Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA

GANGGUAN SISTEM IMUNNODEFISIENSI

DISUSUN OLEH :

1. MONIKA RANGGA BELA ( 2019030326 )


2. ERNEST ARISTO MANSEN ( 2019030377 )
3. APRILLIA PUTRINING TYAS ( 2019030373 )
4. ONA BERAE ( 2019030075 )

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HUSADA JOMBANG

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

2021
A. KONSEP MEDIS

1. Pengertian

Fungsi sistem imun adalah melindungi pejamu dari invasi organisme asing dengan
membedakan diri ( self ) dari bukan diri ( non self ). Sistem semacam ini diperlukan
untuk kelangsungan hidup. Sistem imun yang berfungsi baik tidak saja melindungi
pejamu dari faktor eksternal seperti mikroorganisme atau toksin tetapi juga mencegah
dan menolak serangangan oleh faktor endogen seperti tumor atau fenomena autoimun.

Disfungsi atau defisiensi komponen sistem imun menimbulkan beragam penyakit klinis
dengan ekspresi dan keparahan yang bervariasi dari penyakit atopik hingga atritis
reumatoid, severe combined immunodeviciency, dan kanker.

Imunitas atau kekebalan adalah sistem pertahanan badan terhadap bahan asing seperti
mikroorganisme (bakteri, kulat, protozoa, virus, parasit), molekul-molekul berpontensi
toksik, atau sel-sel tidak normal (sel terinfeksi virus atau malignan). Sistem ini
menyerang bahan asing atau antigen dan juga mewujudkan peringatan tentang kejadian
tersebut supaya pendedahan yang berkali-kali terhadap bahan yang sama akan
mencetuskan gerak balas yang cepat dan bertingkat. Keimunan merujuk kepada
keupayaan sesuatu individu yang telah sembuh dar sesuatu penyakit untuk sehat apabila
terdedah kepada penyakit yang sama untuk kali kedua dan seterusnya.

2. Etiologi

 Sistem kekebalan tubuh kurang aktif bisa menyebabkan antara lain :

a. Immune defeciency conditions adalah kelompok besar penyakit sistem


kekebalan tubuh yang terdiri dari berbagai macam penyakit yang menekan
sitem imun. Seringkali penyebab immune defeciency conditions didasari
oleh penyakit kronis.
b. CSID (severe combined immunodefeciency) adalah gangguan sistem imun
yang diturunkan. Penyebab SCID adalah serangkaian kelainan genetik,
terutama dari kromoson X. Beberapa jenis infeksi yang berulang umum
terjadi pada orang yang menderita SCID selain itu, penderita juga rentan
terhadap meningitis, pnenumonia,campak,cacar air. Penyakit sistem imun
SCID pada anak-anak akan mulai terlihat dalam 3 bulan pertama kelahiran.
c. HIV/AIDS adalah masalah kegagalan sistem imun yang serius. Merupakan
penyebab terbanyak kematian. AIDS akan terjadi pada tahap akhir dari
perkembangan HIV. Kesehatan klien akan memburuk secara perlahan.
AIDS akan membuat penderita rentan pilek dan flu yang serius seperti
pneumonia dan kanker.

 Sistem kekebalan tubuh yang terlalu aktif bisa menyebabkab :


a. Alergi (yang disebabkan oleh jenis makanan, obat-obatan, sengatan
serangga atau zat tertentu) bisa didefinisikan sebagai respon kekebalan
tubuh yang berlebihan terhadap zat yang umumnya tidak berbahaya. Ada
banyak alergen dalam banyak kasus, ada lebih dari satu alergen yang
merangsang reaksi alergi. Gejala alergi yang sering merupakan masalah
ringan.
b. Anafilaksis adalah bentuk alergi yang serius dan ekstrem. Alergen dari
makanan, obat-obatan atau gigitan serangga, bisa memicu dan
menyebabkan serangkaian gejala fisik yan tidak menyenangkan. Ruam
gatal, tenggorokan bengkak dan penurunan tekanan darah merupakan
gejala umum anafilaksis.
c. Asma adalah gangguan paru-paru kronis yang disebabkan peradangan pada
saluran udara. Alergen, iritasi ata bahkan timbul stimulan seperti aktivitas
fisik dapat memicu peradangan. Gejala asma meliputi mengi, sesak
nafas,batuk sesak dada.
d. Penyakit autoimun adalah sekelompok gangguan sistem imun. Sel-sel
sistem imun salah menafsirkan sinyal. Dan mulai menyerang sel-sel tubuh
itu sendiri.

 Gangguan sitem kekebalan tubuh lainnya antara lain :

a. Chediak higashi syndrome


b.Common immonodeficiency variable
c. Hay fever
d. Hives
e. HTLV (Human T-lymphotropic Virus Type I )
f. Hyper – IgE Syndrome (hyperimmunoglobulin E syndrome)
g.Hyper – IgM Syndrome (hyperimmunoglobulin M Syndrome )
h.Primary immune Defeciency
i. Selective IgA Defesiensi ( Selective immunoglobulin A Defisiensi)
j. Alergi kulit
k.XLA (X- Linked Agammaglobulinnemia)

3. Patofisiologi

a. Usia
Frekuensi dan intensitas infeksi akan meningkat pada orang yang berusia
lanjut dan peningkatan ini disebabkan oleh penurunan untuk beraksi secara
memadai terhadap mikroorganisme yang menginfeksinya. Produksi dan
fungsi limfosit T dan B dapat terganggu kemungkinan penyebab lain adalah
akibat penurunan antibody untuk membedakan diri sendiri dan bukan diri
sendiri. Penurunan fungsi sistem organ yang berkaitan dengan pertambahan
usia juga turut menimbulkan gangguan imunitas. Penurunan sekresi serta
motilitas lambung memungkinkan flora normal intestinal untuk berploferasi
dengan menimbulkan infeksi sehingga terjadi gastroenteritis dan diare.

b. Gender
Kemampuan hormon seks untuk memodulasi imunitas telah diketahaui
denga baik. Ada bukti yang menunjukan bahwa estrogen memodulasi
aktivitas limfosit T (khusunya sel-sel supresor) sementara androgen
berfungsi untuk mempertahankan produksi interleukin dan aktivitas sel
supresor. Efek hormon seks tidak begitu menonjol, estrogen akan
mengaktifan populasi sel B yang berkaitan dengan autoimun yang
mengekspresikan marker CD 5 (marker antigenic pada sel B). Estrogen
cendrung menggalakan imunitas sementara androgen bersifat
imunosupresif. Umumnya penyakit autoimun lebih sering ditemui pada
wanita daripada pria.

c. Nutrisi
Nutrisi yang adekuat sangat esensial untuk mencapai fungsi imun yang
optimal. Gangguan imun dikarenakan oleh defesiensi protein kalori dapat
terjadi akibat kekurangan vitamin yang diperlukan untuk mensinstesis
DNA dan protein. Vitamin juga membantu dalam pengaturan poliferasi sel
dan maturasi sel-sel imun. Kelebihan atau kekurangan unsur-unsur renik
(tembaga, besi, mangan , selenium atau zink) dalam makananumumnya
akan mensupresi fungsi imun asam- asam lemak merupakan unsur
pembangun (building blocks) yang membentuk komponen struktural
membrane sel. Lipid merupakan prekursir vitamin A , D , E dan K
disamping prekursir kolestrol. Jika kelebihan maupun kekurangan asam
lemak ternyata akan mensupresi fungsi imun. Deplesi simpanan protein
tubuh akan mengakibatkan atrofi jaringan limfoid, depresi respon antibody,
penurunan jumlah sel T yang beredar dan gangguan fungsi vagositosit
sebagai akibatnya, kerentanan terhadap infeksi, sangat meningkat. Selama
periode infeksi dan sakit yang serius, terjadi peningkatan kebutuhan nutrisi
yang potensial untuk menimbulkan deplesi protein, asam lemak, vitamin,
serta unsur-unsur renik dan bahkan menyebabkan resiko terganggunya
respon imun serta terjadinya sepsis yang lebih besar.

d. Faktor-faktor psikoneuro imonologik


Limfosit dan makrofag memiliki reseptor yang dapat beraksi terhadap
neurotransmitter serta hormon-hormon endokrin. Limfosit dapat
memproduksi dan menskresikan ACTH serta senyawa-senyawa yang mirip
endokrin. Nueron dalam otak khusunya dalam hipotalamus, dapat
mengenali prostaglandin, interferon dan interleukin disamping histamine
dan serotinin yang dilepaskan selama proses inflamasi. Sebagaimana sistem
biologi lainnya yang berfungsi untuk kepentingan homoestasis, sistem imun
dintergrasikan denga berbagai proses psikofisiologic lainnya dan diatur
serta dimodulasikan oleh otak. Di lain pihak, prose imun ternyata dapat
mempengaruhi fungsi neual dan endokrin termasuk prilaku. Jadi, interaksi
sistem saraf dan sistem imun tampaknya bersifat dua arah.

e. Kelainan organ yang lain


Keadaan seperti luka bakar atau cedera lain, infeksi dan kanker dapat turut
mengubah fungsi sistem imun. Luka bakar yang luas atau faktor-faktor
lainnya menyebabkan gangguan integritas kulit dan akan mengganggu garis
pertama pertahanan tubuh hilangnya serum dalam jumlah yang besar pada
luka bakar akan menimbulkan deplesi protein tubuh yang esensial,
termasuk immunoglobulin. Stresor fisiologi dan psikologik yang disertai
dengan stres karena pembedahan atau cidera akan menstimulus pelepasan
kortisol serum juga turut menyebabkan supresi respon imun yang normal.
Keadaan sakit yang kronis dapat turut mengganggu sistem imun melalui
sejumlah cara. Kegagalan ginjal berkaitan denga defesiensi limfosit yang
beredar. Fungsi imun untuk pertahanan tubuh dapat berubah karena
asidosis dan toksin uremik. Peningkatan insidensi infeksi pada diabetes
juga berkaitan dengan isufisiensi vaskuler, neuropati dan pengendalian
kadar glukosa darah yang buruk.infeksi saluran nafas yang rekuren
berkaitan dengan penyakit paru obstruksi menahun sebagai akibat dari
berubahnya fungsi inspirasi dan ekspirasi dan tidak efektifnya pembersihan
saluran nafas.

f. Penyakit kanker
Immunosekresi turut menyebabkan terjadinya penyakit kanker. Namun,
penyakit kanker sendiri bersifat immunosupresif. Tumor yang besar dapat
melepaskan antigen ke dalam darah, antigen ini mengikat antibodi yang
beredar dan mencegah antibodi tersebut agar tidak menyerang sel-sel
tumor. Lebih lanjut, sel-sel tumor dapat memiliki faktor penghambat yang
khusus yamg menyalut sel-sel tumor dam mencegah penghancurannya oleh
limfosit T killer. Dalam stadium awal pertumbuhan tumor, tubuh tidak
mampu memulai distruksi sel-sel yang malignan tersebut. Kanker darah
seperti leukimia dan limpoma berkaitan dengan berubahnya produksi serta
fungsi sel darah putih dan limfosit.

g. Obat-obatan
Obat-obatan tertentu dapat menyebabkan perubahan yang dikehendaki
maupun yang tidak dikehendaki pada fungsi sistem imun. Ada emapt
klasifikasi obat utama yang memiliki potensi untuk menyebabkan
imunosupresi: antibiotic, kortikosteroid, obat-obat anti-inflamsi nonsteroid
(NSAID Nonsteroidal anti inflamatori drugs) dan prepat sitotoksik.
Penggunaan prepat ini bagi keperluan terapetutik memerlukan upaya untuk
mencari kesinambungan yang sangat tipis antara manfaat terapi dan supresi
sistem pertahanan tubuh resipien yang berbahaya.

h. Radiasi
Terapi radiasi dapat digunakan dalam pengobatan penyakit kanker atau
pencegahan rejeksi allograf. Radiasi akan menghancurkan limfosit dan
menurunkan populasi sel yang diperlukan untuk menggantikan. Ukuran
atau luas daerah yang akan disinari menentukan taraf imunosupresi. Radiasi
seluruh tubuh dan dapat mengakibatkan imunosupresi total pada orang
yang menerimanya.

i. Genetik
Interaksi antara sel-sel imun dipengaruhi oleh variabilitas genetik. Secara
genetik respon imun manusi dapat dibagi atas responder baik, cukup dan
rendah terhadap antigen tertentu. Ia dapat memberikan respom rendah
terhadap atigen lain tinggi sehingga mungkin ditemukan keberhasilan
vaksinasi yang tidak 100 %. Faktor genetik dalam respons imun dapat
berperan melalui gen yang berada pada berada pada kompleks MCH
dengan non MCH.

j. Kemahilan
Salah satunya yaitu infeksi yang sering terjadi secara kebetulan selama
kehamilan dapat menyebabkan cacat sejak lahir. Campak jerman ( rubella)
bisa menyebabkan cacat sejak lahir. Terutama sekali pada jantung dan
bagian dalam mata. Infeksi cytomogalovirus bisa melewati plasenta dan
merusak hati dan otak janin. Listerosis, infeksi bakteri, juga bisa
membahayakan janin. Infeksi bakteri pada vagina ( seperti bakteri
vaginosis) selama kehamilan bisa menyebabkan persalinan sebelum
waktunya atau membran yang berisi janin gugur sebelum waktunya.
Pengobatan pada infeksi dengan antibiotik bisa mengurangi kemungkinan
masalah-masalah ini

4. Manifestasi Klinis

Tanda
1. Sebagian besar bayi yang sehat mengalami infeksi saluran pernafasan sebanyak 6
kali atau lebih dalam 1 tahun, terutama jika tertular anak lain. Sebaliknya, bayi
dengan gangguan sistem imun, biasanya menderita infeksi bakteri berat yang
menetap, berulang atau menyebabkan komplikasi. Misalnya infeks sinus, infeksi
telinga manahun dan bronkitis kronis yang biasanya terjadi setelah demam dan
sakit tenggorokan. Bronkritis bisa berkembang menjadi pneumonia
2. Kulit dan selaput lendir yang melapisi mulut, mata dan alat kelamin sangat peka
terhadap infeksi
3. Thrush merupakan suatu infeksi jamur dimulut disertai luka dimulut dan
peradangan gusi, bisa merupakan pertanda awal dari adanya gangguan sistem
kekebalan
4. Peradangan mata (konjungtivitas), rambut rontok, eksim yang berat dan
pelebaran kapiler dibawah kulit merupakan pertanda dari penyakit
immunodefesiensi.
5. Infeksi pada saluran pencernaan bisa menyebabkan diare pembentukan gas yang
berlebihan dan penurunan berat badan

Tanda defisiensi Imun kombinasi yang berat.


1. Terdapat pada minggu atau bulan pertama kehidupan
 Sering terjadi infeksi virus atau jamur dibandingkan bakteri
 Diare kronik umum terjadi sering disebut gastroenteritis
 Infeksi respiratorius dan oral thrush umum terjadi
 Terjadi failure to thrive tanpa adanya infeksi
 Limfopenia ditemui pada hampir semua bayi

Gejala Klinis Penyakit Immunodefisiensi


1. Gejala yang biasanya dijumpai
Infeksi saluran napas atau berulang infeksi bakteri yang berat. Penyembuhan
inkomplit antar episode infeksi. Atau respons pengobatan inkomplit
2. Gejala yang sering dijumpai
 Gagal tumbuh atau retardasi tumbuh.
 Jarang ditemukan kelenjar atau tonsil yang membesar.
 Infeksi oleh mikroorganisme yang tidak lazim
 Lesi kulit (Rash, ketombe, pioderma, absen nekrotik /noma, alopesia,
eksim, teleangienktasi, warts yang hebat)
 Oral thrush yang tidak menyembuhkan dengan pengobatan.
 Jati tubuh.
 Diare dan mal abrsopsi
 Mastoiditis dan otitis persisten.
 Pneumonia atau bronkitis berulang
 Penyakit autoimun
 Kelainan helatologis (anemia aplastik, anemia hemolitik, neutropenia,
trombositopenia)
3. Gejala yang jarang dijumpai
 Berat badan turun.
 Deman.
 Peridiontitis.
 Limfadenopati.
 Hepatosplenomegali.
 Penyakit virus yang berat.
 Artritis atau artlagia.
 Meningitis berulang.
 Piederma gangrenosa.
 Kolangritis sklerosa.
 Hepatitis kronik ( virus atau autoimun)
 Reaksi simpang terhadap vaksinasi
 Bronkiektasis
 Infeksi saluran kemih
 Lepas/puput tali pusat terlambat
 Stomatis kronik
 Granuloma
 Keganasan limfoid
B. KONSEP KEPERAWATAN

1. Pengkajian
1. Indentitas Pasien
1. Nama pasien :
2. Jenis kelamin :
3. Umur : pada rintis alergik lebih sering penderita bayi.
4. Alamat : lingkungan yang terpapar oleh alergan
seperti lingkungan tampat tinggal yang kotor seperti dikotaan yang
dipenuhi dengan debu dan asap, selain itu lingkungan yang sanitasinya
kurang sehat dan temat tinggal yang tidak mempunyai ventilasi atau
pertukaran udara yang baik merupakan awal dari timbulnya gangguan
pada sistem imunitas. Cuaca, suhu dingin di tempat tinggal tertentu juga
merupakan penyakit rhinitis alergi.
5. Suku bangsa :
6. Pekerjaan : mempunyai hubungan langsung sebab akibat
terjadinya serangan rhinitis alergi. Hal ini berkaitan dengan dimana
bekerja. Misalnya orang yang bekerja di laboratorium hewan, industri
tekstil , polisi lalu lintas
7. Agama :
8. Diagnosa medis :
9. Tanggal MRS :

Yang bertanggung jawab


1. Nama :
2. Pekerjaan :
3. Alamat :
4. Agama :
5. Pendidikan :
6. Hub dengan :

2. Riwaya kesehatan
1. Keluhan utama
Bersin-bersin, hidung mengeluarkan sekret, hidung tersumbat, dan hidung
gatal.
2. Riwayat penyakit terdahulu
Pasien pernah menderita penyakit THT
3. Riwayat penyakit keluarga
Ibu mengungkapkan bahwa dahulu pernah pernah mengalami hal yang
sama dengan penderita
3. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum : klien lemah dan demam
2. Kesadaraan : composmentis
3. Cek TTV
 RR
 Suhu ( meningkat
 Nadi
 TD
4. Pemeriksaan Head To Toe
 Kepala
Bentuk kepala bulat, warna rambut hitam, tidak ada benjolan, kulit
kepala bersih
 Mata
Simetri, tidak ada sekret, konjungtiva merah, sklera Merah, mata
berair
 Hidung
Simetris, ada sekret (hidung buntu), tidak ada pernafasan cuping
hidung tidak pilip
 Telinga
Simetris, tidak ada benjolan, lubang telinga bersih, tidak ada
serumen.
 Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, limfe, tidak ada bendungan
vena jugularis, tidak ada kaku kuduk.
 Dada
Inspeksi : dada simetris, bentuk bulat datar, pergerakan
dinding dada simetris, tidak ada retaksi otot bantu pernapasan
Palpasi : tidak ada benjolan mencurigakan
Perkusi : paru-paru sonor, jamtung dullens
Auskultasi : irama nafas teratur, suara napas vesikuler,
tidak ada suara napas tambahan
 Perut
Inspeksi : simetris
Auskultasi : peristalktik meningkat 40x/menit
Palpasi : turgor kulit tidak langsung kembali dalam 1
detik
Perkusi : hipertimpan, perut kembung


2. Diagnosa Keperawatan

Tanggal Data Etiologi Problem


DS : pasien mengatakan Obstruksi atau Ketidakefektifan
hidung tersumbat dan hidung adanya sekret jalan napas
terasa gatal. yang mengental
DO : mulut pasien selalu
terbuka agar bisa bernapas
DS : pasien mengatakan nyeri Kurangnya Gangguan rasa
kepala ( pusing) suplai oksigen nyeri dikepala
Do : pasien terlihat
menyeringai kesakitan
P : nyeri saat jalan napas
tidak efektif atau saat
beraktivitas
Q : nyeri seperti tercengkam
R : dibagian kepala
S : skala nyeri >5
T : nyeri hilang timbul
TTV : Suhu 38o C,
TD 90/70 mmHg,
RR 25x/ menit,
Nadi 110x/ menit
DS : pasien mengatakan Intake yang Gangguan
kurang nafsu makan dan tidak adekuat pemenuhan
kurang tertarik terhadap kebutuhan nutrisi
makanan kurang dari
DO : pasien tidak nafsu makan. kebutuhan tubuh.
A: BB SMRS =47 kg,
BB MRS = 45 kg
B : hasil pemeriksaan
laboratorium penurunan kadar
protei dalam darah tidak dalam
batas normal (<3,5mg/dl), Hb
menurun (<1mg/dl).
C : turgor kulit menurun
( kembali >2detik ) mukosa
bibir kering.
D : penurnaan nafsu makan,
porsi makan tidak habis

Diagnosa :
1. Ketidakefektifan jalan napas b.d obstruksi atau adanya sekret yang berlebihan
2. Gangguan rasa nyeri dikepala b.d kurang suplai oksigen
3. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake
yang tidak adekuat
3. Implementasi

Tanggal/ jam No. diagnosa Implementasi Respon pasien


18 April 2015 1,2,3, 1. Observasi DS : pasien mengatakan
(09.00) tanda-tanda bersediah untuk
vita dan kaji diperiksa
nyeri, lokasi, DO : pasien tampak
karakteristik, tenang
dan ingetritas DO : pasien menerima
nyeri dengan tindakan yang diberikan
skala 0-10. DS : napas pasien lebih
2. Memberika efektif
jalan napas. DO : pasien terlihat
3. Memberikan nyaman dan tenang
posisi yang DO : obat telah
lebih nyaman diminum, pusing (-) ,
bisa dengan suhu berangsur-angsur
semi fowler, turun dan normal
agar mudah DS : pasien kooperatif
bernapas. untuk minum obat
4. Memberikan
obat sesuai
hasil
kolaborasi
monitor obat
dan respon
sampingnya.
18 April 2015 2,3 1. Kaji nyeri DS : klien sudah tidak
(11.00) karakteristik, mengeluh nyeri. Klien
dan integritas mengatakan skala nyeri
nyeri dengan pada skala 0.
skala (0-10). DO : klien tidak terlihat
2. Mengkaji meringis kesakitan
nutrisi pasien DS : pasien kooperatif
3. Memberikan dalam tindakan
makanan DO : berat badan
dalam porsi berangsur- angsur
kecil dan meningkat dan pasien
frekuensi merasa segar dan tidak
sedang. lemas.
4. Menjelaskan DS : pasien tenang
pada pasien selama makan.
dan keluarga DO : pasien
tentang menghabiskan setengah
manfaat porsi.
makanan DS : pasien menerima
bernutrisi. penyuluhan yang
diberikan
DO : Pasien mampu
menghindari makanan
yang beresiko untuknya.
18 April 2015 2,3 1. Mengajarkan DS : pasien dapat
(13.00) teknik melakukan teknik napas
relaksasi dalam
mkisalnya DO : pasien terlihat
napas dalam. semangat
2. Memberikan DS : pasien kooperatif
antasida dana untuk minum obat.
pemberian DO : pasien tidak
nutrisi meringis kesakitan
paranetal DS : pasien bersediah
3. Memberikan melaksanakannya
posisi yang DO : pasien terlihat
nyaman nyaman dan tenang

4. Evaluasi

Tanggal No. Diagnosa Evaluasi Ttd


18 April 2015 1 S : pasien mengatakan
sekret mulai hilang dan
jalan napas lebih efektif
O : pasien tidak lagi
membuka mulutnya untuk
bernapas.
A : masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
18 April 2015 2 S : pasien mengatakan
kepalanya sudah tidak nyeri
lagi.
O : klien tidak meringis
kesakitan
A : masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
18 April 2015 3 S : pasien mengatakan tidak
merasa lemas
O : wajah pasien tampak
tidak pucat lagi.
A : masalah teratasi
P : Intervensi di hentikan

Anda mungkin juga menyukai