Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN DIABETES MELITUS

I. Konsep Dasar
A. Pengertian
Diabetes mellitus adalah gangguan metabolisme yang di tandai
dengan hiperglikemia yang berhubungan dengan abnormalitas
metabolisme karbohirdat, lemak, dan protein yang di sebabkan oleh
penurunan sekresi insulin atau penurunan sensitivitas insulin atau kedua
nya dan menyebabkan komplikasi kronis mikrovaskular, makrovaskular,
dan neropati. (Yuliana Elin, 2009).
Diabetes Melitus adalah merupakan penyakit metabolik kronik
yang terjadi akibat kurangnya produksi insulin dengan adanya kelainan
metabolisme karbohidrat, protein dan lemak. (Medical Surgical Nursing,
Brunner and Suddarth, 2002).
Diabetes Mellitus adalah keadaan hyperglikemia kronis yang
disebabkan oleh faktor lingkungan dan keturunan secara bersama-sama,
mempunyai karakteristik hyperglikemia kronis yang tidak dapat
disembuhkan tetapi dapat dikontrol (WHO).
Diabetes Melitus adalah sekumpulan penyakit genetik dan
gangguan heterogen yang secara klinis ditandai dengan ketidaknormalan
dalam keseimbangan kadar glukosa yaitu hiperglikemia (Lewis, 2000).

B. Klasikifakasi
1. Insulin Dependen Diabetes Mellitus (IDDM)

Di sebabkan oleh destruksi sel beta pulau langerhans akibat


proses auto imun. Memerlukan therapi insulin karena pankreas tidak
dapat memproduksi insulin atau produksinya sangat sedikit. Penderita
tergantung pada pemberian insulin untuk mencegah terjadinya
ketoasidosis dan mempertahankan hidup. Biasanya pada anak-anak
atau usia muda dapat disebabkan karena keturunan.
2. Non Insulin Dependen Diabetes Mellitus (NIDDM)

Di sebabkan oleh kegagalan relatif sel beta dan resistensi


insulin. Rensitensi insulin adalah kemampuan insulin untuk
merangsang pengambilan glukosa oleh jaringan perifer dan untuk
menghambat produksi glukosa oleh hati. NIDDM terbagi dua yaitu:

1) Tipe II dengan obesitas


2) Tipe II tanpa obesitas

3. Diabetes Gestasional (diabetes kehamilan)

Intoleransi glukosa selama kehamilan, tidak dikelompokkan


kedala NIDDM pada pertengahan kehamilan meningkat sekresi
hormon pertumbuhan dan hormon chorionik somatomamotropin
(HCS). Hormon ini meningkat untuk mensuplai asam amino dan
glukosa ke fetus. Pengendalian diabetes yang buruk (hiperglikemia
pada saat pembuahan dapat di sertai timbulnya malformasi kongenital
karena alasan inilah, wanita yang menderita diabetes harus
mengendalikan penyakitnya dengan baik sebelum konsepsi terjadi dan
sepanjang kehamilannya. Dianjurkan agar wanita yang menderita
diabetes sudah memulai program terapi yang intensif.

C. Etiologi
1. DM tipe I (IDDM)

Diabetes Melitus tipe I ditandai oleh penghancuran sel-sel beta


pankreas. Kombinasi faktor genetik, imunologi dan mungkin pula
lingkungan (misalnya, infeksi virus) diperkirakan turut menimbulkan
destruksi sel beta.

a. Faktor-faktor genetik
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri, tetapi
mewarisi suatu predisposisi atau kecendrungan genetik ke arah
terjadinya Diabetes Melitus tipe I. Kecendrungan genetik ini
ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen HLA (human
leococyte antigen) tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang
bertanggung jawab atas antigen trasplantasi dan proses imun
lainnya.
b. Faktor-faktor imunologi
Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon autoimun.
Respon ini merupakan respon abnormal dimana antibodi terarah pada
jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan
tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing
(Smeltzer Suzanne C, 2001).
c. Virus dan bakteri
Virus penyebab DM adalah rubela, mumps, dan human
coxsackievirus B4. Melalui mekanisme infeksi sitolitik dalam sel
beta, virus ini mengakibatkan destruksi atau perusakan sel. Bisa juga,
virus ini menyerang melalui reaksi autoimunitas yang menyebabkan
hilangnya otoimun dalam sel beta. Diabetes Melitus akibat bakteri
masih belum bisa dideteksi. Namun, para ahli kesehatan menduga
bakteri cukup berperan menyebabkan DM.
d. Bahan toksik atau beracun
Bahan beracun yang mampu merusak sel beta secara langsung adalah
alloxan, pyrinuron (rodentisida), dan streptozoctin (produk dari
sejenis jamur). Bahan lain adalah sianida yang berasal dari singkong
(Maulana Mirza, 2009).

2. DM tipe II (NIDDM)

Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan


gangguan sekresi insulin pada diabetes tipe II masih belum diketahui.
Faktor genetik diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya
resistensi insulin.
Faktor resiko yang Berhubungan dengan proses terjadinya diabetes
tipe II: usia, obesitas, riwayat dan keluarga.

Lebih dari 8 diantara 10 penderita diabetes tipe II adalah mereka


yang kelewat gemuk. Makin banyak jaringan lemak, jaringan tubuh dan
otot akan makin resisten terhadap kerja insulin, terutama bila lemak tubuh
atau kelebihan berat badan terkumpul di daerah sentral atau perut (central
obesity). Lemak ini akan memblokir kerja insulin sehingga glukosa tidak
dapat diangkut ke dalam sel dan menumpuk dalam peredaran darah.

Resiko terkena diabetes akan meningkat dengan bertambahnya


usia, terutama di atas 40 tahun. Namun, belakangan ini, dengan makin
banyaknya anak yang mengalami obesitas, angka kejadian diabetes tipe II
pada anak dan remaja pun meningkat.

D. Tanda dan Gejala

Penderita diabetes melitus umumnya menampakkan tanda dan gejala


dibawah ini meskipun tidak semua dialami oleh penderita :

1. Jumlah urine yang dikeluarkan lebih banyak (Polyuria)


2. Sering atau cepat merasa haus/dahaga (Polydipsia)
3. Lapar yang berlebihan atau makan banyak (Polyphagia)
4. Frekuensi urine meningkat/kencing terus (Glycosuria)
5. Kehilangan berat badan yang tidak jelas sebabnya
6. Kesemutan/mati rasa pada ujung syaraf ditelapak tangan & kaki
7. Cepat lelah dan lemah setiap waktu
8. Mengalami rabun penglihatan secara tiba-tiba
9. Apabila luka/tergores lambat penyembuhannya
10. Mudah terkena infeksi terutama pada kulit.

Kondisi kadar gula yang drastis menurun akan cepat menyebabkan


seseorang tidak sadarkan diri bahkan memasuki tahapan koma. Gejala
diabetes melitus dapat berkembang dengan cepat waktu ke waktu dalam
hitungan minggu atau bulan, terutama pada seorang anak yang menderita
penyakit diabetes mellitus tipe 1.

Lain halnya pada penderita diabetes mellitus tipe 2, umumnya mereka


tidak mengalami berbagai gejala diatas. Bahkan mereka mungkin tidak
mengetahui telah menderita kencing manis.

Menurut Supartondo, gejala-gejala akibat DM pada usia lanjut yang


sering ditemukan adalah :

1. Katarak
2. Glaukoma
3. Retinopati
4. Gatal seluruh badan
5. Pruritus Vulvae
6. Infeksi bakteri kulit
7. Infeksi jamur di kulit
8. Dermatopati
9. Neuropati perifer
10. Neuropati visceral
11. Amiotropi
12. Ulkus Neurotropik
13. Penyakit ginjal
14. Penyakit pembuluh darah perifer
15. Penyakit koroner
16. Penyakit pembuluh darah otak
17. Hipertensi
- Faktor genetik
Ketidakseimbangan Gula dalam darah tidak dapat Anabolisme protein menurun
- Infeksi virus Kerusakan sel beta produksi insulin dibawa masuk dalam sel
- Pengerusakan imunologik
Kerusakan pada antibodi
Dieresis osmotik Glukosuria Batas melebihi ambang ginjal Hiperglikemia
Kekebalan tubuh menurun
Poliuri  Retensi Urine

Vikositas darah meningkat Koma Diabetik Syok Hiperglikemik


Kehilangan elektrolit
dalam sel
Aliran darah lambat
Resiko Infeksi Neuropati sensori perifer
Dehidrasi
Iskemik jaringan
Klien tidak merasa
Resiko Peningkatan asam sakit
Ketidakseimbangan Ketidakefektifan perfusi
amino dalam sirkulasi
Elektrolit jaringan perifer
Nekrosis Luka
Penurunan massa otot
Kehilangan kalori Protein dan lemak dibakar Ansietas Gangren

Sel kekurangan bahan Kelemahan


BB menurun
untuk metabolisme Kerusakan integritas
Gangguan Citra
Tubuh Jaringan
Merangsang hipotalamus Keletihan Intoleransi
aktivitas

Pusat lapar dan haus

Polidipsia dan polipagia Ketidakseimbangan nutrisi


kurang dari kebutuhan tubuh Sumber: Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis &
NANDA NIC-NOC
E. Patofisiologi

Pada keadaan normal kurang lebih 50% glukosa yang dimakan


mengalami metabolisme sempurna menjadi CO2 dan air, 10% menjadi
glikogen dan 20% sampai 40% diubah menjadi lemak. Pada Diabetes Mellitus
semua proses tersebut terganggu karena terdapat defisiensi insulin.
Penyerapan glukosa kedalam sel macet dan metabolismenya terganggu.
Keadaan ini menyebabkan sebagian besar glukosa tetap berada dalam sirkulasi
darah sehingga terjadi hiperglikemia.

Penyakit Diabetes Mellitus disebabkan oleh karena gagalnya hormon


insulin. Akibat kekurangan insulin maka glukosa tidak dapat diubah menjadi
glikogen sehingga kadar gula darah meningkat dan terjadi hiperglikemi. Ginjal
tidak dapat menahan hiperglikemi ini, karena ambang batas untuk gula darah
adalah 180 mg% sehingga apabila terjadi hiperglikemi maka ginjal tidak bisa
menyaring dan mengabsorbsi sejumlah glukosa dalam darah. Sehubungan
dengan sifat gula yang menyerap air maka semua kelebihan dikeluarkan
bersama urine yang disebut glukosuria. Bersamaan keadaan glukosuria maka
sejumlah air hilang dalam urine yang disebut poliuria. Poliuria mengakibatkan
dehidrasi intra selluler, hal ini akan merangsang pusat haus sehingga pasien
akan merasakan haus terus menerus sehingga pasien akan minum terus yang
disebut polidipsi.

Produksi insulin yang kurang akan menyebabkan menurunnya


transport glukosa ke sel-sel sehingga sel-sel kekurangan makanan dan
simpanan karbohidrat, lemak dan protein menjadi menipis. Karena digunakan
untuk melakukan pembakaran dalam tubuh, maka klien akan merasa lapar
sehingga menyebabkan banyak makan yang disebut poliphagia. Terlalu
banyak lemak yang dibakar maka akan terjadi penumpukan asetat dalam darah
yang menyebabkan keasaman darah meningkat atau asidosis. Zat ini akan
meracuni tubuh bila terlalu banyak hingga tubuh berusaha mengeluarkan
melalui urine dan pernapasan, akibatnya bau urine dan napas penderita berbau
aseton atau bau buah-buahan. Keadaan asidosis ini apabila tidak segera diobati
akan terjadi koma yang disebut koma diabetik
Akibat yang lain adalah astenia atau kekurangan energi sehingga
pasien menjadi cepat telah dan mengantuk yang disebabkan oleh
berkurangnya atau hilangnya protein tubuh dan juga berkurangnya
penggunaan karbohidrat untuk energi.

Hiperglikemia yang lama akan menyebabkan arterosklerosis,


penebalan membran basalis dan perubahan pada saraf perifer. Ini akan
memudahkan terjadinya gangren.

Aterosklerosis menyebabkan aliran darah ke seluruh tubuh terganggu,


pada organ ginjal akan terlihat adanya proteinuria, hipertensi mencetuskan
hilangnya fungsi ginjal dan terjadi insufisiensi ginjal. Pada organ mata terjadi
pandangan kabur. Sirkulasi ekstremitas bawah yang buruk mengakibatkan
neuropati perifer dengan gejala antara lain : kesemutan, parastesia, baal,
penurunan sensitivitas terhadap panas dan dingin. Akibat lain dari gangguan
sirkulasi ekstremitas bawah yaitu lamanya penyembuhan luka karena
kurangnya O2 dan ketidakmampuan fagositosis dari leukosit yang
mengakibatkan gangren. DM Tipe II (NIDDM) terjadi resistensi insulin dan
gangguan sirkulasi insulin yang secara normal akan terikat dengan reseptor
khusus pada permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya insulin dengan reseptor
tersebut, terjadi suatu reaksi dalam metabolisme glukosa dalam sel. Resistensi
insulin pada tipe II disertai dengan penurunan reaksi intrasel, dengan demikian
insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh
jaringan.

F. Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan yang dilakukan sebagai penunjang diagnostik medis antara


lain:

1. Pemeriksaan gula darah

Orang dengan metabolisme yang normal mampu mempertahankan


kadar gula darah antara 70-110 mg/dl (engliglikemi) dalam kondisi asupan
makanan yang berbeda-beda. Test dilakukan sebelum dan sesudah makan
serta pada waktu tidur.

2. Pemeriksaan dengan Hb

Dilakukan untuk pengontrolan DM jangka lama yang merupakan


Hb minor sebagai hasil dari glikolisis normal.

3. Pemeriksaan Urine

Pemeriksaan urine dikombinasikan dengan pemeriksaan glukosa


darah untuk memantau kadar glukosa darah pada periode waktu diantara
pemeriksaan darah. Tanda awal yang dapat diketahui bahwa seseorang
menderita DM atau kencing manis yaitu dilihat langsung dari efek
peningkatan kadar gula darah, dimana peningkatan kadar gula dalam darah
mencapai nilai 160 - 180 mg/dL dan air seni (urine) penderita kencing
manis yang mengandung gula (glucose), sehingga urine sering dilebung
atau dikerubuti semut.

G. Penatalaksanaan

Dalam jangka pendek pelaksanaan diabetes mellitus bertujuan untuk


menghilangkan keluhan gejala diabetes mellitus. Sedangkan tujuan jangka
panjangnya adalah untuk mencegah kadar glukosa lipid dan insulin. Untuk
mempermudahkan tercapainya tujuan tersebut kegiatan dilaksanakan dalam
bentuk pengelolaan pasien secara holistik dan mengajarkan kegiatan mandiri,
untuk pasien berumur 60 tahun keatas sasaran glukosa darah lebih tinggi dari
biasa (puasa < 150 mg/dl dan sesudah makan < 200 mg/dl).

Kerangka ukuran pelaksanaan diabetes mellitus adalah perencanaan


makan, latihan jasmani, obat hipoglikemik dan penyuluhan.
II. Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
1. Identitas

Dalam mengkaji identitas beberapa data didapatkan adalah nama


klien, umur, pekerjaan orang tua, pendidikan orang tua, agama, suku,
alamat. Dalam identitas data/ petunjuk yang dapat kita prediksikan adalah
Umur, karena seseorang memiliki resiko tinggi untuk terkena diabetes
mellitus tipe II pada umur diatas 40 tahun.

2. Keluhan Utama

Pasien diabetes mellitus dating kerumah sakit dengan keluhan


utama yang berbeda-beda. Pada umumnya seseorang dating kerumah sakit
dengan gejala khas berupa polifagia, poliuria, polidipsia, lemas, dan berat
badan turun.

3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Penyakit Dahulu

Pada pengkajian riwayat penyakit dahulu akan didapatkan


informasi apakah terdapat factor-faktor resiko terjadinya diabetes
mellitus misalnya riwayat obesitas, hipertensi, atau juga aterosclerosis

b. Riwayat Penyakit Sekarang

Pengkajian pada RPS berupa proses terjadinya gejala khas dari


DM, penyebab terjadinya DM serta upaya yang telah dilakukan oleh
penderita untuk mengatasinya.

c. Riwayat Kesehatan Keluarga

Kaji adanya riwayat keluarga yang terkena diabetes mellitus,


hal ini berhubungan dengan proses genetic dimana orang tua dengan
diabetes mellitus berpeluang untuk menurunkan penyakit tersebut
kepada anaknya.
4. Pola Aktivitas
a. Pola Nutrisi

Akibat produksi insulin tidak adekuat atau adanya defisiensi


insulin maka kadar gula darah tidak dapat dipertahankan sehingga
menimbulkan keluhan sering kencing, banyak makan, banyak minum,
berat badan menurun dan mudah lelah. Keadaan tersebut dapat
mengakibatkan terjadinya gangguan nutrisi dan metabolisme yang
dapat mempengaruhi status kesehatan penderita.

b. Pola Eliminasi

Adanya hiperglikemia menyebabkan terjadinya diuresis


osmotik yang menyebabkan pasien sering kencing (poliuri) dan
pengeluaran glukosa pada urine (glukosuria). Pada eliminasi alvi
relatif tidak ada gangguan.

c. Pola Istirahat dan Tidur

Adanya poliuri, dan situasi rumah sakit yang ramai akan


mempengaruhi waktu tidur dan istirahat penderita, sehingga pola tidur
dan waktu tidur penderita

d. Pola Aktivitas

Adanya kelemahan otot – otot pada ekstermitas menyebabkan


penderita tidak mampu melaksanakan aktivitas sehari-hari secara
maksimal, penderita mudah mengalami kelelahan.

e. Pola persepsi dan konsep diri

Adanya perubahan fungsi dan struktur tubuh akan


menyebabkan penderita mengalami gangguan pada gambaran diri.
lamanya perawatan, banyaknya biaya perawatan dan pengobatan
menyebabkan pasien mengalami kecemasan dan gangguan peran pada
keluarga (self esteem).
f. Pola sensori dan kognitif

Pasien dengan diabetes mellitus cenderung mengalami


neuropati/mati rasa pada kaki sehingga tidak peka terhadap adanya
trauma.

g. Pola seksual dan reproduksi

Angiopati dapat terjadi pada sistem pembuluh darah di organ


reproduksi sehingga menyebabkan gangguan potensi sek, gangguan
kualitas maupun ereksi, serta memberi dampak pada proses ejakulasi
serta orgasme.

h. Pola mekanisme stres dan koping

Lamanya waktu perawatan, perjalanan penyakit yang kronik,


perasaan tidak berdaya karena ketergantungan menyebabkan reaksi
psikologis yang negatif berupa marah, kecemasan, mudah tersinggung
dan lain – lain, dapat menyebabkan penderita tidak mampu
menggunakan mekanisme koping yang konstruktif / adaptif.

5. Pengkajian Fisik
1. Keadaan Umum
Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi badan,
berat badan dan tanda – tanda vital.
2. Head to Toe
a. Kepala Leher
Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran pada
leher, telinga kadang-kadang berdenging, adakah gangguan
pendengaran, lidah sering terasa tebal, ludah menjadi lebih
kental, gigi mudah goyah, gusi mudah bengkak dan berdarah,
apakah penglihatan kabur/ganda, diplopia, lensa mata keruh.
b. Sistem integumen
Kaji Turgor kulit menurun pada pasien yang sedang mengalami
dehidrasi, kaji pula adanya luka atau warna kehitaman bekas
luka, kelembaban dan suhu kulit di daerah sekitar ulkus dan
gangren, kemerahan pada kulit sekitar luka, tekstur rambut dan
kuku.
c. Sistem pernafasan
Adakah sesak nafas menandakan pasien mengalami diabetes
ketoasidosis, kaji juga adanya batuk, sputum, nyeri dada. Pada
penderita DM mudah terjadi infeksi.
d. Sistem kardiovaskuler
Perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah atau berkurang,
takikardi/bradikardi, hipertensi/hipotensi, aritmia, kardiomegalis.
Hal ini berhubungan erat dengan adanya komplikasi kronis pada
makrovaskuler.
e. Sistem urinary
Poliuri, retensio urine, inkontinensia urine, rasa panas atau sakit
saat berkemih. Kelebihan glukosa akan dibuang dalam bentuk
urin.
f. Sistem muskuloskeletal
Adanya katabolisme lemak, Penyebaran lemak dan, penyebaran
masa otot, berubah. Pasien juga cepat lelah, lemah.
g. Sistem neurologis
Berhubungan dengan komplikasi kronis yaitu pada system
neurologis pasien sering mengalami penurunan sensoris,
parasthesia, anastesia, letargi, mengantuk, reflek lambat, kacau
mental, disorientasi.

6. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah meliputi : GDS > 200 mg/dl, gula darah puasa
>120 mg/dl dan dua jam post prandial > 200 mg/dl.
b. Urine
Pemeriksaan didapatkan adanya glukosa dalam urine. Pemeriksaan
dilakukan dengan cara Benedict (reduksi). Hasil dapat dilihat
melalui perubahan warna pada urine : hijau (+), kuning (++),
merah (+++), dan merah bata (++++).
c. Kultur pus
Mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan antibiotik
yang sesuai dengan jenis kuman.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakmampuan untuk mengabsorpsi nutrien
2. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan
hiperglikemia
3. Kerusakan integritas jaringan berhubungan faktor nutrisi
4. Resiko infeksi berhubungan dengan penyakit kronis diabetes melitus
5. Intoleransi aktivitas berhubungan kelemahan umum
C. Rencana Keperawatan

No. Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


1. Ketidakseimbangan nutrisi Domain II : Kesehatan Fisiologis A. Manajemen Nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh Kelas K : Pencernaan dan Nutrisi  Monitor kalori dan asupan nutrisi
berhubungan dengan Outcomes : sejauh mana nutrisi dicerna dan  Tawarkan makanan yang ringan yang padat
ketidakmampuan untuk diserap untuk memenuhi kebutuhan bergizi
mengabsorpsi nutrien metabolic.  Tentukan jumlah kalori dan jenis nutrisi yang
Setelah dilakukan tindakan 3x 24 jam klien dibutuhkan untuk memenuhi persyaratan gizi
dengan Status Nutrisi Teratasi dengan Kriteria  Anjurkan keluarga untuk membawa makanan
Hasil: favorit pasien sementara (pasien) berada di
rumah sakit atau fasilitas perawat, yang
100401 Asupan Nutrisi Adekuat sesuai
100402 Asupan Makan
100403 Energi B. Manajemen Mual
100405 Rasio Berat badan/ Tinggi badan  Kendalikan faktor-faktor yang mungkin
membangunkan mual (bau yang tidak
menyenagkan, suara dan stimulasi visual
yang tidak menyenagkan)
 Ajarkan penggunaan teknik nonfarma-
kologi (bio-feedback, hypnosis, relaksasi,
imajinasi terbimbing, terapi music)
 Tingkatkan istirahat dan tidur yang cukup
untuk memfasilitasi pengurangan mual
 Berikan informasi mengenai mual, seperti
penyebab mual dan berapa lama itu akan
berlangsung

C. Kesiapan Meningkatkan Nutrisi


 Monitor nutrisi
 Pendidikan kesehatan
 Manajemen hipoglikemi
 Konseling nutrisi
 Bantuan modifikasi diri
2. Ketidakefektifan perfusi Domain II Kesehatan Fisiologis Manajemen Hiperglikemi
jaringan perifer berhubungan Level 2 kelas AA Respon Terapeutik  Monitor kadar glukosa darah, sesuai indikasi
dengan diabetes melitus Level 3 Outcomes Kadar Glukosa Darah  Monitor tanda dan gejala hiperglikei:
Outcomes: Tingkat kadar glukosa darah poliuria, polidipsi, polifagi, kelemahan,
dalam plasma dan urin yang berada dalam malase, pandangan kabur atau sakit kepala
rentang normal.  Monitor ketonuri
Setelah dilakukan tindakan 3x 24 jam klien  Monitor AGD, elektrolit dan kadar
dengan Ketidakefektifan perfusi jaringan berahidroksibutirat
perifer Teratasi dengan Kriteria Hasil:  Monitor nadi dan tekanan darah
2300 Glukosa darah dalam batas normal  Berikan insulin, sesuai resep
 Dorong asupan cairan oral
 Monitor status cairan
 Identifikasi kemungkinan penyebab
hiperglikemi
 Fasilitasi kepatuhan terhadap diet dan
regimen latihan
3. Kerusakan integritas jaringan Domain II Kesehatan Fisiologis Domain II Fisiologis Kompleks
berhubungan faktor nutrisi Level 2 kelas L Integritas Jaringan Level 2 kelas L Manajemen kulit/luka
Level 3 Outcomes Penyembuhan luka: Perawatan Luka
Sekunder  Angkat balutan dan pkester perekat
Outcomes: Tingkat regenerasi sel dan  Monitor karakteristik luka, termasuk
jaringam pada luka terbuka. drainase, warna, ukuran dan bau
Setelah dilakukan tindakan 5 x 24 jam klien  Ukur luas luka
dengan Kerusakan integritas jaringan Teratasi  Berikan perawatan ulkus pada kulit
dengan Kriteria Hasil:  Berikan balutan yang sesuai dengan jenis
110301 Granulasi luka
110320 Pembentukan bekas luka  Pertahankan jenis balutan steril ketika
110321 Ukuran luka berkurang melakukan perawatan luka
110317 Bau busuk luka berkurang  Ganti balutan sesuai dengan jumlah eksudat
dan drainase
 Periksa luka setiap kali perubahan balutan
 Bandingkan dan catat setiap perubaha luka
 Anjurkan pasien dan keluarga mengenal
tanda dan gejala infeksi
 Dokumentasikan lokasi luka, ukuran dan
tampilan
4. Resiko infeksi berhubungan Domain II Kesehatan Fisiologis Domain II Fisiologis Kompleks
dengan penyakit kronis Level 2 Kelas H Respon Imun Level 2 kelas L Manajemen kulit/luka
diabetes melitus Level 3 Keparahan Infeksi Perawatan Luka
Outcomes: keparahan tanda dan gejala infeksi  Angkat balutan dan pkester perekat
Setelah dilakukan tindakan 3x 24 jam klien  Monitor karakteristik luka, termasuk
dengan Resiko infeksi tidak terjadi dengan drainase, warna, ukuran dan bau
Kriteria Hasil:  Ukur luas luka
070301 kemerahan  Berikan perawatan ulkus pada kulit
070303 cairan luka yang berbau busuk  Berikan balutan yang sesuai dengan jenis
070333 nyeri luka
070327 depresi jumlah sel darah putih  Pertahankan jenis balutan steril ketika
melakukan perawatan luka
 Ganti balutan sesuai dengan jumlah eksudat
dan drainase
 Periksa luka setiap kali perubahan balutan
 Bandingkan dan catat setiap perubaha luka
 Anjurkan pasien dan keluarga mengenal
tanda dan gejala infeksi
 Dokumentasikan lokasi luka, ukuran dan
tampilan
5. Intoleransi aktivitas Domain I Fungsi Kesehatan Domain I Fisiologis Dasar
berhubungan kelemahan Level 2 kelas A Pemeliharaan Energi Level 2 Kelas A Manajemen Aktivitas dan Latihan
umum Level 3 Toleransi terhadap Aktvitas Level 3 Manajemen Energi
Outcomes: Respon fisiologis trhadap Manajemen Energi
pergerakan yang memerlukan energi dalam  Kaji status fisiologis pasien yang
aktivitas sehari-hari. menyebabkan kelelahan
 Gunakan instrumen yang valid untuk
Setelah dilakukan tindakan 3x 24 jam klien mengukur kelelahan
dengan Intoleransi aktivitas tidak terjadi  Pilih intervensi untuk mengurangi kelelahan
dengan Kriteria Hasil: baik secara farmakologis maupun non
000501 saturasi oksigen ketika beraktivitas farmakologis
000502 frekuensi nadi ketika beraktivitas  Monitor intake/asupan nutrisi untuk
000503 frekuensi pernapasan ketika mengetahui sumber energi yang adekuat
beraktivitas  Lakukan ROM aktif/pasif untuk
000510 jarak berjalan menghilangkan keteganagan otot
000517 kekuatan tubuh bagian bawah  Anjurkan periode istirahat dan kegiatan
secara bergantian
 Instruksikan pasien/orang terdekat mengenai
kelelahan
 Instruksikan pasien/orang terdekat mengenai
teknik perawatan diri yang memungkinkan
penggunaan energi sehemat mungkin
DAFTAR PUSTAKA

Bulechek, Gloria M., dkk. 2013. Nursing Interventions Classification (NIC) Edisil
ke Enam. Oxford: Elsevier
NANDA Internasional Inc. 2015. Diagnosis Keperawatan: Definisi & Klasifikasi
2015-2017, Edisi 10. Jakarta: EGC.
Herdman, T. Heather. Nanda International Inc. 2015. (2015). Diagnosis Keperawa
tan Definisi & Klasifikasi 2015-2017. Jakarta: EGC
Moorhead, Sue., dkk. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC) Edisi ke Li
ma. Oxford: Elsevier

Anda mungkin juga menyukai