Anda di halaman 1dari 14

11

Jurnal Keperawatan p-issn : 2477-1414


Volume 7, Nomor 1, Januari 2021 e-issn : 2716-0785
Hal 11-24

LITERATURE REVIEW : PENERAPAN TERAPI STORY TELLING


TERHADAP KECEMASAN ANAK PRASEKOLAH AKIBAT
HOSPITALISASI
Wahyu Tri Astuti1, Naurotul Faiqoh2

1, 2
Akper Karya Bhakti Nusantara Magelang
Telp. 085292885982/ E-mail : astuti.wahyutri@yahoo.co.id

ABSTRAK

Latar belakang : Cemas merupakan dampak dari hospitalisasi yang dialami oleh anak karena
menghadapi stressor yang ada dilingkungan rumah sakit. Bentuk perasaan cemas yang muncul
seperti anak gelisah, anak rewel, menangis, kondisi tersebut tentunya memerlukan strategi yang
terpat agar anak prasekolah yang dirawat dirumah sakit dapat menerima tindakan medis atau
keperawatan yang diprogramkan. Salah satu strategi yang bisa diterapkan adalah terapi
mendongeng, dengan mendongeng dapat membantu membuka pikiran anak dan dapat merubah
presepsi anak terhadap stress menjadi kondisi yang tidak menakutkan. Tujuan : Mengetahui
efektifitas terapi story telling/mendongeng terhadap kecemasan anak prasekolah yang mengalami
hospitalisasi. Metode : Artikel ilmiah menggunakan pendekatan eksploratif dengan metode dan
desain literature riview ini dengan mengambil sumber-sumber yang dilakukan pada tanggal 15 Juni
sampai 25 Agustus 2020 dengan penelitian Google Shoolar yang sesuai dengan kata kunci dan
kriteria diantaranya jurnal nasional bahasa Indonesia, terbit 10 tahun terakhir, bukan merupakan
jurnal asuhan keperawatan, jurnal yang tidak dapat diakses full text. Hasil : terdapat 265 yang
diidentifikasi dan dipublikasi dari tahun 2011-2020. Dari 265 artikel 3 artikel yang memenuhi
kriteria inklusi dan eksklusi, yang menunjukkan bahwa terapi mendongeng efektif dapat membantu
menurunkan kecemasan. Simpulan : terapi story telling efektif untuk menurunkan kecemasan pada
anak prasekolah yang mengalami hospitalisasi.
Kata kunci : Hospitalisasi, kecemasan, story telling

ABSTRACT

Background: Anxiety is the impact of hospitalization experienced by children because they face
stressors in the hospital environment. Forms of feelings of anxiety that appear such as restless
children, fussy children, crying, these conditions of course require the right strategy so that
preschool children who are hospitalized can receive programmed medical or nursing action. One
strategy that can be applied is storytelling therapy, where storytelling can help open children's
minds and can change children's perceptions of stress into conditions that are not scary. Objective:
To determine the effectiveness of story telling therapy on the anxiety of preschool children
experiencing hospitalization. Methods: This exploratory research uses the method and design of
this review literature by taking sources carried out from 15 June to 25 August 2020 with Google
Shoolar research that matches the keywords and criteria including the Indonesian national journal,
published in the last 10 years, is not a nursing care journals, journals that cannot be accessed in full
text. Results: 265 identified and published from 2011-2020. Of the 265 articles, 3 articles met the
inclusion and exclusion criteria, which showed that storytelling therapy was effective in helping
12

reduce anxiety. Conclusion: story telling therapy is effective in reducing anxiety in preschool
children experiencing hospitalization.

Keywords: anxiety, hospitalization, story telling

PENDAHULUAN dengan pengerahan tenaga yang berlebihan


Perasaan cemas merupakan dampak dari atau aktivitas yang berlebihan. Anak
hospitalisasi yang dialami oleh anak karena prasekolah menangis dengan tenang, menolak
menghadapi stressor yang ada dilingkungan untuk makan atau meminum obat, atau secara
rumah sakit. Perasaan cemas dan akut umum tidak kooperatif. Selain itu, anak
merupakan suatu perasaan yang normal atau prasekolah yang mengalami hospitalisasi
wajar dialami anak ketika dirawat dirumah kehilangan kontrol terhadap lingkungan (Kyle
sakit maka anak akan mengalami regresi & Carman, 2012).
(Nursalam, 2008). Bentuk regresi yang Di Indonesia jumlah rawat inap pada
muncul akibat rawat inap atau hospitalisasi anak mencapai 2.3% dari jumlah penduduk di
yang mengalami kecemasan terjadi seperti Indonesia (Riskesdas, 2013). Penelitian yang
anak gelisah, anak rewel, menangis, berontak, dilakukan oleh (Salmela, 2009 dalam
tegang, menghindar hingga menarik diri dan Ramdaniati, 2016) menunjukkan bahwa
bersikap waspada terhadap lingkungan, persentase anak usia prasekolah (3-6 tahun)
kecemasan dan ketakutan yang tidak segera yang dirawat di rumah sakit sebanyak 52,38%
ditangani akan membuat anak melakukan sedangkan anak usia sekolah (7-11 tahun)
penolakan saat dilakukan tindakan yakni 47,62%. Hal ini menunjukkan bahwa
keperawatan dan pengobatan anak yang anak usia prasekolah lebih rentang terkena
diberikan sehingga dapat berpengaruh penyakit serta terkejut dan cemas saat
terhadap lamanya perawatan dan mendapatkan perawatan di rumah sakit.
memperberat kondisi anak (Saputro & Fazrin, Pentingnya mengatasi perubahan
2017). perilaku anak yang mengalami hospitalisasi
Anak prasekolah merupakan periode diharapkan perawat dalam memberikan
kanak-kanak awal antara usia 3-6 tahun. Pada tindakan keperawatan mampu menciptakan
usia ini anak mampu melakukan berbagai lingkungan yang nyaman (James & Sharma,
gerakan seperti berlari, melempar dan 2012). Maka dibutuhkan suatu terapi yang
berhitung. Sistem musculoskeletal masih merupakan bagian dari atraumatic care.
belum matang sepenuhnya membuat anak Atraumatik care adalah asuhan keperawatan
prasekolah rentan terhadap cidera, terutama yang tidak menimbulkan rasa trauma baik
13

fisik maupun psikis pada anak dan keluarga dan sarana komunikasi anak dengan orang
(Fradianto, 2014.Cit, Padila 2019). Dirumah tuanya (Nursalam, 2013).
sakit anak harus menghadapi lingkungan yang Selaras dengan hasil penelitian
asing dan menerima asuhan keperawatan yang Palwiyah (2019) menunjukan bahwa
belum dikenal seperti mengalami tindakan perlakuan dengan menggunakan terapi
injeksi, minum obat, sehingga intervensi yang bermain mendongeng lebih signifikan dan
harus diberikan pada anak usia sekolah dapat menurunkan score ansietas atau
tersebut salah satu intervensi yang dapat kecemasan pada anak prasekolah di RSUD
digunakan untuk mengatasi ansietas atau Dr. Sobirin Lubuklinggau, didukung oleh
kecemasan yang disebabkan hospitalisasi penelitian Susanti & Hendika (2017) tentang
pada anak usia prasekolah yaitu terapi pengaruh story telling terhadap tingkat
mendongeng (Supartini, 2010). kecemasan anak prasekolah yang mengalami
Story telling (mendongeng) merupakan hospitalisasi di RSUP Dr. M. Djamil Padang,
salah satu teknik bermain terapeutik bercerita disimpulkan bahwa tingkat kecemasan pada
atau mendongeng dalam menyampaikan isi anak dapat dikurangi dengan melakukan
perasaan, buah pikiran atau sebuah cerita terapi storry telling (p=0.007). Penelitian ini
kepada anak-anak dengan topik-topik fiktif juga didukung oleh Kiyat, dkk (2014) bahwa
yang mendidik melalui lisan untuk ada pengaruh yang signifikan antara terapi
mengalihkan perhatian anak ke hal yang lain mendongeng terhadap penurunan tingkat
(Pratiwi Y.S, 2012. Cit, Padila 2019). kecemasan pada anak pra sekolah akibat
Mendengarkan cerita juga merupakan hospitalisasi di Bangsal Cempaka RSUD
distraksi dari rasa sakit yang dialami anak. RAA Soewandi Pati.
Dengan bercerita, perawat juga dapat Tujuan pada artikel ilmiah ini adalah
mengubah koping mekanisme anak dari mengetahui pengaruh penerapan story
maladaptif menjadi adaptif, mengurangi stress telling/mendongeng terhadap tingkat
hospitalisasi, sehingga anak dapat menerima kecemasan anak prasekolah akibat
tindakan yang diprogramkan untuk hospitalisasi.
mempercepat proses penyembuhannya.
Adapun manfaat lain bagi anak dengan METODE
mendongeng antara lain adalah Metode yang digunakan adalah studi
mengembangkan daya pikir dan imajinasi literatur yaitu serangkaian kegiatan yang
anak, mengembangkan kemampuan berbicara berkenaan dengan metode pengumpulan data
anak, mengembangkan daya sosialisasi anak, pustaka, membaca dan mencatat, serta
14

mengelolah bahan penelitian. Telaah literatur yang berkaitan dengan penerapan terapi
digunakan untuk mengumpulkan data atau mendongeng dan tingkat kecemasan anak
sumber yang berhubungan dengan penerapan akibat hospitalisasi, jurnal/publikasi
terapi mendongeng terhadap tingkat penelitian terbit 10 tahun terakhir dan
kecemasan anak prasekolah akibat berbahasa Indonesia yaitu tahun 2011–2020
hospitalisasi didapat dari buku teks, jurnal dan dilakukan dengan salah satu dari berbagai
yang diperoleh melalui internet maupun desain penelitian: quasi eksperiment.
pustaka lainnya yang telah dikaji dan Kriteria eksklusi pada artikel ilmiah ini
dituliskan dalam bahasa Indonesia atau adalah laporan review dan laporan asuhan
bahasa Inggris. keperawatan. merupakan artikel review,
Kegiatan pengambilan data dilakukan laporan keperawatan dan jurnal yang tidak
terhitung mulai penyusunan proposal bisa diakses secara full text.
penelitian sampai penyampaian laporan akhir Sampel dalam artikel ilmiah ini adalah 3
yang dilakukan tanggal 15 Juni sampai 25 jurnal nasional yang berkaitan dengan
Agustus 2020. penerapan terapi story telling terhadap tingkat
Populasi dalam artikel ilmiah ini adalah kecemasan anak prasekolah akibat
jurnal nasional terakreditasi/belum hospitalisasi. Pencarian data dalam artikel
terakreditasi yang berkaitan dengan penerapan ilmiah ini dilakukan melalui website portal
terapi mendongeng terhadap kecemasan anak jurnal yang dapat diakses seperti google
akibat hospitalisasi. Pengambilan sampel scholar, diketemukan sekitar 294 sesuai
menggunakan teknik purposive sampling, dengan topik dan kata kunci yang diteliti yaitu
yaitu suatu teknik penetapan sampel dengan story telling dan kecemasan hospitalisasi anak
cara memilih sampel di antara populasi sesuai prasekolah. Jurnal sejumlah 294 kemudian
dengan tujuan dan masalah dalam penelitian dilakukan skrining yaitu penyaringan atau
yang dikehendaki peneliti, sehingga sampel pemelihan data sehingga terpilih 264 jurnal
dapat mewakili karakteristik populasi yang yang berbahasa Indonesia. Sejumlah 264
telah diketahui sebelumnya (Nursalam, 2015). jurnal tersebut diskrining menurut tahun terbit
Menurut Notoatmodjo (2010), kriteria terdapat, terdapat 244 jurnal yang terbit 10
inklusi adalah kriteria atau ciri-ciri yang perlu tahun terahir, kemudian terdapat 52 jurnal
dipenuhi oleh setiap anggota populasi yang dengan desain quasy exsperimen, selanjutnya
dapat diambil sebagai sampel. Kriteria inklusi di skrining lagi sehingga 32 jurnal yang dapat
dalam karya ilmiah ini antara lain jurnal diakses full texs. Sejumlah 32 jurnal tersebut
nasional terakreditasi dan belum terakreditasi terdapat 14 jurnal yang sesuai dengan kriteria
15

inklusi yang akhirnya terseleksi menjadi 3 akibat hospitalisasi. Hasil dari analisa data
jurnal dengan pertimbangan memenuhi selanjutnya akan dibahas untuk menarik
kriteria inklusi yang memenuhi syarat untuk kesimpulan.
selanjutnya dianalisis. Literature review ini disintesis
Analisa data dilakukan setelah data menggunakan metode naratif dengan
melewati tahapan skrining sampai dengan mengelompokkan data hasil ekstraksi yang
ekstraksi data maka analisa dengan sejenis sesuai dengan hasil yang diukur untuk
menggabungkan semua data yang memenuhi menjawab tujuan penelitian. Jurnal penelitian
persyaratan inklusi menggunakan teknik baik yang memenuhi kriteria inklusi dikumpulkan
kuantitatif, kualitatif atau keduanya. dan dibuat ringkasan jurnal meliputi nama
Literature review ini disintesis menggunakan peneliti, tahun terbit jurnal, judul penelitian,
metode naratif dengan mengelompokkan data metode dan ringkasan hasil atau temuan.
hasil ekstraksi yang sejenis sesuai dengan
hasil yang diukur untuk menjawab tujuan HASIL
penelitian. Jurnal penelitian yang memenuhi Artikel literature review dengan judul
kriteria inklusi dikumpulkan dan dibuat “Penerapan Terapi Story Telling/Mendongeng
ringkasan jurnal meliputi nama peneliti, Kecemasan Anak Prasekolah Akibat
tahun terbit jurnal, negara penelitian, judul Hospitalisasi” telah dilaksanakan pada bulan
penelitian, metode dan ringkasan hasil atau Juni sampai dengan Agustus 2020. Hasil
temuan. Ringkasan jurnal penelitian tersebut pencarian atau penelusuran jurnal melalui
dimasukan ke dalam tabel. Google Scholar, penelusuran sumber
Analisis yang digunakan menggunakan literature riview dilakukan skrining sesuai
analisisis jurnal, kemudian dilakukan koding dengan kriteria inklusi dan eklusi
terhadap isi jurnal yang direview menggunakan diagram Preferred Reporting
menggunakan kategori tingkat kecemasan dan Items For Systematic Revuews and Meta-
terapi story telling dicari persamaan dan analyses (PRISMA) pada tahapan sistematik
perbedaannya. Ringkasan jurnal kemudian review.
dianalisis PICO (population, intervention,
comparation, outcome) terhadap isi yang
dalam tujuan karya ilmiah dan hasil/temuan
karya ilmiah sehingga dapat dilihat
bagaimana penerapan terapi story telling
terhadap tingkat kecemasan anak prasekolah
16

Langkah-langkah penelusuran jurnal dengan diagram PRISMA sebagimana dalam


gambar 1.1 :
Penelusuran pada situs
Google Scholar (n = 294)

Hasil jurnal keseluruhan (n=294)

Screening:
Screening bahasa a. Jurnal bahasa Indonesia (n=265)
(n= 294) b. Jurnal bahasa inggris (n=29)

Screening tahun:
Screening tahun a. Jurnal 10 tahun terahir (n=244)
(n= 265) b. Jurnal lebih dari 10 tahun terahir (n=21)

Desain penelitian :
a. Desain yang digunakan Quasi eksperimen (n=52)
b. Desain yang tidak digunakan
Desain penelitian 1. Survey studi (n=56)
(n=244) 2. Cross sectional study (n=49)
3. Analisis kolerasi (n=38)
4. Analisis kompasasi(n=49)

Full text :
Jurnal yang berkaitan dengan story telling (terapi
Screening berdasarkan full mendongeng) dan kecemasan akibat hospitalisasi (n=32)
text Tidak full text
(n=52) Jurnal yang tidak dapat diakses full text (n=20)
Kriteria ekslusi (n=32)
a. Jurnal yang terkait rivew laporan/naskah publikasi (n=14)
Jurnal sesuai dengan b. Jurnal yang berkaitan dengan asuhan keperawatan (n=18)
kriteria ekslusi Kriteria inklusi : (n=14)
(n=46)
Kriteria Inklusi :
Jurnal yang berkaitan dengan pengaruh story telling (terapi
mendongeng) terhadap kecemasan anak prasekolah akibat
hospitalisasi (n=3). Alasan :
a. Isi jurnal lengkap
Jurnal dengan kriteria
b. Ketiga jurnal dengan kriteria inklusi
inklusi (n = 14)
c. Hasil penelitian menunjukan adanya pengaruh story telling
Jurnal akhir yang sesuai (terapi mendongeng terhadap kecemasan anak prasekolah
dengan kriteria inklusi akibat hospitalisasi
(n= 3) d. Berasal dari jurnal keperawatan.

Gambar 1.1 Diagram PRISMA


17

Hasil pencarian literature yang akan dianalisis dan ditetapkan secara literature review
adalah sebagai berikut:
Table 1.1 : Sistematik Riview 2011-2020
Jenis studi penelitian
Sumber Desain penelitian
Bahasa Tahun Database N Scrining Quasi True Deskriptif
experimental sectional kualitatif
2011 4
2012 1
2013 6
Bahasa 2014 Google 6
Indonesia 2015 Scholar 17 3 3 0 0
2016 17
2017 85
2018 42
2019 42
2020 24
Sumber : Data Google Sholar

PEMBAHASAN dengan jumlah responden 19 anak


prasekolah jenis kelamin laki-lai 12 anak
Pada bagian pembahasan akan
perempuan 7 anak mayoritas berumur 3-<4
menuliskan atau mengumpulkan semua
tahun yaitu sebanyak 9 anak (47%),
penemuan yang telah dinyatakan dalam hasil
berumur 4-< 5 tahun 4 (21%) mayoritas
dan menghubungkanya dengan perumusan
anak menjalani perawatan selama 3 hari
masalah hipotesis. Dalam artikel ini yang bisa
sebanyak 9 anak (47%), menjalani
dilakukan adalah membandingkan penemuan
perawatan 4 hari 5 anak (27%), menjalani
tersebut dengan penemuan lain menunjukan
perawatan 5 hari 4 anak (21%), yang
apakah hasil tersebut memperkuat,
menjalani perawatan 6 hari 1 anak (5%)
berlawanan atau sama sekali tidak sama
dan anak yang mengalami diagnose GEA 6
dengan penemuan yang lain (baru).
anak (32%), febris sebanyak 8 anak (42%),
1. Populasi/population dari jurnal yang
kejang demam 3 anak (16%), dan DBD 2
digunakan
anak (10%).
Aji, dkk (2014), populasi yang
Pawiliyah dkk (2019), populasi yang
digunakan dalam penelitian ini adalah anak
digunakan dalam penelitian ini adalah anak
usia prasekolah yang menjalani perawatan
usia prasekolah yang dirawat diruang
di Cempaka RSUD RAA Soewondo Pati,
18

perawatan anak RSUD Dr. Sobirin dalam penelitianya di RSUD Ambarawa


Lubuklinggau, dengan jumlah 20 orang tentang Pengaruh Terapi Bermain Origami
anak yang berusia 3-6 tahun yang dan Bercerita Terhadap Tingkat
mendapat perawatan dirumah sakit, anak Kecemasan pada anak usia prasekolah
yang dirawat 1-2 hari, anak yang dapat yang mengalami hospitalisasi dengan
diajak berkomunikasi, sedangkan kriteria kriteria inklusi yaitu anak yang mengalami
eksklusi meliputi anak yang mengalami kecemasan, anak usia prasekolah yang
gangguan kesadaran, pasien pasca oprasi sedang dirawat 1-3 hari dirumah sakit,
24 jam, pasien yang dirawat dikelas utama. anak yang mendengar baik, sedangkan
Susanti (2017), populasi yang kontraindikasi yang tidak boleh dilakukan
digunakan dalam penelitian ini adalah anak untuk terapi bermain mendongeng yaitu
usia prasekolah yang menjalani perawatan anak yang tidak composmetis (tidak sadar),
di ruang akut dan kronik di RSUP anak yang mengalami kecemasan menular.
Dr.M.Djamil Padang. Sempel yang 2. Intervensi/intervention dari jurnal yang
digunakan sebanyak 10 orang anak usia digunakan
prasekolah, yang terdiri dari 2 orang anak Aji, dkk (2014), menjelaskan bahwa
usia 6 tahun, dan 4 orang anak usia 5 tahun terapi bermain mendongeng dapat
mengalami tingkat kecemasan sedang diberikan pada anak prasekolah yang
(mulai berkeringat, nada suara tinggi, pola sedang menjalani hospitalisasi dirumah
tidur berubah), 1 orang anak usia 3 tahun, sakit. Pawiliyah, dkk (2019), juga
dan 1 orang lagi anak usia 4 tahun menjelaskan bahwa anak prasekolah yang
mengalami tingkat kecemasan tinggi mengalami kecemasan akibat dirawat
(kontak mata yang buruk, dan berteriak), dirung perawatan anak RSUD Dr. Sobirin
serta 2 orang anak usia 4 tahun mengalami Lubuklinggau, dapat dilakukan pemberian
tingkat kecemasan ringan (anak tampak terapi bermain mendongeng yang tidak di
rileks, tampak gelisah tapi sedikit, dan sebutkan pada jurnal diberikan secara
penuh perhatian). berapa kali pemberian dalam sehari.
Asumsi dari ketiga penelitian dapat Susanti, dkk (2017), menjelaskan bahwa
disimpulkan bahwa terapi story telling terapi story telling (mendongeng)
(mendongeng) dapat diberikan pada anak merupakan cara bertutur menyampaikan
yang menjalani prasekolah yang sedang cerita atau memberikan penjelasan secara
menjalani perawatan dirumah sakit, hal ini lisan tentang terjadinya peristiwa dalam
sesuai dengan pendapat Pamungkas (2016) kata kata, gambar, dan suara, maka story
19

telling (mendongeng) dapat diberikan pada b. Intervensi (intervention)


anak prasekolah yang menjalani Intervensi yang dilakukan Aji,
hospitalisasi dirumah sakit. dkk (2014), di berikan terapi bermain
Asumsi ketiga penelitian mendongeng dengan instrument
menunjukan bahwa kecemasan yang kecemasan yang digunakan yaitu
terjadi pada anak prasekolah akibat Hamilton Ranting Scale Anxiety
hospitalisasi dapat diberikan dengan terapi (HARS-A). Palwiyah, dkk (2019),
bermain mendongeng namun pada 3 jurnal diberikan terapi bermain mendongeng
tersebut tidak tercantum bahwa terapi dengan instrument kecemasan yang
tersebut dilakukan secara berapa kali digunakan yaitu lembar observasi dari
pemberian selama sehari. Namun menurut HARS. Susanti, dkk (2017) diberikan
Adriana (2011) pelaksanaan mendongeng terapi story telling dengan teknik
dilakukan 1 kali/hari selama 3 hari berturut pengumpulan data menggunakan
turut dan sebelum di laksanakan terapi lembar observasi dan wawancara
mendongeng anak diberikan 2 pilihan buku terhadap tingkat kecemasan anak.
cerita untuk memilih dari salah satu dari 2 Intervensi yang dilakukan oleh
pilihan tersebut. ketiga peneliti tersebut menunjukan
3. Perbandingan (comparation) bahwa pelaksanaan tindakan terapi
a. Populasi (population) bermain mendongeng pada penelitian
Aji, dkk (2014), sebanyak 19 Aji, dkk (2014) dan Palwiyah, dkk
responden anak usia prasekolah. (2019) dengan instrument kecemasan
Palwiyah, dkk (2019), sebanyak 20 yang digunakan Hamilton Ranting Scale
responden anak usia prasekolah. Anxiety (HAR-A) lebih efektif karena
Susanti, dkk (2017), sebanyak sebanyak suatu ukuran yang menunjukan tingkat
10 responden anak usia prasekolah. kevalitan atau kesahihan suatu
Dilihat dari jumlah sempel penelitian instrument dikatakan valid apabila
Aji dkk (2014) dan Palwiyah, dkk mampu mengukur apa yang diinginka
(2019) lebih memenuhi jumlah sempel sugiyono (2006). Sebagaimana
yang representative karena jumlahnya pendapat Saputro & Fariz (2017) yaitu
lebih dari 15 responden. Sebagaimana skala HARS merupakan alat untuk
disampaikan Mahmud (2011) dimana mengukur semua tanda kecemasan baik
sempel penelitian yang digunakan psikis maupun somatic. HARS
minimal 15 responden. menggunakan srangkaian pertanyaan
20

terdiri dari 14 item dengan jawaban Aji, dkk (2010), kecemasan anak
yang harus diisi oleh pasien atau orang prasekolah akibat hospitalisasi
tua sesuai dengan kondisinya dirasakan mengalami penurunan score kecemasan
pasien tersebut jawaban yang diberikan dari sebelum diberikan terapi bermain
cara penilaian kecemasan dengan mendongeng dengan jumlah 13 (68,4%)
memberikan nilai kategori skala angka anak prasekolah mengalami kecemasan
0 (tidak ada gejala sam sekali), 1 (satu berat sedangkan sesudah diberikan
gejala yang ada), 2 (sedang/separuh terapi bermain mendongeng terjadi
gejala yang ada), 3 (berat/lebih dari penurunan score kecemasan sebanyak
separuh gejala yang ada), 4 (sangat 11 (57,9%) anak prasekolah mengalami
berat semua gejala ada) dan setelah kecemasan ringan.
pasien menjawab sesuai apa yang Pawiliyah, dkk (2019), pada anak
dirasakannya maka dapat ditentukan prasekolah yang mengalami kecemasan
derajat kecemasan dengan cara akibat rawat inap mengalami penurunan
menjumlahkan score 1-14 dengan hasil, score kecemasan sebanyak 10,50.
score >14 (tidak mengalami Dengan jumlah 20 anak prasekolah
kecemasan), score 14-20 (kecemasan mayoritas sebelum diberikan terapi
ringan), score 21-27 (kecemasan bermain mendongeng 85% mengalami
sedang), score 28-41 (kecemasan berat), kecemasan berat, sedangkan sesudah
score 42-52 (kecemasan berat diberikan terapi bermain mendongeng
sekali/panic. terjadi penurunan score kecemasan 60%
Penanganan kecemasan selain anak mengalami kecemasan sedang.
menggunakan story telling terdapat juga Susanti, dkk (2016), anak yang
terapi lainya. Diantaranya dengan mengalami kecemasan akibat
memberikan terapi sosial affective play, hospitalisasi sebelum diberikan terapi
sense pleasure play, dramatic play. story telling dari 10 responden 6 (60%)
Penangan alat ukur kecemasan selain anak prasekolah mengalami kecemasan
menggunakan HARS diantaranya sedangkan sesudah diberikan terapi
dengan lembar observasi skala guttman story telling ditemukan 8 anak
dan Visual Analog Scale for Anxiety prasekolah mengalami kecemasan
(VAS). ringan, maka terjadi penurunan
c. Hasil (outcome) kecemasan dengan didapatkan p value
(p <0,05).
21

Asumi dari ketiga jurnal tersebut mendongeng dapat mengurangi kecemasan


dapat disimpulkan bahwa penelitiaan anak prasekolah yang mengalami
yang paling efektif dilakukan oleh perawatan dirumah sakit secara bermakna
palwiyah dkk (2019) karena dengan terjadi penurunan score kecemasan adalah
hasil penelitianya menunjukan sebesar 10,50, dengan kriteria tingkat
penurunan score kecemasan sebanyak kecemasan sebelum diberikan dari 20
10,50, dengan jumlah 20 anak sempel 85% mengalami kecemasan berat
prasekolah mayoritas sebelum diberikan sedangkan setelah dilalukan terapi bermain
terapi bermain mendongeng 85% mendongeng score kecemasan anak
mengalami kecemasan berat, sedangkan sebagian turun menjadi kecemasan sedang
sesudah diberikan terapi bermain sebanyak 60%.
mendongeng terjadi penurunan score Susanti, dkk (2017), mengungkapkan
kecemasan 60% anak mengalami bahwa hasil penelitian menunjukan tingkat
kecemasan sedang, dan jumlah populasi kecemasan pada anak dapat berkurang
yang lebih signifikan. dengan melakukan terapi story telling,
4. Hasil/outcome penelitian dari 3 jurnal yang secara bermakna terjadi penurunan
digunakan kecemasan dengan uji Wilcoxon
Aji, dkk (2017), mengungkapkan didapatkan nilai (p value= 0,007) (p<0,05)
bahwa hasil penelitian menunjukan ada dengan kriteria sebelum diberikan terapi
pengaruh terapi bermain mendongeng story telling 6 orang yang menjalani
dapat mengurangi kecemasan anak hospitalisasi mayoritas mengalami
prasekolah yang mengalami hospitalisasi kecemasan sedang setelah diberikan terapi
dirumah sakit secara bermakna (p value= story telling sebagian besar anak yang
0.000 < a=0.05), tingkat kecemasan menjalani hospitalisasi di rumah sakit 8
sebelum diberikan terapi bermain orang mengalami kecemasan ringan.
mendongeng mempunyai tingkat Asumsi dari ketiga jurnal tersebut
kecemasan berat yaitu sebanyak 13 anak dapat dilihat bahwa setelah terapi story
sesudah diberikan terapi bermain telling (mendongeng) diberikan terjadi
mayoritas mempunyai tingkat kecemasan penurunan tingkat kecemasan anak dimana
sedang sebanyak 11 anak. tidak ada lagi anak yang mengalami
Pawiliyah, dkk (2019), kecemasan tinggi hal ini dapat disebabkan
mengungkapkan bahwa hasil penelitian karena dengan dilakukannya terapi story
menunjukan ada pengaruh terapi bermain telling (mendongeng) anak akan merasa
22

nyaman senang dan terhibur sehingga mengalami hospitalisasi, terapi


dapat menurunkan kecemasan anak sesuai mendongeng sangat tepat diberikan pada
dengan pendapat Asfandiyar (2007) Story anak usia prasekolah yang mengalami
telling (mendongeng) merupakan salah hospitalisasi dan terapi mendongeng dapat
satu tindakan yang efektif dapat diberikan diterapkan pada anak usia prasekolah yang
oleh perawat anak pada saat melakukan menjalani perawatan + 3 hari
tindakan yang menimbulkan rasa nyeri
atau cemas, dikarenakan story telling
UCAPAN TERIMA KASIH
(mendongeng) dapat membantu membuka
Dalam hal ini penulis mengucapkan
pikiran anak dan dapat merubah presepsi
terima kasih kepada Direktur Akper Karya
anak terhadap kondisi stress menjadi
Bhakti Nusantara Magelang Ketua Yayasan
kondisi yang tidak menakutkan. Story
Karya Bhakti Magelang dan Ketua Lembaga
telling (mendongeng) dapat diberikan pada
Penelitian dan Pengabdian Masyarakat yang
anak-anak usia prasekolah yang dalam
telah memberikan dukungan moril maupun
masa perkembanganya, karena dengan
materiil dalam penyelesaian publikasi ini.
bercerita mampu mengaktifkan bukan
hanya aspek intelektual saja tetapi juga
aspek kepekaan, kehalusan budi, emosi,
DAFTAR PUSTAKA
seni, daya berfantasi dan imajinasi anak
yang tidak hanya mengutamakan
Adriana, Dian. 2013. Tumbuh Kembang dan
kemampuan otak kiri tetapi juga otak Terapi Bermain pada Anak. Jakarta:
Selemba Medika.
kanan, sehingga terapi mendongeng efektif
untuk menurunkan kecemasan anak Asfandiyar Yhuda, A. 2007. Cara Pintar
Mendongeng. Bandung: PT. Mizan
prasekolah akibat hospitalisasi.
Pustaka.

Bunanta, Murti. 2009. Buk, Dongeng, Minat


SIMPULAN
Baca, Jakarta: Murti Bunanta
Fundation.
Berdasarkan hasil review jurnal
penelitian yang telah diteliti dengan adanya Fardianto I. 2014. Pengaruh Terapi Bermain
Lilin terhadap Penurunan Tingkat
perbedaan population, intervention,
Kecemasan pad anak Usia Prasekolah
comparation, dan ooutcome dapat yang Mengalami Hospitalisasi di
RSUD Dr. Soedarso Pontianak.
disimpulkan bahwa terapi mendongeng
Skripsi Fakultas Kedokteran
efektif mendukung menurunkan Universitas Tanjung Pura
Pontianak.
kecemasan pada anak usia prasekolah yang
23

Ghufron dan Rini. 2014. Teori teori Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian
Psikologi. Yogyakarta: Ar-Ruzz Kesehatan, Jakarta : Rineka Cipta.
Media.
Nursalam. 2015. Metodologi ilmu
Hockenbery, M, J,. & Wilson, D. 2011. Buku keperawatan, edisi 4, Jakarta: Salemba
Keperawatan pediatrik, St. Louis, Medika.
Missouri: ELSEVIER MOSBY.
Nursalam. 2013. Asuhan Keperawatan Bayi
Ismiyatun. 2017. Hubungan pemberian dan Anak. Jakarta: Salemba medika.
komunikasi terapeutik dengan tingkat
kecemasan pasien pre oprasi (online) Nursalam. 2008. Asuhan Keperawatan Bayi
Media Ilmu Kesehata, dan Anak untuk Perawat dan Bidan
(http://respository.unimus.ac.id/921/3/ Jakarta : Salemba Medika
BAB%20II.pdf)
Pamungkas, W.T., Hartini, S. & Astuti, R
James, I, Ghai, S. Sharma, N. 2012. 2016. Pengaruh Terapi Bermain
Effectiveness of"Animated Cartoons" Origami dan Bercerita Terhadap
as a Distraction Strategy on Tingkat Kecemasan pada anak usia
Behavioural Response to Anxiety and prasekolah yang mengalami
Pain Perception among Children hospitalisasi di RSUD Ambarawa.
Undergoing Venipuncture. Nursing Jurnal Ilmu Keperawatan dan
and Midwifery Research Journal, 8 Kebidanan Silampari Diambil dari
(3): 198-209. http://journal.stikestelogorejo.ac.id

Kemenkes Ri, 2013. Riset Kesehatan Pawaliyah. 2019. Pengaruh Terapi Bermain
Dasar; RISKESDAS. Jakarta: Mendongeng Dengan Penurunan
Balitbang Kemenkes Ri. Tingkat Kecemasan Pada Anak Usia
Prasekolah Akibat Hospitalisasi.
Kiyat A, Ani F, Dias K. 2014. Terapi Bengkulu. Jurnal Keperawatan
Bermain Mendongeng Dapat Silampari, 3 (1) : 271-280.
Menurunkan Tingkat Kecenasan pada
Anak Usia Pra Sekolah Akibat Saputro, H. & Fazrin, I. 2017. Anak sakit
Hospitalisasi. Yogyakarta Media Ilmu wajib bermain di Rumah Sakit.
Kesehatan. 3 (1) : 23-28. Sukorejo: Forum Ilmiah kesehatan
(FORIKES).
Kyle, T & Carman, S. 2015. Buku Ajar
keperawatan pediatri Edisi 1. Jakarta : Safrika, R. dkk, Tatik H dan Nanik O. 2009.
-441. Mendidik Tanpa Mengurung melalui
Dongeng Anak. Jurnal pedalangan, 7
Mahmud 2011. Metode Penelitian (2): 214-227.
Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia.
Mal, K. 2008. The Power Of Story Telling Shinta P.T., Saptiningsih, M. & Shintowati,V.
(Kekuatan Dongeng Terhadap 2011. Pengaruh bermain terhadap
Pembentukan Karakter Anak). Depok: perilaku anak prasekolah masa
PT Luximan Metro Media. hospitalisasi di ruang “Y” rumah
Sakit”X” Bandung. Majalah
Moeslichatoen. 2006. Metode pengajaran keperawatan unpad 11(20).
di taman kanak-kanak. Jakarta:
Rhineka Cipta.
24

Simanjuntak, A. L. 2008. Seni Bercerita: Hospitalisasi di RSUP DR. M.


Cara Bercerita Efektif. Jakarta: BPK DJAMIL Padang. Padang. Jurnal Ilmu
Gunung Mulia. Kesehatan, 1 (1) : 44-49.

Sue, D.C. 2010. Fundamentals of Suwarsih. 2009. Faktor-faktor yang


nursing: Standars & practice, (2nd mempengaruhi tingkat kecemasan
Ed.). New York: Delmar. pada anak usia prasekolah (3-5
tahun) terhadap tindakan keperawatan
Sugiono. 2008. Metode Penelitian di bangsa DAHLIA RSUD
Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. WONOSARI. Yogyakarta. Skripsi.
Bandung: Alfabeta CV. Diakses pada 4 februari 2020.

Suryono, Bimo. 2011. Mahir Wahya, W. E. 2017. Buku Besar Bahasa


Mendongeng. Yogyakarta: Pro U Indonesia (T.Kp,Ed.). Bmedia
Media. Imprint Kawan Pustaka.

Supartini. 2010. Buku Ajar Konsep Dasar


Keperawatan Anak, Jakarta, EGC.

Susanti A, Safitri H. 2017. Pengaruh Story


telling Terhadap Tingkat Kecemasan
Anak Prasekolah Yang Menjalani

Anda mungkin juga menyukai