Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

ASKEP PADA PASIEN DENGAN HIV/AIDS

Disusun Oleh :
KELOMPOK 2
Ana Amalia
Dewi Khotimatul Hasanah
Elisa Eliyana
Iza
Maya Anggraini
Mhd.Sabri Hasan
Riza Anggraini
Suhelda Erlina
Yenika Mahermi
Winda Ulansari

Dosen Pengampu:
Ns. Muhammad Irwan,M.kep

PROGRAM STUDY S1 KEPERAWATAN


STIKes TENGKU MAHARATU
PEKANBARU
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke khadirat Tuhan Yang Maha Esa. atas rahmat dan karunia-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kelompok ini. Kami menyadari masih banyak
kekurangan dalam penulisan makalah ini yang tentunya jauh dari kesempurnaan. Karena itu
kelompok kami selalu membuka diri untuk setiap saran dan kritik yang bersifat membangun
untuk kesempurnaan karya kami selanjutnya.
Terselesaikannya makalah ini tidak terlepas dari bantuan berbagi pihak. Untuk itu kami
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang membantu,baik secara langsung ataupun
tidak langsung.
Akhirnya semoga sumbangan amal bakti semua pihak tersebut mendapat balasan yang
setimpal dari- Nya. Dan semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan kelompok kami
khususnya dan masyarakat pecinta ilmu pengetahuan pada umumnya.

Pekanbaru , 15 April 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................... 2

DAFTAR ISI................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................. 4

1.1 LATAR BELAKANG................................................................................ 4

1.2 RUMUSAN MASALAH............................................................................ 5

1.3 TUJUAN..................................................................................................... 5

BAB II PEMBAHASAN................................................................................. 6

2.1 Pengertian hiv/aids...................................................................................... 6


2.2 Etiologi....................................................................................................... 6
2.3 Patofisiologi................................................................................................ 7
2.4 Klasifikasi................................................................................................... 8
2.5 Komplikasi ................................................................................................. 10
2.6 Pemeriksaan Penunjang.............................................................................. 11
2.7 Penatalaksanaan Medis .............................................................................. 11
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN ......................................................... 12
BAB IV PENUTUP......................................................................................... 25
4.1 Kesimpulan................................................................................................. 25
4.2 Saran........................................................................................................... 25
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 27
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Acquired Immunodeficiency Syndrome atau Acquired Immune Deficiency
Syndrome (disingkat AIDS) adalah sekumpulan gejala dan infeksi (atau: sindrom) yang
timbul karena rusaknya sistem kekebalantubuh manusia akibat infeksi virus HIV atau
infeksi virus-virus lain yang mirip yang menyerang spesies lainnya (SIV, FIV, dan lain-
lain).
HIV dan virus-virus sejenisnya umumnya ditularkan melalui kontak langsung
antara lapisan kulit dalam (membran mukosa) atau aliran darah, dengan cairan tubuh yang
mengandung HIV, seperti darah,air mani, cairan vagina, cairan preseminal, dan air susu
ibu. Penularan dapat terjadi melalui hubungan intim (vaginal, anal, ataupun oral), transfusi
darah, jarum suntik yang terkontaminasi, antara ibu dan bayi selama kehamilan, bersalin,
atau menyusui, serta bentuk kontak lainnya dengan cairan-cairan tubuh tersebut.
Para ilmuwan umumnya berpendapat bahwa AIDS berasal dari Afrika Sub-Sahara.
Kini AIDS telah menjadi wabah penyakit. AIDS diperkiraan telah menginfeksi 38,6 juta
orang di seluruh dunia. Pada Januari 2006, UNAIDS bekerja sama
dengan WHO memperkirakan bahwa AIDS telah menyebabkan kematian lebih dari 25 juta
orang sejak pertama kali diakui pada tanggal 5 Juni 1981. Dengan demikian, penyakit ini
merupakan salah satu wabah paling mematikan dalam sejarah. AIDS diklaim telah
menyebabkan kematian sebanyak 2,4 hingga 3,3 juta jiwa pada tahun 2005 saja, dan lebih
dari 570.000 jiwa di antaranya adalah anak-anak. Sepertiga dari jumlah kematian ini terjadi
di Afrika Sub-Sahara, sehingga memperlambat pertumbuhan ekonomi dan menghancurkan
kekuatan sumber daya manusia di sana. Perawatan antiretrovirus sesungguhnya dapat
mengurangi tingkat kematian dan parahnya infeksi HIV, namun akses terhadap pengobatan
tersebut tidak tersedia di semua Negara.
Hukuman sosial bagi penderita HIV/AIDS, umumnya lebih berat bila dibandingkan
dengan penderita penyakit mematikan lainnya. Kadang-kadang hukuman sosial tersebut
juga turut tertimpakan kepada petugas kesehatan atau sukarelawan, yang terlibat dalam
merawat orang yang hidup dengan HIV/AIDS(ODHA).
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apakah pengertian dengan HIV/AIDS?
2. Apa etiologi dari HIV/AIDS?
3. Bagaimana patofisiologi dari AIDS?
4. Apa saja klasifikasi AIDS?
5. Bagaimana komplikasi AIDS?
6. Apa pemeriksaan penunjang untuk AIDS?
7. Bagaimana penatalaksanaan medis AIDS?
8. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan AIDS?
                                                                
1.3 TUJUAN
1. Menjelaskan tentang AIDS.
2. Menjelaskan tentang penyebab dari AIDS.
3. Menjelaskan tentang patofisiologi dari AIDS.
4. Menjelaskan tentang klasifikasi dari AIDS.
5. Menjelaskan tentang komplikasi AIDS.
6. Menjelaskan tentang pemeriksaan penunjang untuk AIDS.
7. Menjelaskan tentang penatalaksanaan medis AIDS.
8. Menjelaskan tentang asuhan keperawatan pada klien dengan AIDS
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN HIV/AIDS


AIDS adalah sindroma yang menunjukan defisiensi imun seluler pada seseorang
tanpa adanya penyebab yang diketahui untuk dapat menerangkan terjadinya defisiensi
tersebut seperti keganansan, obat-obat supresi imun, penyakit infeksi yang sudah dikenal
dan sebagainya.
AIDS berasal dari kata acquired yang artinya didapat atau bukan penyakit
keturunan, immune berarti sistem kekebalan tubuh, deficiencyatau kekurangan
dan syndrome yang berarti kumpulan gejala-gejala penyakit. Jadi, dari kata-kata tersebut
dapat diartikan bahwa AIDS adalah kumpulan gejala penyakit akibat menurunnya sistem
kekebalan tubuh oleh virus yang disebut Human Immunodeficiency Virus (HIV).
(Sudoyo,2006)
Toksoplasmosis adalah penyakit infeksi pada manusia dan hewan yang disebabkan
oleh Toxoplasma gondii. Toxsoplasma adalah parasit protozoa dengan sifat alami dengan
perjalanannya dapat akut atau menahun, juga dapat menimbulkan gejala simtomatik
maupun asimtomatik.(Sudoyo,2006)
Insiden komplikasi SSP pada penderita AIDS cukup besar. Manifestasi klinis AIDS
pada SSP dapat terjadi karena 2 hal yaitu virus AIDS itu sendiri atau akibat infeksi
oportunistik atau neoplasma.
Ensefalitis toksoplasma merupakan penyebab tersering lesi otak fokal infeksi
oportunistik yang paling banyak terjadi pada pasien AIDS. Ensefalitis toksoplasma muncul
pada kurang lebih 10% pasien AIDS yang tidak diobati. Hal ini disebabkan oleh
parasit Toxoplasma gondiiyang dibawa oleh kucing, burung dan hewan lain yang dapat
ditemukan pada tanah yang tercemar oleh tinja kucing dan kadang pada daging mentah
atau kurang matang.

2.2 ETIOLOGI
Penyebab adalah golongan virus retro yang disebut immunodeficiency virus (HIV),
HIV pertama kali ditemukan pada tahun 1983 sebagai retrovirus dan disebut HIV-1 pada
tahun 1986 di Afrika ditemukan lagi retrovirus baru yang diberi nama HIV-2. HIV-2
dianggap sebagai virus kurang pathogen dibandingkan dengan HIV-1 maka untuk
memudahkan keduanya disebur HIV.
Transmisi infeksi HIV dan AIDS terdiri dari 5 fase yaitu :
1. Periode jendela. Lamanya 4 minggu sampai 6 bulan setelah infeksi. Tidak ada gejala
2. Fase infeksi HIV primer akut. Lamanya 1-2 minggu dengan gejala flu likes illness.
3. Infeksi asimtomatik. Lamanya 1-15 atau lebih tahun dengan gejala tidak ada
4. Supresi imun simtomatik. Diatas 3 tahun dengan gejala demam, keringan malam hari,
B menurun, diare, neuropati, lemah, rash,lifadenopati, lesi mulut.
5. AIDS. Lamanya bervariasi antara 1-5 tahun dari kondisi AIDS pertama kali
ditegakkan. Didapatkan infeksi oportunis berat dan tumor pada berbagai sistem tubuh,
dan manifestasi neurologist.
AIDS dapat menyerang semua golongan umur, termasuk bayi, pria maupun wanita
yang termasuk kelompok resiko tinggi adalah :
1. Lelaki homoseksual atau biseks
2. Orang yang ketagihan obat intravena
3. Partner seks dari pendewrita AIDS
4. Penerima darah atau produk darah (transfusi)
5. Bayi dari ibu atau bapak terinfeksi.

2.3 PATOFISIOLOGI
Tubuh mempunyai suatu mekanisme untuk membasmi suatu infeksi dari benda asing
misalnya : virus, bakteri, bahan kimia, dan jaringan asing dari binatang maupun manusia
lain. Mekanisme ini disebut sebagai tanggap kebal (immune response) yang terdiri dari 2
proses yang kompleks yaitu : kekebalan humoral dan kekebalan cell-mediated. Virus AIDS
(HIV) mempunyai cara tersendiri sehingga dapat menghindari mekanisme pertahanan
tubuh. “ber-aksi” bahkan kemudian dilumpuhkan. Virus AIDS (HIV) masuk ke dalam
tubuh seseorang dalam keadaan bebas atau berada di dalam sel limfosit. Virus ini
memasuki tubuh dan terutama menginfeksi sel yang mempunyai molekul CD4. Sel-sel
CD4-positif (CD4+) mencakup monosit, makrofag, dan limfosit T4 helper.
Saat virus memasuki tubuh, benda asing ini segera dikenal oleh sel T helper (T4),
tetapi begitu sel T helper menempel benda asing tersebut, reseptor sel T helper tidak
berdaya; bahkan HIV bisa pindah dari sel induk ke dalam sel T helper tersebut. Jadi,
sebelum sel T helper dapat mengenal benda asing HIV, ia lebih dahulu sudah
dilumpuhkan.
HIV kemampuan mengubah fungsi reseptor sel T helper pada benda asing tersebut,
reseptor sel T helper tidak berdaya;bahkan HIV bisa pindah dari sel induk ke dlaam sel T
helper tersebut. Jadi, sebelum sel T helper dapat mengenal benda asing HIV, ia lebih
dahulu sudah dilumpuhkan. HIV kemudian mengubah fungsi reseptor di permukaan sel T
helper sehingga reseptor ini dapat menempel dan melebur ke sembarang sel lainnya
sekaligus memindahkan HIV. Sesudah terikat dengan mebran sel T4 helper, HIV akan
menginjeksikan dua utas benang RNA Yang identik ke dalam sel T4 helper.

2.4 KLASIFIKASI
A. Kategori Klinis A
Mencakup satu atau lebih keadaan ini dewasa/remaja dengan infeksi Human
Immunodeficiency Virus (HIV) yang sudah dapat dipastikan tanpa keadaan dalam
kategori klinis B dan C.
1. Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang simptomatik
2. Limpanodenopati generalisata yang persisten (PGI : Persitent Generalized
Limpanodenophaty)
3. Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) primer akut dengan sakit yang
menyertai atau riwayat infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang akut.
B. Kategori Klinis B
1. Angiomatosis baksilaris
2. Kandidiasis oroforing / vulvavaginal (Paristen, frekuen/responnya jelek terhadap
terapi).
3. Dispalsia serviks (sedang/berat karsinoma serviks in situ)
4. Gejala konstitusional seperti panas (38,5 c ) atau diare lebih dari satu bulan
5. Leukoplakial yang berambut
6. Herpes zoster yang meliputi 2 kejadian yang berbeda / terjadi pada lebih dari satu
dematon saraf
7. Idiopatik trombositopenik purpura
8. Penyakit inflamasi pelvis, khusus dengan abses tubo varii
C. Kategori Klinis C
1. Kandidiasis bronkus, trakea / paru-paru, esophagus
2. Kanker serviks inpasif
3. Koksidiomikosis ekstrapulmoner / desiminata
4. Kriptosporidosis ekstrapulmoner
5. Kriptosporidosis internal kronis
6. Cytomegalovirus (bukan hati, lien, atau kelenjar limfe)
7. Refinitis Cytomegalovirus (gangguan penglihatan)
8. Enselophaty berhubungan dengan Human Immunodeficiency Virus (HIV)
9. Herpes simpleks (ulkus kronis, bronchitis, pneumonitis/esofagitis)
10. Histoplamosis diseminata/ekstrapulmoner
11. Isoproasis infestinal yang kronis
12. Sarkoma Kaposi
13. Limpoma burkit, imunoblastik, dan limfoma primer otak
14. Kompleks mybacterium avium ( M. Kansasi yang desiminata/ekstrapulmoner)
15. M. Tubercolusis pada tiap lokasi (pulmoner/ekstrapulmoner)
16. Mycobacterium, spesies lain, diseminata/ekstrapumoner
17. Pneumonia pneumocystic crainii
18. Pneumonia rekuren
19. Leukoenselophaty multivokal progressive
20. Septikemia salmonella yang rekuren
21. Toksoplamasis otak
22. Sindrom pelisutan akibat Human Immunodeficiency Virus (HIV)
2.5 KOMPLIKASI
A. Oral Lesi
Karena kandidia, herpes simplek, sarcoma, kaposi, HPV oral, gingivitas, peridonitis
Human Immunoodeficiency Virus (HIV), leukoplakia oral, nutrisi, dehidrasi,
penurunan berat badan, keletihan dan cacat.
B. Neurologik
1. Kompleks dimensia AIDS karena serangan langsung Human Immunodeficiency
Virus (HIV) pada sel saraf, berefek perubahan kepribadian, kerusakan motorik,
kelemahan, disfasia, dan isolasi sosial.
2. Enselophaty akut, karena reaksi terapeutik, hipoksia, hipoglekimia,
ketidakseimbangan elektrolit, meningitis/ensefalitis, dengan efek : sakit kepala,
malaise, demam, paralise, total/parsial.
3. Infark serebral kornea sifilis meningovaskuler, hipotensi sistemik, dan maranik
endokarditis.
4. Neuropati karena inflamasi demielinasi oleh serangan Human Immunodeficiency
Virus (HIV)
C. Gastrointestinal
1. Diare karena bakteri dan virus, pertumbuhan cepat flora normal, limpoma, dan
sercoma kaposi. Dengan efek : penurunan berat badan, anoreksia, demam,
malabsobsi, dan dehidrasi.
2. Hepatitis karena bakteri dan virus, limpoma, sarcoma, kaposi, obat illegal, alkohol,
dengan anoreksia, mual muntah, nyeri abdomen, ikterik, demam atritis.
3. Penyakit anorektal karena abses dan faskula,ulkus dan inflamsi perianal yang
sebagai akibat infeksi, dengan efek inflamasi sulit dan sakit, nyeri rectal, gatal-
gatal dan diare
D. Respirasi
Infeksi karena pneumocystic carinii, cytomegalovirus, virus influenza, pneumococcus,
dan strongyloides dengan efek nafas pendek, batuk, nyeri, hoipoksia, keletihan, gagal
nafas.
2.6 PEMERIKSAAN PENUNJANNG
Analisis gas darah arteri memberikan gambaran hipoksemia meskipun pada
kebanyakan pasien sering tidak diperlukan pneumotoraks primer paru kiri sering
menimbulkan perubahan aksis QRS dan gelombang T, prekardial pada gambaran rekaman
elktro kardiografi (EKG) dapat ditafsirkan sebagai infark mionard akut (IMA). Pada
pemeriksaan foto dada tempak gambaran sulkus kostafrenikus radiolusen, sedang
pneumothoraks tension pada gambaran foto dadanya tampak jumlah udara hemotoraks
yang cukup besar dan susunan mediastinum kontralateral bergeser. Pada foto dada PA,
terlihat pinggir paru yang kollaps berupa garis pada pneumothoraks parsialis yang sering
dipakai.

2.7 PENATALAKSANAAN MEDIS


Belum ada penyembuhan untuk AIDS jadi perlu dilakukan pencegahan Human
Immunodeficiency Virus (HIV) untuk mencegah terjadinya Humann Immunodeficiency
Virus (HIV), bisa dilakukan dengan :
a. Melakukan abstinasi seks/melakukan hubungan kelamin dengan pasangan yang tidak
terinfeksi
b. Pemeriksa adanya virus paling lambat 6 bulan setalah berhubungan seks terakhir yang
tidak terlindungi
c. Melakukan pelindung jika berhubungan dengan dengan orang tak jelas Human
Immunodeficiency Virus (HIV)
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

Asuhan Keperawatan Pada Klien Tn “A” Dengan Diagnosa Medik Hiv/Idsa Di Ruang
Keperawatan “Merpati”

A. PENGKAJIAN
1. IDENTITAS
Nama                                                               : Tn “A”
Usia                                                                 : 46 Tahun
Pendidikan                                                        : SMA
Pekerjaan                                                          : -
Suku                                                                 : Makassar
Agama                                                              : Islam
Status Perkawinan                                             : Sudah menikah
Alamat                                                              : Jl. Daeng Tata III
Sumber Informasi                                              : Klien
Ruang Rawat                                                    : Ruang Rawat Merpati
No. Rekam Medik                                              : 073675
Tanggal / jam masuk                                          : -
Diagnosa Masuk                                                : HIV/AIDS
Kiriman dari                                                       : IGD
Pindahan dari                                                    : -
Perawat / tim yang bertanggung jawab                : Merpati

2. Riwayat Keluhan
a. Keluhan utama : HIV/AIDS
b. Riwayat keluhan utama : klien mengeluh demam, merasa capek, mudah lelah, letih,
lesu, flu, pusing dan diare.
c. Riwayat penyakit sekarang
Riwayat kesehatan menunjukan terjadinya panas, merasa capek, mudah lelah, letih,
lesu, flu, pusing, dan diare.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Genogram 3 generasi

3. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
 Pasien lemah, bedres
 Kulit, rambut, kuku, keadaan kulit rambut dan kuku
 Kepala leher
 Biasanya pada khusus pneumothorak kepala dan leher tidak mengalami
gangguan, mata. Pada khusus mata tidak mengalami gangguan telinga,
hidung, dan teggorokan. Biasanya tidak mengalami gangguan thorak dan
abdomen.
 Dada tampak gambaran sulkus kostafrenikus radiolusen.
 Sistem Respirasi
b. Kebutuhan Dasar :
 Rasa nyaman dan nyeri : Klien tampak mengalami nyeri dan diare yang
dirasakan oleh klien tidak nyaman dan nyeri pada yang dirasakan.
 Nutrisi : Klien mengalami nafsu makan yang menurun, kebiasaan makan
klien 2X sehari porsi makan cuman sedikit dan tidak dihabiskan.
 Cairan klien mengalami kebiasaan minum yang tidak teratur sehingga
mengalami kekurangan cairan.
 Kebersihan perorangan : Klien cuman mandi selama 1 kali selama dirawat
diruangan tidak atau belum sempat keramas 1x gosok gigi selama dirawat
dan kuku tampak kekuningan.
c. Klasifikasi Data
Data Subjektif :
 Pasien mengatakan diare
 Pasien mengatakan demam
 Pasien mengatakan capek
 Pasien mengatakan mudah lelah
 Pasien mengatakan letih
 Pasien mengatakan lesu
 Kemungkinan berkeringat dimalam hari

Data Objektif
 TTV :
TD             : 130/80 mmHg
N                : 80X / Menit
S                : 39”C
RR              : 26X / Menit
 Pasien tampak lesu
 Pasien tampak tidak segar
 Pasien mengalami berat badan, Menurun derastis dengan berat 60 Kg menjadi
54 Kg.
 Pasien tampak sering BAB diare.

DATA FOKUS
Data Subjektif Data Objektif
1.      Klien mengatakan diare dan demam 1.      Klien tampak pucat

2.      Klien mengatakan capek dan mudah lelah 2.      Klien tampak suak lemas

3.      Klien mengatakan berkeringat di malam


hari dan susah tidur. 3.      TTV klien tidak stabil dan terlihat pucat.

4. Aktivitas Istirahat
Klien mengatakan belum bisa beraktivitas, jika ingin beraktivitas dibantu oleh perawat /
keluarga klien istirahat mengganggu atas sakit yang dirasakan.
5. Eliminasi
Klien mengatakan sakitnya yang dirasakan
6. Oksigen
Tidak terpasang
7. Keamanan
Tidak terdapat cedera tetapi merasakan demam pada seluruh badan.
8. Psikososial
Klien cenderung tidak aktif dan tidak dapat berinteraksi dengan baik.

No Data Etiologi Masalah


1.      1  DS : klien mengatakann diare Gangguan raa nyaman
Parasit
dan demam
DO : klien tampak pucat
Bakteri

Virus

Jamur dll

2.        DS : klien mengatakan capek Gangguan nutrisi


Demam
2 dan mudah lelah

Anemia

Eritrosit dan
hemoglobim

DO : klien tampak suak lemas


O2
Anagrobik metabolisme

Etiologi
DS : klien mengatakan Gangguan pola tidur
3.      3  berkeringat dimalam hari dan Kekurangan ATP asam berdasarkan dengan
susah tidur. laktat latake tidak normal.

Lelah

DO : TTV klien tidak stabil


Sistem saraf
terlihat pucat

Kelelahan

Merasa lemas

Mudah marah

Sulit untuk konsentrasi di


siang hari
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
Nama             :  “Tn A”
Diagnosa         : HIV/AIDS
No. RM            : 073675
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
1.        Resiko tinggi terhadap Pasien akan bebas infeksi 1.      Moniter tanda-
kekurangan volume cairan oportunistik dan tanda infeksi
komplikasinya dengan 2.      Gunakan teknik
kriteria tidak ada tanda-tanda aseptik pada setiap
infeksi, Lab. Tidak ada tindak infeksi. Cuci
infeksi oportunis, tanda vital tangan sebelum
tidak normal, luka pada bibir melakukukan
atau eksudat. tindakan.
3.      Anjurkan pasien
metode menjaga
terpapar terhadap
lingkungan yang
patogen.
4.      Kumpulkan
spesimen untuk tes
Lab. Sesuai dengan
order.
5.      Atur pemberian
anti virus sesuai
prosedur yang
diberikan.

1.      Anjurkan
pasien /orang
penting lainnya
2.        Berhubungan dengan output yang Infeksi HIV tidak metode menjaga
berlebihan, perubahan nutrisi, transmisikan, Tim kesehatan transmisi HIV dan
kurang dari kebutuhan. memperhatikan universal kuman patogen
precautions dengan kriteria lainnya.
kontak pasien dan tim 2.      Gunakan darah
kesehatan yang terpapar HIV, dan cairan tubuh
yang terinfeksi seperti TBC. precautions bila
merawat pasien
menggunakn
masker bila perlu.

1.      Monitor respon
fisiologi terhadap
aktivitas
2.      Berikan bantuan
perawatan yang
Pasien berpartisipasi dalam pasien sendiri tidak
3.        Intoleransi aktivitas berhubungan kegiatan dan kriteria bebas mampu
dengan kelemahan perlukan dysnen. Dan takkikardi 3.      Jadwalkan
oksigen, malnutrisi, dan selama aktivitas. perawatan pasien
kelelahan. sehingga tidak
mengganggu
istirahat pasien

1.      Kaji konstitusi
dan frekuensi feses
dan adanya darah
2.      Auskultasi bunyi
usus
3.      Atur agen
antimotilitas dan
Pasien merasa nyaman dan fisilium sesuai
4.        Diare berhubungan GI mengontrol diare, komplikasi prosedur.
minimal dengan kriteria perut
lunak, tidak tegang, fases
lunak dan berwarna tidak
normal.
IMPLEMENTASI
No Hari/Tgl Jam Implementasi Evaluasi
1.        Sabtu 14.30 Meningkatkan relaksasi selama demam S : klien
17/12/2016 dan diare mengatakan demam
Hasil : pasien mengerti dan diare masih ada
Meberikan tindakan keperawatan untuk O : klien masih
menghilangkan demam dan diare yang tampak pucat dan
dirasakan klien. meringis
Hasil : klien dan keluarga mau A : masalah belum
melaksanakannya teratasi
P : lanjutkan
intervensi
        Menghilangkan
diare dan demam.
S : klien
mengatakan masih
2.        16.10 Menciptakan lingkungan yang tenang susah tidur
dan nyaman. O : klien tampak
Hasil : klien dan keluarga mau lemas
melakukannya A : masalah belum
teratasi
Menjelaskan pada klien tentang P : lanjutkan
pentingnya istirahat intervensi
Hasil : klien mengerti         Menciptakan
lingkan yang
nyaman dan tenang
        Menjelaskan pada
klien tentang
pentingnya istirahat.
S : klien
mengatakan masih
lemas
O : klien tampak
lelah
A : lanjutkan
3.        18.32 Memberikan penjelasan tentang penyakit interfensi
yang dialami klien         Memberikan
Hasil : klien mengerti penjelasan tentang
penyakit yang
Menyarankan klien untuk melakukan dialami pasien
teknik relaksasi aktivitas mengurangi         Menyarankan
sakit. klien untuk
Hasil : klien mau melakukannya melakukan tekurk
relaksasi
Observasi TTV :         Observasi TTV
TD : 110/70 mmHg
N : 80X / menit
S : 39” C
P : 32x/ menit
No Hari/Tgl Jam Implementasi Evaluasi
1.        Minggu 09.02 Menyarakan klien untuk melakukan S : klien
18/12/2016 teknik relaksasi dan aktivitas yang mengatakan demam
mengurangi sakitnya dan diare agak
Hasil : klien mau melakukannya berkurang
O : klien tampak
sudah tidak
meringis lagi
A : masalah teratasi
P : lanjutkan
Memberikan tindakan non intervensi,
farmakologi untuk menghilangkan selanjutnya dan
nyeri perot dan demam. Misalnya pijit pertahankan
panggung,  leher, dan telapak kaki intervensi.
serta teknik relaksasi nafas dalam.
Hasil : klien mau melakukannya.

Menciptakan lingkungan yang tenang


2.        10.13 dan nyaman S : klien
Hasil : klien dan keluarga mau mengatakan sudah
melakukannya bisa tidur pulas
tetapi masih terjaga
O : klien tampak
sehat
A : masalah belum
Mengkaji kebutuhan tidur klien teratasi
kebutuhan tidur atau istirahat klien 5- P : lanjutkan
7 jam. Untuk tidur malam 30 menit – intervensi
2 jam untuk tidur siang.         Kaji kebutuhan
istirahat atau tidur
klien.

Memberikan penjelasan tentang S : klien


3.        11.53 penyakit yang dialami klien mengatakan sudah
   Hasil : klien mengerti berkurang
demamnya
Menyarankan klien untuk O : klien tampak
melakukanteknik nafas dalam dan sudah tidak
aktivitas . meringis lagi
Hasil : klien mau melakukannya A : masalah belum
Observasi TTV : teratasi
TD : 110/70 mmHg P : lanjutkan
N : 73X/ menit intervensi
S : 37,2”C         Observasi TTV
No Hari/Tgl Jam Implementasi Evaluasi
1.        Senin 08.53 Menciptakan lingkungan yang tenang S : klien
19/12/2016 dan nyaman. mengatakan tidur
Hasil : klien dan keluarga mau sudah pulas.
melakukannya O : klien tampak
sehat
Menjelaskan pada klien tentang A : masalah teratasi
pentingnya istirahat P : pertahankan
Hasil : klien mengerti intervensi.

Mengkaji kebutuhan istirahat klien


Kebutuhan istirahat klien 5-7 jam.
Klien mengerti.

2.        12.04 Memberikan penjelasan tentang S : klien


penyakit yang dialami klien. mengatakan sesak
Hasil : klien mengerti sudah tidak ada
O : klien tampak
Menyarankan klien untuk melakukan sehat
teknik relaksasi nafas dalam dan A : masalah teratasi
mengatur posisi seperti fowler atau P : pertahankan
   semi fowler intervensi
Hasil : klien mau melakukannya

Observasi TTV :
TD : 110/80 mmHg
N : 73X/menit
S : 36”C
P : 30X/menit.
BAB IV

PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

Generasi muda adalah generasi yang baru saja menginjakkan kakinya di dunia
dewasa. Pada umumnya mereka masih mencari jati diri sebagai manusia yang ingin
dianggap dewasa. Sehingga setiap langkah yang diambil pada umumnya cenderung
mencoba – coba karena sifat keingintahuan manusia terhadap hal – hal yang dianggap
baru. Jika ternyata langkah yang mereka ambil salah tentunya akan berakibat sangat fatal.
Hal-hal tersebut adalah masa-masa rawan yang merupakan langkah awal yang sangat
harus diwaspadai oleh generasi muda. Generasi muda juga sangat mudah terbujuk oleh
hasutan orang-orang di sekitarnya. Selain itu generasi muda adalah masa di mana
persahabatan adalah segalanya, dan melakukan sesuatu bersama, jadi apabila salah satu
dari mereka ada yang memakai narkoba maka teman lainnya akan penasaran dan akhirnya
mereka mencoba juga. Dimana narkoba sangatlah dekat kaitanya dengan miras, rokok, dan
seks bebas yang menyebabkan HIV/AIDS .
Pada umumnya pengguna narkoba dengan jarum suntik adalah jenis ketergantungan
yang paling banyak digunakan oleh kaum muda. Dan cara ini pulalah yang paling rentan
terhadap penularan virus HIV/AIDS, sehingga banyak tunas – tunas bangsa yang layu
sebelum berkembang dan akhirnya memudarkan harapan untuk menjadi penerus bangsa.

4.2 SARAN
Seperti yang telah penulis uraikan pada bab sebelumnya bahwa HIV/AIDS adalah
penyakit yang berbahaya karena virus tersebut menyerang sistim kekebalan tubuh kita
dalam melaan segala penyakit. Untuk menghindari hal tersebut dapat penulis sarankan hal–
hal sebagai berikut :
1. Bagi yang belum terinfeksi virus HIV/AIDS sebaiknya :
 Belajar agar dapat mengendalikan diri;
 Memiliki prinsip hidup yang kuat untuk berkata “TIDAK” terhadap segala
jenis yang mengarah kepada narkoba dan psikotropika lainnya;
 Membentengi diri dengan agama;
 Menjaga keharmonisan keluarga karena pergaulan bebas sering kali menjadi
pelarian bagi anak – anak yang depresi.
2. Bagi penderita HIV/AIDS sebaiknya :
 Memberdayakan diri terhadap HIV/AIDS;
 Mencoba untuk hidup lebih lama;
 Mau berbaur dengan orang disekitarnya/lingkungan;
 Tabah dan terus berdoa untuk memohon kesembuhan.
3. Bagi keluarga penderita HIV/AIDS sebaiknya :
 Memotivasi penderita untuk terbiasa hidup dengan HIV/AIDS sehingga bisa
melakukan pola hidup sehat;
 Memotivasi penderita HIV/AIDS untuk mau beraktivitas dalam meneruskan
hidup yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA

Christine L. Mudge-Grout, 1992, Immunologic Disorders, Mosby Year Book, St. Louis.


Lyke, Merchant Evelyn, 1992. Assesing For Nursing Diagnosis : A Human Needs
Approach,
J.B. Lippincolt Company, London.
Doenges, Mailyn, 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai