Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

OTITIS MEDIA

DISUSUN OLEH :

NAMA : Dikky Koswara

NIM : 0433131490119012

PROGRAM STUDI PROFESI NERSREGULER

STIKES KHARISMA KARAWANG

Jl. Pangkal Perjuangan KM 1 By Pass Karawang

Tahun 2018
KONSEP DASAR

A. Definisi
Otitis media adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba
eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid (Ahmad Mufti, 2005). Otitis media
adalah inflamasi pada bagian telinga tengah. Otitis media sebenarnya adalah diagnosa
yang paling sering dijumpai pada anak – anak di bawah usia 15 tahun. Otitis Media
Akut adalah suatu infeksi pada telinga tengah yangdisebabkan karena masuknya
bakteri patogenik ke dalam telinga tengah(Smeltzer, 2001). Otitis Media Akut adalah
peradangan akut sebagian atau seluruhperiosteum telinga tengah
(Mansjoer,Arif,2001).

B. Etiologi
1. Disfungsi atau sumbatan tuba eustachius merupakan penyebab utama dari otitis
media yang menyebabkan pertahanan tubuh pada silia mukosa tubaeustachius
terganggu, sehingga pencegahan invasi kuman ke dalam telinga tengah juga akan
terganggu.
2. ISPA (infeksi saluran pernafasan atas), inflamasi jaringan di sekitarnya(misal :
sinusitis, hipertrofi adenoid), atau reaksi alergi (misalkan rhinitisalergika). Pada
anak-anak, makin sering terserang ISPA, makin besarkemungkinan terjadinya
otitis media akut (OMA). Pada bayi, OMAdipermudah karena tuba eustachiusnya
pendek, lebar, dan letaknya agak horisontal.
3. Bakteri yang umum ditemukan sebagai mikroorganisme penyebab adalah
Streptococcus peumoniae, Haemophylus influenza, Moraxella catarrhalis,dan
bakteri piogenik lain, seperti Streptococcus hemolyticus,Staphylococcus aureus,
E. coli, Pneumococcus vulgaris

C. Patofisiologi
Otitis media sering diawali dengan infeksi pada saluran napas (ISPA) yangdiebabkan
oleh bakteri, kemudian menyebar ke telinga tengah melewati tubaeustachius. Ketika
bakteri memasuki tuba eustachius maka dapat menyebabkaninfeksi dan terjadi
pembengkakan, peradangan pada saluran tersebut.

Proses peradangan yang terjadi pada tuba eustachius menyebabkan stimulasi


kelenjarminyak untuk menghasilkan sekret yang terkumpul di belakang membran
timpani.Jika sekret bertambah banyak maka akan menyumbat saluran
eustachius,sehingga pendengaran dapat terganggu karena membran timpani dan
tulang osikel(maleus, incus, stapes) yang menghubungkan telinga bagian dalam tidak
dapatbergerak bebas.

Selain mengalami gangguan pendengaran, klien juga akanmengalami nyeri pada


telinga.Otitis media akut (OMA) yang berlangsung selama lebih dari dua bulandapat
berkembang menjadi otitis media supuratif kronis apabila faktor hygienekurang
diperhatikan, terapi yang terlambat, pengobatan tidak adekuat, dan adanyadaya tahan
tubuh yang kurang baik.

D. Manifestasi Klinis
1. Otitis Media Akut
Gejala otitis media dapat bervariasi menurut beratnya infeksi dan bisa sangat
ringan dan sementara atau sangat berat. Keadaan ini biasanya unilateral pada
orang dewasa.
- Membran tymphani merah, sering menggelembung tanpa tonjolan
tulang yang dapat dilihat, tidak bergerak pada otoskopi pneumatic
(pemberian tekanan positif atau negative pada telinga tengah dengan
insulator balon yang dikaitkan ke otoskop), dapat mengalami perforasi.
- Otorrhea, bila terjadi rupture membrane tymphani
- Keluhan nyeri telinga ( otalgia )
- Demam
- Anoreksia
- Limfadenopati servikal anterior
2. Otitis Media Serosa
Pasien mungkin mengeluh kehilangan pendengaran, rasa penuh atau gatal dalam
telinga atau perasaan bendungan, atau bahkan suara letup atau berderik, yang terjadi
ketika tuba eustachii berusaha membuka. Membrane tymphani tampak kusam (warna
kuning redup sampai abu-abu pada otoskopi pneumatik, dan dapat terlihat gelembung
udara dalam telinga tengah. Audiogram biasanya menunjukkan adanya kehilangan
pendengaran konduktif.
3. Otitis Media Kronik
Gejala dapat minimal, dengan berbagai derajat kehilangan pendengaran dan terdapat
otorrhea intermitten atau persisten yang berbau busuk. Biasanya tidak ada nyeri
kecuali pada kasus mastoiditis akut, dimana daerah post aurikuler menjadi nyeri tekan
dan bahkan merah dan edema. Kolesteatoma, sendiri biasanya tidak menyebabkan
nyeri. Evaluasi otoskopik membrane timpani memperlihatkan adanya perforasi, dan
kolesteatoma dapat terlihat sebagai masa putih di belakang membrane timpani atau
keluar ke kanalis eksterna melalui lubang perforasi. Kolesteatoma dapat juga tidak
terlihat pada pemeriksaan oleh ahli otoskopi. Hasil audiometric pada kasus
kolesteatoma sering memperlihatkan kehilangan pendengaran konduktif atau
campuran.

E. Pemeriksaan Penunjang
o Otoscope untuk melakukan auskultasi pada bagian telinga luar
o Timpanogram untuk mengukur kesesuaian dan kekakuan membran timpany
o Kultur dan uji sensitifitas: dilakukan bila dilakukan timpanosesntesis (Aspirasi
jarum dari telinga tengah melalui membrane timpani)

F. Komplikasi
1. Peradangan telinga tengah (otitis media) yang tidak diberi terapi secara benar
dan adekuat dapat menyebar ke jaringan sekitar telinga tengahtermasuk ke
otak, namun ini jarang terjadi setelah adanya pemberianantibiotik.
2. Mastoiditis
3. Kehilangan pendengaran permanen bila OMA tetap tidak ditangani
4. Keseimbangan tubuh terganggu
5. Peradangan otak kejang
G. Penatalaksanaan
Penanganan local meliputi pembersihan hati-hati telinga menggunakan mikroskop dan
alat penghisap. Pemberian antibiotika atau pemberian bubuk antibiotika sering
membantu bila terdapat cairan purulen.Berbagai prosedur pembedahan dapat
dilakukan bila dengan penanganan obat tidak efektif. Dapat dilakukan timpanoplasti
dan yang paling sering adalah timpanoplasti-rekonstruksi bedah membrane timpani
dan osikulus.
Tujuan dari timpanoplasti adalah mengembalikan fungsi telinga tengah, menutup
lubang perforasi, telinga tengah, mencegah infeksi berulang, dan memperbaiki
pendengaran. Timpanoplasti dilakukan melalui kanalis auditorius eksternus, baik
secara transkanal atau melalui insisi aurikuler. Isis telinga tengah diinspeksi secara
teliti, dan hubungan antara osikulus dievalusi. Terputusnya rantai osikulus adalah
yang paling sering terjadi pada otitis media, namun masalah rekonstruksi juga akan
muncul dengan adanya malformasi telinga tengah dan dislokasi osikuler akibat cidera
kepala. Perbaikan dramatis pendengaran dapat terjadi stelah penutupan lubang
perforasi dan perbaikan kembali osikulus. Pembedahan biasanya dilakukan pada
pasien rawat jalan dengan anesthesia umum.
KONSEP KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1) Identitas klien
2) Riwayat kesehatan
o Riwayat kesehatan dahulu
Apakah ada kebiasaan berenang, apakah pernah menderita gangguan
pendengaran (kapan, berapa lama, pengobatan apa yang dilakukan,
bagaimana kebiasaan membersihkan telinga, keadaan lingkungan
tenan, daerah industri, daerah polusi), apakah riwayat pada anggota
keluarga.
o Riwayat kesehatan sekarang
Kaji keluhan kesehatan yang dirasakan pasien pada saat di anamnesa,
Seperti penjabaran dari riwayat adanya kelainan nyeri yang dirasakan.
o Riwayat kesehatan keluarga
o Mengkaji ada atau tidak salah satu keluarga yang mengalami penyakit
yang sama. Ada atau tidaknya riwayat infeksi saluran nafas atas yang
berulang dan riwayat alergi pada keluarga.
3) Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum klien
 Kepala
Lakukan Inspeksi,palpasi,perkusi dan di daerah telinga,dengan
menggunakan senter ataupun alat-alat lain nya apakah ada
cairan yang keluar dari telinga,bagaimana warna, bau, dan
jumlah.apakah ada tanda-tanda radang.
 Kaji adanya nyeri pada telinga
 Leher, Kaji adanya pembesaran kelenjar limfe di daerah leher
 Dada / thorak
 Jantung
 Perut / abdomen
 Genitourinaria
 Ekstremitas
 Sistem integumen
 Sistem neurologi
 Data pola kebiasaan sehari-hari
2. Nutrisi
Bagaimana pola makan dan minum klien pada saat sehat dan sakit,apakah ada
perbedaan konsumsi diit nya.
3. Eliminasi
Kaji miksi,dan defekasi klien
4. Aktivitas sehari-hari dan perawatan diri
Biasanya klien dengan gangguan otitis media ini,agak susah untk berkomunikasi
dengan orang lain karena ada gangguan pada telinga nya sehingga ia kurang
mendengar/kurang nyambung tentang apa yang di bicarakan orang lain.
5. Pemeriksaan diagnostik
- Tes Audiometri : AC menurun
- X ray : terhadap kondisi patologi
- Tes berbisik
- Tes garpu tala

B. Diagnosa
1. Gangguan rasa nyaman (nyeri)
2. Gangguan berkomunikasi
3. Perubahan persepsi/sensori

C. Intervensi

No D i a g n o s a Tujuan & Kriteria Hasil I n t e r v e n s i


1 Gangguan rasa nyaman (nyeri) Tujuan : Nyeri berkurang atau hilang  Aja r ka n te k ni k re la ksa si pa da k li e n de n ga n me ng aja r ka n te k n i k re la k sas i ( mi sal n ya : ber na fas p er la ha n, te ra t ur, ata u nafas dal am )
 Kolaborasikan dengan tim medis dalam pemberian analgetik
Kriteria hasil :Nyeri yang dirasakan kien berkurang dengan skala 2-0 darirentang skala 0-10  Kaji kembali nyeri yang dirasa oleh klien setelah 30 menitpemberian analgetik
 Beri informasi kepada klien dan keluarga tentang penyebab nyeriyang dirasa

2 Gangguan berkomunikasi Tujuan : Klien dapat kembali mendengar dan melakukan komunikasi  Dapatkan apa metode komunikasi yang dinginkan dan catat padarencana perawatan metode yang digunakan oleh staf dan klien, seperti : tulisan, berbicara, ataupun bahasa isyarat.
 Kaji kemampuan untuk menerima pesan secara verbal. Jika ia dapat mendegar pada satu telinga, berbicara denganperlahan dan dengan jelas langsung ke telinga yang baik (hal inilebih baik daripad
K r i t e r i a h a s i l :  Tempatkan klien dengan telinga yang baik berhadapandengan pintu.
 Dekati klien dari sisi telinga yang baik.Jika klien dapat membaca ucapan
 Klien dapat melakukan komunikasi dengan baik  Lihat langsung pada klien dan bicaralah lambat dan jelas.
 Menerima pesan melalui metoda pilihan (misal : komunikasitulisan, bahasa lambang, berbicara dengan jelas pada telinga yangbaik.  Hindari berdiri di depan cahaya karena dapatmenyebabkan klien tidak dapat membaca bibir anda.
 Perkecil distraksi yang dapat menghambat konsentrasi klien.
 Minimalkan percakapan jika klien kelelahan atau gunakankomunikasi tertulis.
 Tegaskan komunikasi penting dengan menuliskan ya. Jika ia hanya mampu bahasa isyarat, sediakan penerjemah.Alamatkan semua komunikasi pada klien, tidak kepadapenerjemah. Jadi seolah-ola
 Gunakan faktor-faktor yang meningkatkan pendengaran danpemahaman
 Bicara dengan jelas, menghadap individu.
 Ulangi jika klien tidak memahami seluruh isi pembicaraan.
 Gunakan rabaan dan isyarat untuk meningkatkan komunikasi.
 Validasi pemahaman individu dengan mengajukan pertanyaanyang memerlukan jawaban lebih dari ya dan tidak.

3 Perubahan persepsi/sensoris Tujuan : Persepsi / sensoris baik.  Ajarkan klien untuk menggunakan dan merawat alat pendengaransecara tepat
 Instruksikan klien untuk meng unakan teknik-teknik yang amandalam perawatan telinga (seperti: sa t membersihkan denganmeng unakan cut on bud secara hati-hati, sementara waktu hindariber
Kriteria hasil : Klien akan mengalami peningkatan persepsi/sensoris pendengaransampai pada tingkat fungsional  Observasi tanda-tanda awal kehilangan pendengaran yang lanjut.
 Instruksikan klien untuk menghabiskan seluruh dosis antibiotik yang diresepkan (baik itu antibiotik sistemik maupun lokal).
DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer Arif dkk. 2000.Kapita Selekta Kedokteran Jilid I . MediaAesculapius Fakultas


Kedokteran Indonesia.Jakarta.

Soepardi, Efiaty Arsyad & Nurbaiti Iskandar. 1998

Sjamsuhidajat & Wim De Jong. 1997

Anda mungkin juga menyukai