Anda di halaman 1dari 6

RINGKASAN

KEPERAWATAN PALIATIF

Pengkajian Fisik Dan Psikologis, Tentang Perawatan Paliatif

DI SUSUN OLEH

TIRSA RUMTILI

P1813026

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

STIKES GRAHA EDUKASI

MAKASSAR

2021
 Pengertian Paliatif

Perawatan Paliatif adalah semua tindakan aktif guna meringankan

beban pasien terutama yang tidak dapat disembuhkan. Tindakan aktif yang
dimaksud ialah antara lain menghilangkan nyeri dan keluhan

lain,serta perbaikan dalam bidang psikologis, sosial dan spiritual.

Perawatan ini tidak saja diberikan kepada pasien yang tidak dapat

disembuhkan tetapi juga pasien yang mempunyai harapan untuk

sembuh bersama sama dengan tindakan kuratif (Departemen

Kesehatan [Depkes] RI, 1997).

 Pengkajian fisik dan psikologis dalam perawatan paliatif

Pemeriksaan fisik dilakukan mulai dari kepala sampai kaki dengan melihat segala
kelainan dan ketidaknormalan yang ada pada tubuh pasien adapun tehnik yang
digunakan dalam melakukan pemeriksaan adalah sebagai contoh berikut
ini :Pemeriksaan fisik dan psikologis pasien

PEMERIKSAAN FISIK

Pengkajian
 Identitas Klien: Nama, Umur, No Reg, Ruang, Agama, Pekerjaan, Alamat,
Suku Bangsa, Pendidikan, MRS, DX Medis
 Keluhan Utama:Saat MRS: Klien dibawa ke rumah sakit dengan keluhan diare
dan demam tinggi.
 Saat pengkajian:Klien mengatakan badan terasa lemah, dan tidak mampu
melakukan aktifitas.
 Riwayat Penyakit Sekarang: Apakah klien mengalami diare, nafsu makan
menurun, dan kesulitan menelan (disfagia), demam, kelelahan dan mengeluhkan
badan terasa lemah.
 Riwayat Penyakit Dahulu: apakah mengalami diare tak terkontrol tanpa
merasakan sakit perut, penyebabnya tidak diketahui, dengan faktor yang
memperberat adalah bergerak sehingga usaha yang dilakukan adalah
diam,demam tinggi, diare disertai darah, apakah pernah mengkonsumsi obat-
obatan terlarang.
 Riwayat Kesehatan Keluarga
 Riwayat Psikososial

 Pengkajian psikologis

Reaksi Proses psikologis Hal- hal yang biasa di jumpai Reaksi Proses Psikologis Hal-
hal yang biasa Dijumpai Shock (kaget, goncangan batin) Merasa bersalah, marah,
tidak berdaya Rasa takut, hilang akal, frustasi, rasa sedih, susahm acting out.
Mengucilkan diri Merasa cacat dan tidak berguna, menutup diri Khawatir
menginfeksi orang lain, murung Membuka status secara terbatas Ingin tahu
reaksi orang lain, pengalihan stress, ingin dicintai Penolakan, stress,
konfrontasi Mencari orang lain yang HIV positif Berbagi rasa, pengenalan,
kepercayaan, penguatan, dukungan social Ketergantungan, campur tangan, tidak
percaya pada pemegang rahasia dirinya. Status khusus Perubahan keterasingan
Ketergantungan, menjadi manfaat khusus, perbedaan menjadi hal yang
istimewa, dibutuhkan oleh yang lainnya. dikotomi kita dan mereka (semua orang
dilihat sebagai terinfeksi HIV dan direspon seperti itu), over identification. Perilaku
mementingkan orang lainKomitmen dan kesatuan kelompok, kepuasan memberi
dan berbagi perasaan sebagai kelompok Pemadaman, reaksi dan kompensasi yang
berlebihan PenerimaanIntegrasi status positive HIV dengan identitas diri,
keseimbangan antara kepentingan orang lain dengan diri sendiri, bisa
menyebutkan kondisi seseorang Apatis, sulit berubah Respon Psikologis
(penerimaan diri) terhadap Penyakit ada lima tahap reaksi emosi seseorang
terhadap penyakit, yaitu :

 Pengingkaran (denial) Pada tahap pertama pasien menunjukkan


karakteristik perilaku pengingkaran, mereka gagal memahami dan
mengalami makna rasional dan dampak emosional dari diagnosa.
Pengingkaran ini dapat disebabkan karena ketidaktahuan pasien terhadap
sakitnya atau sudah mengetahuinya dan mengancam dirinya.
 Pengingkaran dapat dinilai dari ucapan pasien “saya di sini istirahat.”
Pengingkaran dapat berlalu sesuai dengan kemungkinan memproyeksikan
pada apa yang diterima sebagai alat yang berfungsi sakit, kesalahan
laporan labo ratorium, atau lebih mungkin perkiraan dokter dan perawat
yang tidak kompeten. Pengingkaran diri yang mencolok tampak
menimbulkan kecemasan, pengingkaran ini merupakan buffer untuk
menerima kenyataan yang sebenarnya. Pengingkaran biasanya bersifat
sementara dan segera berubah menjadi fase lain dalam menghadapi kenyataan
(Achir Yani, 1999).
 Kemarahan (anger) Apabila pengingkaran tidak dapat dipertahankan lagi,
maka fase pertama berubah menjadi kemarahan. Perilaku pasien secara
karakteristik dihubungkan dengan marah dan rasa bersalah. Pasien akan
mengalihkan kemarahan pada segala sesuatu yang ada disekitarnya.
Biasanya kemarahan diarahkan pada dirinya sendiri dan timbul penyesalan.
Yang menjadi sasaran utama atas kemarahan adalah perawat, semua tindakan
perawat serba salah, pasien banyak menuntut, cerewet, cemberut,
tidak bersahabat, kasar, menantang, tidak mau bekerja sama, sangat
marah, mudah tersinggung, minta banyak perhatian dan iri hati. Jika
keluarga mengunjungi maka menunjukkan sikap menolak, yang
mengakibatkan keluarga segan untuk datang, hal ini akan menyebabkan bentuk
keagresipan (Hudak & Gallo, 1996).
 Sikap tawar menawar (bargaining)
Setelah marah-marah berlalu, pasien akan berfikir dan merasakan bahwa
protesnya tidak ada artinya. Mulai timbul rasa bersalahnya dan mulai
membina hubungan dengan Tuhan, meminta dan berjanji merupakan ciri
yang jelas yaitu pasien menyanggupi akan menjadi lebih baik bila terjadi
sesuatu yang menimpanya atau berjanji lain jika dia dapat sembuh (Achir Yani,
1999).
 Depresi
Selama fase ini pasien sedih/ berkabung mengesampingkan marah
dan pertahanannya serta mulai mengatasi kehilangan secara konstruktif.
Pasien mencoba perilaku baru yang konsisten dengan keterbatasan baru.
Tingkat emosional adalah kesedihan, tidak berdaya, t idak ada harapan,
bersalah, penyesalan yang dalam, kesepian dan waktu untuk menangis
berguna pada saat ini. Perilaku fase ini termasuk mengatakan ketakutan akan
masa depan, bertanya peran baru dalam keluarga intensitas depresi
tergantung pada makna dan ber atnya penyakit (Netty, 1999).

\
 kesimpulan

Hasil penelitian mendapatkan beberapa tema terkait pengalaman perawat dalam


memberikan perawatan paliatif, meliputi :

1) Kegiatan perawat dalam memberikan perawatan paliatif Kegiatan perawat dalam


memberikan perawatan paliatif terdiri dari mengurangi keluhan fisik dan
psikologis, memberikan dukungan spiritual dan manajemen proses berkabung.
2) Koping perawat dalam memberikan perawatan paliatif Dalam memberikan
perawatan paliatif dibutuhkan strategi koping yang positif, yakni dengan cara
membangun kepercayaan dengan pasien dan keluarga serta bersikap empati.
3) Kendala yang dihadapi perawat dalam memberikan perawatan paliatif Kendala
yang dihadapi perawat dalam memberikan perawatan paliatif didapatkan dari
pasien dan keluarga serta masalah yang dihadapi oleh perawat.
4) Harapan perawat dalam memberikan pelayanan perawatan paliatif yang lebih
baik , Harapan perawat dalam memberikan pelayanan perawatan paliatif yang
lebih baik adalah dengan dibentuknya tim paliatif dan peningkatan pengetahuan
perawat melalui kegiatan pelatihan (workshop).

Anda mungkin juga menyukai