NIM : 22010134
KELAS : 1A NON REGULER 2022
TUGAS : RINGKASAN/RESUME
MATA KULIAH : KEPERAWATAN MENJELANG AJAL DAN PALIATIF
DOSEN : Ns. AGHNIA KAMILA, S. Kep., M. Kep
1
Mengevaluasi perkembangan pasien secara cermat
2. Perawatan paliatif dilakukan melalui rawat inap, rawat jalan, dan kunjungan/rawat rumah.
Program Paliatif yang efektif akan tercapai jika didukung komitmen pemangku kebijakan
dengan pendekatan kesehatan masyarakat, melalui:
Integrasi layanan paliatif dalam sistem kesehatan nasional.
Ketersediaan layanan professional serta pemberdayaan masyarakat.
Ketersediaan sarana dan prasarana terutama untuk pengelolaan nyeri dan gejala
psikologis.
Aksesibilitas setiap pasien yang memerlukan program paliatif.
Program paliatif dilakukan mulai dari RS hingga masyarakat.
3
BAB 4 TEKNIK MENYAMPAIKAN BERITA BURUK
Berita Buruk adalah berita dengan secara drastis dan negatif mengubah pandangan hidup
pasien tentang masa depannya.
Mengapa harus mempelajari cara menyampaikan berita buruk...?
Merupakan pekerjaan yang akn sering dilakukan namun membuat stress
Pasien menginginkan kebenaran
Prinsip hukum dan etik
Hasil Pemeriksaaan Klinis
4
pasien karena hal tersebut menimbulkan ketidaknyamanan dan penurunan kemampuan
dalam pemeliharaan diri.
Faktor Psikologi
Perawat harus peka dan mengenali kecemasan yang terjadi pada pasien, harus bisa mengenali
ekspresi wajah yang ditunjukkan apakah sedih, depresi atau marah. Masalah psikologis lain
yang muncul antara lain ketergantungan, kehilangan harga diri dan harapan.
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum
Apakah pasien lemah, terpasang infus atau tidak.
Keadaan sakit
Pasien sering mengeluh lemas, sakit dan tidak nyaman
Tekanan darah
Mengalami penurunan
Kepala : posisi kepala, bentuk kepala, warna rambut, distribusi apakah terlihat
bayangan pembuluh darah apakah terdapat luka, tumor, edema, ketombe dan
bau
MATA : apakah terdapat vesikel, tidak ada massa, nyeri tekan,dan penurunan
penglihatan, konjungtivis anemis.
HIDUNG : apakah terdapat sekret dan lesi
MULUT : apakah terdapat lesi,gigi ada yang tanggal,membran mukosa
kering,apakah ada bercak bercak keputihan pada lidah
TELINGA : apakahg ada nyeri tekan dan luka
Pengkajian Psikologis
1. Kondisi pikiran dan suasana hati, apakah dalam bulan terakhir merasa putus asa,
apakah merasa depresi, apakah pernah mengalami panik
2. Penyesuaian terhadap sakit apa pemahaman ps terhadap sakit
3. Sumber sumber dan hal yang menguatkan apakah ada dukungan
4. Total pain, adakah masalah psikologis,sosial,spiritual yang dialami
5. Sakit sebelumnya (dapat dikaji langsung atau pada keluarga, adakah resiko stres
psikologikal dan masalah kesehatan mental.
5
BAB 6 ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PENYAKIT KRONIS
Penyakit Kronis
Semua penyimpangan keadaan normal yang mempunyai karakteristik
Menetap
Meninggalkan cacat
Patologis yang tidak kembali
Memerlukan training khusus untuk rehabilitasi
Mungkin memerlukan supervisi, observasi atau perawatan lama keterbatasan
aktifitas
Gagal Jantung
Gagal Ginjal
Kanker
Stroke
Kaji status cairan meliputi berat badan harian, intake dan output, turgor kulit, distensi
vena leher, tanda vital, dan usaha pernafasan.
Kaji pola diet nutrisi meliputi riwayat diet, preferensi makanan, dan jumlah kalori.
6
Kaji status nutrisi mencakup perubahan berat badan, nilai laboratorium.
Kaji pemahaman tentang penyebab gagal ginjal, akibat dan pengobatannya.
Kaji respons dan reaksi pasien dan keluarga terhadap penyakit dan pengobatan.
Kaji tanda-tanda hyperkalemia
Analisa Data
Pendekatan diagnosis gagal ginal kronik mempunyai sasaran
Intervensi: :Hipervolemia
7
Monitor status hemodinamik, tekanan darah, MAP, CVP, PAP, PCWP, CO jika
tersedia
Monitor intaje dan output cairan
Monitor tanda hemokonsentrasi ( kadar Natrium, BUN, hematocrit, berat jenis urine)
Monitor tanda peningkatan tekanan onkotik plasma
Monitor kecepatan infus secara ketat
Monitor efek samping diuretik
Timbang berat badan setiap hari pada waktu yang sama
Batasi asupan cairan dan garam
Tinggikan kepala tempat tidur 30-40 derajat
Anjurkan melapor jika haluaran urine <0.5 ml/kg/jam dalam 6 jam
Anjurkan melapor jika BB bertambah > 1 kg dalam sehari
Ajarkan cara mengukur dan mencatat asupan dan haluaran cairan
Ajarkan cara membatasi cairan
Kolaborasi pemberian diuritik
Kolaborasi penggantian kehilangan kalium akibat diuretic
Kolaborasi pemberian continuous renal replacement therapy
Monitor status kardiopulmunal (frekwensi dan kekuatan nadi, frekwensi nafas, TD,
MAP)
Monitor status oksigenasi (oksimetri nadi, AGD)
Monitor status cairan (masukan dan haluaran, turgor kulit, CRT)
Monitor tingkat kesadaran dan respon pupil
Periksa riwayat alergi
Berikan oksigen untuk mempertahankan saturasi oksigen >94%
Persiapan intubasi dan ventilasi mekanik, jika perlu
Pasang jalur IV, jika perlu
Pasang kateter urine untuk menilai produksi urin, jika perlu
Lakukan skinen skine test untuk mencegah reaksi alergi
Jelaskan penyebab/ faktor resiko syok
Jelaskan tanda dan gejala awal syok
Anjurkan melapor jika menemukan/ merasakan tanda dan gejala syok
Anjurkan memperbanyak asupan oral
Anjurkan menghindari alergen
Kolaborasi pemberian IV, jika perlu
Implemetasi
kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan
yang dihadapi ke status kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang
diharapkan. Implemetasi keperawatan adalah kategori serangkaian perilaku perawat yang
berkoordinasi dengan pasien, keluarga, dan anggota tim kesehatan lain untuk membantu
8
masalah kesehatan pasien yang sesuai dengan perencanaan dan kriteria hasil yang telah
ditentukan dengan cara mengawasi dan mencatat respon pasien terhadap tindakan
keperawatan yang telah dilakukan.
Evaluasi
Menurut Wong, dkk (2019) mengatakan bahwa keefektifan keperawatan ditentukan
oleh pengkajian ulang dan evaluasi asuhan secara kontinu berdasarkan pedoman observasi
yaitu:
1. Observasi dan wawancara keluarga mengenai kepatuhan mereka pada program medis
dan diet.
2. Pantau tanda vital, pengukuran pertumbuhan, laporan laboratorium, perilaku,
penampilan.
3. Observasi dan wawancara klien dan keluarga mengenai perasaan mereka,
kekhawatiran, dan rasa takut; observasi reaksi terhadap terapi dan prognosis
Menurut WHO 2016, Adalah pendekatan yang bertujuan meningkatkan kualitas hidup pasien
(dewasa dan anak-anak) dan keluarga dalam menghadapi penyakit yang mengancam jiwa,
dengan cara meringankan penderitaan rasa sakit melalui identifikasi dini, pengkajian yang
sempurna, dan penatalaksanaan nyeri serta masalah lainnya baik fisik, psikologis, social atau
spiritual.
Peran Perawat
Perawat tentunya punya peran penting dalam melaksanakan fungsinya. Perawat sebagai
salah satu profesi dapat berperan dalam pelayanan kesehatan pada umumnya terutama dalam
pemberian asuhan keperawatan kepada pasien. Stewart and DeNisco (2019), dalam bukunya
mengungkapkan bahwa perawat merupakan kelompok professional kesehatan yang terbesar.
Profesi ini berkontribusi sangat besar dalam pelayanan keperawatan bagi pasien yang
membutuhkan, khususnya pada perawatan paliatif dan menjelang ajal.
Tinjauan Sosial Dalam Perawatan Paliatif
Masalah social pada pasien terminal: isolasi social, yaitu suatu keadaan dimana seseorang
individu mengalami penurunan bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang
lain disekitarnya, pasien mungkin merasa ditolak, tidak mampu membina hubungan berarti
dengan orang lain(Keliat,2006),Pasien membatasi orang-orang yang mengunjunginya hanya
beberapa kelyuarga saja. Sebab:
9
o Merasa takut mati dan marah dengan kehidupan.
Menurut Andereas Eppink, kebbudayaan adalah segala sesuatu atau ritual yang
berlaku dalam sebuah masyarakat yang menjadi cirikhas masyarakat tersebut.
Indonesia memiliki berbagai ragam etnis dan budaya.
Budaya positif di suatu etnis mungkin dianggap negative oleh etnis lain.
Sulit merubah perilaku yang tertanam dan terinternalisasi dalam kehidupan
masyarakat.
Perlu pengetahuan mengenai budaya suatu daerah, promosi Kesehatan, dan
meluruskan keyakinan atau budaya yang di anut hubungannya dengan Kesehatan.
Agama: sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada tuhan
yang maha kuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia
serta lingkungan.
Peran agama dalam perawatan paliatif:
Islam : 3 manfaat musibah (sakit), yaitu sebagai penggugur dosa, sebagai ujian
kesabaran, dan sebagai tangga untuk mencapai derajat lebih tinggi di sisi Allah SWT.
Kristen : Makna penderitaan, sebagai karunia dan suatu yang Bahagia, memiliki
maksud dan tujuan tertentu, bersifat sementara dan diakhiri dengan berkat.
Budha : Makna kematian untuk menyadarkan setiap manusia akan akhir kehidupan,
bahwa betapa tinggi pun tempatnya, apapun bantuan teknologi dan ilmu kedokteran
yang dimiliki, pada akhirnya tetap harus mengalami hal yang sama di dalam kubur
atau jadi segenggam debu.
Hindu : Kematian adalah hal yang sangat penting yang menentukan arti kehidupan
seseorang, jadi harus selalu mengingat Tuhan menjelang ajal, sehingga mampu
menghantarkan ke tempat yang indah secara spiritual.
10
Definisi penyakit kronis menurut WHO (World Health Organization) adalah penyakit yang
terjadi dengan durasi panjang yang pada umumnya berkembang secara lambat serta terjadi
akibat faktor genetik, fisiologis, lingkungan dan perilaku. Penyakit kronis adalah suatu
penyakit yang diderita dalam kurun waktu lama, yaitu sekitar lebih dari enam bulan atau
bahkan bertahun-tahun.
Beberapa Jenis Penyakit Kronis
Penyakit jantung
Penyakit jantung termasuk dalam penyakit kronis yang mengganggu kinerja jantung dalam
memompa darah. Penyakit jantung tak pandang usai. Beberapa kasus yang kerap kita lihat
adalah artis muda yang meninggal karena penyakit jantung. Gejala utama penyakit jantung
adalah sesak nafas, nyeri di bagian dada, dan tubuh terasa lemas. Gejala ini dapat
berkembang secara bertahap apabila semakin parah.
Kanker
Selain penyakit jantung, kanker adalah penyakit kronis dengan angka kematian yang cukup
tinggi juga. Penyakit kanker dapat menyerang dari usia balita hingga tua. Pasalnya, penyakit
ini sering kali tidak menimbukan gejala pada tahap awal, sehingga baru terdeteksi ketika
kanker sudah memasuki tahap yang berat atau stadium lanjut.
Gejala kanker yang muncul tergantung pada jenis kanker dan organ tubuh yang diserang.
Namun, secara umum, penderita kanker biasanya dapat mengalami beberapa tanda dan gejala
seperti muncul benjolan di bagian tubuh tertentu, nyeri, penurunan berat badan drastis, batuk
kronis, dan mudah lelah.
Hipertensi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan penyakit kronis karena dapat memicu
penyakit jantung dan stroke, jika tidak diobati. Penyakit kronis ini umumnya tidak memiliki
gejala. Gejala hipertensi akan muncul jika tekanan darah penderita sudah sangat tinggi.
Gejala yang dapat muncul, yaitu sakit kepala, lemas, gangguan penglihatan, nyeri dada, dada
berdebar, dan sesak napas. Wajib sekali bagi penderita penyakit hipertesi untuk mengurangi
asupan garam dan mengonsumsi obat antihipertensi sesuai resep dokter.
Diabetes
Penyakit kronis selanjutnya adalah diabetes. Penyakit diabetes ditandai dengan tingginya
kadar gula darah. Penyakit kronis ini dapat menyebabkan penderitanya mengalami beberapa
gejala berupa sering haus dan lapar, sering buang air kecil (terutama di malam hari),
pandangan kabur, luka yang sulit sembuh, sering mengalami infeksi, kulit gatal, dan
munculnya sensasi kesemutan, perih, atau mati rasa.
Batu ginjal
Di era yang serba mager membuat anak muda menjadi kurang banyak gerak. Kemudian hal
ini yang memicu penyakit kronis batu ginjal. Selain kurang bergerak, kurang minum air putih
dan mengonsumsi makanan dengan kandungan garam yang tinggi menjadi faktor pemicu
penyakit batu ginjal lainnya. Bila terus dibiarkan, hal ini dapat semakin parah menjadi gagal
11
ginjal kronis.
Gejala gagal ginjal kronis meliputi pembengkakan pada tungkai, nyeri dada, dan tekanan
darah tinggi yang tidak terkendali
HIV/AIDS
Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah salah satu penyakit paling berbahaya
bagi manusia. Penyakit yang disebabkan oleh Human Immunodeficiency Virus (HIV) ini bisa
membuat tubuh seseorang tidak memiliki kemampuan untuk melawan infeksi yang
ditimbulkan.
HIV merupakan virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh dan melemahkan
kemampuan tubuh melawan infeksi dan penyakit. Sebab, HIV yang masuk ke dalam tubuh
akan menghancurkan bagian sel darah putih yang melawan infeksi. Sehingga, semakin
sedikit sel darah putih dalam tubuh, semakin lemah pula sistem kekebalan tubuh seseorang
Perawatan Penyakit Terminal
Pengasuhan
Pasien terminal seringkali membutuhkan pengasuh, yang bisa jadi perawat, perawat praktik
berlisensi atau anggota keluarga. Pengasuh dapat membantu pasien menerima obat untuk
mengurangi rasa sakit dan mengontrol gejala mual atau muntah . Mereka juga dapat
membantu individu dengan aktivitas dan gerakan hidup sehari-hari. Pengasuh memberikan
bantuan berupa makanan dan psikologis mendukung dan memastikan bahwa individu
merasa nyaman.
Perawatan hospice
Perawatan hospice lebih berfokus pada pengobatan penyakit stadium akhir. Dalam
perawatan ini berfokus pada peningkatan kualitas hidup pasien sampai meninggal.
Kesalahpahaman yang umum adalah bahwa perawatan hospice dapat mempercepat kematian
karena pasien "menyerah" melawan penyakitnya. Namun, pasien yang mendapat
perawatan hospice seringkali hidup dalam jangka waktu yang sama dengan pasien di rumah
sakit. Hospice adalah perawatan klien terminal (stadium akhir) dimana pengobatan terhadap
penyakitnya tidak diperlukan lagi (dokter sudah angkat tangan). Perawatan ini bertujuan
meringankan penderitaan dan rasa tidak nyaman dari klien, berlandaskan pada aspek bio-
psiko-spiritual.
Penyakit terminal atau penyakit stadium akhir adalah penyakit yang secara medis kedokteran
tidak dapat disembuhkan atau diobati secara akurat. Contohnya, penyakit kanker yang sudah
stadium akhir.
12
Keadaan terminal adalah keadaan dimana pasien sedang menjalani sakit, yang sudah tidak
memiliki harapan bisa sembuh dari kesakitan yang dialaminya tersebut, hingga dirinya
sangat dekat dengan ajal atau kematian. Reaksi yang diberikan pasien dalam keadaan seperti
itu bersifat sangat individual.
Patofisiologis
Ada 4 tipe dari perjalanan proses penyakit terminal, yaitu :
1. Kematian yang pasti dengan waktu yang diketahui, yaitu adanya perubahan
yang cepat dari fase akut ke kronik.
2. Kematian yang pasti dengan waktu tidak bisa diketahui, biasanya terjadi pada
kondisi penyakit yang kronik.
3. Kematian yang belum pasti, kemungkinan sembuh belum pasti, biasanya
terjadi pada pasien dengan operasi radikal karena adanya kanker.
4. Kemungkinan mati atau sembuh yang tidak tentu. Terjadi pada pasien dengan
sakit kronik dan telah berjalan lama.
4. Gangguan sensori
Penglihatan kabur.
Gangguan penciuman dan perabaan.
13
Variasi-variasi tingkat kesadaran dapat dilihat sebelum kematian,
kadang-kadang klien tetap sadar sampai meninggal. Pendengaran
merupakan sensori terakhir yang berfungsi sebelum meninggal.
Kesadaran pasien terminal. Strause et all dalam Milia dan Wijayanti (2018),
mengkategorikan kesadaran ini dalam 3 kategori:
a. Closed Awareness/Tidak Mengerti.
Dalam keadaan ini, biasanya dokter lebih memilih agar tidak menyampaikan prognose
dan diagnose pada keluarga atau klien. Namun, beda untuk perawat, hal ini akan sangat
menyulitkan lantaran perawat berkontak dengan pasien lebih dekat dari pada dokter,
dan acapkali ditanya oleh pasien terkait hal tersebut. Perawat kerap disodorkan
berbagai pertanyaan seperti kapan pasien akan sembuh, atau kapan bisa pulang, dsb.
b. Matual Pretense/Kesadaran/Pengertian yang Ditutupi.
Dalam keadaan ini, bisa dikatakan klien diberikan kesempatan agar bisa membuat
keputusan tentang semua hal yang sifatnya pribadi meskipun itu menjadi hal yang berat
baginya.
c. Open Awareness/Sadar akan keadaan dan terbuka.
14
Dalam tahap ini, pasien dan orang di sekitarnya sudah tahu bahwa ajala sudah menjelang
bagi pasien, dan mereka berusaha untuk menerima serta mendiskusikannya walaupun
tetap merasa getir
Faktor-faktor yang perlu dikaji
a. Kebersihan Diri
Kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuhan dirinya akan kebersihan diri
meliputi kebersihan kulit, kebersihan rambut dan kebersihan mulut, kuku serta
pemenuhan kebersihan setelah buang air besar/kecil.
b. Rasa nyeri
Tingkat nyeri yang dirasakan, durasi nyeri, lokal, waktu nyeri, penyebaran nyeri.
c. Jalan Nafas
Perlu diperhatikan pola nafas, frekuensi nafas, bunyi nafas. Seringkali bila
didapatkan pasien dengan sesak nafas, perlu dilihat juga apakah menggunakan
otot-otot pernafasan.
d. Aktifitas
Perlu diperhatikan apakah pasien masih bisa meraktifitas untuk keperluan diri
sendiri atau sudah bergantung dengan orang lain.
e. Nutrisi
Apabila pasien mengalami nausea dan anorexia karena adanya penurunan gerakan
peristaltic dalam tubuhnya.
f. Eliminasi
Adanya penurunan, atau bahkan kehilangan tonus otot bisa membuat pasien
mengalami konstipasi, inkontinen feses dan urin.
g. Perubahan Sensori
Klien dengan penyakit terminal stadium lanjut, sering terjadi penurunan sensori
terutama apabila penglihatan klien berubah menjadi kabur, biasanya pasien mulai
menghindari atau menolak untuk menghadapkan kepala ke arah lampu / tempat
terang.
h. Kebutuhan Sosial
Terkadang pasien dalam keadaan terminal perlu ditempatkan pada ruang
tersendiri, terutama klien dengan penyakit khusus, serta dalam upaya memenuhi
seluruh kebutuhan hubungan sosial dan keluarganya.
i. Kebutuhan Spiritual
Bertanya kepada klien mengenai harapan hidupnya serta rencana yang
dimiliki klien selanjutnya menjelang kematiannya.
Bertanya kepada klien apakah dirinya ingin didatangkan pemuka agama
untuk memenuhi kebutuhan spiritualnya.
15
Mendukung, mendorong, dan klien untuk memenuhi kebutuhan spiritual
sebatas kemampuannya.
Diagnosa Keperawatan
Masalah yang sering terjadi menurut Potter et.al yaitu:
Perencanaan Keperawatan
16
g. Bila pasien mengalami inkontinensia urin, perawat bisa menyiapkan linen
yang mudah meresap, antisipasi gesekan dengan kulit agar tidak terjadinya
iritasi kulit, serta melakukan pemasangan kateter jika memungkinkan.
h. Berikan edukasi kepada keluarga dan pasien serta berikan dorongan untuk
pasien melakukan kegiatan spiritual, seperti berdo’a terhadap
kesembuhannya.
i. Ciptakan suasana tenang yang dapat membuat pasien nyaman dan berikan
kesempatan kepada pasien untuk istirahat.
Penatalaksanaan Keperawatan
Penatalaksanaan atau implementasi yang dapat dilakukan perawat kepada pasien dengan
penyakit terminal adalah:
17
Dokumentasi
Bentuk pendokumentasian pelayanan pasien tahap terminal secara garis besar bertujuan
untuk:
1. Memberikan informasi pelayanan yang diberikan sepert fakta, gambaran, hasil
observasi kesehatan pasien ke tim kesehatan lainnya.
2. Menunjukkan penampilan kerja pemberi pelayanan dalam merawat pasien yang lebih
spesifik.
3. Merupakan catatan mutlak atau dokumen legal yang digunakan sebagai referensi
kesehatan pasien.
Keadaan terminal adalah suatu keadaan sakit dimana menurut akal sehat tidak ada harapan
lagi bagi sisakit untuk sembuh. Keadaan sakit itu dapat disebabkan oleh suatu penyakit atau
suatu kecelakaan. Kondisi terminal adalah suatu proses yang progresif menuju kematian
berjalan melalui suatu tahapan proses penurunan fisik, psikososial dan spiritual bagi
individual.
Klasifikasi
18
Faktor Predisposisi
Usia
Lingkungan sosial budaya
Faktor jenis kelamin
Faktor tinkat pendidikan
Faktor ekonomi
Faktor pengetahuan
Faktor lama rawat inap
Tahapan berduka
Menurut Dr Elisabeth Kublerr- Ross mengidentifikasi lima tahapan berduka yang dapat
terjadi pada pasien dengan penyakit terminal, yaitu:
Denial (menyangkal)
Anger (marah)
Bargainning (tawar menawar)
Depretion (depresi)
Acceptance ( penerimaan)
Pasien paliatif terminal menderita nyeri akibat dari penyakitnya, efek dari pengobatannya,
faktor psikis, dan faktor2 lain yang memerlukan penilaian individual serta pendekatan yang
detail dan menyeluruh.
Untuk dapat memberikan tatalaksanaan nyeri yang baik dan memadai , selain pemahaman
tentang layanan paliatif, perlu juga pemahan tentang nyeri berkaitan dengan
definisi,psikofisiologi dan patofisiologi nyeri serta pedoman tatalaksana nyeri baik terapi
nyeri farmakologis maupun terapi nyeri non farmologis
19
Gejala nyeri lebih banyak ditemui pada :
Pasien kanker (74.4% vs 25.6%).
Pasien usia 51-60 tahun (26.7%),
Perempuan (51.2%), dan
Pasien yang tidak bekerja (30.2%).
Nyeri adalah suatu persepsi yang merupakan mekanisme proteksi tubuh yang bertujuan
untuk memberikan peringatan akan adanya bahaya atau penyakit psikis ataupun somatik..
Menurut The International Association for the Study of Pain (IASP), nyeri didefinisikan
sebagai pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan yang berhubungan
dengan kerusakan jaringan atau potensial akan menyebabkan kerusakan jaringan.
Nyeri nosiseptif adalah nyeri yang disebabkan oleh aktivitas nosiseptor baik pada
serabut µ-delta maupun serabut-c, oleh stimulus-stimulus mekanis, termal maupun kimiawi.
Nyeri nosiseptik dapat dibagi atas nyeri somatik dan nyeri viseral.
Nyeri somatik bersifat tumpul, lokasinya jelas berhubungan dengan lesi, contoh nyeri
somatik adalah nyeri muskuloskeletal, nyeri artritik, nyeri pascabedah dan metastasis.
Nyeri viseral berhubungan dengan distensi organ yang berongga, lokasinya sulit
dideskripsikan, bersifat dalam, seperti diremas, dan disertai kram. Nyeri ini biasanya
berhubungan dengan gejala-gejala autonom, seperti nausea, vomitus dan diaforesis. Sering
kali nyeri viseral disertai penjalaran (referred pain).
Fisiologi Dan Anatomi Nyeri Secara Umum
Stimulasi nosiseptor ini kemudian diikuti proses transduksi yaitu pengalihan stimulus
menjadi proses neuronal, yang kemudian diteruskan sepanjang serabut saraf eferen ke
ganglion radiks dorsalis medula spinalis tempat sinyal rasa sakit mulai diproses Pada tingkat
medula spinalis terutama pada radiks dorsalis terjadi modulasi baik eksitasi maupun inhibisi
impuls-impuls yang masuk. dan kemudian ditransmisikan ke korteks, menghasilkan rasa
nyeri. Persepsi nyeri melalui rangsang nosiseptor disebut nosiseption.
20
OPQRS; Onset : tentukan kapan terjadinya nyeri. Provocation : apa yang memperburuk nyeri
. Apakah posisi? Apakah memburuk dengan menarik napas dalam atau palpasi pada dada?
Apakah nyeri menetap: Quality (kualitas): Tanyakan bagaimana jenis nyerinya. Biarkan
pasien menjelaskan dengan bahasanya sendiri. Radiation (radiasi): Apakah nyeri berjalan
(menjalar) ke bagian tubuh yang lain? Di mana? Severity (keparahan): Gunakan perangkan
penilaian nyeri (sesuai untuk pasien) untuk pengukuran keparahan nyeri yang konsisten.
Gunakan skala nyeri yang sama untuk menilai kembali keparahan nyeri dan apakah nyeri
berkurang atau memburuk Dapat juga memakai anamnesis ,
Namun, 10%-20% pasien kanker tetap merasakan nyeri dengan terapi diatas, sehingga
dibutuhkan terapi intervensi lanjut untuk nyerinya. Terapi intervensi lanjut dapat
dipertimbangkan sebagai langkah selanjutnya pada anak tangga analgesik WHO yang dapat
dimasukkan sebagai langkah empat.
Tatalaksana non-farmakologik
TENS, fisioterapi, Akupuntur, berbagai jenis psikoterapi, terapi relaksasi, terapispiritual,
psikososial dan kultural. Mampu mengurangi gejala psikis dan somatik, dapat mengurangi
emosi negative, depresi atau ansietas yang dapat memperberat nyeri.
21
Tujuan Terapi Koplementer
1. Akupunktur medic yaitu metode yang berasal dari Cina ini diperkirakan sangat
bermanfaat dalam mengatasi berbagai kondisi kesehatan tertentu dan juga sebagai
analgesi (pereda nyeri).
2. Terapi hiperbarik, yaitu suatu metode terapi dimana pasien dimasukkan ke dalam
sebuah ruangan yang memiliki tekanan udara 2 – 3 kali lebih besar daripada tekanan
udara atmosfer normal (1 atmosfer), lalu diberi pernapasan oksigen murni (100%).
Selama
terapi, pasien boleh membaca, minum, atau makan untuk menghindari trauma pada
telinga akibat tingginya tekanan udara.
3. Terapi herbal medik, yaitu terapi dengan menggunakan obat bahan alam, baik berupa
herbal terstandar dalam kegiatan pelayanan penelitian maupun berupa fitofarmaka.
Herbal terstandar yaitu herbal yang telah melalui uji preklinik pada cell line atau
hewan coba, baik terhadap keamanan maupun efektifitasnya.
22