Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA SISTEM ENDOKRIN: DIABETES MELITUS

A. Definisi
Diabetes Mellitus (DM) adalah penyakit metabolik yang kebanyakan herediter,
demam tanda – tanda hiperglikemia dan glukosuria, disertai dengan atau tidak adanya
gejala klinik akut ataupun kronik, sebagai akibat dari kuranganya insulin efektif di
dalam tubuh, gangguan primer terletak pada metabolisme karbohidrat yang biasanya
disertai juga gangguan metabolisme lemak dan protein.

B. Etiologi
1. Diabetes Mellitus tergantung Insulin (DM Tipe I)
a. Faktor Genetik
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe itu sendiri tetapi mewarisi
suatu presdisposisi atau kecenderungan genetik kearah terjadinya diabetes tipe
I. Kecenderungan genetik ini ditentukan pada individu yang memililiki tipe
antigen HLA (Human Leucocyte Antigen) tertentu. HLA merupakan kumpulan
gen yang bertanggungjawab atas antigen tranplantasi dan proses imunlainnya.
b. Faktor Imunologi
Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon autoimun. Ini
merupakan respon abnormal dimana antibody terarah pada jaringan normal
tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya
seolah-olah sebagai jaringan asing.
c. Faktor Lingkungan
Faktor eksternal yang dapat memicu destruksisel β pancreas, sebagai
contoh hasil penyelidikan menyatakan bahwa virus atau toksin tertentu dapat
memicu proses autoimun yang dapat menimbulkan destuksisel β pancreas.
2. Diabetes Mellitus tak tergantung Insulin (DM Tipe II)
Diabetes Mellitus tipe II disebut juga Diabetes Mellitus tidak tergantung
insulin (DMTTI) atau Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM) yang
merupakan suatu kelompok heterogen bentuk-bentuk Diabetes yang lebih ringan,
terutama dijumpai pada orang dewasa, tetapi terkadang dapat timbul pada masa

1
kanak-kanak. Faktor risiko yang berhubungan dengan proses terjadinya DM tipe
II, diantaranya adalah:
a. Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 tahun)
b. Obesitas
c. Riwayat keluarga
d. Kelompok etnik

C. Patofisiologi
1. Diabetes Melitus Tipe I
Pada diabetes tipe 1 terdapat ketidak mampuan untuk menghasilkan
insulin karena sel-sel beta pancreas telah dihancurkan oleh proses autoimun.
Hiperglikemia puasa terjadi akibat produksi glukosa yang tidak terukur oleh
hati. Disamping itu, glukosa yang berasal dari makanan tidak dapat disimpan
dalam hati meskipun tetap berada dalam darah dan menimbulkan
hiperglikemia postprandial (sesudah makan). Jika konsentrasi glukosa dalam
darah cukup tinggi, ginjal tidak dapat menyerap kembali semua glukosa yang
tersaring keluar, akibatnya glukosa tersebut muncul dalam urin (glukosuria).
Ketika glukosa yang berlebih dieksresikan dalam urin, eksresi ini akan disertai
pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan. Keadaan ini dinamakan
diuresis osmotic. Sebagai akibat dari kehiangan cairan yang berlebihan, pasien
akan mengalami peningkatan dalam berkemih (polyuria) dan rasa haus
(polidipsi). Defisiensi insulin juga mengganggu metabolism protein dan lemak
yang menyebabkan penurunan berat badan. Pasien dapat mengalami
peningkatan selera makan (polifagia) akibat menurunnya simpanan kalori.
Gejala lainnya mencakup kelelahan dan kelemahan. Proses ini akan
terjadi tanpa hambatan dan lebih lanjut turut menimbulkan hperglikemia.
Disamping itu akan terjadi pemecahan lemak yang mengakibatkan
peningkatan produksi badan keton yang merupakan produk samping pemecah
lemak. Badan keton merupakan asam yang mengganggu keseimbangan asam
basa tubuh yang diakibatkannya dapat menyebabkan tanda-tanda dan gejala
seperti nyeri abdominal, mual, muntah, hiperventilasi, napas berbau aseton dan
bila tidak ditangani dapat menimbulkan perubahan kesadaran, koma bahkan
kematian.

2
2. Diabetes Melitus Tipe II
Pada diabetes tipe 2 terdapat dua masalah yang berhubungan dengan
insulin, yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya
insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai
akibat terikatnya insulin dengan reseptor tersebut, terjadi suatu rangkaian
reaksi dalam metabolism glukosa didalam sel. Resistensi insulin pada diabetes
tipe 2 disertai dengan penurunan reaksi intrasel ini. Dengan demikian insulin
menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan.
Akibat intolernsi glukosa yang berlangsung lambat dan progresif maka awitan
diabetes tipe 2 ini dapat berjalan tanpa terdeteksi. Jika gejalanya dialami
pasien, gejala tersebut sering bersifat ringan dan dapat mencakup kelelahan,
iritabilitas, poliuria, polydipsia, luka yang lama sembuh, infeksi vagina atau
pandangan yang kabur (jika kadar glukosanya sangat tinggi).

3
PATHWAY

- Faktor genetik Kerusakan sel Ketidakseimbangan Gula dalam darah


- Inveksi virus beta produksi insulin tidak dapat dibawa
- Pengerusakan masuk dalam sel
imunologik

Batas melebihi hiperglikemia Anabolisme


glukosuria
ambang ganjal protein menurun

Dieresis Vikositas darah Syok Kerusakan


hiperglikemi pada antibodi
osmotik

Poluri retensi Aliran darah Koma diabetik Kekebalan tubuh


urin lambat menurun

Kehilangan Iskemik jaringan Resiko infeksi Neuropati


elektrolit dalam sensori periper
sel
Ketidakefektifan Nekrosis luka
Dehidrasi Klien tidak
pepusi jaringan
merasa sakit
perifer

Kehilangan Gangrene Kerusakan


Resiko syok kalori integritas
jaringan
Sel Protein lemak
Merangsang BB menurun
kekurangan bakar
hipotalamus
bahan untuk
metabolisme
Keletihan
Pusat lapar dan
Katabolisme Pemecah
haus
lemak protein

Polidipsia Asam lemak


polipagia Keton Ureum

Ketidakseimbangan kateasidosis
nutrisi

4
D. Manifestasi Klinis
Seseorang dapat dikatakan menderita Diabetes Mellitus apabila menderita dua dari tiga
gejala, yaitu:
1. Keluhan TRIAS: Banyak minum, Banyak kencing dan Penurunan berat badan.
2. Kadar glukosa darah pada waktu puasa lebih dari 120 mg/dl
3. Kadar glukosa darah dua jam sesudah makan lebih dari 200 mg/dl

Keluhan yang sering terjadi pada penderita Diabetes Mellitus adalah: Poliuria,
Polidipsia, Polifagia, Berat badan menurun, Lemah, Kesemutan, Gatal, Visus menurun,
Bisul/luka, Keputihan

E. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan medis
1. Obat (tablet OAD/oral antidiabetes)
2. Insulin
1) Indikasi penggunaan insulin:
 DM tipe I
 DM tipe II yang pada saat tertentu tidak dapat dirawat dengan OAD
 DM kehamilan
 DM dan gangguan soal hati yang berat
 DM dan infeksi akut (selulitis, gangren)
 DM dan TBC paru akut
 DM dan Koma lain pada DM
 DM operasi
2) Insulin diperlukan pada keadaan :
 Penurunan berat badan yang cepat
 Hiperglikemia berat yang disertai ketoasidosis
 Ketoasidosis diabetik
 Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat
2. Penatalaksanaan Non Medis
a. Diet
Prinsip diet DM, adalah :
1) Jumlah sesuai kebetuhan
2) Jadwal diet ketat

5
3) Jenis : boleh dimakan / tidak
Diet DM sesuai dengan paket – paket yang telah disesuaikan dengan kandungan
kalori nya ;
1. Diit DM I : 1100 kalori
2. Diit DM II : 1300 kalori
3. Diit DM III : 1500 kalori
4. Diit DM IV : 1700 kalori
5. Diit DM V : 1900 kalori
6. Diit DM VI : 2100 kalori
7. Diit DM VII : 2300 kalori
8. Diit DM VIII : 2500 kalori

Diit I s/d II : diberikan kepada penderita yang terlalu gemuk

Diit IV s/d V : diberikan kepada penderita dengan berat badan normal

Diit VI s/d VII : diberikan kepada penderita kurus. Diabetes remajaatau diabetes
komplikasi

b. Latihan
Dengan latihan ini misalnya dengan berolahraga yang teratur akan menurukan
kadar glukosa darah dengan meningkatkan pengambilan glukosa oleh otot dan
memperbaiki pemakaian kadar insulin.
c. Pemantauan
Dengan melakukan pemantauan kadar glukosa darah secara mandiri diharapkan
pada penderita dapat mengatur terapinya secara optimal
d. Terapi (jika diperlukan)
Penyuntikan insulin sering dilakukan dua kali per hari untuk mengendalikan
kenaikan kadar glukosa darah sesudah makan dan pada malam hari
e. Pendidikan
Tujuan dari pendidikan ini adalah supaya pasien dapat mempelajari keterampilan
dalam melakukan penatalaksanaan diabetes yang mandiri dari mampu menghindari
komplikasi dari diabetes itu sendiri.

6
F. Komplikasi

1. Akut
a. Hipoglikemia dan hiperglikemia
b. Penyakit makrovaskuler : mengenai pembuluh darah besar, penyakit jantung
koroner (cerebrovaskuler, penyakit pembuluh darah kapiler).
c. Penyakit mikrovaskuler, mengenai pembuluh darah kecil, retinopati, nefropati.
d. Neuropati saraf sensorik (berpengaruh pada ekstrimitas), saraf otonom
berpengaruh pada gastro intestinal, kardiovaskuler
2. Komplikasi menahun Diabetes Mellitus
a. Neuropati diabetic
b. Retinopatidiabetik
c. Nefropati diabetik
d. Proteinuria
e. Kelainan koroner
f. Ulkus/gangren
3. Ulkus diabetikum
Terdapatlima grade ulkus diabetikum antara lain:
a. Grade 0 : tidak ada luka
b. Grade I :kerusakan hanya sampai pada permukaan kulit
c. Grade II :kerusakan kulit mencapai otot dan tulang
d. Grade III :terjadi abses
e. Grade IV :Gangren pada kaki bagian distal
f. Grade V :Gangren pada seluruh kaki dan tungkai bawah distal

G. Pengkajian
1. Keluhan Utama
Adanya rasa kesemutan pada kaki / tungkai bawah, rasa raba yang menurun,
adanya luka yang tidak - sembuh dan berbau, adanya nyeri pada luka.
2. Riwayat Kesehatan Sekarang
Berisi tentang kapan terjadinya luka, penyebab terjadinya luka serta upaya yang
telah dilakukan oleh penderita untuk mengatasinya.

7
3. Riwayat Kesehatan yang Lalu
Adanya riwayat penyakit-penyakit lain yang ada kaitannya dengan defisiensi
insulin misalnya penyakit pankreas. Adanya riwayat penyakit jantung, obesitas,
maupun arterosklerosis, tindakan medis yang pernah di dapat maupun obat-obatan
yang biasa digunakan oleh penderita.
4. Pemeriksaan Fisik
a. Status kesehatan umum
Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi badan, berat badan
dan tanda – tanda vital.
b. Kepala dan leher
Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran pada leher, telinga
kadang-kadang berdenging, adakah gangguan pendengaran, lidah sering terasa
tebal, ludah menjadi lebih kental, gigi mudah goyah, gusi mudah bengkak dan
berdarah, apakah penglihatan kabur / ganda, diplopia, lensa mata keruh.
c. Sering kencing, selalu merasa haus,kelelahan, mual dan muntah,kenaikan atau
penurunan berat badan.
d. Turgor kulit menurun, adanya luka atau warna kehitaman bekas luka,
kelembaban dan shu kulit di daerah sekitar ulkus dan gangren, kemerahan pada
kulit sekitar luka, tekstur rambut dan kuku.
e. Adakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada. Pada penderita DM mudah
terjadi infeksi.
f. Perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah atau berkurang,
takikardi/bradikardi, hipertensi/hipotensi, aritmia, kardiomegalis.
g. Terdapat polifagi, polidipsi, mual, muntah, diare, konstipasi, dehidrase,
perubahan berat badan, peningkatan lingkar abdomen, obesitas.
h. Poliuri, retensio urine, inkontinensia urine, rasa panas atau sakit saat berkemih.
i. Penyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahn tinggi badan, cepat lelah,
lemah dan nyeri, adanya gangren di ekstrimitas.
j. Terjadi penurunan sensoris, parasthesia, anastesia, letargi, mengantuk, reflek
lambat, kacau mental, disorientasi.
5. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah meliputi : GDS > 200 mg/dl, gula darah puasa >120 mg/dl
dan dua jam post prandial > 200 mg/dl.

8
b. Urine
Pemeriksaan didapatkan adanya glukosa dalam urine. Pemeriksaan dilakukan
dengan cara Benedict (reduksi). Hasil dapat dilihat melalui perubahan warna
pada urine : hijau (+), kuning (++), merah (+++), dan merah bata (++++).
c. Kultur pus
Mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan antibiotik yang sesuai
dengan jenis kuman.
6. Penatalaksanaan Klinis
a. Obat (tablet OAD/oral antidiabetes)
b. Insulin
1) Indikasi penggunaan insulin:
 DM tipe I
 DM tipe II yang pada saat tertentu tidak dapat dirawat dengan OAD
 DM kehamilan
 DM dan gangguan soal hati yang berat
 DM dan infeksi akut (selulitis, gangren)
 DM dan TBC paru akut
 DM dan Koma lain pada DM
 DM operasi
2) Insulin diperlukan pada keadaan :
 Penurunan berat badan yang cepat
 Hiperglikemia berat yang disertai ketoasidosis
 Ketoasidosis diabetik
 Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat

7. Analisa Data
Data Etiologi Masalah

1. Tanda mayor Merangsang hipotalamus Defisit nutrisi


Ds: -
Do: Berat badan menurun
minimal 10% di bawah Pusat lapar dan haus
rentang ideal

9
Tanda minor Polidipsia polipagia
Ds:
a. Cepat kenyang
setelah makan
b. Kram/nyeri abdomen Defisit nutrisi
c. Nafsu makan
menurun
Do:
a. Bising usus hiperaktif
b. Otot pengunyah
lemah
c. Otot menelan lemah
d. Membran mukosa
pucat
e. Sariawan
f. Serum albumin turun
g. Rambut rontok
berelebihan
h. Diare

2. Tanda mayor Neuropati sensori perifer Gangguan integritas kulit


Ds: -
Do: Kerusakan jaringan
dan/ atau lapisan kulit
Tanda minor Klien tidak berasa sakit
Ds: -
Do:
a. Nyeri
b. Perdarahan Gangrene
c. Kemerahan
d. Hematoma

Kerusakan integritas

10
3. Factor resiko Anabolisme protein menurun Resiko infeksi
a. Penyakit kronis
b. Efek prosedur invasive
c. Malnutrisi
d. Peningkatan paparan Kerusakan pada antibody
organisme pathogen
lingkungan
e. Ketidakadekuatan
pertahanan tubuh Kekebalan tubuh menurun
primer:
1) Gangguan
peristaltic
2) Kerusakan Resiko infeksi
integritas kulit
3) Perubahan sekresi
pH
4) Penurunan kerja
siliaris
5) Merokok
6) Statis cairan tubuh
f. Ketidakadekuatan
pertahanan tubuh
sekunder:
1) Penurunan
hemoglobin
2) Imunosupresi
3) Leukopenia
4) Supresi respon
inflamasi
4. Tanda mayor Hiperglikemi Retensi urin
Ds:-
Do:
a. Disuria/anuria

11
b. Distensi kandung Batas melebihi ambang ginjal
kemih
Tanda minor
Ds:-
Do: Glukosuria
a. Inkontinensia
berlebih
b. Residu urin 150ml Dieresis osmotic
atau lebih

Poliuria

Retensi urin
5. Tanda mayor Pikositas darah meningkat Perfusi perifer tidak
Ds: - efektif
Do:
a. CRT > 3 detik Aliran darah lambat
b. Nadi perifer menurun
atau tidak teraba
c. Akral teraba dingin Iskemik jaringan
d. Warna kulit pucat
e. Turgor kulit menurun
Perfusi perifer tidak efektif
Tanda minor
Ds:
a. Parastesia
b. Nyeri ekstermitas
Do:
a. Edema
b. Penyembuhan luka
lambat
c. Bruit femoral

12
H. Diagnosa keperawatan
1. Deficit nutrisi berhubungan dengan gangguan keseimbangan insulin, makanan dan
aktivitas jasmani.
2. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan nekrosis kerusakan jaringan
3. Resiko infeksi berhubungan dengan trauma pada jaringan, proses penyakit
4. Retensi urin berhubungan dengan inkomplit pengosongan kandung kemih, sfingter
kuat dan polyuria
5. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan sirkulasi darah ke
perifer, proses penyakit

I. Perencanaan Keperawatan
No Tujuan Intervensi Rasional
Dx
1. a. Adanya peningkatan Observasi Observasi
berat badan 1. Identifikasi status nutrisi 1. Mengetahui
b. Berat badan ideal kekurngan nutrisi
sesuai dengan tinggi klien
badan 2. Identifikasi alergi dan 2. Agar dapat
c. Mampu intoleransi makanan dilakukan intervensi
mengidentifikasi dalam pemberian
kebutuhan nutrisi makanan atau obat-
d. Tidak ada tanda- obatan pada pasien
tanda malnutrisi 3. Identifikasi makanan 3. Agar nafsu mkaan
e. Menunjukan disukai pasien meningkat
peningkatan fungsi
pengecapan dan 4. Identifikasi kebutuhan 4. membantu dalam
menelan kalori dan jenis nutrient mengidentifikasi
f. Tidak terjadi malnutrisi protein-
penurunan berat protein khususnya
badan yang berarti apabila berat badan
kurang dari normal

13
Terapeutik Terapeutik
1. Lakukan oral hygiene 1. Menyarankan
sebelum makan ,jika kebiaasan untuk
perlu menjaga kebersihan
mulut sebelum dan
sesudah makan
2. Fasilitasi menentukan 2. Meberikan
pedoman diet (piramida informasi dan
makanan) mengurangi
3. Sajikan makanan secara komplikasi
menarik dan suhu yang 3. Meningkatkan
sesuai selera makan dan
intake makan
4. Berikan makanan tinggi 4. membantu dalam
serat untuk mencegah mengidentifikasi
konstipasi malnutrisi
khususnya apabila
berat badan kurang
dari normal
5. Berikan makanan tinggi 5. membantu dalam
kalori dan tinggi protein mengidentifikasi
malnutrisi kalori
protein khususnya
apabila berat badan
kurang dari normal
Edukasi Edukasi
1. Anjurkan posisi duduk, 1. Agar pasien merasa
jika mampu nyaman
2. Ajarkan diet yang 2. Meningkatan
diprogamkan pengetahuan pasien
menentukan
makanan sesuai
dengan pasien

14
Kolaborasi Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian 1. Menentukan
medikasi sebelum makanan sesuai
makan (mis. pereda dengan pasien
nyeri antlemetik), jika
perlu
2. Kolaborasi dengan ahli 2. Untuk memenuhi
gizi untk menentukan nutrisi sesuai
jumlah kalori dan jenis dengan diit
nutrient yang
dibutuhkan, jika
perlu
2. a. Integritas kulit yang Observasi Observasi
baik bisa 1. Identifikasi penyebab 1. Untuk mengetahui
dipertahankan ganguan integritas kulit tanda-tanda iritasi
(sensasi, elastisitas, (mis. perubahan pada kulit misal:
temperature, hidrasi, sirkulasi, perubahan kemerahan pada
pigmentasi) status nutrisi, penurunan luka.
b. Tidak ada luka/lesi kelembapan, suhu
pada kulit lingkungan ekstrin,
c. Perfusi jaringan baik penurunan mobilitas)
d. Menunjukan Terapeutik Terapeutik
pemahaman dalam 1. Ubah posisi tiap 2 jam 1. Menghindari
proses perbaikan tirah baring tekanan dan
kulit dan mencegah meningkatkan
terjadinya cedera aliran darah
berulang 2. Bersihkan perineal 2. Mempertahankan
e. Mampu melindungi dengan air hangat, keutuhan kulit
kulit dan terutama selama periode
mempertahankan diare
kelembapan kulit dan 3. Gunakan produk 3. Menjaga
perawatan alami berbahan ringan /alami kelembapan kulit

15
Edukasi Edukasi
1. Anjurkan menggunakan 1. Agar
pelembap memlembabkan
kulit
2. Anjurkan minum air 2. Agar kulit tidak
yang cukup menjadi kering
3. Anjurkan meningkatkan 3. Agar integritas kulit
cepat diatasi
3. a. Klien bebas dari Observasi Observasi
tanda dan gejala 1. Monitor tanda dan 1. Untuk menghindari
infeksi gejala infeksi terjadinya infeksi
b. Mendeskripsikan 2. Observasi sekitar kateter 2. Kateter suprapublik
proses penularan suprapublik meningkatkan resiko
penyakit, faktor yang infeksi yang
mempengaruhi diindikasi
penularan serta Terapeutik Terapeutik
penatalaksanaannya 1. Batasi jumlah 1. Dapat menghindari
c. Menunjukan pengunjung atau dapat
kemampuan untuk mengurangi resiko
mencegah timbulnya penyebaran berbagai
infeksi penyakit
d. Jumlah leukosit 2. Cuci tangan sebelum dan 2. Melindungi klien dan
dalam batas normal sesudah kontak dengan perawat dari kuman
e. Menunjukan perilaku pasien dan lingkungan yang dibawa
hidup sehat pasien
3. Pertahankan sistem 3. Mencegah masuknya
kateter steril, berikan bakteri dan infeksi
perawatan kateter regular
dengan sabun dan air,
berikann salep antibiotik
disekitar kateter

16
Edukasi Edukasi
1. Berikan penjelasan 1. Agar keluarga pasien
kepada klien dan mengetahui tanda
keluarga mengenai tanda dan gejala dari
dan gejala infeksi infeksi
2. Intruksikan pengunjung 2. Meminimalkan
untuk mencuci tangan patogen yang ada
saat berkunjung dan disekeliling pasien
setelah berkunjung
Kolaborasi Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian 1. Pemberian
antibiotic antibiotic untuk
mencegah
timbulnya infeksi
a. Kandung kemih Observasi Obsevasi
kosong secara penuh 1. Periksa kondisi pasien 1. Untuk mengetahui
b. Tidak ada residu (mis. Kesadaran, TTV, kondisi dan status
urin lebih dari 100- daerah perineal, distensi kesehatan pasien.
200 cc kandung kemih, reflex
c. Bebas dari ISK berkemih)
d. Balance cairan 2. Observasi aliran urin 2. Berguna untuk
seimbang mengevaluasi
obstruksi dan pilihan
intervensi
3. Awasi dan catat waktu 3. Retensi urin
dan jumlah tiap berkemih meningkatkan
tekanan dalam
saluran perkemihan
4. Perkusi/palpasi area 4. Distensi kandung
suprapubik kemih padat
dirasakan diarea
suprapubic

17
Terapeutik Terapeutik
1. Dorong pasien untuk 1. Meminimalkan
berkemih tiap 2-4 jam dan retensi urin distensi
bila tiba-tiba dirasakan berlebihan pada
kandung kemih
2. Pemasangan kateter 2. Untuk memulihkan
dan mengatasi
retensi urin
Kolaborasi Kolaborasi
1. Berikan obat-obatan 1. Menghilangkan
antispasmodik spasme kandung
kemih
5. a. Mendemonstrasikan Observasi Observasi
status sirkulasi yang 1. Periksa sirkulasi perifer 1. Untuk mengetahui
ditandai dengan: (mis. nadi perifer, kondisi dan status
 Tekanan sistol edema, pengisian pasien, dan
dan diastole kapiler, warna, suhu, menentukan
dalam rentang anklebrachial index) tindakan
yang keperawatan
diharapkan selanjutnya
 Tidak ada 2. Identifikasi faktor 2. Untuk mengetahui
ortostatik resiko gangguan factor dan
hipertensi sirkulasi (mis. diabetes, menghindari
 Tidak ada perokok, hipertensi) terjadinya gangguan
tanda-tanda sirkulasi
peningkatan Terapeutik Terapeutik
tekanan 1. Lakukan pencegahan 1. Guna mencegah
intracranial infeksi bakteri atau virus
b. Mendemonstrasikan masuk kedalam
kemampuan tubuh.
kognitif yang
ditandai dengan:

18
 Berkomunikasi Edukasi Edukasi
dengan jelas 1. Anjurkan minum obat 1. Untuk membantu
dan sesuai secara teratur dan mempercepat
kemampuan proses
 Menunjukkan penyembuhan
perhatian, 2. Anjurkan program diet 2. Dengan melakukan
konsentrasi dan untuk memperbaiki diet secara teratur
orientasi sirkulasi (mis. rendah dapat membantu
 Membuat lemak jenuh) memperbaiki
keputusan sirkulasi darah
dengan benar
c. Menunjukkan fungsi
sensori cranial yang
utuh: tingkat
kesadaran membaik,
tidak ada gerakan
involunter

J. Daftar Pustaka
Nurarif, Amin Huda & Kusuma, Hardi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC NOC Jilid 1 . Jakarta:EGC

PPNI.2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) Edisi I Cetakan


III(Revisi). Jakarta

PPNI.2018.Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) Edisi Cetakan II.


Jakarta

19

Anda mungkin juga menyukai