Anda di halaman 1dari 17

TUGAS

EFEK KONDISI KRITIS TERHADAP PASIEN DAN KELUARGA


Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Kritis

Pembimbing: Sodikin, M.Kep., Sp.Kep.MB

KELOMPOK 3

Disusun Oleh :

1. Khotijah Safinaturrohmah (108116040)


2. Tria Oktaviana Rahajeng (108116045)
3. Mirna (108116052)
4. Syahrul Hardiyanto (108116053)
5. Anjas Upi Rachmawati (108116056)
6. Fidha Fairuz Syafira (108116062)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN 4B


STIKES AL-IRSYAD AL-ISLAMIYYAH CILACAP
TAHUN AKADEMIK 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT  yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Efek kondisi
kritis terhadap pasien dan keluarga” ini, meskipun masih jauh dari kesempurnaan.

Tujuan kami membuat makalah ini adalah untuk melengkapi salah satu tugas pada mata
kuliah Keperawatan Kritis. Dalam kesempatan ini tak lupa kami mengucapkan terimakasih
kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini.

Atas bantuan dan dorongannya, semoga mendapat balasan dari Allah SWT, dan kami
berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi kami khususnya serta bagi pembaca pada
umumnya.

Karena sifat keterbatasan yang dimiliki, maka saran dan kritik yang membangun sangat
kami harapkan, dan semoga makalah ini dapat menjadi titik sumbangan bagi pengembangan
ilmu pengetahuan .

Cilacap, 12 September 2019

Penyusun                          
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Kondisi kritis merupakan suatu kondisi krusial yang memerlukan penyelesaian atau
jalan keluar dalam waktu yang terbatas. Pasien kritis adalah pasien dengan disfungsi atau
gagal pada satu atau lebih sistem tubuh, tergantung pada penggunaan peralatan monitoring
dan terapi. Pasien dalam kondisi gawat membutuhkan pemantauan yang canggih dan terapi
yang intensif. Suatu perawatan intensif yang menggabungkan teknologi tinggi dengan
keahlian khusus dalam bidang keperawatan dan kedokteran gawat darurat dibutuhkan untuk
merawat pasien yang sedang kritis (Vicky, 2011).
Intensive Care Unit (ICU) adalah suatu bagian dari rumah sakit yang mandiri
(instalasi dibawah direktur pelayanan), dengan staf dan perlengkapan yang khusus yang
ditujukan untuk observasi, perawatan dan terapi pasien-pasien yang menderita penyakit,
cedera atau penyulit-penyulit yang potensial mengancam nyawa. ICU menyediakan sarana-
prasarana serta peralatan khusus untuk menunjang fungsi-fungsi vital dengan menggunakan
ketrampilan staf medik, perawat, dan staf lain yang berpengalaman dalam pengelolaan
keadaan-keadaan tersebut (Kemenkes, 2011).
Intensive care mempunyai 2 fungsi utama, yaitu yang pertama untuk melakukan
perawatan pada pasien-pasien gawat darurat dan untuk mendukung organ vital pada pasien-
pasien yang akan menjalani operasi yang kompleks elektif atau prosedur intervensi dan
risiko tinggi untuk fungsi vital. Keperawatan kritis termasuk salah satu spesialisasi di bidang
keperawatan yang secara khusus menangani respon manusia terhadap masalah yang
mengancam hidup. Seorang perawat kritis bertanggung jawab untuk menjamin pasien yang
kritis di Intensive Care Unit (ICU) beserta keluarganya mendapatkan pelayanan
keperawatan yang optimal (Dossey, 2002).
Untuk dapat memberikan pelayanan prima maka ICU harus dikelola dengan baik.
Perawat yang bekerja di dalam Intensive Care Unit harus memiliki kemampuan komunikasi
dan kerjasama tim. Proses keperawatan kritis mengatasi klien yang sedang dalam kondisi
gawat tersebut. Oleh karena itu, diperlukan peran seorang perawat yang dapat bertindak
cepat dan tepat serta melaksanakan standar proses keperawatan kritis.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Bagaimana efek kondisi kritis terhadap pasien?
2. Bagaimana efek kondisi kritis terhadap keluarga?

1.3 TUJUAN PENULISAN


1. Untuk mengetahui tentang bagaimana efek kondisi kritis terhadap pasien
2. Untuk mengetahui tentang bagaimana efek kondisi kritis terhadap keluarga

 
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. EFEK KONDISI KRITIS TERHADAP PASIEN:


Pasien kritis adalah pasien yang memiliki besar kemungkinan menjadi sangat rentan,
tidak stabil, dan kompleks sehingga memerlukan perawatan intensif dan asuhan keperawatan
(Nurhadi, 2014). Area keperawatan kritis melibatkan keluarga karena keluarga dapat menjadi
bagian integral dari perawatan pasien di ICU dan mempengaruhi kesembuhan pasien. Pasien
kritis dapat diketahui dari beberapa tanda dan gejala berikut :
a) Kehilangan kesadaran
b) Mengalami kelumpuhan dan dapat dilakukan monitoring
Stress: muncul apabila pasien dihadapkan dengan stimulus yang menyebabkan
ketidakseimbangan antara fungsi fisiologis dan psikologis.
Respon terhadap stress:

Kecemasan yaitu penyebab: perasaan terisolasi, dan perasaan kesepian. Kecemasan


terjadi saat seseorang mengalami hal-hal:

a. Ancaman ketidakberdayaan
b. Kehilangan kendali
c. Merasa kehilangan fungsi dan harga diri
d. Pernah mengalami kegagalan pertahanan
e. Rasa isolasi
f. Rasa takut sekarat

Adapun efek psikologis terhadap pasien kritis antara lain:

a. Stres akibat kondisi penyakit

b. Rasa cemas dan takut bahwa hidup terancam (kematian)

c. Perasaan isolasi

d. Depresi

e. Perasaan rapuh karena ketergantungan fisik dan emosional*

(Morton et al, 2011) *(Hudak & Gallo, 1997)

Sebuah penelitian di Norwegia yang mereview beberapa penelitian kualitatif pada


pasien yang dirawat diruang ICU menemukan bahwa pasien mengalami stres yang
berhubungan dengan 3 tema besar, yaitu:

a. Stres berkaitan dengan tubuh mereka

b. Stres berkaitan dengan ruangan ICU

c. Stres berkaitan dengan relationship dengan orang lain


(Jastremski, 2000 dalam Suryani, 2012)

Adapun efek non psikologis terhadap pasien kritis antara lain

a. Ketidakberdayaan

b. Pukulan (perubahan) konsep diri

c. Perubahan citra diri

d. Perubahan pola hidup

e. Perubahan pada aspek sosial-ekonomi (pekerjaan, financial pasien, kesejahteraan pasien


dan keluarga)

f. Keterbatasan komunikasi (tidak mampu berkomunikasi)*

(Morton et al, 2011) *(Suryani, 2012).

Respon terhadap kecemasan:

a. Respon fisologis  frekuensi nadi cepat, peningkatan tekanan darah, peningkatan


pernapasan, dilatasi pupil, mulut kering, dan vasokontriksi perifer dapat tidak terdeteksi
b. Respon sosiopsikologis  respon perilaku yang menandakan kecemasan seringkali
didasari oleh sikap keluarga dan budaya.
Peran Perawat pada pasien kritis:

a. Menciptakan lingkungan yang menyembuhkan

b. Menumbuhkan rasa percaya

c. Memberikan informasi

d. Memberikan kendali

e. Kepekaan budaya

f. Kehadiran dan penenangan


g. Teknik kognitif

B. EFEK KONDISI KRITIS TERHADAP KELUARGA:


Efek kondisi kritis pada keluarga:

a. Stres. Stresor dapat berupa: fisiologis (trauma, biokimia, atau lingkungan), psikologis
(emosional, pekerjaan, sosial, atau budaya)

b. Rasa takut dan kecemasan

c. Peralihan tanggung jawab

d. Masalah keuangan

e. Tidak adanya peran social

Respon keluarga merupakan respon seseorang terhadap stimulus yang berkaitan sakit
dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan.
a. Stress
Stress adalah suatu kondisi secara psikologis dimana seseorang merasakan tertekan dan
ingin menyerah. Penyebab stress inilah disebut dengan stressor. Stressor ini dibagi
menjadi 2 yaitu:
1) Jangka pendek yaitu stressor yang di alami keluarga yang memperlukan penyelesaian
dalam waktu kurang dari 6 bulan
2) Jangka Panjang yaitu stressor yang di alami keluarga yang memperlukan
penyelesaian dalam waktu lebih dari 6 bulan.
Penyebab stress pada keluarga ini dapat berasal dari :
1) Kondisi keluarga yang masuk ICU dan tidak dapat mengunjungi keluarga karena
ruangan intensif.
2) Keluarga tidak mampu beradaptasi dengan stressor yang dimiliki yaitu memikirkan
kondisi pasien yang berada di ICU.
3) Keluarga merasa takut akan kematian atau kecacatan tubuh yang terjadi pada pasien
yang sedang dirawat di ICU.
4) Masalah keuangan tarif di ruang ICU relatif mahal.
b. Kecemasan
Kecemasan adalah perasaan yang tidak senang dan tidak nyaman sehingga orang-orang
berusaha untuk menghindarinya (Stuart, 2009). Penyebab kecemasan dapat berasal dari
perilaku (Behaviour). Teori ini menjelaskan bahwa kecemasan akan meningkat melalui
konflik yang terjadi sehingga tercipta perseosi dan menuju rasa tidak berdaya.
Kecemasan dapat menimbulkan berbagai respon, diantaranya:
1) Kognitif
Gangguan kognitif merupakan gangguan pada proses berpikir, memecahkan masalah,
mengambil keputusan, dan mengingat.
2) Psikomotor
Gangguan psikomotor merupakan gangguan yang terjadi saat melakukan aktivitas
fisik.
3) Fisiologis
Gangguan fisiologis merupakan gangguan fungsi tubuh yang mendukung kehidupan.
4) Perasaan Tidak Nyaman
Perasaan tidak nyaman terjadi ketika seseorang merasa berada di dalam bahaya.
c. Traumatis
Traumatis berkaitan erat dengan pengalaman yang dilalui seseorang yang bersifat psikis
hingga memberikan dampak yang negatif pada dirinya untuk sekarang dan masa depan.
Trauma psikologis akan terus terbayang selama hidup jika individu tersebut tidak
menemukan dukungan. Dukungan yang diperlukan biasanya berasal dari keluarga dan
teman-teman terdekat.
Traumatis adalah sikap dengan dukungan keluarga pasien dapat menurunkan level
kecemasan dan meningkatkan level kenyamanan ( Holly, 2012). Tugas keluarga pasien
kritis agama adalah mengembalikan keseimbangan dan mendapatkan ketahan. Menurut
Mc Adam,dkk (2008) peran keluarga :
a) Active Presence (keluarga berada di sisi pasien)
b) Protector (Memastikan perawatan terbaik)
c) Facilitator( memberikan fasilitas sesuai dengan kebutuhan pasien)
d) Historian ( Sumber informasi )
e) Coaching ( Pendukung pasien )
Adapun efek psikologis terhadap keluarga:
1. Stres akibat kondisi penyakit pasien (anggota keluarga), prosedur penanganan
2. Ansietas berhubungan dengan ancaman kematian pada pasien (anggota keluarga)
3. Pengingkaran terhadap kondisi kritis pasien (anggota keluarga)
(Hudak & Gallo, 1997)
Sedangkan efek non psikologis terhadap keluarga:
1. Perubahan struktur peran dalam keluarga
2. Perubahan pelaksanaan fungsi peran dalam keluarga
3. Terbatasnya komunikasi dan waktu bersama
4. Masalah financial keluarga*
5. Perubahan pola hidup keluarga *
(Hudak & Gallo, 1997) *(Morton et al, 2011).
EFEK KONDISI KRITIS PADA PASIEN DAN KELUARGA

Efek Kondisi Kritis

Pada Pasien Pada Keluarga

Kondisi kritis Peran keluarga


Kecemasan
adalah kondisi dimana terjadi Mc
disfungsi
menyebabkan Menurut Adam,dkk (2008) kelurga :
atau gagal pada satu atau lebih sistem
respon :
tubuh 1. Active Presence (keluarga berada
1. Kognitif
disisi pasien)
2. Psikomotor
2. Protector (Memastikan perawatan
3. Fisiologis
Pasien kritis terbaik)
4. Perasaan tidak
3. Facilitator( memberikan fasilitas
nyaman adalah pasien yang beresiko tinggi sesuai dengan kebutuhan pasien)
terhadap masalah kesehatan yang4. Historian ( Sumber informasi )
mengancam jiwa (American Association5. Coaching ( Pendukung pasien )
of Critical Nursing)
PENJELASAN
Sakit kritis merupakan kejadian yang tiba-tiba dan tidak diharapkan serta
membahayakan hidup bagi pasien dan keluarga yang mengancam keadaan stabil.
Stress dan penyakit merupakan efek dari kondisi kritis terhadap pasien. Stress
didefinisikan sebagai suatu stimulus yg mengakibatkan ketidakseimbangan fungsi
fisiologis dan psikologis. Pada kenyataannya, bahwa dengan diterimanya pasien di
ICU menjadikan tanpa adanya ancaman terhadap kehidupan dan kesejahteraan
pada semua individu yang dirawat. Di sisi lain, perawat keperawatan kritis
merasakan bahwa unit keperawatan kritis merupakan tempat di mana hidup
dengan kewaspadaan. Di sisi lain juga pasien dan keluarga merasa bahwa
diterimanya di ICU sebagai tanda akan tiba kematian karena pengalaman mereka
sendiri atau orang lain. Karena perbedaan persepsi tentang perawatan kritis antara
pasien, keluarga, dan perawat, maka terputusnya komunikasi kedua pihak harus
diantisipasi.
Peran sakit pada pasien yang sering ditemukan adalah peran tidak berdaya.
Stres karena penerimaan peran sakit, ketidakberdayaan dapat menyebabkan
terputusnya komunikasi antara pasien dan perawat. Ketidakberdayaan sering
dihubungkan dengan ansietas yang menjelaskan bahwa mengalami kemunduran
pada pasien dewasa. Berbagai macam perilaku koping pasien seperti mengingkari,
marah, pasif, atau agresif umumnya dapat dijumpai pada pasien. Upaya koping
pasien mungkin efektif atau tidak efektif dalam mengatasi stres dan ini
mengakibatkan ansietas. Jika perilaku koping efektif, energi dibebaskan dan
diarahkan langsung ke penyembuhan. Jika upaya koping gagal atau tidak efektif,
maka keadaan tegang meningkatkan dan terjadi peningkatan kebutuhan energi.
Hubungan antara stres, ansietas, dan mekainsme koping adalah kompleks
dan ditunjukkan secara kontinyu dalam berbagai situasi keperawatan kritis.
Tingkat stres yang ekstrem merusak jaringan tubuh dan dapat mempengaruhi
respon adaptif jaringan patologis. Jika koping tidak efektif, ketidakseimbangan
dapat terjadi dan respon pikiran serta tubuh akan meningkat berupaya untuk
mengembalikan keseimbangan.
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Masing-masing efek kondisi kritis baik bagi pasien maupun keluarga ada
efek psikologis maupun non psikologis. Adapun efek psikologis terhadap pasien
kritis antara lain: stres akibat kondisi penyakit , rasa cemas dan takut bahwa
hidup terancam (kematian), perasaan isolasi, depresi, dan perasaan rapuh karena
ketergantungan fisik dan emosional. Adapun efek non psikologis terhadap pasien
kritis antara lain: ketidakberdayaan, pukulan (perubahan) konsep diri, perubahan
citra diri, perubahan pola hidup, perubahan pada aspek sosial-ekonomi
(pekerjaan, financial pasien, kesejahteraan pasien dan keluarga), keterbatasan
komunikasi (tidak mampu berkomunikasi).
Adapun efek psikologis terhadap keluarga: stres akibat kondisi penyakit
pasien (anggota keluarga), prosedur penanganan, ansietas berhubungan dengan
ancaman kematian pada pasien (anggota keluarga), pengingkaran terhadap
kondisi kritis pasien (anggota keluarga). Sedangkan efek non psikologis terhadap
keluarga: perubahan struktur peran dalam keluarga, perubahan pelaksanaan
fungsi peran dalam keluarga, terbatasnya komunikasi dan waktu bersama,
masalah financial keluarga, perubahan pola hidup keluarga.

3.2 SARAN
Sebagai perawat professional kita harus mengetahui bagaimana efek
kondisi kritis terhadap pasien dan keluarga. Selain itu pemahaman terhadap
konsep holism, komunikasi, dan kerjasama tim dalam keperawatan kritis penting
untuk menunjang perawatan terhadap klien agar kondisi klien lebih baik dan
status kesehatan meningkat sehingga angka kematian dapat ditekan semaksimal
mungkin.
DAFTAR PUSTAKA
Andarmoyo, S. (2012). Keperawatn Keluarga (Pertama). Yogyakarta: Graha Ilmu
Baradro, M., Dayrit, M., & Maratning, A. (2016). Seri Asuhan Keperawatan
Kesehatan Mental Psikiatri. (A. Linda, Ed). Jakarta: EGC
Halgin, & Whitbourne. (2010). Psikologi Abnormal Perspektif Klinis Pada
Gangguan Psikologis (6th ed). Jakarta: Salemba Medika.
Harmoko. (2012). Asuhan Keperawatan Keluarga. (S. Riyadi, Ed.) (Pertama).
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Anda mungkin juga menyukai