPERAWATAN
Meningkatakan rasa
ketrelibatnya,
memberikan infrmasi
17
kepada keluarga
untuk memahami
Resiko tinggi kebutuhan nutrisi
kerusakan integritas pasien
2. kulit berhubungan
dengan factor
imunologis Kaji integritas kulit untuk Memberikan
Setelah dilakukan tindakan 2x24 melihat adanya efek informasi untuk
jam diharapkan kerusakan bisa samping therapi kanker, perencanaan asuhan
berkurang dengan amati penyembuhan luka. dan mengembangkan
Tujuan : identifikasi awal
Klien dapat terhadap perubahan
mengidentifikasi intervensi Anjurkan klien untuk tidak integritas kulit.
yang berhubungan dengan menggaruk bagian yang
kondisi spesifik gatal. Menghindari
Berpartisipasi dalam perlukaan yang dapat
pencegahan komplikasi dan Ubah posisi klien secara menimbulkan infeksi.
percepatan penyembuhan teratur.
Menghindari
penekanan yang terus
Berikan advise pada klien menerus pada suatu
untuk menghindari daerah tertentu.
pemakaian cream kulit,
minyak, bedak tanpa Mencegah trauma
berlanjut pada kulit
rekomendasi dokter
dan produk yang
kontra indikatif
18
pengobatan Pemahaman dan penerimaan Berikan informasi tntang keluarga / pasien
berhubungan terhadap program pengobatan yang ITP. Diskusikan kenyataan dapat membuat
dengan salah diresepkan. bahwa terapi tergantung pilihan yang tepat.
interpretasi Criteria hasil: pada tipe dan beratnya ITP.
informasi. -Menyatakan pemahaman proses ketidaktahuan
penyakit. Tinjau tujuan dan persiapan meningkatkan stress.
-Faham akan prosedur dagnostik untuk pemeriksaan
dan rencana pengobatan. diagnostic. merupakankekwatiran
yang tidak
diungkapkan yang
Jelaskan bahwa darah yang dapat memperkuat
diambil untuk ansietas pasien
pemeriksaanlaboratorium /keluarga.
tidak akan memperburuk
ITP.
19
CATATAN TINDAKAN ( IMPLEMENTASI)
Tindakan :
20
09:00
Melakukan penimbangan berat badan.
Hasil :
Tindakan :
Resiko tinggi 08.10
kerusakan Mengkaji integritas kulit.
integritas kulit
berhubungan Hasil :
dengan factor 1. turgor kulit kembali 5 detik
imunologis
2. Terlihat masih terdapat bintik-bintik
merah diseluruh badan
Tindakan :
11.30
-Meganjurkan klien untuk tidak menggaruk
bagian yang gatal.
-Merubah posisi klien miring kanan dan
miring kekiri
Hasil :
21
kulit
Kurang Tindakan :
pengetahuan pada
keluarga tentang 12.10
kondisi dan Memberikan informasi kepada pasien
kebutuhan tentang penyakit pasien dan
pengobatan memberitahukan bahwa terapi tergantung
berhubungan
beratnya ITP
dengan salah
interpretasi Hasil :
informasi
-pasien dan keluarga tampak mengerti
dengan apa yang di jelaskan oleh perawat.
Tindakan :
13.30
HASIL :
22
CATATAN PERKEMBANGAN
NAMA PASIEN : An T
NO.REKAM MEDIK: : 00123-44
RUANG RAWAT : R.Mawar 01
UMUR : 15 Tahun
P:
Intervesi di hentikan
23
Resiko tinggi kerusakan S:
integritas kulit berhubungan klien mengatakan tidak nyaman
dengan factor imunologis
O:
-klien terlihat masih lemah
-masih terdapat bintik-bintik merah pada kulit
A:
Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan
dengan factor imunologis belum teratasi
P:
-Kaji integritas kulit untuk melihat adanya efek samping
therapi kanker, amati penyembuhan luka.
I:
24
E:
Intervensi di hentikan
A:
I:
Intervensi dihentikan
25
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Trombosit adalah sel darah tak berinti yang berasal dari sitoplasma megakariosit.
Jumlah normal trombosit yaitu 150.000-450.000 keping, sedangkan umur trombosit berkisar
antara 7-10 hari. Sel ini memegang peranan penting pada hemostasis karena trombosit
membentuk sumbat hemostatik untuk menutup luka.
Trombositopenia yaitu keadaan dimana jumlah dalam sirkulasi kurang dari normal
trombosit, hal ini disebabkan oleh produksi trombosit berkurang, destruksi trombosit
meningkat, dan abnormal pooling trombosit.
Trombositopenia adalah suatu keadaan jumlah trombosit dalam sirkulasi darah dibawah
batas normal. Dalam hal ini, trombositopenia secara khusus didefinisikan sebagai jumlah
trombosit kurang dari 100.000 trombosit/uL.
Jumlah trombosit yang rendah ini dapat merupakan akibat
berkurangnya produksi atau meningkatnya penghancuran trombosit, trombosit dapat juga
dihancurkan oleh produksi antibodi yang diinduksi oleh obat, seperti yang ditemukan
pada qunidin dan emas atau oleh auto antibodi (antibodi yang bekerja melawan jaringannya
sendiri), trombositopenia dapat timbul akibat perusakan atau penekanan
pada sumsum tulang, (misalnya, karena keganasan atau beberapa macam obat) yang
berakibat kegagalan pembentukan trombosit, trombositopenia juga bisa disebabkan oleh
kemoterapeutik yang bersifat toksik terhadap sumsum tulang, sehingga produksi trombosit
mengalami penurunan.
Penatalaksanaan dapat dilakukan dengan terapi suportif dan terapi farmakologis.
26
DAFTAR PUSTAKA
http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/865/2/BAB%20II.pdf
http://alayyalaya.blogspot.com/2018/01/asuhan-keperawtan-trombositopenia.html?m=1
https://id.scribd.com/doc/147340115/Asuhan-Keperawatan-ITP-docx
27