DISUSUN OLEH :
2021
A. KONSEP MEDIS
1. Pengertian
Fungsi sistem imun adalah melindungi pejamu dari invasi organisme asing dengan
membedakan diri ( self ) dari bukan diri ( non self ). Sistem semacam ini diperlukan
untuk kelangsungan hidup. Sistem imun yang berfungsi baik tidak saja melindungi
pejamu dari faktor eksternal seperti mikroorganisme atau toksin tetapi juga mencegah
dan menolak serangangan oleh faktor endogen seperti tumor atau fenomena autoimun.
Disfungsi atau defisiensi komponen sistem imun menimbulkan beragam penyakit klinis
dengan ekspresi dan keparahan yang bervariasi dari penyakit atopik hingga atritis
reumatoid, severe combined immunodeviciency, dan kanker.
Imunitas atau kekebalan adalah sistem pertahanan badan terhadap bahan asing seperti
mikroorganisme (bakteri, kulat, protozoa, virus, parasit), molekul-molekul berpontensi
toksik, atau sel-sel tidak normal (sel terinfeksi virus atau malignan). Sistem ini
menyerang bahan asing atau antigen dan juga mewujudkan peringatan tentang kejadian
tersebut supaya pendedahan yang berkali-kali terhadap bahan yang sama akan
mencetuskan gerak balas yang cepat dan bertingkat. Keimunan merujuk kepada
keupayaan sesuatu individu yang telah sembuh dar sesuatu penyakit untuk sehat apabila
terdedah kepada penyakit yang sama untuk kali kedua dan seterusnya.
2. Etiologi
3. Patofisiologi
a. Usia
Frekuensi dan intensitas infeksi akan meningkat pada orang yang berusia
lanjut dan peningkatan ini disebabkan oleh penurunan untuk beraksi secara
memadai terhadap mikroorganisme yang menginfeksinya. Produksi dan
fungsi limfosit T dan B dapat terganggu kemungkinan penyebab lain adalah
akibat penurunan antibody untuk membedakan diri sendiri dan bukan diri
sendiri. Penurunan fungsi sistem organ yang berkaitan dengan pertambahan
usia juga turut menimbulkan gangguan imunitas. Penurunan sekresi serta
motilitas lambung memungkinkan flora normal intestinal untuk berploferasi
dengan menimbulkan infeksi sehingga terjadi gastroenteritis dan diare.
b. Gender
Kemampuan hormon seks untuk memodulasi imunitas telah diketahaui
denga baik. Ada bukti yang menunjukan bahwa estrogen memodulasi
aktivitas limfosit T (khusunya sel-sel supresor) sementara androgen
berfungsi untuk mempertahankan produksi interleukin dan aktivitas sel
supresor. Efek hormon seks tidak begitu menonjol, estrogen akan
mengaktifan populasi sel B yang berkaitan dengan autoimun yang
mengekspresikan marker CD 5 (marker antigenic pada sel B). Estrogen
cendrung menggalakan imunitas sementara androgen bersifat
imunosupresif. Umumnya penyakit autoimun lebih sering ditemui pada
wanita daripada pria.
c. Nutrisi
Nutrisi yang adekuat sangat esensial untuk mencapai fungsi imun yang
optimal. Gangguan imun dikarenakan oleh defesiensi protein kalori dapat
terjadi akibat kekurangan vitamin yang diperlukan untuk mensinstesis
DNA dan protein. Vitamin juga membantu dalam pengaturan poliferasi sel
dan maturasi sel-sel imun. Kelebihan atau kekurangan unsur-unsur renik
(tembaga, besi, mangan , selenium atau zink) dalam makananumumnya
akan mensupresi fungsi imun asam- asam lemak merupakan unsur
pembangun (building blocks) yang membentuk komponen struktural
membrane sel. Lipid merupakan prekursir vitamin A , D , E dan K
disamping prekursir kolestrol. Jika kelebihan maupun kekurangan asam
lemak ternyata akan mensupresi fungsi imun. Deplesi simpanan protein
tubuh akan mengakibatkan atrofi jaringan limfoid, depresi respon antibody,
penurunan jumlah sel T yang beredar dan gangguan fungsi vagositosit
sebagai akibatnya, kerentanan terhadap infeksi, sangat meningkat. Selama
periode infeksi dan sakit yang serius, terjadi peningkatan kebutuhan nutrisi
yang potensial untuk menimbulkan deplesi protein, asam lemak, vitamin,
serta unsur-unsur renik dan bahkan menyebabkan resiko terganggunya
respon imun serta terjadinya sepsis yang lebih besar.
f. Penyakit kanker
Immunosekresi turut menyebabkan terjadinya penyakit kanker. Namun,
penyakit kanker sendiri bersifat immunosupresif. Tumor yang besar dapat
melepaskan antigen ke dalam darah, antigen ini mengikat antibodi yang
beredar dan mencegah antibodi tersebut agar tidak menyerang sel-sel
tumor. Lebih lanjut, sel-sel tumor dapat memiliki faktor penghambat yang
khusus yamg menyalut sel-sel tumor dam mencegah penghancurannya oleh
limfosit T killer. Dalam stadium awal pertumbuhan tumor, tubuh tidak
mampu memulai distruksi sel-sel yang malignan tersebut. Kanker darah
seperti leukimia dan limpoma berkaitan dengan berubahnya produksi serta
fungsi sel darah putih dan limfosit.
g. Obat-obatan
Obat-obatan tertentu dapat menyebabkan perubahan yang dikehendaki
maupun yang tidak dikehendaki pada fungsi sistem imun. Ada emapt
klasifikasi obat utama yang memiliki potensi untuk menyebabkan
imunosupresi: antibiotic, kortikosteroid, obat-obat anti-inflamsi nonsteroid
(NSAID Nonsteroidal anti inflamatori drugs) dan prepat sitotoksik.
Penggunaan prepat ini bagi keperluan terapetutik memerlukan upaya untuk
mencari kesinambungan yang sangat tipis antara manfaat terapi dan supresi
sistem pertahanan tubuh resipien yang berbahaya.
h. Radiasi
Terapi radiasi dapat digunakan dalam pengobatan penyakit kanker atau
pencegahan rejeksi allograf. Radiasi akan menghancurkan limfosit dan
menurunkan populasi sel yang diperlukan untuk menggantikan. Ukuran
atau luas daerah yang akan disinari menentukan taraf imunosupresi. Radiasi
seluruh tubuh dan dapat mengakibatkan imunosupresi total pada orang
yang menerimanya.
i. Genetik
Interaksi antara sel-sel imun dipengaruhi oleh variabilitas genetik. Secara
genetik respon imun manusi dapat dibagi atas responder baik, cukup dan
rendah terhadap antigen tertentu. Ia dapat memberikan respom rendah
terhadap atigen lain tinggi sehingga mungkin ditemukan keberhasilan
vaksinasi yang tidak 100 %. Faktor genetik dalam respons imun dapat
berperan melalui gen yang berada pada berada pada kompleks MCH
dengan non MCH.
j. Kemahilan
Salah satunya yaitu infeksi yang sering terjadi secara kebetulan selama
kehamilan dapat menyebabkan cacat sejak lahir. Campak jerman ( rubella)
bisa menyebabkan cacat sejak lahir. Terutama sekali pada jantung dan
bagian dalam mata. Infeksi cytomogalovirus bisa melewati plasenta dan
merusak hati dan otak janin. Listerosis, infeksi bakteri, juga bisa
membahayakan janin. Infeksi bakteri pada vagina ( seperti bakteri
vaginosis) selama kehamilan bisa menyebabkan persalinan sebelum
waktunya atau membran yang berisi janin gugur sebelum waktunya.
Pengobatan pada infeksi dengan antibiotik bisa mengurangi kemungkinan
masalah-masalah ini
4. Manifestasi Klinis
Tanda
1. Sebagian besar bayi yang sehat mengalami infeksi saluran pernafasan sebanyak 6
kali atau lebih dalam 1 tahun, terutama jika tertular anak lain. Sebaliknya, bayi
dengan gangguan sistem imun, biasanya menderita infeksi bakteri berat yang
menetap, berulang atau menyebabkan komplikasi. Misalnya infeks sinus, infeksi
telinga manahun dan bronkitis kronis yang biasanya terjadi setelah demam dan
sakit tenggorokan. Bronkritis bisa berkembang menjadi pneumonia
2. Kulit dan selaput lendir yang melapisi mulut, mata dan alat kelamin sangat peka
terhadap infeksi
3. Thrush merupakan suatu infeksi jamur dimulut disertai luka dimulut dan
peradangan gusi, bisa merupakan pertanda awal dari adanya gangguan sistem
kekebalan
4. Peradangan mata (konjungtivitas), rambut rontok, eksim yang berat dan
pelebaran kapiler dibawah kulit merupakan pertanda dari penyakit
immunodefesiensi.
5. Infeksi pada saluran pencernaan bisa menyebabkan diare pembentukan gas yang
berlebihan dan penurunan berat badan
1. Pengkajian
1. Indentitas Pasien
1. Nama pasien :
2. Jenis kelamin :
3. Umur : pada rintis alergik lebih sering penderita bayi.
4. Alamat : lingkungan yang terpapar oleh alergan
seperti lingkungan tampat tinggal yang kotor seperti dikotaan yang
dipenuhi dengan debu dan asap, selain itu lingkungan yang sanitasinya
kurang sehat dan temat tinggal yang tidak mempunyai ventilasi atau
pertukaran udara yang baik merupakan awal dari timbulnya gangguan
pada sistem imunitas. Cuaca, suhu dingin di tempat tinggal tertentu juga
merupakan penyakit rhinitis alergi.
5. Suku bangsa :
6. Pekerjaan : mempunyai hubungan langsung sebab akibat
terjadinya serangan rhinitis alergi. Hal ini berkaitan dengan dimana
bekerja. Misalnya orang yang bekerja di laboratorium hewan, industri
tekstil , polisi lalu lintas
7. Agama :
8. Diagnosa medis :
9. Tanggal MRS :
2. Riwaya kesehatan
1. Keluhan utama
Bersin-bersin, hidung mengeluarkan sekret, hidung tersumbat, dan hidung
gatal.
2. Riwayat penyakit terdahulu
Pasien pernah menderita penyakit THT
3. Riwayat penyakit keluarga
Ibu mengungkapkan bahwa dahulu pernah pernah mengalami hal yang
sama dengan penderita
3. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum : klien lemah dan demam
2. Kesadaraan : composmentis
3. Cek TTV
RR
Suhu ( meningkat
Nadi
TD
4. Pemeriksaan Head To Toe
Kepala
Bentuk kepala bulat, warna rambut hitam, tidak ada benjolan, kulit
kepala bersih
Mata
Simetri, tidak ada sekret, konjungtiva merah, sklera Merah, mata
berair
Hidung
Simetris, ada sekret (hidung buntu), tidak ada pernafasan cuping
hidung tidak pilip
Telinga
Simetris, tidak ada benjolan, lubang telinga bersih, tidak ada
serumen.
Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, limfe, tidak ada bendungan
vena jugularis, tidak ada kaku kuduk.
Dada
Inspeksi : dada simetris, bentuk bulat datar, pergerakan
dinding dada simetris, tidak ada retaksi otot bantu pernapasan
Palpasi : tidak ada benjolan mencurigakan
Perkusi : paru-paru sonor, jamtung dullens
Auskultasi : irama nafas teratur, suara napas vesikuler,
tidak ada suara napas tambahan
Perut
Inspeksi : simetris
Auskultasi : peristalktik meningkat 40x/menit
Palpasi : turgor kulit tidak langsung kembali dalam 1
detik
Perkusi : hipertimpan, perut kembung
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa :
1. Ketidakefektifan jalan napas b.d obstruksi atau adanya sekret yang berlebihan
2. Gangguan rasa nyeri dikepala b.d kurang suplai oksigen
3. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake
yang tidak adekuat
3. Implementasi
4. Evaluasi