KELOMPOK 3
Disusun Oleh :
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Efek kondisi
kritis terhadap pasien dan keluarga” ini, meskipun masih jauh dari kesempurnaan.
Tujuan kami membuat makalah ini adalah untuk melengkapi salah satu tugas pada mata
kuliah Keperawatan Kritis. Dalam kesempatan ini tak lupa kami mengucapkan terimakasih
kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini.
Atas bantuan dan dorongannya, semoga mendapat balasan dari Allah SWT, dan kami
berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi kami khususnya serta bagi pembaca pada
umumnya.
Karena sifat keterbatasan yang dimiliki, maka saran dan kritik yang membangun sangat
kami harapkan, dan semoga makalah ini dapat menjadi titik sumbangan bagi pengembangan
ilmu pengetahuan .
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Kondisi kritis merupakan suatu kondisi krusial yang memerlukan penyelesaian atau
jalan keluar dalam waktu yang terbatas. Pasien kritis adalah pasien dengan disfungsi atau
gagal pada satu atau lebih sistem tubuh, tergantung pada penggunaan peralatan monitoring
dan terapi. Pasien dalam kondisi gawat membutuhkan pemantauan yang canggih dan terapi
yang intensif. Suatu perawatan intensif yang menggabungkan teknologi tinggi dengan
keahlian khusus dalam bidang keperawatan dan kedokteran gawat darurat dibutuhkan untuk
merawat pasien yang sedang kritis (Vicky, 2011).
Intensive Care Unit (ICU) adalah suatu bagian dari rumah sakit yang mandiri
(instalasi dibawah direktur pelayanan), dengan staf dan perlengkapan yang khusus yang
ditujukan untuk observasi, perawatan dan terapi pasien-pasien yang menderita penyakit,
cedera atau penyulit-penyulit yang potensial mengancam nyawa. ICU menyediakan sarana-
prasarana serta peralatan khusus untuk menunjang fungsi-fungsi vital dengan menggunakan
ketrampilan staf medik, perawat, dan staf lain yang berpengalaman dalam pengelolaan
keadaan-keadaan tersebut (Kemenkes, 2011).
Intensive care mempunyai 2 fungsi utama, yaitu yang pertama untuk melakukan
perawatan pada pasien-pasien gawat darurat dan untuk mendukung organ vital pada pasien-
pasien yang akan menjalani operasi yang kompleks elektif atau prosedur intervensi dan
risiko tinggi untuk fungsi vital. Keperawatan kritis termasuk salah satu spesialisasi di bidang
keperawatan yang secara khusus menangani respon manusia terhadap masalah yang
mengancam hidup. Seorang perawat kritis bertanggung jawab untuk menjamin pasien yang
kritis di Intensive Care Unit (ICU) beserta keluarganya mendapatkan pelayanan
keperawatan yang optimal (Dossey, 2002).
Untuk dapat memberikan pelayanan prima maka ICU harus dikelola dengan baik.
Perawat yang bekerja di dalam Intensive Care Unit harus memiliki kemampuan komunikasi
dan kerjasama tim. Proses keperawatan kritis mengatasi klien yang sedang dalam kondisi
gawat tersebut. Oleh karena itu, diperlukan peran seorang perawat yang dapat bertindak
cepat dan tepat serta melaksanakan standar proses keperawatan kritis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
a. Ancaman ketidakberdayaan
b. Kehilangan kendali
c. Merasa kehilangan fungsi dan harga diri
d. Pernah mengalami kegagalan pertahanan
e. Rasa isolasi
f. Rasa takut sekarat
c. Perasaan isolasi
d. Depresi
a. Ketidakberdayaan
c. Memberikan informasi
d. Memberikan kendali
e. Kepekaan budaya
a. Stres. Stresor dapat berupa: fisiologis (trauma, biokimia, atau lingkungan), psikologis
(emosional, pekerjaan, sosial, atau budaya)
d. Masalah keuangan
Respon keluarga merupakan respon seseorang terhadap stimulus yang berkaitan sakit
dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan.
a. Stress
Stress adalah suatu kondisi secara psikologis dimana seseorang merasakan tertekan dan
ingin menyerah. Penyebab stress inilah disebut dengan stressor. Stressor ini dibagi
menjadi 2 yaitu:
1) Jangka pendek yaitu stressor yang di alami keluarga yang memperlukan penyelesaian
dalam waktu kurang dari 6 bulan
2) Jangka Panjang yaitu stressor yang di alami keluarga yang memperlukan
penyelesaian dalam waktu lebih dari 6 bulan.
Penyebab stress pada keluarga ini dapat berasal dari :
1) Kondisi keluarga yang masuk ICU dan tidak dapat mengunjungi keluarga karena
ruangan intensif.
2) Keluarga tidak mampu beradaptasi dengan stressor yang dimiliki yaitu memikirkan
kondisi pasien yang berada di ICU.
3) Keluarga merasa takut akan kematian atau kecacatan tubuh yang terjadi pada pasien
yang sedang dirawat di ICU.
4) Masalah keuangan tarif di ruang ICU relatif mahal.
b. Kecemasan
Kecemasan adalah perasaan yang tidak senang dan tidak nyaman sehingga orang-orang
berusaha untuk menghindarinya (Stuart, 2009). Penyebab kecemasan dapat berasal dari
perilaku (Behaviour). Teori ini menjelaskan bahwa kecemasan akan meningkat melalui
konflik yang terjadi sehingga tercipta perseosi dan menuju rasa tidak berdaya.
Kecemasan dapat menimbulkan berbagai respon, diantaranya:
1) Kognitif
Gangguan kognitif merupakan gangguan pada proses berpikir, memecahkan masalah,
mengambil keputusan, dan mengingat.
2) Psikomotor
Gangguan psikomotor merupakan gangguan yang terjadi saat melakukan aktivitas
fisik.
3) Fisiologis
Gangguan fisiologis merupakan gangguan fungsi tubuh yang mendukung kehidupan.
4) Perasaan Tidak Nyaman
Perasaan tidak nyaman terjadi ketika seseorang merasa berada di dalam bahaya.
c. Traumatis
Traumatis berkaitan erat dengan pengalaman yang dilalui seseorang yang bersifat psikis
hingga memberikan dampak yang negatif pada dirinya untuk sekarang dan masa depan.
Trauma psikologis akan terus terbayang selama hidup jika individu tersebut tidak
menemukan dukungan. Dukungan yang diperlukan biasanya berasal dari keluarga dan
teman-teman terdekat.
Traumatis adalah sikap dengan dukungan keluarga pasien dapat menurunkan level
kecemasan dan meningkatkan level kenyamanan ( Holly, 2012). Tugas keluarga pasien
kritis agama adalah mengembalikan keseimbangan dan mendapatkan ketahan. Menurut
Mc Adam,dkk (2008) peran keluarga :
a) Active Presence (keluarga berada di sisi pasien)
b) Protector (Memastikan perawatan terbaik)
c) Facilitator( memberikan fasilitas sesuai dengan kebutuhan pasien)
d) Historian ( Sumber informasi )
e) Coaching ( Pendukung pasien )
Adapun efek psikologis terhadap keluarga:
1. Stres akibat kondisi penyakit pasien (anggota keluarga), prosedur penanganan
2. Ansietas berhubungan dengan ancaman kematian pada pasien (anggota keluarga)
3. Pengingkaran terhadap kondisi kritis pasien (anggota keluarga)
(Hudak & Gallo, 1997)
Sedangkan efek non psikologis terhadap keluarga:
1. Perubahan struktur peran dalam keluarga
2. Perubahan pelaksanaan fungsi peran dalam keluarga
3. Terbatasnya komunikasi dan waktu bersama
4. Masalah financial keluarga*
5. Perubahan pola hidup keluarga *
(Hudak & Gallo, 1997) *(Morton et al, 2011).
EFEK KONDISI KRITIS PADA PASIEN DAN KELUARGA
3.1 KESIMPULAN
Masing-masing efek kondisi kritis baik bagi pasien maupun keluarga ada
efek psikologis maupun non psikologis. Adapun efek psikologis terhadap pasien
kritis antara lain: stres akibat kondisi penyakit , rasa cemas dan takut bahwa
hidup terancam (kematian), perasaan isolasi, depresi, dan perasaan rapuh karena
ketergantungan fisik dan emosional. Adapun efek non psikologis terhadap pasien
kritis antara lain: ketidakberdayaan, pukulan (perubahan) konsep diri, perubahan
citra diri, perubahan pola hidup, perubahan pada aspek sosial-ekonomi
(pekerjaan, financial pasien, kesejahteraan pasien dan keluarga), keterbatasan
komunikasi (tidak mampu berkomunikasi).
Adapun efek psikologis terhadap keluarga: stres akibat kondisi penyakit
pasien (anggota keluarga), prosedur penanganan, ansietas berhubungan dengan
ancaman kematian pada pasien (anggota keluarga), pengingkaran terhadap
kondisi kritis pasien (anggota keluarga). Sedangkan efek non psikologis terhadap
keluarga: perubahan struktur peran dalam keluarga, perubahan pelaksanaan
fungsi peran dalam keluarga, terbatasnya komunikasi dan waktu bersama,
masalah financial keluarga, perubahan pola hidup keluarga.
3.2 SARAN
Sebagai perawat professional kita harus mengetahui bagaimana efek
kondisi kritis terhadap pasien dan keluarga. Selain itu pemahaman terhadap
konsep holism, komunikasi, dan kerjasama tim dalam keperawatan kritis penting
untuk menunjang perawatan terhadap klien agar kondisi klien lebih baik dan
status kesehatan meningkat sehingga angka kematian dapat ditekan semaksimal
mungkin.
DAFTAR PUSTAKA
Andarmoyo, S. (2012). Keperawatn Keluarga (Pertama). Yogyakarta: Graha Ilmu
Baradro, M., Dayrit, M., & Maratning, A. (2016). Seri Asuhan Keperawatan
Kesehatan Mental Psikiatri. (A. Linda, Ed). Jakarta: EGC
Halgin, & Whitbourne. (2010). Psikologi Abnormal Perspektif Klinis Pada
Gangguan Psikologis (6th ed). Jakarta: Salemba Medika.
Harmoko. (2012). Asuhan Keperawatan Keluarga. (S. Riyadi, Ed.) (Pertama).
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.