B. ETIOLOGI
1. Faktor ibu
a. Penyakit
1) Mengalami komplikasi kehamilan, seperti anemia, perdarahan
antepartum, preekelamsi berat, eklamsia, infeksi kandung kemih.
2) Menderita penyakit seperti malaria, infeksi menular seksual, hipertensi,
HIV/AIDS, penyakit jantung.
3) Penyalahgunaan obat, merokok, konsumsi alkohol.
b. Ibu
1) Angka kejadian prematitas tertinggi adalah kehamilan
pada usia < 20 tahun atau lebih dari 35 tahun.
2) Jarak kelahiran yang terlalu dekat atau pendek (kurang
dari 1 tahun).
3) Mempunyai riwayat BBLR sebelumnya.
c. Keadaan sosial ekonomi
C. KLASIFIKASI
Ada beberapa pengelompokan dalam BBLR (Mitayani, 2009) :
1) Prematuritas murni
Bayi yang lahir dengan masa kehamilan kurang dari 37 minggu dan berat badan
sesuai dengan gestasi atau yang disebut neonates kurang bulan sesuai dengan
masa kehamilan.
2) Baby small for gestational age (SGA)
Berat badan lahir tidak sesuai dengan masa kehamilan. SGA terdiri dari tiga
jenis.
a) Simetris (intrauterus for gestational age)
Gangguan nutrisi pada awal kehamilan dan dalam jangka waktu yang lama.
b) Asimetris (intrauterus growth retardation)
Terjadi defisit pada fase akhir kehamilan.
c) Dismaturitas
Bayi yang lahir kurang dari berat badan yang seharusnya untuk masa
gestasi, dan si bayi mengalami retardasi pertumbuhan intrauteri, serta
merupakan bayi kecil untuk masa kehamilan.
Pengelompokan BBLR menurut ukuran (Wong, 2008) :
1) Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) merupakan bayi yang berat badannya
kurang dari 2500 gram, tanpa memperhatikan usia gestasi.
2) Bayi berat badan lahir ekstrem rendah (BBLER) merupakan bayi yang berat
badannya kurang dari 1000 gram.
3) Bayi berat badan lahir sangat rendah (BBLRR) merupakan bayi yang berat
badannya kurang dari 1500 gram.
4) Bayi berat badan lahir moderat (BBLM) merupakan bayi yang berat badannya
1501 sampai 2500 gram.
5) Bayi berat badan sesuai usia gestasinya merupakan bayi yang berat badannya
antara persentil ke-10 sampai ke-90 pada kurva pertumbuhan intrauterin.
6) Berat badan kecil untuk usianya atau kecil untuk usia gestasinya merupakan
bayi yang laju pertumbuhan intrauterinnya lambat dan yang berat badan
lahirnya kurang dari persentil ke-10 pada kurva pertumbuhan intrauterin.
7) Retardasi pertumbuhan intrauterin (IUGR) ditemukan pada bayi yang
pertumbuhan intrauterinnya mengalami retardasi (terkadang digunakan istilah
pengganti yang lebih deskritif untuk bayi kecil untuk usia gestasinya).
8) Bayi besar untuk usia gestasinya merupakan bayi yang berat badan lahirnya
diatas persentil ke-90 pada kurva pertumbuhan intrauterin.
D. PATOFISIOLOGI
Secara umum bayi BBLR ini berhubungan dengan usia kehamilan yang belum
cukup bulan (prematur) disamping itu juga disebabkan dismaturitas. Artinya bayi lahir
cukup bulan (usia kehamilan 38 minggu), tapi berat badan (BB) lahirnya lebih kecil
ketimbang masa kehamilannya, yaitu tidak mencapai 2.500 gram. Secara umum penyebab
dari bayi berat badan lahir rendah dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain :
karena faktor ibu seperti mengalami komplikasi kehamilan, seperti anemia,
perdarahan antepartum, preekelamsi berat, eklamsia, infeksi kandung kemih,
menderita penyakit seperti malaria, infeksi menular seksual, hipertensi, HIV/AIDS,
penyakit jantung, penyalahgunaan obat, merokok, konsumsi alkohol, angka kejadian
prematitas tertinggi adalah kehamilan pada usia < 20 tahun atau lebih dari 35 tahun,
jarak kelahiran yang terlalu dekat atau pendek (kurang dari 1 tahun), mempunyai
riwayat BBLR sebelumnya, keadaan sosial ekonomi yang rendah, aktivitas fisik
yang berlebihan. Faktor janin meliputi : kelainan kromosom, infeksi janin kronik
(inklusi sitomegali, rubella bawaan), gawat janin, dan kehamilan kembar. Faktor
plasenta disebabkan oleh : hidramnion, plasenta previa, solutio plasenta, sindrom
tranfusi bayi kembar (sindrom parabiotik), ketuban pecah dini dan juga karena faktor
lingkungan yang berpengaruh antara lain : tempat tinggal di dataran tinggi, terkena
radiasi, serta terpapar zat beracun.
Faktor-faktor tersebut dapat mempengaruhi pertumbuhan janin melalui efek
buruk yang menimpa ibunya, atau mempengaruhi pertumbuhan plasenta dan
transpor zat-zat gizi ke janin sehingga menyebabkan bayi BBLR. Bayi BBLR akan
memiliki alat tubuh yang belum berfungsi dengan baik. Oleh sebab itu ia akan
mengalami kesulitan untuk hidup di luar uterus ibunya. Makin pendek masa
kehamilannya makin kurang sempurna pertumbuhan alat-alat dalam tubuhnya,
dengan akibat makin mudahnya terjadi komplikasi dan makin tinggi angka
kematiannya.
Kemungkinan yang terjadi pada bayi dengan BBLR adalah Sindrom aspirasi
mekonium, asfiksia neonatorum, sindrom distres respirasi, penyakit membran hialin,
dismatur preterm terutama bila masa gestasinya kurang dari 35 minggu,
hiperbilirubinemia, patent ductus arteriosus, perdarahan ventrikel otak, hipotermia,
hipoglikemia, hipokalsemia, anemi, gangguan pembekuan darah, infeksi, retrolental
fibroplasia, necrotizing enterocolitis (NEC), bronchopulmonary dysplasia, dan
malformasi konginetal
E. MANIFESTASI KLINIS
a) Fisik
a. Bayi kecil
b. Pergerakan kurang dan masih lemah
c. Kepala lebih besar dari pada badan
d. Berat badan < 2500 gram
e. Panjang badan 45 cm, lingkar dada 30 cm, lingkar kepala 33 cm
f. Masa gestasi 37 minggu
2. Kulit dan kelamin
a. Kulit tipis dan transparan
b. Lanugo banyak
c. Rambut halus dan tipis
d. Genitalia belum sempurna
3. Sistem syaraf
a. Refleks moro
b. Refleks menghisap, menelan, batuk belum sempurna
4. Sistem muskuloskeletal
a. Axifikasi tengkorak sedikit
b. Ubun-ubun dan satura lebar
c. Tulang rawan elastis kurang
d. Otot-otot masih hipotonik
e. Tungkai abduksi
f. Sendi lutut dan kaki fleksi
5. Sistem pernafasan
a. Pernafasan belum teratur sering apnea
b. Frekuensi nafas bervariasi
F. KOMPLIKASI
1. Sindrom aspirasi mekonium
Sindrom aspirasi mekonium adalah gangguan pernapasan pada bayi baru
lahir yang disebabkan oleh masuknya mekonium (tinja bayi) ke paru-paru
sebelum atau sekitar waktu kelahiran (menyebabkan kesulitan bernafas pada
bayi).
2. Hipoglikemi simptomatik
Hipoglikemi adalah kondisi ketidaknormalan kadar glokosa serum yang
rendah. Keadaan ini dapat didefinisikan sebagai kadar glukosa dibawah 40
mg/dL. Hipoglikemi sering terjadi pada BBLR, karena cadangan glukosa
rendah, terutama pada laki-laki.
3. Membran hialin desease
Yang disebabkan karena membrane surfaktan belum sempurna atau
cukup, sehingga alveoli kolaps. Sesudah bayi mengadakan aspirasi, tidak
tertinggal udara dalam alveoli, sehingga dibutuhkan tenaga negative yang tinggi
untuk pernafasan berikutnya.
4. Asfiksia neonatorum
Asfiksia neonatorum ialah suatu keadaan bayi baru lahir yang gagal
bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir.
5. Hiperbilirubinemia
Hiperbilirubinemia (ikterus bayi baru lahir) adalah meningginya kadar
bilirubin di dalam jaringan ekstravaskuler, sehingga kulit, konjungtiva, mukosa
dan alat tubuh lainnya berwarna kuning.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya napas, imaturitas
neurologis
2) Hipotermia berhubungan dengan terpapar suhu lingkungan rendah, pemakaian
pakaian tipis, transfer panas, kurangnya lapisan lemak subcutan, berat badan
ekstrem
3) Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
refleks menghisap dan menelan yang lemah
4) Risiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer,
prosedur invasif
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI
KEPERAWATAN NOC NIC
1 Pola nafas tidak NOC : Airway Management
efektif 1. Respiratory status : 1. Buka jalan nafas, guanakan teknik chin
berhubungan Ventilation lift atau jaw thrust bila perlu
dengan hambatan 2. Respiratory status : 2. Posisikan pasien untuk memaksimalkan
upaya napas, Airway patency ventilasi
imaturitas 3. Vital sign Status 3. Identifikasi pasien perlunya pemasangan
neurologis Kriteria Hasil : alat jalan nafas buatan
1) Mendemonstrasikan 4. Pasang mayo bila perlu
batuk efektif dan suara 5. Lakukan fisioterapi dada jika perlu
nafas yang bersih, tidak 6. Keluarkan sekret dengan batuk atau
- ada sianosis dan suction
dyspneu (mampu 7. Auskultasi suara nafas, catat adanya
mengeluarkan sputum, suara tambahan
mampu bernafas 8. Lakukan suction pada mayo
dengan mudah, tidak 9. Berikan bronkodilator bila perlu
ada pursed lips) 10. Berikan pelembab udara Kassa basah
2) Menunjukkan jalan NaCl Lembab
nafas yang paten (klien 11. Atur intake untuk cairan
tidak merasa tercekik, mengoptimalkan keseimbangan.
irama nafas, frekuensi 12. Monitor respirasi dan status O2
pernafasan dalam
rentang normal, tidak Oxigen Therapy
ada suara nafas 1. Bersihkan mulut, hidung dan secret
abnormal) trakea
3) Tanda Tanda vital 2. Pertahankan jalan nafas yang paten
dalam rentang normal 3. Atur peralatan oksigenasi
(tekanan darah, nadi, 4. Monitor aliran oksigen
pernafasan) 5. Pertahankan posisi pasien
6. Observasi adanya tanda tanda
hipoventilasi
7. Monitor adanya kecemasan pasien
terhadap oksigenasi
Hipotermia
2 NOC : Vital sign Monitoring
berhubungan 1. Thermoregulation 1. Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
dengan terpapar 2. Thermoregulation : 2. Catat adanya fluktuasi tekanan darah
suhu lingkungan neonate 3. Monitor VS saat pasien berbaring,
rendah, pemakaian Kriteria hasil : duduk, atau berdiri
pakaian tipis, 1) Suhu tubuh dalam 4. Auskultasi TD pada kedua lengan dan
transfer panas, rentang normal bandingkan
kurangnya lapisan 2) Nadi dan respirasi 5. Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama,
lemak subcutan, dalam rentang normal dan setelah aktivitas
berat badan 6. Monitor kualitas dari nadi
ekstrem 7. Monitor frekuensi dan irama pernapasan
8. Monitor suara paru
9. Monitor pola pernapasan abnormal
10. Monitor suhu, warna, dan kelembaban
kulit
11. Monitor sianosis perifer
12. Monitor adanya cushing triad (tekanan
nadi yang melebar, bradikardi,
peningkatan sistolik)
13. Identifikasi penyebab dari perubahan
vital sign
Temperature Regulation
1. Monitor suhu minimal tiap 2 jam
2. Rencanakan monitoring suhu secara
kontinyu
3. Monitor TD, nadi, RR
4. Monitor warna dan suhu kulit
5. Monitor tanda-tanda hipertermi dan
hipotermi
6. Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
7. Selimuti pasien untuk mencegah
hilangnya kehangatan tubuh
8. Ajarkan pada pasien cara mencegah
keletihan akibat panas
9. Diskusikan tentang pentingnya
pengaturan suhu dan kemungkinan efek
negatif dari kedinginan
10. Beritahu tentang indikasi terjadinya
keletihan dan penanganan emergency
yang diperlukan
11. Ajarkan indikasi dari hipotermi dan
penanganan yang diperlukan
12. Beri antipireutik jika perlu
Infection Protection
1. Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik
dan lokal
2. Monitor hitung granulosit, WBC
3. Monitor kerentanan terhadap infeksi
4. Batasi pengunjung
5. Saring pengunjung terhadap penyakit
menular
6. Partahankan teknik aspesis pada pasien
yang beresiko
7. Pertahankan teknik isolasi k/p
8. Berikan perawatan kuliat pada area
epidema
4. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Merupakan tahap keempat dari proses keperawatan. Tahap ini dimulai
setelah rencana tindakan disusun untuk membantu klien mencapai tujuan yang
diharapkan yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, dan
manifestasi koping.
5. EVALUASI
Merupakan tahap terakhir dalam proses keperawatan. Evaluasi merupakan
tindakan elektual untuk melengkapi proses keperawatan yang menandakan seberapa
jauh diagnose keperawatan, rencana tindakan, dan penatalaksanaannya sudah
berhasil dicapai. Hasil dari evaluasi dibagi menjadi 3 yaitu masalah teratasi, masalah
teratasi sebagian, dan masalah belum teratasi.
DAFTAR PUSTAKA
Moorhead, Sue et al. 2008. Nursing Outcomes Classification : Fourth Edition. United States
of America : Mosby
Ribek, Nyoman dkk. 2011. Aplikasi Perawatan Bayi Resiko Tinggi Berdasarkan Kurikulum
Pembelajaran Praktek Klinik dan Alat Uji Kompetensi. Denpasar: Poltekkes Denpasar
Jurusan Keperawatan.
Tim Pokja SDKI. 2016. STANDAR Diagnosis Keperawatan Indonesia. DPP PPNI : Jakarta