Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN “ULKUS DIABETIKUM” Di Ruang Melati Di RSUD BATARA

SIANG PANGKEP

DI SUSUN OLEH :

NAMA : TRISNA WIDYA ASKEP

NIM : P1813044

C1 LAHAN C1 INSTITUSI

( )
( )

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN STIKES GRAHA EDUKASI
MAKASSAR

TAHUN AJARAN 2018/2022


LAPORAN PENDAHULUAN

DIABETES MELITUS

A. Pengertian
Diabetes mellitus adalah penyakit hiperglikemi yang ditandai dengan
ketidakadaan absolut insulin/penurunan relative intensivitas sel pada insulin (Corwin,
2009).
Diabetes mellitus adalah gangguan metabolisme yang ditandai dengan
hiperglikemi yang berhubungan dengan abnormalitas metabolisme karbohidrat, lemak,
dan protein yang disebabkan oleh penurunan sekresi insulin atau penurunan
sensitivitas insulin atau keduanya dan menyebabkan komplikasi kronis,
mikrovaskuler, makrovaskuler, neuropati (NANDA, 2015).
Diabetes Melitus adalah sekelompok kelainan metabolic yang diakibatkan oleh
adanya kenaikan kadar glukosa darah dalam tubuh atau hiperglikemia
(Smeltzer&Bare, 2014).

B. Klasifikasi
Dokumen konsesus oleh American Diabetes Association’s Expert Committee on
the Diagnosis and Classification of Diabetes Melitus, menjabarkan 4 kategori utama
diabetes, yaitu: (Corwin,2009)
1. Tipe I :Insulin Dependent Diabetes Melitus (IDDM) / Diabetes Melitus
tergantung insulin (DMTI)
Lima persen sampai sepuluh persen penderita diabetic adalah tipe I. Sel- sel
beta dari pancreas yang normalnya menghasilkan insulin dihancurkan oleh proses
autoimun. Diperlukan suntikan insulin untuk mengontrol kadar gula darah.
Awitannya mendadak biasanya terjadi sebelum usia 30 tahun.
2. Tipe II : Non Insulin Dependent Diabetes Millitus (NIDDM) / Diabetes Millitus tak
tergantung insulin (DMTTI)
Sembilan puluh persen sampai Sembilan puluh lima persen penderita
diabetic adalah tipe II. Kondisi ini diakibatkan oleh penurunan sensitiitas terhadap
insulin (resisten insulin) atau akibat penurunan jumlah pembentukan insulin.
Pengobatan pertama adalah dengan diit dan olahraga, jika kenaikan kadar glukosa
darah menetap, suplemen dengan preparat hipoglikemik (suntikan insulin
dibutuhkan, jika preparat oral tidak dapat mengontrol hiperglikemia). Terjadi paling
sering pada mereka yang berusia lebih dari 30 tahun dan pada mereka yang
obesitas.
3. DM tipe lain
Karena kelainan genetic, penyakit pancreas (trauma pankreatik), obat,
infeksi, antibodi, sindroma penyakit lain, dan penyakit dengan karakteristik
gangguan endokrin.
4. Diabetes Kehamilan : Gestasional Diabetes Melitus (GDM)
Diabetes yang terjadi pada wanita hamil yang sebelumnya tidak mengidap
diabetes.

C. Etiologi
Etiologi secara umum tergantung dari tipe Diabetes, yaitu :
1. Diabetes Tipe I (Insulin Dependent Diabetes Melitus / IDDM ) Diabetes yang
tergantung insulin yang ditandai oleh penghancuran sel-sel beta pancreas
disebabkan oleh :
a. Faktor genetic Penderita DM tidak mewarisi DM tipe 1 itu sendiri tapi mewarisi
suatu predisposisi / kecenderungan genetic ke arah terjadinya DM tipe 1. Ini
ditemukan pada individu yang mempunyai tipe antigen HLA ( Human
Leucocyte Antigen) tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang bertanggung
jawab atas antigen transplatasi dan proses imun lainnya.
b. Faktor Imunologi Respon abnormal dimana antibody terarah pada jaringan
normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggap
seolah-olah sebagai jaringan asing.
c. Faktor lingkungan
2 Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses autoimun yang menimbulkan
destruksi sel beta. 2.
2. Diabetes Tipe II ( Non Insulin Dependent Diabetes Melitus / NIDDM ) Mekanisme
yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin pada
diabetes tipe II belum diketahui . Faktor genetic diperkirakan memegang peranan
dalam proses terjadinya resistensi insulin . Selain itu terdapat faktor-faktor resiko
tertentu yang berhubungan yaitu :
a. Usia Resistensi insulin cenderung meningkat pada usia diatas 65 tahun
b. Obesitas
c. Riwayat Keluarga
d. Kelompok etnik Di Amerika Serikat, golongan hispanik serta penduduk asli
amerika tertentu memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk terjadinya
diabetes tipe II disbanding dengan golongan Afro-Amerika.

D. Patofisiologi
Ibarat suatu mesin, tubuh memerlukan bahan untuk membetuk sel baru dan
mengganti sel yang rusak.Disamping itu tubuh juga memerlukan energi supaya sel
tubuh dapat berfungsi dengan baik.Energi yang dibutuhkan oleh tubuh berasal dari
bahan makanan yang kita makan setiap hari.
Pada keadaan normal kurang lebih 50% glukosa yang dimakan mengalami
metabolisme sempurna menjadi CO2 dan air, 10% menjadi glikogen dan 20-40%
diubah menjadi lemak. Pada diabetes mellitus semua proses tersebut terganggu karena
terdapat defisisensi insulin. Penyerapan glukosa kedalam sel macet dan
metabolismnya terganggu.Keadaan ini menyebabkan sebagian besar glukosa tetap
berada dalam sirkulasi darah sehingga terjadi hiperglikemia.
Penyakit diabetes mellitus disebabkan oleh karena gagalnya hormone insulin.
Akibat kekuranga insulin maka glukosa tidak dapat diubah menjadi glikogen sehingga
kadar gula darah meningkat dan terjadi hiperglikemi. Ginjal tidak dapat menahan
hiperglikemi ini, karena ambang batas untuk gula darah adalah 180mg% sehingga
apabila terjadi hiperglikemi maka ginjal tidak bisa menyaring dan mengabsorbsi
sejumlah glukosa dalam darah.Sehubungan dengan sifat gula yang menyerap air maka
semua kelebihan dikeluarkan bersama urin yang disebut glukosuria.Bersamaan
keadaan glukosuria maka sejumlah air hilang dalam urin yang disebut polyuria.
Polyuria mengakibatkan dehidrasi intra seluler, hal ini akan merangsang pusat haus
sehingga pasien akan merasa haus terus-menerus sehingga pasien akan minum terus
yang disebut polidipsi.
Produksi insulin yang kurang akan menyabkan menurunnya transport glukosa
ke sel-sel sehingga sel-sel kekurangan makanan dan simpanan karbohidrat, lemak dan
protein menjadi menipis. Karena digunakan untuk melakukan pembakaran dalam
tubuh maka klien akan merasa lapar sehingga menyebabkan banyak makan yang
disebut polyphagia. Teralu banyak lemak yang dibakar maka akan terjadi penumpukan
asetat dalam darah yang menyebabkan keasaman darah meningkat atau asidosis. Zat
ini akan meracuni tubuh bila terlalu banyak hingga tubuh berusaha mengeluarkan
melalui urin dan pernapasan, akibatnya bau urin dan nafas penderita berbau aseton
atau kebuah-buahan. Keadaan asidosis ini apabila tidak segera diobati akan terjadi
koma yang disebut koma diabetic (NANDA, 2015)
E. Pathway

- Faktor genetik
- Inveksi virus
- Pengerusaan imunologik

Kerusakan sel
Beta

Ketidakseimbangan hiperglikemia syok hiperglikemik koma diabetik


Produksi insulin

Gula darah tidak dapat batas melebihi glukosuria resikoinfeksi


Resiko infeksi
Dibawa dalam sel ambang ginjal

Anabolisme protein menurun dieresis osmotik

Kerusakan pada antibody poliuri

Kekebalan tubuh menurun kehilangan

elektrolit
Dalam sel
Neuropati sensori perifer
dehidrasi
Klien tidak merasa sakit
Resiko syok
Nekrosis luka
Kehilangan kalori
Gangrene
Sel kekurangan bahan merangsang
untuk metabolisme hipotalamus
Kerusakan integritas
jaringan Protein dan lemak dibakar pusat lapar
Dan haus
BB menurun

polldipsia
Keletihan

Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh

polipagia

Sumber : Asuhan Keperawatan Praktis, 2016


F. Manifestasi Klinik
1. Kadar glukosa puasa tidak normal
2. Hiperglikemia berat berakibat glukosuri yang akan menjadi diaresisi osomotic
yang meningkat pengeliurarn usin (polyuria dan timbul rasa haus (polydipsia).
3. Rasa lapar yang semakin besar (polifagia), BB berkurang
4. Lelah dan mengantuk
5. Gejalan yang dikeluhkan adalah kesemutan, gatal, mata kabur, impotensi, peruitas
vulva.
(NANDA, 2015)

G. Pemeriksaan Penunjang
1. Kadar glukosa darah
Kadar Glukosa darah Sewaktu (mg/dl)
Kadar glukosa darah DM Belum pasti DM
sewaktu
Plasma vena >200 100-200
Darah kapiler >200 80-100
Kadar Glukosa Darah Puasa (mg/dl)
Kadar glukosa darah DM Belum pasti DM
sewaktu
Plasma vena >120 110-120
Darah kapiler >110 90-110
(NANDA, 2015)
2. Kriteria diagnostic WHO untuk diabetes mellitus pada setikitnya 2 kali
pemeriksaan :
a. Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol/L)
b. Glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L)
c. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah
mengonsumsi 75 gr karbohidrat (2 jam post pranadial (pp) >200 mg/dl)
3. Tes laboratorium DM
Jenis tes pada pasien DM dapat berupa tes saring, tesdiagnostik, tes pemantauan
terapi dan tes untuk mendeteksi komplikasi
4. Tes saring
a. GDP, GDS
b. Tes glukosa urin :
1) Tes konvensional (metode reduksi/benedict)
2) Tes carik celup (metode glucose oxidase/hexokinase)
5. Tes diagnostik
Tes-tes diagnostic pada DM adalah GDP, GDS, GD2PP (glukosa daarh 2 jam post
pradial), glukosa jam ke-2 TTGO.
6. Tes monitoring terapi
a. GDP : plasma vena, darah kapiler
b. GD2PP : plasma vena
c. A1c : darah vena, darah kapiler
7. Tes untuk mendeteksi komplikasi
a. Mikroalbuminuria : urin
b. Ureum, kreatinin, asam urat
c. Kolesterol total : plasma vena (puasa)
d. Kolesterol LDL : plasma vena (puasa)
e. Kolesterol HDL : plasma vena (puasa)
f. Trigliserida : plasma vena (puasa)
(NANDA, 2015)

H. Penatalaksanaan
Insulin pada DM diperlukan pada keadaan :
1. Penurunan berat badan yang cepat
2. Hiperglikemia berat yang disertai ketosis
3. Ketoasidosis diabetic (KAD) atau Hiperglikemia hyperosmolar non ketotik
(HONK)
4. Hiperglikemia deang asidosis laktat
5. Gagal dengan kombinasi OHO dosis optimal
6. Stess berat (infeksi sistemik, operasi berat, IMA, stroke)
7. Kehamilan dengan DM/diabetes mellitus gestasional yang tidak terkendali dengan
perencanaan makan
8. Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat
9. Kontraindikasi dan atau alergi terhadap
OHO. (NANDA, 2015)
Konsep Asuhan Keperawatan

A. Pengkajian
a. Identitas
Terdiri atas identitas pasien dan identitas penganggung jawab pasien meliputi
nama, umur, alamat, jenis kelamin, pekerjaan, agama, status, no. RM, diagnosa
medis dan hubungan dengan pasien.
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama
Keluhan yang paling dirasakan oleh pasien.
2) Riwayat penyakit sekarang
Kronologi yang dialami pasien hingga masuk rumah sakit.
3) Riwayat penyakit dahulu
Apakah pasien pernah mempunyai penyakit yang sama atau penyakit lain.
4) Riwayat penyakit keluarga
Apakah keluarga mempunyai penyakit yang sama atau mempunyai penyakit
keturunan.
c. Pola Kesehatan Fungsional
Pola – pola fungsional kesehatan menurut Gordon adalah :
1) Pola persepsi dan penanganan kesehatan
Menggambarkan persepsi, pemeliharaan dan penanganan. Gambaran kesehatan
secara umum dan saat ini, gambaran terhadap sakit, penyebab dan penangan
yang dilakukan.
2) Pola nutrisi metabolic
Menggambarkan intake makanan, keseimbangan cairan dan elektrolit, nafsu
makan, pola makan, diet, fluktuasi BB dalam 6 bulan terakhir, kesulitan
menelan, mual/muntah, kebutuhan jumlah zat gizi. Gambaran yang biasa
dimakan (pagi, siang, sore), gambaran nafsu makan.
3) Pola eliminasi
Menggambarkan pola fungsi ekskresi, kandung kemih dan kulit. Berapa kali
miksi dalam sehari, karakteristik urine, adakah masalah dalam proses miksi,
apakah menggunakan alat bantu, gambaran pola BAB, karakteristik feses, bau
badan, keringat berlebih, lesi dan prunitus.
4) Pola aktivitas-latihan
Menggambarkan pola aktivitas dan latihan. Fungsi pernafasan dan sirkulasi.
Gambaran kegiatan sehari-hari dan olahraga. Apakah mengalami kesulitan
dalam bernafas, lemah, batuk, nyeri dada.
5) Pola istirahat-tidur
Menggambarkan pola tidur-istirahat dan persepsi pada level energi. Berapa lama
tidur di malam hari, jam berapa tidur-bangun, apakah terasa efektif, adakah
kebiasaan sebelum tidur, apakah mengalami kesulitan dalam tidur.
6) Pola kognitif-persepsi
Menggambarkan pola pendengaran, penglihatan, pengecap, penciuman, dan
persepsi nyeri.
7) Persepsi diri-konsep diri
Menggambarkan sikap terhadap diri dan persepsi terhadap kemampuan, harga
diri dan perasaan terhadap diri sendiri.
8) Pola peran-hubungan
Menggambarkan keefektifan hubungan dan peran dengan keluarga lainnya.
9) Pola seksualitas-reproduksi
Menggambarkan kepuasan/masalah dalam seksualitas-reproduksi. Apakah
menggunakan alat bantu/pelindung, apakah mengalami kesulitan.
10) Pola koping-toleransi stress
Menggambarkan kemampuan untuk menangani stress dan menggunakan sistem
pendukung.
11) Pola nilai-kepercayaan
Menggambarkan spiritualitas, nilai, sistem kepercayaan, dan tujuan dalam hidup.
d. Pengkajian Fisik
Pengkajian fisik
meliputi:
1) Keadaan umum pasien
2) GCS
3) Tanda-tanda vital
4) Pemeriksaan fisik (Head to Toe)
5) Pemeriksaan antropometri (TB, BB, LiLa, IMT)
e. Data Penunjang
1) Kadar hemoglobin glikosilase
2) Kadar albumin glikosilase
3) Kadar connecting peptide
4) Ketonuria
5) Proteinuria
6) Pemantauan glukosa darah sendiri
B. Diagnosa Keperawatan
1. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan nekrosis kerusakan jaringan
(nekrosis luka gangre)
2. Resiko infeksi berhubungan dengan gangguan integritas kulit
3. Keletihan berhubungan dengan penurunan energi metabolic

C. Intervensi
No Noc Nic
dx
1. Setalah dilakukan tindakan 1. Monitor keadaan kulit
keperawatan selama 3x24 jam 2. Jaga kebersihan kulit agar tetap
diharapkan integritas kulit pasien bersih dan kering
mengalami proses pemyembuhan 3. Anjurkan pasien untuk
dengan kriteria hasil: menggunakan pakaian yang
1. Integritas kulit yang baik bisa longgar
dipertahankan 4. Kolaborasikan dengan dokter
2. Tidak ada luka dalam pemberian obat
Perfusi jaringan baik
2. Setalah dilakukan tindakan 1. Monitor tanda dan gejala infeksi
keperawatan selama 3x24 jam sistemik dan lokal
diharapkan resiko infeksi pada 2. Tingkatkan intskr nutrisi
pasien menurun atau hilang dnegan 3. Berikan perawatan kulit pada area
kriteria hasil: epidema
1. Klien bebas dari tanda dan gejala 4. Ajarkan pada penunggu pasien
infeksi untuk mencuci tangan sebelum dan
2. Jumlah leukosit dalam batas setelah kontak dengan pasien
normal Kolaborasikan dengan dokter dlaam
pemeberian antibiotic
3. Setelah dilakukan tindakkan 1. Monitor vital sign
keperawatan diharapkan masalah 2. Observasi pola tidur pasien
keletihan dapat teratasi, dengan 3. Tingkatkan tirah baring
kriteria hasil : dan pembatasan aktivitas
a. Glukosa 4. Konsultasikan dengan
darah ahli gizi
menurun
b. Istirahat cukup
c. Memverbalisasikan peningkatan
energi dan merasa lebih baik

D. Implementasi
Implementasi yang merupakan komponen dari proses keperawatan, adalah
kategori dari perilaku keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk mencapai
tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan dilakukan dan diselesaikan
1. Tindakan keperawatan mandiri
Tindakan keperawatan mandiri yang di lakukan oleh perawat tanpa pesanan dokter.
Misalnya, mengkaji nyeri dan tanda-tanda infeksi, mengajarkan teknik relaksasi,
mengajarkan ROM, dll.
2. Tindakan keperawatan kolaboratif
Tindakan yang dilakukan oleh perawat apabila perawat bekerja dengan tenaga
kesehatan lain dalam membuat keputusan bersama yang bertujuan untuk mengatasi
masalah klien. Misalnya kolaborasi dengan dengan dokter dalam pemberianan
antibiotik dan analgetik.

E. Evaluasi

Penilaian terhadap perkembangan dan kondisi kesehatan pasien setelah


dilakukan tindakan asuhan keperawatan.

Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan diharapkan :

1. Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan


2. Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
3. Memverbalisasikan peningkatan energi dan merasa lebih baik
Daftar pustaka
Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisologi. Jakarta : EGC.

NANDA. 2015. Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan diagnose medis dan


NANDA NIC-NOC.Yogyakarta : MediAction.

Nurarif, Amin Huda dan Hardi Kusuma. Asuhan Keperawatan Praktis.


Yogyakarta : Mediaaction

Smeltzer dan Bare. 2014. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai