Anda di halaman 1dari 4

2.2.

2 Dimensi Seksualitas

Seksualitas memiliki dimensi-dimensi. Dimensi-dimensi Seksualitas seperti


sosiokultural, dimensi agama dan etik, dimensi psikologis dan dimensi biologis. Masing-
masing dimensi tersebut akan dijelaskan sebagai berikut:

1. Dimensi Sosiokultural

Seksualitas dipengaruhi oleh norma dan peraturan kultural yang menentukan apakah
perilaku yang diterima di dalam kultur. Keragaman kultural secara global menciptakan
variabilitas yang sangat luas dalam norma seksual dan menghadapi spectrum tentang keyakinan
dan nilai yang luas. Misalnya termasuk cara dan perilaku yang diperbolehkan selama
berpacaran, apa yang dianggap merangsang, tipe aktivitas seksual, sanksi dan larangan dalam
perilaku seksual, dengan siapa seseorang menikah dan siapa yang diizinkan untuk menikah.

Setiap masyarakat memainkan peran yang sangat kuat dalam membentuk nilai dan
sikap seksual, juga dalam membentuk atau menghambat perkembangan dan ekspresi seksual
anggotanya. Setiap kelompok sosial mempunyai aturan dan norma sendiri yang memandu
perilaku anggotanya.

Peraturan ini menjadi bagian integral dari cara berpikir individu dan menggarisbawahi
perilaku seksual, termasuk, misalnya saja, bagaimana seseorang menemukan pasangan
hidupnya, seberapa sering mereka melakukan hubungan seks, dan apa yang mereka lakukan
ketika mereka melakukan hubungan seks.

2. Dimensi Agama dan etik

Seksualitas juga berkaitan dengan standar pelaksanaan agama dan etik. Ide tentang
pelaksanaan seksual etik dan emosi yang berhubungan dengan seksualitas membentuk dasar
untuk pembuatan keputusan seksual. Spektrum sikap yang ditunjukan pada seksualitas
direntang dari pandangan tradisional tentang hubungan seks yang hanya dalam perkawinan
sampai sikap yang memperbolehkan individu menentukan apa yang benar bagi dirinya.
Keputusan seksual yang melewati batas kode etik individu dapat mengakibatkan konflik
internal.
3. Dimensi Psikologis

Seksualitas bagaimana pun mengandung perilaku yang dipelajari. Apa yang sesuai dan
dihargai dipelajari sejak dini dalam kehidupan dengan mengamati perilaku orangtua. Orangtua
biasanya mempunyai pengaruh signifikan pertama pada anak-anaknya.

Mereka sering mengajarkan tentang seksualitas melalui komunikasi yang halus dan
nonverbal. Seseorang memandang diri mereka sebagai makhluk seksual berhubungan dengan
apa yang telah orangtua mereka tunjukan kepada mereka tentang tubuh dan tindakan mereka.
Orangtua memperlakukan anak laki-laki dan perempuan secara berbeda berdasarkan jender.

4. Dimensi Biologis

Seksualitas berkaitan dengan pebedaan biologis antara laki-laki dan perempuan yang
ditentukan pada masa konsepsi. Material genetic dalam telur yang telah dibuahi terorganisir
dalam kromosom yang menjadikan perbedaan seksual. Ketika hormone seks mulai
mempengaruhi jaringan janin, genitalia membentuk karakteristik laki-laki dan perempuan.
Hormon mempengaruhi individu kembali saat pubertas, dimana anak perempuan mengalami
menstruasi dan perkembangan karakteristik seks sekunder, dan anak laki-laki mengalami
pembentukan spermatozoa (sperma) yang relatif konstan dan perkembangan karakteristik seks
sekunder.

2.2.3 Perkembangan Seksualitas Manusia

A. Masa Dewasa

Dewasa telah mencapai maturasi namun terus untuk mengesplorasi & menemukan
maturasi emosional pada hubung an. Dewasa gampang secara tradisonal dipandang sebagai
berperan pada melahirkan anak atau membesarkan anak. Model ini menggambarkan sebagian
besar orang dewasa. Keintiman & seksualitas pula merupakan kasus bagi orang dewasa yg
memilih buat tidak melakukan hubungan seks, permanen melajang lantaran pilihan sendiri atau
lantaran situasi eksklusif permanen menginginkan aktivitas seksual, yaitu mereka yang
melajang setelah tetapkan interaksi, mereka yg homoseksul, mereka yang nir mempunyai anak
dari pilihan, atau mereka yang tidak sanggup melahirkan anak. Sambil mengembangkan
interaksi yang intim, semua orang dewasa yang secara seksual aktif wajib belajar teknik
stimulasi & respon seksual yg memuaskan bagi pasangan mereka beberapa orang dewasa
mungkin hanya memerlukan isi buat beresksperimen dengan perilaku.Plihan atau keyakinan
bahwa ekspresi seksual selain menurut senggama penis-vagina adlah normal. Orang dewasa
bisa didorong buat menyampaikan pada pasangan mereka tipe stimuli dan seksual atau kasih
sayang yg dianggap sebagai memuaskan. Pengenalan secara mutual tentang impian &
preverensi dan negosiasi praktik seksual mencetuskan aktualisasi diri seksual yg positif.
Penyuluhan keagaman, nilai famili, dan sikap keluarga mempengaruhi penerimaan terhadap
sebagian bentuk stimulasi atau mungkin akan memiliki pengaruh emosional residual misalnya
rasa bersalah atau ansietas dan disfungsi seksual.

Pada akhir masa dewasa individu menyesuiakan diri terhadap perubahan social dan
emosi sejalan denga anak-anak mereka meninggalkan tempat tinggal .Pembaruan kembali
keintiman bisa memungkinkan atau dibutuhkan diantara pasangan.Nmun demikian salah sati
atau ke 2 pasangan dapat mengalami ancaman terhadap citra diri karena tubuh ltelah menua
dan mungkin berupaya untuk mencapai kemudaan melalui hubunga seksual menggunakan
pasangan yg jauh lbh belia.Apabila pada inginkan pasangan dapat pada bantu buat
mennemukan sesuatu yang baru atau kegairahan baru galam hubungan monogami yang
langgeng melalui percobaan posisi teknik seksual & penggunaan fantasi.

B. Masa Dewasa Muda Dan Pertengahan Umur

Pada tahap ini perkembangan secara fisik sudah relatif dengan ciri seks sekunder
mencapai puncaknya, yaitu antara umur 18-30 tahun. Pada masa pertengahan umur terjadi
perubahan hormonal: dalam wanita ditandai dengan penurunan estrogen, pengecilan payu
darah & jaringan vagina, penurunan cairan vagina selanjutnya akan tejadi penurunan reaksi
ereksi. Pada pria di tandai dengan penurunan ukuran penis dan penurunan semen. Dari
perkembangan psikososial, sudah mulai terjadi hubungan intim antara lawan jenis proses
pernikahan dan mempunyai anak sebagai akibatnya terjadi perubahan peran.

C. Masa dewasa tua

Perubahan yang terjadi pada termin ini pada wanita pada antaranya merupakan atropi
dalam vagina & jaringan payudara, penurunan cairan vagina, dan penurunan intensitas orgasme
pada perempuan sedangakan pada pria akan mengalami penurunan produksi sperma,
berkurangnya intensitas orgasme, terlambatnya pencapaian birahi dan pembesaran kelenjar
prostat.

D. Masa Dewasa Tua (Lansia)

Seksualitas dalam usia tua beralih menurut fokus pada prokreasi menjdi fokus pada
pertemanan kedekatan fisik komunikasi intim & interaksi fisik mencri kesenangan (Ebersole
& Hess 1994).Tidak terdapat alasan bagi individu nir bisa permanen aktif secara seksual
sepanjang mereka memilihnya. Hal ini bisa secara efektif dipenuhi dengen mempertahankan
aktifitas seksual secara teratur sepanjang hayati,terutama seks bagi perempuan interaksi
senggama teratur membantu mempertahankan elastisitas vagina mncegah atrofi &
mempertahankan kemampuan untuk lubrikasi. Namun demikian proses penuaan
mempengaruhi konduite seksual. Perubahan fisik yg terjadi beserta proses penuaan
wajib dijelaskan kepada klien lansia. Lansia mungkin jua menghadapi kekuatiran kesehatan
yang menciptakan sulit bagi mereka buat melanjutkan aktifitas seksual.Dewasa yg menua
mungkin wajib menyesuaikan tindakan seksual dan berespons terhadap penyakit kronis
medikasi sakit & nyeri atau kasus kesehatan lainnya

Anda mungkin juga menyukai