PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
bahwa rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan
harus tetap mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu dan terjangkau
kewajiban rumah sakit dan kewajiban pasien definisi rumah sakit yaitu institusi
secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat
Instalasi Gawat Darurat (IGD) merupakan salah satu unit terdepan dari
bagian pelayanan rumah sakit yang memberikan pelayanan 24 jam pada pasien
sama dengan unit terkait lainnya. Gawat darurat adalah suatu keadaan yang mana
1
Tujuan pelayanan di Instalasi Gawat Darurat adalah memberikan
pelayanan kesehatan yang optimal pada pasien dengan cepat, tepat, ramah serta
resiko kecacatan dan kematian (to save life and limb). Pasien yang masuk ke IGD
RSUD dr Sayidiman Magetan tentunya butuh pertolongan yang cepat dan tepat.
Untuk itu perlu adanya standar dalam memberikan pelayanan gawat darurat sesuai
penanganan gawat darurat dengan response time yang cepat dan penanganan yang
Magetan dalam kurun waktu 3 tahun ini mengalami peningkatan. Pada tahun
2017 kunjungan sebanyak 17.250 pasien, pada tahun 2018 sebanyak 17.667
pasien. Peningkatan cukup tajam terjadi pada tahun 2019 dari bulan Januari
sampai bulan Agustus 2019 sebanyak 15.084 pasien. Peningkatan jumlah pasien
berdampak pada peningkatan tuntutan tugas perawat berupa beban kerja fisik
berupa stres pekerjaan yang disebabkan oleh beban kerja (Kasmarani M.K,
sumber daya manusia. Dimana banyaknya tugas belum diimbangi dengan jumlah
tenaga perawat yang memadai. Jumlah antara tenaga perawat dengan jumlah
pasien yang tidak seimbang akan menyebabkan kelelahan dalam bekerja karena
2
kemampuan perawat. Kondisi seperti inilah yang akan berdampak pada keadaan
psikis perawat seperti lelah, emosi perubahan mod dan dapat menimbulkan stres
pada perawat (Fajrillah & Nurfitriani, 2016). Dampak buruk yang dapat
sosialnya baik dengan rekan kerja, dokter maupun pasien dan keluarga pasien.
Menurut survei dari PPNI tahun 2006, sekitar 50,95% perawat yang
lelah, tidak bisa beristirahat karena beban kerja terlalu tinggi, dan menyita
tinggi yaitu sebesar 82,8% mengalami stres sedang. Penelitian lain yang
dilakukan oleh Fajrilah & Nurfitriani (2016) di IGD RSUD Anutapura Palu
menunjukkan stres kerja perawat IGD tergolong tinggi yaitu sebesar 54,8%. Dari
hasil wawancara pada tanggal 7 Juli 2019 pada 10 perawat di ruang IGD RSUD
terasa capek, betis terasa pegal, dan persendian terasa ngilu. Kelelahan secara
kondisi emosional meningkat, mudah marah, dan merasa cemas. Hal ini
Pelayanan cepat dan tepat sangat dibutuhkan dalam pelayanan di IGD yang
3
dapat menyebabkan beban kerja tinggi pada perawat seperti menghadapi pasien
dengan kondisi tidak stabil, menghadapi keluarga pasien yang tidak sabar, selain
itu memantau dan pencatatan kondisi pasien secara terus menerus sehingga dapat
mempengaruhi stres (Ahmad, 2019). Selain itu kunjungan pasien yang sangat
banyak pada siang hingga malam hari juga dapat meyebabkan stres kerja
Stres dapat dipicu dari beban kerja yang berlebihan baik beban kerja fisik
maupun beban mental. Beban kerja merupakan sesuatu yang muncul dari
sebagai tempat kerja, keterampilan, perilaku dan persepsi dari pekerja. Beban
melaksanakan operasi dan pasien dengan kondisi kritis, dan harus menjalin
komunikasi yang baik dengan pasien maupun keluarga (Kasmarani M.K, 2012).
Dari uraian tersebut diatas dapat diketahui bahwa stres perawat terjadi
karena beban kerja yang berlebih maka peneliti tertarik melakukan penelitian
tentang hubungan beban kerja dengan stres perawat Instalasi Gawat Darurat di
4
B. Rumusan Masalah
penelitian ini adalah sebagai berikut: adakah hubungan beban kerja dengan stres
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
Sayidiman Magetan.
D. Manfaat Penelitian
5
2. Bagi Institusi Pendidikan
Magetan.
3. Bagi Peneliti
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Beban Kerja
harus dipikul oleh suatu jabatan/unit organisasi dan merupakan hasil kali
antara volume kerja dan norma waktu. Sedangkan menurut Munandar (2001)
beban kerja adalah keadaan dimana pekerja dihadapakan pada tugas yang
Adapun menurut Moekijat (2004), beban kerja adalah volume dari hasil
kerja atau catatan tentang hasil pekerjaan yang dapat menunjukkan volume
Sedangkan beban kerja perawat adalah volume kerja perawat di sebuah unit
dibutuhkan untuk menangani pasien per hari. Beban kerja penting sebagai
7
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Beban Kerja
produktif.
8
enema, melakukan pemeriksaan GDA, melakukan pemeriksaan EKG,
merawat jenazah.
station.
9
4. Penggukuran Beban Kerja
oleh personil pada satu unit, bidang, maupun jenis tenaga tertentu.
3) Pola beban kerja dikaitkan dengan waktu dan jadwal jam kerja.
personel yang kita amati. Melalui tehnik ini dapat diketahui beban
personel.
10
4) Membuat klasifikasi atas kegiatan yang telah dilakukan tersebut
administrasi.
ditetapkan secara baku di suatu rumah sakit. Dari metode work sampling
dan Time and motion study maka akan dihasilkan out put sebagai
berikut:
variabel lain.
d) Kualitas kerja.
kegiatan yang dilakukan sendiri oleh personel yang diamati dan waktu
11
diperlukan kejujuran dari personel yang diamati. Pengukuran beban
dipakai untuk pengukuran beban kerja objektif time and motion study.
(Manuaba, 2010).
bahwa dalam dunia kerja ada beberapa indikator untuk mengetahui seberapa
besar beban kerja yang harus diemban oleh karyawan, indikator tersebut
meliputi :
12
perawat, perawat dihadapkan pada keputusan yang tepat serta
b. Penggunaan waktu kerja, dimana waktu kerja yang sesuai dengan SOP
diberikan beban kerja yang tidak sesuai SOP maka akan membebani
secara intensif.
c. Target yang harus dicapai, yaitu target kerja yang ditetapkan untuk
B. Stres
1. Pengertian Stres
Stres adalah gangguan pada tubuh dan pikiran yang disebabkan oleh
adalah respon tubuh yang sifatnya nonspesifik terhadap setiap tuntutan beban
13
atasnya. Bila seseorang setelah mengalami stres mengalami gangguan pada
salah satu atau lebih organ tubuh sehingga yang bersangkutan tidal lagi dapat
2. Penyebab Stres
a. Stres Fisik, disebabkan oleh suhu atau temperatur yang terlalu tinggi atau
rendah, suara amat bising, sinar yang terlalu terang, atau tersengat arus
listrik.
menimbulkan penyakit.
3. Tahapan Stres
14
a. Stres tahap satu
Tahapan ini merupakan tahapan stres yang paling ringan dan biasanya
yang disebabkan karena cadangan energi yang tidak lagi cukup seperti :
merasa letih, mudah lelah, lekas merasa capek menjelang sore, sering penat,
Pada tahap ini apabila seseorang tetap memaksakan diri dalam pekerjaannya
Pada tahap ini apabila seseorang untuk bertahan mengalami stres sepanjang
hari saja sudah terasa amat sulit. Aktifitas pekerjaan memjadi membosankan
15
sehari-hari. Adapun gejala gangguan pola tidur disertai mimpi-mimpi yang
Jika keadaan seseorang berlanjut maka akan jatuh pada tahap lima dengan
ditandai : kelelahan fisik dan mental yang semakin mendalam (physical and
kedua orangtua yang dingin, atau penuh ketegangan, atau acuh tak
16
c. Pekerjaan. Masalah pekerjaan merupakan sumber stres kedua setelah
hubungan yang tidak baik dengan mertua, ipar, besan dan lain
sebagainya.
sebagainya.
17
i. Penyakit fisik atau cidera. Sumber stres yang dapat menimbulkan
Menurut Astianto (2014), stres kerja merupakan bagian dari stres dalam
dengan atasan, pekerjaan yang menuntut konsentrasi tinggi, beban kerja yang
persaingan yang berat dan tidak sehat. Sedangkan menurut Wijono (2010)
mendefinisikan bahwa stres kerja sebagai suatu keadaan yang timbul dalam
2018).
18
kebisingan, ruangan yang berjendela dan temperatur udara disekitar
perawat.
tertentu.
memburuk.
orang lain meliputi interaksi staf dalam satu unit dengan unit lain,
a. Gejala fisik :
Sakit kepala, sakit perut, mudah terkejut, gangguan pola tidur lesu, kaku
b. Gejala mental :
19
c. Gejala sosial atau perilaku
Beehr (Prihatini, 2007) membagi gejala stres kerja menjadi tiga aspek, yaitu
Tabel 2.1 Gejala stres kerja berdasarkan gejala psikologis, fisik dan perilaku
No Gejala psikologis Gejala fisik Gejala perilaku
1. Kecemasan, ketegangan Meningkatnya nadi Menunda,
dan tekanan darah menghindari
pekerjaan
2. Bingung, marah, sensitif Meningkatnya Produktivitas
sekresi adrenalin menurun
3. Memendam perasaan Gangguan lambung Minuman keras
4. Komunikasi tidak efektif Mudah terluka Perilaku sabotase
(Sumber : Prihatini, 2007)
8. Dampak Stres Kerja
diri yang berdampak pada organisasi. Pekerja yang mengalami stres kerja
tertunda.
20
9. Pencegahan dan Pengendalian Stres Kerja
d. Membentuk lingkungan sosial yang sehat yaitu antara pekerja yang satu
hubungan kerja.
berlebih.
21
10. Indikator Stres Kerja
a. Stres Biologis seperti : Jantung berdebar-debar, nyeri ulu hati, otot kaku,
tangan terasa capek, betis terasa pegal, persendian ngilu, nyeri punggung,
nyeri pinggang,
C. Perawat
1. Pengertian Perawat
22
keperawatan, baik di dalam maupun di luar negeri yang diakui oleh
2. Peran Perawat
Peran perawat adalah tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain pada
sesorang sesuai dengan kedudukan dalam system, dimana bisa dipengaruhi oleh
kondisi sosial baik dari profesi perawat ataupun dari luar profesi keperawatan.
23
c. Pendidik / Edukator
d. Koordinator
e. Kolaborator
Peran ini dilakukan lantaran perawat bekerja melalui tim kesehatan yang
trdiri dari dokter, fisioterapi, ahli gizi & lain-lain yang diperlukan termasuk
f. Konsultan
untuk diberikan. Peran ini dilakukan atas permintaan klien terhadap informasi
g. Peneliti
24
3. Fungsi Perawat
a. Fungsi Independen
b. Fungsi Dependen
sebab itu, setiap kegagalan tindakan medis menjadi tanggung jawab dokter.
c. Fungsi Interdependen
Tindakan perawat berdasar pada kerja sama dengan tim perawatan atau tim
kesehatan.
kebutuhan makanan yang diperlukan bagi ibu hamil & perkembangan janin.
tindakan medis yang dibuthkan oleh pasien gawat darurat dalam waktu segera
25
yang selanjutnya disebut pasien adalah orang yang berada dalam ancaman
Pedoman Pelayanan Instalasi Gawat Darurat tahun 2019 IGD adalah salah
satu unit terdepan dari bagian pelayanan rumah sakit yang memberikan
bekerja sama dengan unit terkait lainnya. Gawat darurat adalah suatu keadaan
antara lain :
26
dan pemindahan bersifat jangan terlambat. Contohnya
patah tulang besar, combutio(luka bakar) tingkat II dan III
< 25%, trauma thorak/abdomen, laserasi luas, trauma bola
mata.
3 Prioritas III Perlu penanganan seperti pelayanan biasa, tidak perlu
(Hijau) segera. Penanganan dan pemindahan bersifat terakhir.
Contoh luka superfisial, luka-luka ringan.
4 Prioritas 0 Kemungkinan untuk hidup sangat kecil, luka sangat parah.
(Hitam) Hanya perlu terapi suportif. Contoh henti jantung kritis,
trauma kepala kritis.
(Sumber : Pedoman Pelayanan IGD tahun 2019)
27
BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL
A. Kerangka Konseptual
Dari faktor penyebab stres tersebut akan di lakukan penelitian beban kerja perawat
dengan stres kerja. Dari beban kerja dapat menyebabkan stres kerja yang di bagi
menjadi tiga antara lain stres biologis, stres psikologis, stres sosial. Sehingga stres
28
kerja dapat berdampak pada tiga hal yaitu : 1) Penyakit fisik yang di tandai
Sedangkan gangguan psikis dari ringan sampai berat. 2) Gangguan psikis yang
Gangguan interaksi interpersonal seperti hilangnya percaya diri, menarik diri yang
mengetahui beban kerja dengan tingkat stres kerja yang dibagi menjadi 3 yaitu
B. Hipotesis
hubungan yang diharapkan antara dua variabel atau lebih yang dapat diuji secara
empiris. Hipotesis atau dugaan (bukti) sementara diperlukan untuk memandu jalan
Hı : Ada Hubungan beban kerja dengan stres perawat di Instalasi Gawat Darurat
H0 : Tidak ada hubungan beban kerja dengan stres perawat di Instalasi Gawat
29
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
sifatnya sesaat pada suatu waktu dan tidak diikuti dalam kurun waktu tertentu
dr.Saydiman Magetan.
1. Populasi
30
yang ada di IGD RSUD dr. Saydiman Magetan sebanyak 31 perawat
pelaksana.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian besar dari keseluruhan obyek yang diteliti yang
ini adalah semua perawat IGD RSUD dr. Saydiman magetan sebanyak 31
perawat pelaksana.
C. Teknik Sampling
(Sugiyono, 2010).
populasi yang kurang dari 100 seluruh populasi dijadikan sampel penelitian
semuanya.
31
D. Kerangka Kerja Penelitian
Populasi
Semua perawat IGD RSUD dr. Sayidiman Magetan sebanyak 31 perawat pelaksana
Sampel
Semua perawat IGD RSUD dr. Sayidiman Magetan sebanyak 31 perawat pelaksana
Sampling
Total Sampling
Design Penelitian
Korelasi dengan pendekatan cross Sectional
Variable
Pengelolahan Data
Editing, Coding, Scoring dan Tabulating
Analisa Data
Kendall Tau
Gambar 4.1 Kerangka kerja penelitian Hubungan beban kerja dengan stres
perawat di instalasi gawat darurat RSUD dr. Sayidiman Magetan
32
E. Variable Penelitian dan Definisi Operasional
1. Variable Penelitian
2. Definisi operasional
Tabel 4.1 : Definisi Operasional Hubungan Beban Kerja Dengan Stres Perawat
Di Instalasi Gawat Darurat RSUD dr Sayidiman Magetan
Variable Definisi Parameter Alat ukur Skala Skor/Kriteria
Operasional
Variable Beban kerja Indikator Kuisioner Ordinal Skor :
independen adalah besaran beban kerja : 4 : beban kerja
(Bebas) pekerjaan yang 1. Kondisi berat
Beban kerja harus dipikul pekerjaan 3 : beban kerja
oleh perawat di 2. Penggunaan sedang
Instalasi gawat waktu kerja 2 : beban kerja
Darurat RSUD 3. Target yang ringan
dr Sayidiman harus di 1 : tidak menjadi
Magetan capai beban
Kriteria :
Ringan :
X < 26
Sedang :
26 ≤ X < 38
Berat :
38 ≤ X
33
Stres kerja yang timbul Biologis 1 : Tidak
dalam interaksi 2. Stres Pernah
di antara Psikologis Kriteria :
perawat di 3. Stres Sosial Ringan :
Instalasi X < 70
Gawat Darurat Sedang :
RSUD dr 70 ≤ X< 104
Sayidiman Berat :
Magetan 104 ≤ X
105
F. Instrumen Penelitian
pertanyaan yang sudah tersusun dengan baik, sudah matang, dimana responden
(dalam hal angket) dan interview (dalam hal wawancara) tinggal memberikan
(Notoatmodjo, 2010)
kuisioner. Kuisioner yang digunakan peneliti yaitu variable beban kerja dengan 13
Nursalam (2017) ini telah valid dan reliabel untuk menjadikan sebagai instrumen
34
Waktu pengambilan data awal pada bulan November 2019 sampai dengan
Maret 2020. Tempat penelitian dilakukan di ruang instalasi gawat darurat RSUD
dr.Sayidiman Magetan.
prosedur:
Kabupaten Magetan.
informed consent.
yang merupakan Kepala Shift yang sudah di breafing sebelumnya untuk mencatat
hal-hal yang di perlukan pada saat pengumpulan data. Data dikumpulkan dengan
kemudian di isi oleh perawat, peneliti dan asisten peneliti menerangkan tata cara
35
darurat RSUD dr Sayidiman Magetan. Pengisian kuisioner dilakukan setelah jam
kerja agar tidak menggangu pelayanan. Data perawat di Instalasi Gawat darurat
1. Pengolahan Data
a. Editing
Editing adalah data yang terkumpul, harus dibaca sekali lagi untuk
(Nasehudin,dkk, 2012)
b. Coding
Memberikan skor atau nilai pada setiap item jawaban. Data yang terkumpul
bisa berupa angka, kata, atau kalimat (Nasehudin,dkk, 2012) Pada penelitian
1) Umur
18-20 :1
21-29 :2
30-39 :3
40-65 :4
36
2) Jenis kelamin
Laki-laki :1
Perempuan :2
3) Status perkawinan
Sudah menikah :1
Belum menikah :2
4) Lama bekerja
1-5 tahun :1
6-10 tahun :2
11-20 tahun :3
5) Pendidikan
D III Keperawatan :1
S I Keperawatan :2
c. Scoring
(Notoadmodjo, 2010)
1) Beban kerja
37
Nilai terendah (X min) : 13
Range : X maks-Xmin
Mean : (Xmaks+Xmin) / 2
mendapatkan skor :
Ringan : X < 26
Sedang : 26 ≤ X < 38
Berat : 38 ≤ X
2) Stres Kerja
4 : Selalu
3 : Sering
2 : Kadang-kadang
1 : Tidak pernah
Range : X maks-Xmin
Mean : (Xmaks+Xmin) / 2
mendapatkan skor :
38
Ringan : X < 70
Berat : 104 ≤ X
d. Tabulating
atau yang diinginkan oleh peneliti (Notoatmodjo, 2012). Tabel yang akan
ditabulasi adalah tabel yang berisikan data yang sesuai dengan kebutuhan
analisis.
2. Analisa Data
a. Analisa Univariat
dalam penelitian ini seperti : usia, jenis kelamin, status pernikahan, lama
frekuensi.
b. Analisa Bivariat
adalah Uji Kendall Tau dengan α = 0,005, yang bertujuan untuk menguji
39
hubungan antara satu variabel independen berupa beban kerja dan satu
dengan jumlah sampel lebih dari 10 anggota. Selain itu uji korelasi
Kendall Tau karena data yang akan diolah mengandung unsur skala
Magetan. Jika nilai p value > 0,05 Hı ditolak sehingga H0 diterima, artinya
tidak ada hubungan beban kerja dengan stres perawat instalasi gawat
J. Etika Penelitian
menjadi isu sentral yang berkembang saat ini. Penelitian ilmu keperawatan,
sehingga subjek harus menurut semua anjuran yang diberikan. Padahal pada
40
1. Menghormati harkat dan martabat manusia (respect for human dignity)
serta memiliki kebebasan menentukan pilihan dan bebas dari paksaan untuk
2. Kerahasiaan(Confidentiality)
untuk tidak memberikan apa yang diketahuinya kepada orang lain. Oleh
keterbukaan dan adil pada kelompok perlakuan dan kontrol. Keadilan dalam
41
BAB V
A. Lokasi penelitian
RI pada tahun 1977. RSUD dr. Sayidiman Magetan terletak dijalan Pahlawan
Kabupaten Magetan No. 5 Tahun 2008 tanggal 19 September 2008. RSUD dr.
pendidikan dan penelitian. RSUD dr. Sayidiman Magetan berasal dari sebuah
barak dari penampungan penderita penyakit PES dan didirikan pada jaman
Belanda, yaitu pada tahun 1914. Nama dr. Sayidiman dibakukan sebagai nama
dalam memimpin RSUD tersebut, beliau pada waktu itu adalah Bupati Mag-
etan.. Rumah sakit berdiri pada lahan seluas 3,9 Ha dengan luas bangunan
75% pada tahun 2018. Wilayah jangkauan pelayanan rumah sakit meliputi
16 pelayanan.
42
Penelitian ini dilakukan di Ruang IGD RSUD dr. Sayidiman Magetan
yang melayani 24 jam kasus emergency dan non emergency. Memiliki jumlah
tempat tidur sebanyak 23 tempat tidur yang masih dibagi lagi menjadi 4
tempat tidur untuk tiage merah, 8 tempat tidur untuk triage kuning, 5 tempat
tidur untuk traige hijau, 3 tempat tidur untuk triage sekunder dan 3 tempat
tidur untuk ruang observasi. Angka kunjungan selama 3 bulan periode Januari
B. Hasil Penelitian
1. Analisa Univariat
kelamin, status perkawinan, masa kerja, beban kerja dan stres perawat di
a. Usia Responden
43
b. Pendidikan
c. Jenis Kelamin
d. Masa Kerja
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Menurut Masa Kerja Perawat IGD RSUD
dr.Sayidiman Magetan Bulan Nopember 2019
No Masa Kerja Jumlah Presentase
1. 1-5 Tahun 16 51,6
2. 6-10 Tahun 9 29,0
3. >10 Tahun 6 19,4
Total 31 100%
Sumber : Data Primer 2020
44
responden terendah adalah masa kerja >10 tahun sejumlah 6 responden
(19,4%).
e. Status Perkawinan
2. Analisa Bivariat
Sayidiman Magetan.
a. Beban Kerja
Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Menurut Beban Kerja Perawat IGD RSUD
dr.Sayidiman Magetan Bulan Nopember 2019
No Beban Kerja Jumlah Presentase
1. Ringan 6 19,4
2. Sedang 23 74,2
3. Berat 2 6,5
Total 31 100%
Sumber : Data Primer 2020
45
responden terendah dengan beban kerja berat sejumlah 2 responden
(6,5%).
b. Stres Perawat
responden (32,3%).
kendall’s tau. Hasil uji beban kerja dengan stres perawat di Instalasi
berikut :
Tabel 5.8 Hasil Uji Kendall’s Tau Beban Kerja Dengan Stres Perawat
IGD RSUD dr.Sayidiman Magetan Bulan Nopember 2019
Variabel Correlation p-value
Beban Kerja Dengan Stres
0,697 0,000
Perawat
Sumber : Data Primer 2020
Tabel 5.8 menunjukkan bahwa hasil uji nilai p-value sebesar 0,000 <
α (0,05) maka hal ini berart Ho ditolak atau Ha diterima, yang berarti ada
46
0,697, hal ini menandakan hubungan yang kuat antara beban kerja perawat
Magetan yang mempunyai arah korelasi positif dan searah yaitu semakin
tinggi beban kerja maka semakin tinggi stress perawat. Menurut Sugiyono
(2014) nilai koefisien korelasi antara 0,6-0,799 memiliki korelasi yang kuat.
C. Pembahasan
IGD dan ICU RSU GMIM Bethesda Tomohon yang paling banyak adalah
Beban kerja dapat dibagi menjadi dua yaitu beban kerja fisik dan
beban kerja mental. Beban kerja fisik adalah beban kerja yang diterima dari
selisih antara tuntutan antara beban kerja dari suatu tugas dengan kapasitas
47
tingkat intensitas pembebanan kerja optimum dapat diperoleh jika tidak ada
tekanan dan ketegangan yang berlebihan baik secara fisik mapun secara
mental. Beban kerja yang diterima seseorang harus sesuai atau seimbang
perawat dengan jumlah rata-rata pasien, banyaknya tugas dari pimpinan yang
ruangan secara terus menerus selama jam kerja, kurangnya tenaga perawat di
48
ruangan di bandingkan dengan klien dan tuntutan keluarga untuk keselamatan
klien hal ini disebabkan karena keadaan diruang IGD tidak bisa dipresiksi.
perawat di IGD setiap shiftnya tidak banyak, selain itu keadaan pasien yang
usia, pada penelitian ini mayoritas usia perawat 30-39 tahun sebanyak 16
didapatkan sebagian besar stres kerja perawat adalah stres sedang sebanyak
mengatakan stres kerja perawat di ICU, IMC dan IGD sebagian besar
memiliki stres kerja sedang dengan jumlah perawat 18 orang (54,5%). Stres
arti sebagai kekuatan positif sedangkan distress yang bersifat destruktif. Stres
49
juga diperlukan untuk menghasilkan prestasi dan produktivitas yang tinggi.
Semakin tinggi dorongan untuk memiliki prestasi, maka semakin tinggi juga
menimbulkan efek negatif. Stress dapat berkembang menjadi sakit baik fisik
ataupun mental sehingga tidak dapat bekerja dengan baik (Munandar, 2014).
juga lebih baik. Hasil penelitian tersebut sejalan dengan penelitian Fitri
(2013), bahwa terdapat hubungan antara umur dengan stres kerja. Pekerja
yang memiliki umur lebih muda lebih rentan mengalami stres kerja. Pekerja
dengan umur yang lebih tua mempunyai pengalaman kerja lebih banyak
dibandingkan dengan umur yang relatif muda. Hasil penelitian ini mayoritas
mempunyai beban yang lebih berat daripada yang belum menikah. Hal
Faktor yang mempengaruhi stres kerja perawat IGD antara lain faktor
lingkungan, faktor individu dan faktor organisasi (Dyna & Sahrul, 2019).
Faktor individu dipengaruhi jenis kelamin dan lama kerja. Penelitian ini
50
perempuan dihadapkan dengan pekerjaan dan juga rumah tangga
(Kristyaningsih dkk, 2018). Penelitain ini mayoritas lama bekerja 1-5 tahun
kemampuan dan pengalaman dalam merawat juga akan semakin baik dalam
stress kerja perawat dilakukan melalui pemberian cuti kepada perawat serta
non formal antar tenaga kesehatan untuk meningkatkan relasi antar sesama
stres perawat dapat meningkatkan kualitas pelayanan yang ada di rumah sakit
ada di rumah sakit dapat menurunkan angka revisit pasien (Kustriyani dkk,
2018).
ditandai dengan merasa otot kaku saat/setelah bekerja (kaku leher), tangan
terasa capek, betis terasa pegal dan merasa denyut nadi meningkat hal ini
pada stres yang dirasakan secara fisik. Hal tersebut dirasakan oleh perawat
51
karena besarnya tuntutan pekerjaan yang harus dilaksanakan lebih banyak
menguras tenaga perawat. Situasi yang tidak bisa diprediksi di IGD, tindakan
Darurat
Magetan dengan p value 0,000. Sejalan dengan hasil penelitian Suratmi &
Wisudawan (2015) mengatakan ada hubungan beban kerja dengan stress kerja
beban kerja dengan stres kerja perawat berbasis teori Burnout Syndrome di
kerja mental dengan stres memiliki hubungan kuat. Beban kerja yang terlalu
seperti sakit kepala, dan mudah marah yang merupakan gejala stress
(Manuaba, 2010). Penelitian Nur & Irmawati (2016) mengatakan beban kerja
yang berat dapat berdampak atau berpengaruh terhadap tingkat stres kerja.
IGD mempunyai beban kerja dan tingkat stres yang lebih berat dibandingkan
perawat ICU.
52
Menurut Nursalam (2016), beban kerja diruangan tidak selalu menjadi
stres perawat, beban kerja akan menimbulkan stres jika banyaknya beban
stres di rumah sakit. Beban kerja dan stres perawat yang tinggi dapat
prestasi kerja, kesehatan mental dan keselamatan kerja. Tuntutan kerja fisik
berkonsentrasi dengan baik (Munandar, 2014). Beban kerja dan stres kerja
(2018), semakin tinggi beban kerja dan stres kerja maka kelelahan kerja pada
mudah lelah dan mudah tegang. Pelayanan keperawatan di ruang IGD juga
baik fisik ataupun kemampuan kognitif. Kondisi perawat IGD yang stres
53
dengan adanya beban pekerjaan yang sudah berat hendaknya tidak ditambah
lagi dengan beban-beban lain di luar tugas sebagai perawat IGD. Beban kerja
yang tinggi menyebabkan pada stres yang tinggi. Hal ini akan berpengaruh
pasien.
54
BAB VI
PENUTUP
A. Simpulan
sedang.
B. Saran
55
2. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sumber ilmu atau refrensi
wawasan yang lebih luas tentang hubungan beban kerja dengan stres
berbeda.
3. Bagi Peneliti
keperawatan.
56
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, SNA. 2019. Hubungan Beban kerja Dengan Tingkat Stres Kerja Perawat
Di Instalasi Gawat Darurat RSU Kabupaten Tangerang. Jurnal Ilmiah
Keperawatan Indonesia Vol 2 No 2.
Anggit, Astianto dkk. 2014. Pengaruh Stres Kerja dan Beban Kerja terhadap
Kinerja Karyawan PDAM Surabaya. Jurnal Ilmu dan Riset
Manajemen, 3 (7), 1-17.
Anoraga, P. 2001. Psikologi Kerja. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Azwar, S. 2012. Penyusunan Skala Psikologis edisi 2. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Dyna M & Sahrul. 2019. Gambaran Stres Kerja Perawat IGD Rumah Sakit X
Yang Ada Di Makassar. Jurnal Psikologi Universitas
Indonesia.2(1):90-98
Fajrilah, N. 2016. Hubungan Stres Kerja Dengan Kinerja Perawat Dalam
Melaksanakan Pelayanan Keperawatan Di Instalasi Gawat Darurat
Rumah Sakit Umum Anutapura Palu. Jurnal Keperawatan Sriwijaya
Sriwijaya Vol 3 No 2.
Fitri, A., 2013. Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Stres
Kerja pada Karyawan Bank (Studi pada Karyawan Bank BMT).
Jurnal Kesehatan Masyarakat.2(2)
Hawari, Dadang. 2001. Manajemen Stres, Cemas, dan Depresi. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
Hendianti, G.N, Somantri I, Yudianto K. 2012. Gambaran Beban Kerja Perawat
Pelaksana Unit Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Muhamadiyah
Bandung. Jurnal Keperawatan. Volume 1: 1-14.
Isnainy U, Furqoni P, Aryanti L, Asdi L. 2019. Hubungan Beban Kerja, Budaya
Kerja Dan Lama Kerja Terhadap Stres Kerja Perawat Di Ruang IRNA
III RSUD Dr.H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung. Malahayati
Nursing Journal.1(1):1-11
Kasmarani, M.K. 2012. Pengaruh Beban Kerja Fisik dan Mental Terhadap Stres
Kerja pada Perawat di Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD Cianjur.
Jurnal Kesehatan Masyarakat FKM UNDIP.1(2) : 767-776.
Kemenkes R.I. 1992. Undang-undang Republik Indonesia no 23 tahun 1992
tentang Kesehatan.Jakarta
Kemenkes R.I. 2008. Peraturan Menteri Dalam Negeri no 12 tahun 2008.
Pedoman Pe.laksanaan Analisis Beban Kerja Di Lingkungan
Kementrian Dalam Negeri.Jakarta
57
Kemenkes R.I. 2009. Undang-undang Republik Indonesia no 44 tahun 2009
tentang Rumah Sakit.Jakarta
Kemenkes R.I. 2018. Peraturan Menteri Kesehatan no 4 pasal 1 tahun
2018:Tentang Kewajiban Rumah Sakit dan Kewajiban Pasien. Jakarta
Kemenkes R.I. 2018. Peraturan Menteri Kesehatan no 47 tahun 2018: Tentang
Pelayanan Kegawatdaruratan.Jakarta
Kristiningsih. 2019. Hubungan Antara Beban Kerja Dengan Stres Kerja Perawat
ICU, IMC dan IGD DI RSU PKU Muhammadiyah Bantul Yogyakarta.
Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta
Kristyaningsih Y, Wijaya A, Yosdimyati L. 2018. Hubungan Beban Kerja Dengan
Stres Kerja Perawat Berbasis Teori Burnout Syndrome Di Ruang
Dahlia RSUD Jombang.
Kustriyani, M., Andyana, S., & Winarti, R. 2018. The Correlation Between The
Quality of Health Services And The Involvement of Re-Visit Patients
in Public Healthcare. Media Keperawatan Indonesia, 1(3), 24–31.
Lariwu, M. (2017). Hubungan Beban Kerja Dengan Stres Kerja Perawat di Ruang
IGD DAN ICU RSU GMIM Bethesda Tomohon. Buletin Sariputra
Jurnal, Oktober. Vol. 7 (3).
Lubis R. 2017. Hubungan Beban Kerja Dengan Stres Kerja Pegawai Puskesmas
Sentosa Baru Kota Medan Tahun 2017.Skripsi. Universitas Sumatera
Utara
Malaya, A. 2016. Perbedaan Stres Kerja Antara Perawat Instalasi Gawat
Darurat (IGD) dan Perawat Intensive Care Unit (ICU) RSUD Sultan
Syarif Mohamad Alkadrie Kota Pontianak. Skripi Program Studi
Keperawatan Universitas Tanjungpura Pontianak.
Markhendri S. 2014. Hubungan Penerapan Komunikasi Terapeutik Dengan
Tingkat Kepuasan Pasien Di Ruangan Instalasi Gawat Darurat
RSUD Pariaman Sumatera Barat Tahun 2013. Skripsi. Universitas
Andalas.
Martyastuti N, Isrofah, Janah K. 2019. Hubungan Beban Kerja Dengan Tingkat
Stres Perawat Ruang Intensive Care Unit dan Instalasi Gawat Darurat.
Jurnal Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan, 2(1):9-15
Moekijat.2004. Manajemen Tenaga Kerja dan Hubungan Kerja. Bandung:
Penerbit CV. Pioner Jaya.
Munandar, A.S. 2001. Stres dan Keselamatan Kerja Psikologi Industri dan
Organisasi. Penerbit Universitas Indonesia.
Munandar, A.S. 2014. Psikologi Industri dan Organisasi. Jakarta: UI Press.
Mutia, M, 2014. Pengukuran beban kerja fi siologis dan psikologis pada operator
pemetikan teh dan operator produksi teh hijau di PT Mitra Kerinci.
Jurnal Optimasi Sistem Industri,13(1): 503–517.
58
Nasehudin, Toto Syatori dkk. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif. Bandung:
Pustaka Setia.
Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Nur E & Irmawati. 2016. Analisis Tingkat Beban Kerja Terhadap Stres Kerja
Perawat Di Instalasi Diagnostik Intervensi Kardiovaskular RSUD Dr.
Soetomo. Jurnal Manajemen Kesehatan STIKES Yayasan
RS.Dr.Soetomo, 2(2):133-142
Nursalam, 2014, Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan, Jakarta: Salemba Medika.
Nursalam, 2016, Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan, Jakarta: Salemba Medika
Nursalam, 2017. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis
Edisi 4. Jakarta : Salemba Medika.
Prihatini, 2007. Analilis Hubungan Beban Kerja dengan Stres Kerja Perawat di
Ruang Rawat Inap RSUD Sidikalang. Skripsi Universitas Sumatera
Utara Medan.
Puri, I. 2018. Hubungan Beban Kerja Dengan Stres Kerja Pada Perawat IGD
RSUD Munyang Kute Redelong. Skripsi Fakultas Psikologi
Universitas Medan Area.
Ratnasari., 2009. Stres Pada Perawat di Instalasi Rawat Inap rumah Sakit Menur
Surabaya. Skripsi.Surabaya: Universitas Airlangga.
Retnaningtyas, L.A. 2018. Pengaruh Beban Kerja Terhadap Stres Kerja Perawat
Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Siti Aisyah Kota Madiun. Skripsi
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun.
Suci I. 2018. Analisis Hubungan Faktor Individu Dan Beban Kerja Mental
Dengan Stres Kerja. The Indonesian Journal of Occupational Safety
and Health, 7(2): 220–229
Sugiri I, Suardana K, Sri K. 2015. Hubungan Beban Kerja, Stress Kerja Dengan
Kepuasan Kerja Perawat Di Ruangan Nakula RSUD Sanjiwani
Gianyar. COPING Ners Journal.3(3):101-107
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Suharyanto, A. Gejala Kelelahan Fisik dan Mental dan Cara mengatasinya.
Tersedia dalam https: //www.google.com/amp/s/dosenpsikologi. com
(diakses april 2019).
Sunaryo. 2004. Psikologi Untuk Pendidikan. Jakarta: EGC.
Suratmi & Wisudawan A. 2015. Hubungan Beban Kerja Dengan Stress Kerja
Perawat Pelaksana Di Ruang IGD RSUD Dr. Soegiri Lamongan.
Jurnal Keperawatan.2(1):142-148
59
Tarwaka. 2015. Ergonomi Industri : Dasar- dasar Pengetahuan Ergonomi dan
Aplikasi di tempat Kerja Revisi Edisi II. Harapan Press. Surakarta
Tim Akreditas. 2019. Pemberlakuan Pedoman Pelayanan Instalasi Gawat Darurat
no : 188/347/Kept/403.300/2019. Magetan.
Trihastuti, E. 2016. Pengaruh Kepemimpinan Motivasi dan Beban Kerja
Terhadap Kinerja Perawat dalam Pendokumentasian Asuhan
Keperawatan di Ruang Rawat Inap Penyakit Dalam Rumah Sakit X
Surabaya. Skripsi Fakultas Kepearwatan Universitas Airlangga
Surabaya.
Ulyaemyu, 2016. Informasi Kegiatan Kampus S1 Keperawatan 2016,
http://ulyeaemyu.mahasiswa.unimus.ac.id/sample (diakses 19
Oktober 2016).
Wijono, Sutarto. 2010. Psikologi Industri dan Organisasi. Jakarta: Kencana
Yanto, A., & Rejeki, S. 2017. The Related Factors To Decreased The New
Graduate Nurses Work Stress Level In Semarang. Nurscope : Jurnal
Penelitian Dan Pemikiran Ilmiah Keperawatan, 3(2), 1
60