Anda di halaman 1dari 22

NAMA : MURIDAWATI

NIM : 22010134
KELAS : 1A NON REGULER 2022
TUGAS : RINGKASAN/RESUME
MATA KULIAH : KEPERAWATAN MENJELANG AJAL DAN PALIATIF
DOSEN : Ns. AGHNIA KAMILA, S. Kep., M. Kep

BAB 1 KONSEP KEPERAWATAN PALIATIF DAN MENJELANG AJAL


Perawatan paliatif adalah pendekatan yang bertujuan untuk memperbaiki kualitas hidup
pasien dan keluarga dalam menghadapi masalah yang berhubungan dengan penyakit yang
dapat mengancam jiwa, melalui pencegahan dan membantu meringankan penderitaan,
identifikasi dini dan penilaian yang tertib serta penanganan nyeri dan masalah lain baik fisik,
psikososial dan spiritual.
Tujuan
Tujuan dari perawatan paliatif adalah untuk mengurangi penderitaan pasien,meningkatkan
kualitas hidupnya, juga memberikan support kepada keluarganya. Meski pada akhirnya
pasien meninggal, yang terpenting sebelum meninggal dia sudah siap secara psikologis dan
spiritual, tidak stres menghadapi penyakit yang dideritanya.
Prinsip
Menghormati atau menghargai martabat dan harga diri dari pasien dan keluarga pasien,
dukungan untuk caregiver, Palliateve care merupakan akses yang competent dan
compassionet.
Peran dan Fungsi Perawat Pada Askep Keperawatan Paliatif
 Pemberi asuhan keperawatam
 Penddikan kesehatan
 Koordinator
 Advokasi
 Kolaborator
 Fasilitator
 Modifikasi lingkungan

Prinsip Asuhan Keperawatan


 Melakukan pengkajian dengan cermat, mendengarkan keluhan dengan sungguh-
sungguh
 Menetapkan diagnosa/ masalah keperawatan
 Merencanaka asuhan keperawatan
 Melaksanakan tindakan / asuhan keperawatan

1
 Mengevaluasi perkembangan pasien secara cermat

Paliatif Care Plan


Melibatkan seorang partnerhip antara pasien, keluarga, orang tua, teman sebaya dan petugas
kesehatan yang profesional. Support fisik, emosional, psikososial dan spiritual khususnya,
melibatkan pasien pada self care, pasien memerlukan atau membutuhkan gambaran dan
kondisi (kondisi penyakit terminalnya) secara bertahap, tepat dan sesuai, Menyediakan
diagnostic atau kebutuhan intervensi terapeutik guna memperhatikan/memikirkan konteks
tujuan dan pengharapan dari pasien dan keluarga
BAB 2 ETIK DALAM PERAWATAN PALIATF
Etik adalah kesepakatan tentang praktik moral, keyakinan, sistem nilai, standar perilaku
individu dan atau kelompok tentang penilaian terhadap apa yang benar dan apa yang salah,
nama yang baik dan nama yang buruk, apa yang merupakan kejahatan , apa yang dikehendaki
dan apa yang ditolak.
Etika Keperawatan adalah kesepakatan / peraturan tentang penetapan nilai moral dan
keputusan- keputusan yang ditetapkan untuk profesi keperawatan.
Dasar Hukum Keperawatan Paliatif
 Aspek medikolegal dalam perawatan paliatif (Kep.Menkes NOMOR
812/Menkes/SK/VII/2007)
 Medikolegal Euthanasia : Euthanasia adalah dengan sengaja tidak melakukan
sesuatu untuk memperpanjang hidup seseorang pasien atau sengaja melakukan
sesuatu untuk memperpendek hidup atau mengakhiri hidup seorang pasien, dan ini
dilakukan untuk kepentingan pasien sendiri

Prinsip Dasar Keperawatan Paliatif


 Sikap peduli terhadap pasien.
 Menganggap pasie sebagai seorang indicidu.
 Pertimbangan kebudayaan.
 Persetujuan.
 Memilih tempat dilakukan perawatan
 Komunikasi.
 Aspek klinis : Perawatan yang sesuai
 Perawatan komprehensif dan terkoordinasi
 Kualitas perawatan yang sebaik mungkin.
 Perawatan yang perkelanjuran.
 Mencegah terjadinya kegawatan.
 Bantuan kepada perawat.
 Pemeriksaan ulang

Prinsip – Prinsip Etik


 Autonomi (Otonomi)
 Non Malaficienci (Tidak merugikan
 Veracity (Kejujuran)
2
 Beneficience ( Berbuat baik)
 Justice ( Keadilan)
 Akuntabilitas (Accountability)

BAB 3 KEBIJAKAN NASIONAL DALAM KEPERAWATAN PALIATIF


Pengertian Perawatan Paliatif
Perawatan paliatif adalah sistem perawatan terpadu yang bertujuan meningkatkan
kualitas hidup, dengan cara meringankan nyeri dan penderitaan orang lain, memberikan
dukungan spiritual dan psikososial mulai saat diagnosis ditegakkan sampai akhir hayat dan
dukungan terhadap keluarga yang kehilangan atau berduka serta bertujuan memperbaiki
kualitas hidup pasien dan keluarga yang menghadapi masalah yang berhubungan dengan
penyakit yang mengancam jiwa.
Lingkup Kegiatan Perawatan Paliatif
1. Jenis kegiatan perawatan paliatif meliputi : ƒ
 Penatalaksanaan nyeri
 Penatalaksanaan keluhan fisik lain
 Asuhan keperawatan
 Dukungan psikologis
 Dukungan sosial
 Dukungan kultural dan spiritual
 Dukungan persiapan dan selama masa dukacita (bereavement)

2. Perawatan paliatif dilakukan melalui rawat inap, rawat jalan, dan kunjungan/rawat rumah.
Program Paliatif yang efektif akan tercapai jika didukung komitmen pemangku kebijakan
dengan pendekatan kesehatan masyarakat, melalui:
 Integrasi layanan paliatif dalam sistem kesehatan nasional.
 Ketersediaan layanan professional serta pemberdayaan masyarakat.
 Ketersediaan sarana dan prasarana terutama untuk pengelolaan nyeri dan gejala
psikologis.
 Aksesibilitas setiap pasien yang memerlukan program paliatif.
 Program paliatif dilakukan mulai dari RS hingga masyarakat.

Sistem Pelayanan ada dua : Rumah Sakit dan Puskesmas


Tujuan umum
Sebagai payung hukum dan arahan bagi perawatan paliatif di Indonesia.
Tujuan khusus
 Terlaksananya perawatan paliatif yang bermutu sesuai standar yang berlaku di
seluruh Indonesia.
 Tersusunnya pedoman-pedoman pelaksanaan/juklak perawatan paliatif.
 Tersedianya tenaga medis dan non medis yang terlatih.
 Tersedianya sarana dan prasarana yang diperlukan.

3
BAB 4 TEKNIK MENYAMPAIKAN BERITA BURUK
Berita Buruk adalah berita dengan secara drastis dan negatif mengubah pandangan hidup
pasien tentang masa depannya.
Mengapa harus mempelajari cara menyampaikan berita buruk...?
 Merupakan pekerjaan yang akn sering dilakukan namun membuat stress
 Pasien menginginkan kebenaran
 Prinsip hukum dan etik
 Hasil Pemeriksaaan Klinis

Masalah yang ditemukan dalam penyampaian berita buruk


 Dugaan Penyakit
 Jujur dan hormat

Teknik menyampaikan berita buruk


 Persiapan diri dengan informasi klinis
 Atur waktu dan lokasi
 Latuhan mental dan emosi

BAB 5 PENGKAJIAN FISIK DAN PSIKOLOGIS PADA PENYAKIT KRONIK


Perawatan Penyakit Kronik merupakan perawatan yang berfokus pada pasien dan keluarga
dalam mengoptimalkan kualitas hidup dengan mengantisipasi, mencegah dan
menghilangkan penderitaan.
Masalah Keperawatan Pada Pasien Penyakit Kronik
Masalah Fisik
Masalah fisik yang sering muncul yang merupakan keluhan dari pasien yaitu nyeri. Nyeri
merupakan pengalaman emosional dan sensori yang tidak menyenangkan yang muncul
akibat rusak nya jaringan aktual yang terjadi secara tiba-tiba dari intensitas ringan hingga
berat yang dapat diantisipasi dan diprediksi. Masalah nyeri ditegakkan apabila data subjektif
dan objektif dari pasien memenuhi.
Masalah Psikologi
Masalah psikologis pada pasien kronik dan orang terdekat biasanya mengalami banyak
respon emosi, perasaan marah dan putus asa seringkali ditunjukkan. Problem psikologis lain
yang muncul antara lain ketergantungan, hingga kontrol diri, tidak mampu lagi produktif
dalam hidup. Kehilangan harga diri dan harapan serta kesenjangan komunikasi.
Beberapa Faktor Yang Perlu Dikaji Pada Pasien Dengan Penyakit Kronik
Faktor Fisik
Perawat harus mampu mengenali perubahan fisik yang terjadi pada pasien. Pasien mungkin
mengalami berbagai gejala. Perawat harus respek terhadap perubahan fisik yang terjadi pada

4
pasien karena hal tersebut menimbulkan ketidaknyamanan dan penurunan kemampuan
dalam pemeliharaan diri.
Faktor Psikologi
Perawat harus peka dan mengenali kecemasan yang terjadi pada pasien, harus bisa mengenali
ekspresi wajah yang ditunjukkan apakah sedih, depresi atau marah. Masalah psikologis lain
yang muncul antara lain ketergantungan, kehilangan harga diri dan harapan.
Pemeriksaan Fisik
 Keadaan umum
Apakah pasien lemah, terpasang infus atau tidak.

 Keadaan sakit
Pasien sering mengeluh lemas, sakit dan tidak nyaman

 Tekanan darah
Mengalami penurunan

 Tinggi badan dan berat badan


Naik dan turun

 Kepala : posisi kepala, bentuk kepala, warna rambut, distribusi apakah terlihat
bayangan pembuluh darah apakah terdapat luka, tumor, edema, ketombe dan
bau
 MATA : apakah terdapat vesikel, tidak ada massa, nyeri tekan,dan penurunan
penglihatan, konjungtivis anemis.
 HIDUNG : apakah terdapat sekret dan lesi
 MULUT : apakah terdapat lesi,gigi ada yang tanggal,membran mukosa
kering,apakah ada bercak bercak keputihan pada lidah
 TELINGA : apakahg ada nyeri tekan dan luka

Pengkajian Psikologis
1. Kondisi pikiran dan suasana hati, apakah dalam bulan terakhir merasa putus asa,
apakah merasa depresi, apakah pernah mengalami panik
2. Penyesuaian terhadap sakit apa pemahaman ps terhadap sakit
3. Sumber sumber dan hal yang menguatkan apakah ada dukungan
4. Total pain, adakah masalah psikologis,sosial,spiritual yang dialami
5. Sakit sebelumnya (dapat dikaji langsung atau pada keluarga, adakah resiko stres
psikologikal dan masalah kesehatan mental.

5
BAB 6 ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PENYAKIT KRONIS
Penyakit Kronis
Semua penyimpangan keadaan normal yang mempunyai karakteristik

 Menetap
 Meninggalkan cacat
 Patologis yang tidak kembali
 Memerlukan training khusus untuk rehabilitasi
 Mungkin memerlukan supervisi, observasi atau perawatan lama  keterbatasan
aktifitas

Ciri Penyakit Kronis :

 Tetap (setelah kejadian menetap)


 Kambuh (sering hilang timbul)
 Progresif (bertambah parah)

Respon pasien pada penyakit kronis dipengaruhi :

 Persepsi pasien terhadap situasi


 Kepribadian pasien
 Persepsi keluarga terhadap situasi
 Beratnya patofisiologi atau ketidakmampuan
 Sikap dan tindakan lingkungan
 Tersedianya fasilitas kesehatan

Contoh Penyakit Kronis

 Gagal Jantung
 Gagal Ginjal
 Kanker
 Stroke

Anamnesa Dan Pemeriksaan Fisik

Anamnesa, mengumpulkan semua keluhan yang berhubungan dengan retensi, etiologi,


perjalanan penyakit, termasuk faktor yang dapat memperburuk faal ginjal
Pemeriksaan Fisik, Pemeriksaan obektif dan subektif, serta pemeriksaan penunjang
Fokus Pengkajian keperawatan pada askep gagal ginjal kronik meliputi:

 Kaji status cairan meliputi berat badan harian, intake dan output, turgor kulit, distensi
vena leher, tanda vital, dan usaha pernafasan.
 Kaji pola diet nutrisi meliputi riwayat diet, preferensi makanan, dan jumlah kalori.

6
 Kaji status nutrisi mencakup perubahan berat badan, nilai laboratorium.
 Kaji pemahaman tentang penyebab gagal ginjal, akibat dan pengobatannya.
 Kaji respons dan reaksi pasien dan keluarga terhadap penyakit dan pengobatan.
 Kaji tanda-tanda hyperkalemia

Analisa Data
Pendekatan diagnosis gagal ginal kronik mempunyai sasaran

 Memastikan adanya penurunan faal ginjal


 Mengejar etiologi CKD yang dapat dikoreksi
 Mengidentifikasi semua faktor pemburuk faal ginjal
 Menentukan strategi terapi rasional
 Meramalkan prognosis

Kriteria hasil :Hipervolemia b/d gangguan mekanisme regulasi


Luaran: Keseimbangan cairan meningkat (L.03020)

 Haluaran Urin meningkat


 Asupan Makanan meningkat
 Edema menurun
 Asites menurun
 Konfusi menurun
 Denyut nadi radial membaik
 Tekanan darah membaik
 Tekanan arteri rata-rata membaik
 Turgor kulit dan berat badan membaik

Kriteria hasil: Intoleransi aktivitas b/d Kelemahan


Luaran: Toleransi Aktivitas meningkat
 Saturasi oksigen meningkat
 Frekuensi Nadi meningkat
 Kemudahan dalam melakukan aktivitas sehari hari meningkat
 Kekuatan tubuh bagian atas dan bawah meningkat
 Dyspnea saat dan setelah melakukan aktivitas menurun
 Perasaan lemah menurun
 Warna kulit membaik

Intervensi: :Hipervolemia

 Periksa tanda dan gejala hypervolemia


 Identifikasi penyebab hypervolemia

7
 Monitor status hemodinamik, tekanan darah, MAP, CVP, PAP, PCWP, CO jika
tersedia
 Monitor intaje dan output cairan
 Monitor tanda hemokonsentrasi ( kadar Natrium, BUN, hematocrit, berat jenis urine)
 Monitor tanda peningkatan tekanan onkotik plasma
 Monitor kecepatan infus secara ketat
 Monitor efek samping diuretik
 Timbang berat badan setiap hari pada waktu yang sama
 Batasi asupan cairan dan garam
 Tinggikan kepala tempat tidur 30-40 derajat
 Anjurkan melapor jika haluaran urine <0.5 ml/kg/jam dalam 6 jam
 Anjurkan melapor jika BB bertambah > 1 kg dalam sehari
 Ajarkan cara mengukur dan mencatat asupan dan haluaran cairan
 Ajarkan cara membatasi cairan
 Kolaborasi pemberian diuritik
 Kolaborasi penggantian kehilangan kalium akibat diuretic
 Kolaborasi pemberian continuous renal replacement therapy

Intervensi: Risiko Perfusi Renal Tidak Efektif

 Monitor status kardiopulmunal (frekwensi dan kekuatan nadi, frekwensi nafas, TD,
MAP)
 Monitor status oksigenasi (oksimetri nadi, AGD)
 Monitor status cairan (masukan dan haluaran, turgor kulit, CRT)
 Monitor tingkat kesadaran dan respon pupil
 Periksa riwayat alergi
 Berikan oksigen untuk mempertahankan saturasi oksigen >94%
 Persiapan intubasi dan ventilasi mekanik, jika perlu
 Pasang jalur IV, jika perlu
 Pasang kateter urine untuk menilai produksi urin, jika perlu
 Lakukan skinen skine test untuk mencegah reaksi alergi
 Jelaskan penyebab/ faktor resiko syok
 Jelaskan tanda dan gejala awal syok
 Anjurkan melapor jika menemukan/ merasakan tanda dan gejala syok
 Anjurkan memperbanyak asupan oral
 Anjurkan menghindari alergen
 Kolaborasi pemberian IV, jika perlu

Implemetasi
kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan
yang dihadapi ke status kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang
diharapkan. Implemetasi keperawatan adalah kategori serangkaian perilaku perawat yang
berkoordinasi dengan pasien, keluarga, dan anggota tim kesehatan lain untuk membantu

8
masalah kesehatan pasien yang sesuai dengan perencanaan dan kriteria hasil yang telah
ditentukan dengan cara mengawasi dan mencatat respon pasien terhadap tindakan
keperawatan yang telah dilakukan.
Evaluasi
Menurut Wong, dkk (2019) mengatakan bahwa keefektifan keperawatan ditentukan
oleh pengkajian ulang dan evaluasi asuhan secara kontinu berdasarkan pedoman observasi
yaitu:
1. Observasi dan wawancara keluarga mengenai kepatuhan mereka pada program medis
dan diet.
2. Pantau tanda vital, pengukuran pertumbuhan, laporan laboratorium, perilaku,
penampilan.
3. Observasi dan wawancara klien dan keluarga mengenai perasaan mereka,
kekhawatiran, dan rasa takut; observasi reaksi terhadap terapi dan prognosis

BAB 7 TINJAUAN SOSIAL, BUDAYA DAN AGAMA TENTANG PERAWATAN


PALIATIF DAN MENJELANG AJAL
Perawatan Paliatif

Menurut WHO 2016, Adalah pendekatan yang bertujuan meningkatkan kualitas hidup pasien
(dewasa dan anak-anak) dan keluarga dalam menghadapi penyakit yang mengancam jiwa,
dengan cara meringankan penderitaan rasa sakit melalui identifikasi dini, pengkajian yang
sempurna, dan penatalaksanaan nyeri serta masalah lainnya baik fisik, psikologis, social atau
spiritual.
Peran Perawat

Perawat tentunya punya peran penting dalam melaksanakan fungsinya. Perawat sebagai
salah satu profesi dapat berperan dalam pelayanan kesehatan pada umumnya terutama dalam
pemberian asuhan keperawatan kepada pasien. Stewart and DeNisco (2019), dalam bukunya
mengungkapkan bahwa perawat merupakan kelompok professional kesehatan yang terbesar.
Profesi ini berkontribusi sangat besar dalam pelayanan keperawatan bagi pasien yang
membutuhkan, khususnya pada perawatan paliatif dan menjelang ajal.
Tinjauan Sosial Dalam Perawatan Paliatif

Masalah social pada pasien terminal: isolasi social, yaitu suatu keadaan dimana seseorang
individu mengalami penurunan bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang
lain disekitarnya, pasien mungkin merasa ditolak, tidak mampu membina hubungan berarti
dengan orang lain(Keliat,2006),Pasien membatasi orang-orang yang mengunjunginya hanya
beberapa kelyuarga saja. Sebab:

o Konsep diri rendah (karna menurunnya fungsi mental dan fisik)


o Takut melihat orang lain depresi karna melihat dan memikirkan kondisinya
o Merasa bersalah karna telah menyita waktu, tenaga dan biaya yang di miliki
keluarga untuk pengobatan.

9
o Merasa takut mati dan marah dengan kehidupan.

Tinjauan Budaya Dalam Perawatan Paliatif

 Menurut Andereas Eppink, kebbudayaan adalah segala sesuatu atau ritual yang
berlaku dalam sebuah masyarakat yang menjadi cirikhas masyarakat tersebut.
 Indonesia memiliki berbagai ragam etnis dan budaya.
 Budaya positif di suatu etnis mungkin dianggap negative oleh etnis lain.
 Sulit merubah perilaku yang tertanam dan terinternalisasi dalam kehidupan
masyarakat.
 Perlu pengetahuan mengenai budaya suatu daerah, promosi Kesehatan, dan
meluruskan keyakinan atau budaya yang di anut hubungannya dengan Kesehatan.

Tinjauan Agama Dalam Perawatan Paliatif

Agama: sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada tuhan
yang maha kuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia
serta lingkungan.
Peran agama dalam perawatan paliatif:

 -Sebagai spiritual nourishment dan pencegahan penyakit. (Hawani)


 -Sebagai mekanisme koping dan factor yang berkontribusi dalam pemulihan
pasien (Narayasamy)
 -Sebagai sumber penyembuhan (healing) bagi pasien terminal. (Mok & Wong).

Perspektif Masing-Masing Agama Mengenai Ajal Dan Musibah

 Islam : 3 manfaat musibah (sakit), yaitu sebagai penggugur dosa, sebagai ujian
kesabaran, dan sebagai tangga untuk mencapai derajat lebih tinggi di sisi Allah SWT.
 Kristen : Makna penderitaan, sebagai karunia dan suatu yang Bahagia, memiliki
maksud dan tujuan tertentu, bersifat sementara dan diakhiri dengan berkat.
 Budha : Makna kematian untuk menyadarkan setiap manusia akan akhir kehidupan,
bahwa betapa tinggi pun tempatnya, apapun bantuan teknologi dan ilmu kedokteran
yang dimiliki, pada akhirnya tetap harus mengalami hal yang sama di dalam kubur
atau jadi segenggam debu.
 Hindu : Kematian adalah hal yang sangat penting yang menentukan arti kehidupan
seseorang, jadi harus selalu mengingat Tuhan menjelang ajal, sehingga mampu
menghantarkan ke tempat yang indah secara spiritual.

BAB 8 MACAM – MACAM PENYAKIT KRONIK DAN PENYAKIT TERMINAL


Penyakit terminal adalah kondisi penyakit yang membuat hidup jadi terbatas. Penyakit
terminal atau penyakit stadium akhir adalah penyakit yang tidak dapat disembuhkan atau
diobati secara akurat dan diperkirakan akan mengakibatkan kematian pasien.

10
Definisi penyakit kronis menurut WHO (World Health Organization) adalah penyakit yang
terjadi dengan durasi panjang yang pada umumnya berkembang secara lambat serta terjadi
akibat faktor genetik, fisiologis, lingkungan dan perilaku. Penyakit kronis adalah suatu
penyakit yang diderita dalam kurun waktu lama, yaitu sekitar lebih dari enam bulan atau
bahkan bertahun-tahun.
Beberapa Jenis Penyakit Kronis

 Penyakit jantung
Penyakit jantung termasuk dalam penyakit kronis yang mengganggu kinerja jantung dalam
memompa darah. Penyakit jantung tak pandang usai. Beberapa kasus yang kerap kita lihat
adalah artis muda yang meninggal karena penyakit jantung. Gejala utama penyakit jantung
adalah sesak nafas, nyeri di bagian dada, dan tubuh terasa lemas. Gejala ini dapat
berkembang secara bertahap apabila semakin parah.

 Kanker
Selain penyakit jantung, kanker adalah penyakit kronis dengan angka kematian yang cukup
tinggi juga. Penyakit kanker dapat menyerang dari usia balita hingga tua. Pasalnya, penyakit
ini sering kali tidak menimbukan gejala pada tahap awal, sehingga baru terdeteksi ketika
kanker sudah memasuki tahap yang berat atau stadium lanjut.

Gejala kanker yang muncul tergantung pada jenis kanker dan organ tubuh yang diserang.
Namun, secara umum, penderita kanker biasanya dapat mengalami beberapa tanda dan gejala
seperti muncul benjolan di bagian tubuh tertentu, nyeri, penurunan berat badan drastis, batuk
kronis, dan mudah lelah.

 Hipertensi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan penyakit kronis karena dapat memicu
penyakit jantung dan stroke, jika tidak diobati. Penyakit kronis ini umumnya tidak memiliki
gejala. Gejala hipertensi akan muncul jika tekanan darah penderita sudah sangat tinggi.
Gejala yang dapat muncul, yaitu sakit kepala, lemas, gangguan penglihatan, nyeri dada, dada
berdebar, dan sesak napas. Wajib sekali bagi penderita penyakit hipertesi untuk mengurangi
asupan garam dan mengonsumsi obat antihipertensi sesuai resep dokter.
 Diabetes
Penyakit kronis selanjutnya adalah diabetes. Penyakit diabetes ditandai dengan tingginya
kadar gula darah. Penyakit kronis ini dapat menyebabkan penderitanya mengalami beberapa
gejala berupa sering haus dan lapar, sering buang air kecil (terutama di malam hari),
pandangan kabur, luka yang sulit sembuh, sering mengalami infeksi, kulit gatal, dan
munculnya sensasi kesemutan, perih, atau mati rasa.

 Batu ginjal
Di era yang serba mager membuat anak muda menjadi kurang banyak gerak. Kemudian hal
ini yang memicu penyakit kronis batu ginjal. Selain kurang bergerak, kurang minum air putih
dan mengonsumsi makanan dengan kandungan garam yang tinggi menjadi faktor pemicu
penyakit batu ginjal lainnya. Bila terus dibiarkan, hal ini dapat semakin parah menjadi gagal

11
ginjal kronis.
Gejala gagal ginjal kronis meliputi pembengkakan pada tungkai, nyeri dada, dan tekanan
darah tinggi yang tidak terkendali

 HIV/AIDS
Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah salah satu penyakit paling berbahaya
bagi manusia. Penyakit yang disebabkan oleh Human Immunodeficiency Virus (HIV) ini bisa
membuat tubuh seseorang tidak memiliki kemampuan untuk melawan infeksi yang
ditimbulkan.

HIV merupakan virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh dan melemahkan
kemampuan tubuh melawan infeksi dan penyakit. Sebab, HIV yang masuk ke dalam tubuh
akan menghancurkan bagian sel darah putih yang melawan infeksi. Sehingga, semakin
sedikit sel darah putih dalam tubuh, semakin lemah pula sistem kekebalan tubuh seseorang
Perawatan Penyakit Terminal
Pengasuhan

Pasien terminal seringkali membutuhkan pengasuh, yang bisa jadi perawat, perawat praktik
berlisensi atau anggota keluarga. Pengasuh dapat membantu pasien menerima obat untuk
mengurangi rasa sakit dan mengontrol gejala mual atau muntah . Mereka juga dapat
membantu individu dengan aktivitas dan gerakan hidup sehari-hari. Pengasuh memberikan
bantuan berupa makanan dan psikologis mendukung dan memastikan bahwa individu
merasa nyaman.
Perawatan hospice

Perawatan hospice lebih berfokus pada pengobatan penyakit stadium akhir. Dalam
perawatan ini berfokus pada peningkatan kualitas hidup pasien sampai meninggal.
Kesalahpahaman yang umum adalah bahwa perawatan hospice dapat mempercepat kematian
karena pasien "menyerah" melawan penyakitnya. Namun, pasien yang mendapat
perawatan hospice seringkali hidup dalam jangka waktu yang sama dengan pasien di rumah
sakit. Hospice adalah perawatan klien terminal (stadium akhir) dimana pengobatan terhadap
penyakitnya tidak diperlukan lagi (dokter sudah angkat tangan). Perawatan ini bertujuan
meringankan penderitaan dan rasa tidak nyaman dari klien, berlandaskan pada aspek bio-
psiko-spiritual.

BAB 9 PATOFISIOLOGIS DAN ASUHAN KEPERAWATAN PENYAKIT


TERMINAL
Definisi

Penyakit terminal atau penyakit stadium akhir adalah penyakit yang secara medis kedokteran
tidak dapat disembuhkan atau diobati secara akurat. Contohnya, penyakit kanker yang sudah
stadium akhir.

12
Keadaan terminal adalah keadaan dimana pasien sedang menjalani sakit, yang sudah tidak
memiliki harapan bisa sembuh dari kesakitan yang dialaminya tersebut, hingga dirinya
sangat dekat dengan ajal atau kematian. Reaksi yang diberikan pasien dalam keadaan seperti
itu bersifat sangat individual.
Patofisiologis
Ada 4 tipe dari perjalanan proses penyakit terminal, yaitu :
1. Kematian yang pasti dengan waktu yang diketahui, yaitu adanya perubahan
yang cepat dari fase akut ke kronik.
2. Kematian yang pasti dengan waktu tidak bisa diketahui, biasanya terjadi pada
kondisi penyakit yang kronik.
3. Kematian yang belum pasti, kemungkinan sembuh belum pasti, biasanya
terjadi pada pasien dengan operasi radikal karena adanya kanker.
4. Kemungkinan mati atau sembuh yang tidak tentu. Terjadi pada pasien dengan
sakit kronik dan telah berjalan lama.

Tanda-tanda klinis menjelang kematian


1. Kehilangan tonus otot, ditandai:
 Relaksasi otot muka sehingga dagu menjadi turun.
 Kesulitandalam berbicara, proses menelan dan hilangnya refleks
menelan.
 Penurunan kegiatan traktus gastrointestinal, ditandai: nausea, muntah,
perut kembung, obstipasi, dsb.
 Penurunan control spinkter urinari dan rectal.
 Gerakan tubuh yang terbatas.

2. Kelambatan dalam sirkulasi, ditandai:


 Kemunduran dalam sensasi
 Cyanosis pada daerah ekstermitas.
 Kulit dingin, pertama kali pada daerah kaki, kemudian tangan, telinga dan
hidung.

3. Perubahan-perubahan dalam tanda-tanda vital


 Nadi lambat dan lemah.
 Tekanan darah turun.
 Pernafasan cepat, cepat dangkal dan tidak teratur.

4. Gangguan sensori
 Penglihatan kabur.
 Gangguan penciuman dan perabaan.

13
 Variasi-variasi tingkat kesadaran dapat dilihat sebelum kematian,
kadang-kadang klien tetap sadar sampai meninggal. Pendengaran
merupakan sensori terakhir yang berfungsi sebelum meninggal.

Tanda-tanda Klinis Saat Meninggal

1. Pupil mata melebar.


2. Kehilangan refleks.
3. Nadi cepat dan kecil
4. Pernafasan cepat, tidak teratur, atau ngorok.
5. Tekanan darah sangat rendah.
6. Mata dapat tertutup atau agak terbuka.

Beberapa perubahan fisik yang mungkin terjadi saat menjelang kematian


a. Pasien cenderung kurang respon terhadap keadaan.
b. Melambatnya fungsi tubuh
c. Pasien mulai berkemih dengan tidak sengaja atau defekasi.
d. Jatuhnya rahang pasien
e. Pernafasan pasien mulai terdengar dangkal, dan tidak teratur.
f. Peredaran darah mulai terasa perlambatannya, dan teraba dingin pada bagian
ekstermitas, nadi semakin lemah namun cepat.
g. Pernafasan mulai tidak teratur dan terdengar dangkal
h. Warna kulit tampak pucat.
i. Mata mulai tidak menunjukkan respon terhadap rangsangan cahaya.

Kesadaran pasien terminal. Strause et all dalam Milia dan Wijayanti (2018),
mengkategorikan kesadaran ini dalam 3 kategori:
a. Closed Awareness/Tidak Mengerti.

Dalam keadaan ini, biasanya dokter lebih memilih agar tidak menyampaikan prognose
dan diagnose pada keluarga atau klien. Namun, beda untuk perawat, hal ini akan sangat
menyulitkan lantaran perawat berkontak dengan pasien lebih dekat dari pada dokter,
dan acapkali ditanya oleh pasien terkait hal tersebut. Perawat kerap disodorkan
berbagai pertanyaan seperti kapan pasien akan sembuh, atau kapan bisa pulang, dsb.
b. Matual Pretense/Kesadaran/Pengertian yang Ditutupi.

Dalam keadaan ini, bisa dikatakan klien diberikan kesempatan agar bisa membuat
keputusan tentang semua hal yang sifatnya pribadi meskipun itu menjadi hal yang berat
baginya.
c. Open Awareness/Sadar akan keadaan dan terbuka.

14
Dalam tahap ini, pasien dan orang di sekitarnya sudah tahu bahwa ajala sudah menjelang
bagi pasien, dan mereka berusaha untuk menerima serta mendiskusikannya walaupun
tetap merasa getir
Faktor-faktor yang perlu dikaji

a. Kebersihan Diri
Kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuhan dirinya akan kebersihan diri
meliputi kebersihan kulit, kebersihan rambut dan kebersihan mulut, kuku serta
pemenuhan kebersihan setelah buang air besar/kecil.

b. Rasa nyeri
Tingkat nyeri yang dirasakan, durasi nyeri, lokal, waktu nyeri, penyebaran nyeri.

c. Jalan Nafas
Perlu diperhatikan pola nafas, frekuensi nafas, bunyi nafas. Seringkali bila
didapatkan pasien dengan sesak nafas, perlu dilihat juga apakah menggunakan
otot-otot pernafasan.

d. Aktifitas
Perlu diperhatikan apakah pasien masih bisa meraktifitas untuk keperluan diri
sendiri atau sudah bergantung dengan orang lain.

e. Nutrisi
Apabila pasien mengalami nausea dan anorexia karena adanya penurunan gerakan
peristaltic dalam tubuhnya.
f. Eliminasi
Adanya penurunan, atau bahkan kehilangan tonus otot bisa membuat pasien
mengalami konstipasi, inkontinen feses dan urin.

g. Perubahan Sensori
Klien dengan penyakit terminal stadium lanjut, sering terjadi penurunan sensori
terutama apabila penglihatan klien berubah menjadi kabur, biasanya pasien mulai
menghindari atau menolak untuk menghadapkan kepala ke arah lampu / tempat
terang.

h. Kebutuhan Sosial
Terkadang pasien dalam keadaan terminal perlu ditempatkan pada ruang
tersendiri, terutama klien dengan penyakit khusus, serta dalam upaya memenuhi
seluruh kebutuhan hubungan sosial dan keluarganya.

i. Kebutuhan Spiritual
 Bertanya kepada klien mengenai harapan hidupnya serta rencana yang
dimiliki klien selanjutnya menjelang kematiannya.
 Bertanya kepada klien apakah dirinya ingin didatangkan pemuka agama
untuk memenuhi kebutuhan spiritualnya.

15
 Mendukung, mendorong, dan klien untuk memenuhi kebutuhan spiritual
sebatas kemampuannya.

Diagnosa Keperawatan
Masalah yang sering terjadi menurut Potter et.al yaitu:

1. Nyeri dapat bersifat akut atau kronis.


2. Gangguan pada sistem pencernaan:
 Biasanya mual muntah terjadi akibat proses penyakit (kanker) atau akibat
komplikasi lain, serta akibat medikasi.
 Konstipasi terjadi akibat diet rendah serat, karena yang masuk hanya cairan
dan juga karena perubahan nafsu makan.
 Diare sering terjadi akibat penyakit kanker kolon atau juga terjadi akibat
efek pemberian pengobatan.
3. Nutrisi tidak adekuat karena penurunan nafsu makan atau akibat gangguan
pencernaan
4. Inkontinensia urin, biasa terjadi akibat komplikasi penyakit kanker yang sudah
mengalami metastase ke medulla spinalis.
5. Ansietas/ kecemasan/ ketakutan individu & keluarga yang diperkirakan bisa
berhubungan dengan situasi yang tidak dikenali, sifat serta kondisi yang tak dapat
diperkirakan, atau merasa takut dengan kematian dan efek negatif pada pada gaya
hidup yang telah dilalui.

Perencanaan Keperawatan

Perencanaan keperawatan atau intervensi harus diberikan kepada pasien karena


intervensi merupakan dari proses keperawatan. Perawat juga perlu memperhatikan tindakan
mandiri serta tindakan kolaboratif. Intervensi keperawatan yang dapat diberikan sesuai
dengan diagnosa keperawatannya, yaitu:
a. Manajemen nyeri non farmakologik bisa diberikan untuk pasien terminal.
b. Gunakan modifikasi antara pemberian manajemen nyeri farmakologik dan
non farmakologik sesuai dengan perubahan status kesehatan klien.
c. Pemberian analgesik narkotik (kolaborasi) dengan jadwal yang teratur untuk
mengatasi nyeri kanker.
d. Berikan perawatan mulut yang sering, durasi 2-4 jam sekali untuk menekan
sensasi mual, dengan menggunakan sikat gigi yang lembut.
e. Diskusikan dengan tim lain (medis, nutritionis) tentang pengobatan dan diet
tetentu untuk mengatasi perubahan pengobatan dengan efek mual dan muntah
serta efek diare/konstipasi.
f. Penyediaan nutrisi dengan porsi yang memungkinkan pasien habis sesuai
dengan skala diet yang disajikan.

16
g. Bila pasien mengalami inkontinensia urin, perawat bisa menyiapkan linen
yang mudah meresap, antisipasi gesekan dengan kulit agar tidak terjadinya
iritasi kulit, serta melakukan pemasangan kateter jika memungkinkan.
h. Berikan edukasi kepada keluarga dan pasien serta berikan dorongan untuk
pasien melakukan kegiatan spiritual, seperti berdo’a terhadap
kesembuhannya.
i. Ciptakan suasana tenang yang dapat membuat pasien nyaman dan berikan
kesempatan kepada pasien untuk istirahat.

Penatalaksanaan Keperawatan

Penatalaksanaan atau implementasi yang dapat dilakukan perawat kepada pasien dengan
penyakit terminal adalah:

1. Berikan kepastian dan kenyamanan kepada pasien.


2. Tunjukkan perasaan tentang pemahaman dan empati, jangan menghindari
pertanyaan.
3. Doronglah pasien untuk mau menjelaskan tiap ketakutan serta permasalahan
yang berhubungan dengan proses pengobatannya.
4. Mengidentifikasi dan mendukung mekanisme koping efektif klien yang
mengalami kecemasan.
5. Ansietas cenderung bisa memperburuk masalah yang sudah ada. Oleh
karenanya, bantu klien yang mengalami peningkatan ansietas tegang,
emosional dan nyeri fisik.
6. Melakukan pengkajian tingkat ansietas klien: membuat rencana pernyuluhan
apabila tingkatnya rendah atau sedang. Beberapa rasa pada takut biasanya
didasari oleh informasi yang tidak akurat, dan hal ini dapat dihilangkan
dengan memberikan edukasi dan informasiakurat.
7. Memberikan dorongan pada keluarga dan teman untuk dapat
mengungkapkan apa yang mereka takutkan.
8. Memberikan klien dan keluarga kesempatan serta penguatan koping positif.
9. Gali informasi apakah klien ingin melaksanakan praktek atau ritual
keagamaan tertentu, atau spiritual lain yang diinginkan.

Evaluasi Keperawatan Pasien Terminal

Semua perawatan paliatif yang dilakukan bisa dievaluasi dengan memperhatikan


beberapa hal berikut:

1. Klien merasakan kenyamanan dan bisa mengekpresikan perasaannya pada perawat.


2. Klien tidak merasa sedih dan siap menerima kenyataan terkait keadaannya.
3. Klien selalu ingat kepada Tuhannya.
4. Klien sadar bahwa setiap apa yang diciptakan akan kembali kepada Tuhan Yang
Maha Esa.

17
Dokumentasi

Dokumentasi merupakan catatan otentik dalam penerapan manajemen kesehatan yang


profesional. Kesadaran masyarakat terhadap hukum semakin meningkat sehingga
dokumentasi yang lengkap dan jelas sangat dibutuhkan.

Bentuk pendokumentasian pelayanan pasien tahap terminal secara garis besar bertujuan
untuk:
1. Memberikan informasi pelayanan yang diberikan sepert fakta, gambaran, hasil
observasi kesehatan pasien ke tim kesehatan lainnya.
2. Menunjukkan penampilan kerja pemberi pelayanan dalam merawat pasien yang lebih
spesifik.
3. Merupakan catatan mutlak atau dokumen legal yang digunakan sebagai referensi
kesehatan pasien.

BAB 10 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TERMINAL ILNESS


(PALLIATIVE CARE)
Pengertian Penyakit Terminal

Keadaan terminal adalah suatu keadaan sakit dimana menurut akal sehat tidak ada harapan
lagi bagi sisakit untuk sembuh. Keadaan sakit itu dapat disebabkan oleh suatu penyakit atau
suatu kecelakaan. Kondisi terminal adalah suatu proses yang progresif menuju kematian
berjalan melalui suatu tahapan proses penurunan fisik, psikososial dan spiritual bagi
individual.
Klasifikasi

 Penyakit-penyakit kanker stadium akhir


 Penyakit-penyakit infeksi
 Congestif Renal Failure (CRF)
 Strike multiple sklerosis
 Akibat kecelakaan fatal
 AIDS
 DM tipe II

Ciri-ciri Penyakit Terminal

 Penyakit tidak dapat disembuhkan


 Mengarah pada kematian
 Diagnosa medis sudah jelas
 Tidak ada obat untuk menyembuhkan
 Prognosis jelek
 Bersifat progresif

18
Faktor Predisposisi

 Usia
 Lingkungan sosial budaya
 Faktor jenis kelamin
 Faktor tinkat pendidikan
 Faktor ekonomi
 Faktor pengetahuan
 Faktor lama rawat inap

Tahapan berduka

Menurut Dr Elisabeth Kublerr- Ross mengidentifikasi lima tahapan berduka yang dapat
terjadi pada pasien dengan penyakit terminal, yaitu:

 Denial (menyangkal)
 Anger (marah)
 Bargainning (tawar menawar)
 Depretion (depresi)
 Acceptance ( penerimaan)

Konsep dasar asuhan keperawatan/ pelaksanaan medis


1.Pengkajian

 Pengkajian terhadap identitas pasien


 Pengkajian terhadap identitas penanggung jawab klien (keluarga)
 Pengkajian terhadap riwayat kesehatan klien
 Mengkaji kebutuhan dasar klien
 melakukan pemeriksaan fisik pada klien
 Mengkaji data penunjang klien
 Mengkaji kondisi keluarga pasien

BAB 11 MANAJEMEN NYERI PADA PASIEN TERMINAL


Fase terminal adalah dimana kondisi fisiologi klien maupun organ tubuh mengalami
gangguan sedemikian rupa sehingga secara diagnostik dinyatakan tidak ada intervensi
apapun yang dapat menolong memperpanjang hidup klien tersebut.

Pasien paliatif terminal menderita nyeri akibat dari penyakitnya, efek dari pengobatannya,
faktor psikis, dan faktor2 lain yang memerlukan penilaian individual serta pendekatan yang
detail dan menyeluruh.
Untuk dapat memberikan tatalaksanaan nyeri yang baik dan memadai , selain pemahaman
tentang layanan paliatif, perlu juga pemahan tentang nyeri berkaitan dengan
definisi,psikofisiologi dan patofisiologi nyeri serta pedoman tatalaksana nyeri baik terapi
nyeri farmakologis maupun terapi nyeri non farmologis

19
Gejala nyeri lebih banyak ditemui pada :
 Pasien kanker (74.4% vs 25.6%).
 Pasien usia 51-60 tahun (26.7%),
 Perempuan (51.2%), dan
 Pasien yang tidak bekerja (30.2%).

Definisi dan Klasifikasi Nyeri

Nyeri adalah suatu persepsi yang merupakan mekanisme proteksi tubuh yang bertujuan
untuk memberikan peringatan akan adanya bahaya atau penyakit psikis ataupun somatik..
Menurut The International Association for the Study of Pain (IASP), nyeri didefinisikan
sebagai pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan yang berhubungan
dengan kerusakan jaringan atau potensial akan menyebabkan kerusakan jaringan.
Nyeri nosiseptif adalah nyeri yang disebabkan oleh aktivitas nosiseptor baik pada
serabut µ-delta maupun serabut-c, oleh stimulus-stimulus mekanis, termal maupun kimiawi.
Nyeri nosiseptik dapat dibagi atas nyeri somatik dan nyeri viseral.
Nyeri somatik bersifat tumpul, lokasinya jelas berhubungan dengan lesi, contoh nyeri
somatik adalah nyeri muskuloskeletal, nyeri artritik, nyeri pascabedah dan metastasis.

Nyeri viseral berhubungan dengan distensi organ yang berongga, lokasinya sulit
dideskripsikan, bersifat dalam, seperti diremas, dan disertai kram. Nyeri ini biasanya
berhubungan dengan gejala-gejala autonom, seperti nausea, vomitus dan diaforesis. Sering
kali nyeri viseral disertai penjalaran (referred pain).
Fisiologi Dan Anatomi Nyeri Secara Umum

Stimulasi nosiseptor ini kemudian diikuti proses transduksi yaitu pengalihan stimulus
menjadi proses neuronal, yang kemudian diteruskan sepanjang serabut saraf eferen ke
ganglion radiks dorsalis medula spinalis tempat sinyal rasa sakit mulai diproses Pada tingkat
medula spinalis terutama pada radiks dorsalis terjadi modulasi baik eksitasi maupun inhibisi
impuls-impuls yang masuk. dan kemudian ditransmisikan ke korteks, menghasilkan rasa
nyeri. Persepsi nyeri melalui rangsang nosiseptor disebut nosiseption.

Melalui jalur monosinaptik serabut spinotalamik ke korteks somato-sensorik yang


mendiskripsikan nyeri terutama lokasi dan intensitas nyeri. Melalui jalur polisinaps terjadi
pada segmen-segmen medula spinalis, terdapat pula sinaps dengan serabut saraf autonom di
torakolumbal yang berhubungan dengan aktivitas sistem saraf otonom yang menyertai nyeri.
Penilaian Gejala Nyeri

PQRST : P : Paliatif ; penyebab nyeri ,Q : Quality;kualitas nyeri R : Regio; lokasi dan


penyebaran nyeri , S : Subyektif; deskripsi oleh pasien mengenai tingkat nyerinya T :
Temporal : periode/waktu yang berkaitan dengan nyeri

20
OPQRS; Onset : tentukan kapan terjadinya nyeri. Provocation : apa yang memperburuk nyeri
. Apakah posisi? Apakah memburuk dengan menarik napas dalam atau palpasi pada dada?
Apakah nyeri menetap: Quality (kualitas): Tanyakan bagaimana jenis nyerinya. Biarkan
pasien menjelaskan dengan bahasanya sendiri. Radiation (radiasi): Apakah nyeri berjalan
(menjalar) ke bagian tubuh yang lain? Di mana? Severity (keparahan): Gunakan perangkan
penilaian nyeri (sesuai untuk pasien) untuk pengukuran keparahan nyeri yang konsisten.
Gunakan skala nyeri yang sama untuk menilai kembali keparahan nyeri dan apakah nyeri
berkurang atau memburuk Dapat juga memakai anamnesis ,

COLDERRA; Characteristic (karakteristik): Apakah nyeri bersifat tumpul, sakit, tajam,


menusuk atau menekan. Onset :Kapan nyeri mulai terasa , Location (lokasi) Duration
(durasi), Berapa lama nyeri berlangsung; terus menerus atau hilang timbul Exacerbation
(eksaserbasi) Apa yang memperburuk nyeri Radiation (radiasi) Relief (pereda) Apa yang
meredakan nyeri Associated sign/symptom (tanda-tanda dan gejala yang berhubungan) Mual,
cemas, perasaan lainnya.

Tatalaksana Nyeri Paliatif


Pada umumnya 80-90% nyeri kasus paliatif dapat tertangani dengan analgesik konvensional
dan ajuvan berdasarkan prinsip penanganan nyeri WHO analgesik 3-step ladder, terutama
bila faktor penyerta seperti adanya infeksi, stressor psikososial, adanya ansietas dan depresi
di tatalaksana secara bersamaan.

Namun, 10%-20% pasien kanker tetap merasakan nyeri dengan terapi diatas, sehingga
dibutuhkan terapi intervensi lanjut untuk nyerinya. Terapi intervensi lanjut dapat
dipertimbangkan sebagai langkah selanjutnya pada anak tangga analgesik WHO yang dapat
dimasukkan sebagai langkah empat.

Tatalaksana non-farmakologik
TENS, fisioterapi, Akupuntur, berbagai jenis psikoterapi, terapi relaksasi, terapispiritual,
psikososial dan kultural. Mampu mengurangi gejala psikis dan somatik, dapat mengurangi
emosi negative, depresi atau ansietas yang dapat memperberat nyeri.

BAB 12 TERAPI KOMPLEMENTER DI BERBAGAI TINGKAT PELAYANAN


KESEHATAN
Terapi komplementer dapat berupa promosi kesehatan, pencegahan penyakit ataupun
rehabilitasi. Bentuk promosi kesehatan misalnya memperbaiki gaya hidup dengan
menggunakan
terapi nutrisi. Seseorang yang menerapkan nutrisi sehat, seimbang, mengandung berbagai
unsur akan meningkatkan kesehatan tubuh. Intervensi komplementer ini berkembang di
tingkat pencegahan primer, sekunder, tersier dan dapat dilakukan di tingkat individu maupun
kelompok
misalnya untuk strategi stimulasi imajinatif dan kreatif.

21
Tujuan Terapi Koplementer

 Sebagai pengobatan pilihan lain diluar pengobatan medis.


 Untuk memperbaiki fungsi dari system tubuh, terutama system kekebalan dan
pertahanan tubuh.
 Lebih berserah diri dan ikhlas menerima keadaan.

Jenis – jenis Terapi Komplementer

1. Akupunktur medic yaitu metode yang berasal dari Cina ini diperkirakan sangat
bermanfaat dalam mengatasi berbagai kondisi kesehatan tertentu dan juga sebagai
analgesi (pereda nyeri).
2. Terapi hiperbarik, yaitu suatu metode terapi dimana pasien dimasukkan ke dalam
sebuah ruangan yang memiliki tekanan udara 2 – 3 kali lebih besar daripada tekanan
udara atmosfer normal (1 atmosfer), lalu diberi pernapasan oksigen murni (100%).
Selama
terapi, pasien boleh membaca, minum, atau makan untuk menghindari trauma pada
telinga akibat tingginya tekanan udara.
3. Terapi herbal medik, yaitu terapi dengan menggunakan obat bahan alam, baik berupa
herbal terstandar dalam kegiatan pelayanan penelitian maupun berupa fitofarmaka.
Herbal terstandar yaitu herbal yang telah melalui uji preklinik pada cell line atau
hewan coba, baik terhadap keamanan maupun efektifitasnya.

Berdasarkan Permenkes RI Nomor : 1109/Menkes/Per/2007 adalah :

 Intervensi tubuh dan pikiran (mind and body interventions) : Hipnoterapi,


mediasi, penyembuhan spiritual, doa dan yoga.
 Sistem pelayanan pengobatan alternatif : akupuntur, akupresur, naturopati,
homeopati, aromaterapi, ayurveda
 Cara penyembuhan manual : chiropractice, healing touch, tuina, shiatsu,
osteopati, pijat urut
 Pengobatan farmakologi dan biologi : jamu, herbal, gurah
 Diet dan nutrisi untuk pencegahan dan pengobatan : diet makro nutrient, mikro
nutrient
 Cara lain dalam diagnosa dan pengobatan : terapi ozon, hiperbarik

Obat-Obat Yang Digunakan Dalam Terapi Komplementer


 Bersifat natural yaitu mengambil bahan dari alam, seperti jamu-jamuan.
 Pendekatan lain seperti mengunakan energi tertentu yang mampu mempercepat
proses penyembuhan,

22

Anda mungkin juga menyukai