Anda di halaman 1dari 4

Apa itu Palliative Care?

 
Pernahkah pembaca mendengar seorang pasien yang dinyatakan usianya tinggal
sekian hari, tahun atau menderita sakit yang tidak dapat disembuhkan atau biasa
disebut fase Terminal. Penggunaan kata Terminal memang menyerupai makna
pemberhentian bus. Bus yang beroperasi seharian akan kembali ke tempat
pemberhentian yaitu Terminal. Bagitu pula dengan kehidupan manusia, ada saat
dimana suatu kehidupan harus berhenti bukan dengan tiba-tiba dan melalui proses
yang panjang. Dalam dunia kesehatan, dikenal perawatan palliative. Tentu saja,
perawatan ini ditujukan pada penderita denganprognosa (perkiraan secara medis) pada
fase Terminal.

Perawatan palliative, bertujuan memperbaiki kualitas hidup antara pasien dan keluarga


yang menghadapi masalah yang berhubungan dengan penyakit yang dapat
mengancam jiwa, melalui pencegahan dan peniadaan melalui identifikasi dini dan
penilaian yang tertib serta penanganan nyeri dan masalah-masalah lain seperti fisik,
psikososial dan spiritual (WHO, 2002).

Pengobatan dan perawatan palliative adalah spesialisasi yang diakui dan fokusnya


meredakan gejala pada orang yang penyakitnya tidak dapat disembuhkan (fase
Terminal). Intervensi (tindakan) yang mungkin diberikan untuk meringankan
penderitaan pasien meliputi tindakan bedah, kemoterapi, dan monitoring gejala (WHO,
1990).

Palliative Care (Perawatan palliative) bertujuan meningkatkan kualitas hidup pasien dan


keluarga mereka dalam menghadapi masalah/penyakit yang mengancam jiwa, melalui
pencegahan, penilaian sempurna dan pengobatan rasa sakit masalah, fisik, psikososial
dan spiritual (Kemenkes RI Nomor 812, 2007).

Kualitas hidup pasien yang dimaksud adalah kondisi pasien yang dipersepsikan
terhadap keadaan pasien sesuai konteks budaya dan sistem nilai yang dianutnya,
termasuk tujuan hidup, harapan, dan niatnya. Dimensi dari kualitas hidup pasien 
1. gejala
2. kemampuan fungsional (aktivitas),
3. kesejahteraan keluarga,
4. spiritual,
5. fungsi sosial,
6. kepuasan terhadap pengobatan (termasuk masalah keuangan),
7. orientasi masa depan,
8. kehidupan seksual,
9. termasuk gambaran terhadap diri sendiri,
10. fungsi dalam bekerja.
Pelayanan perawatan palliative dapat dilakukan di rumah pasien, oleh
tenaga palliative dan atau keluarga atas bimbingan/pengawasan tenaga palliative.

Mengapa harus dilakukan Palliative Care


Fokus perawatan palliative adalah peredaman rasa sakit dan gejala serta stress akibat
penyakit kritis seperti kanker stadium lanjut.
Perawatan palliative dapat dilakukan segera setelah diputuskan terapi yang akan
diterima klien bersifatpalliative sampai pasien meninggal. Perawatan ini mencakup
perawatan holistik bagi pasien dan keluarganya, serta pemberian informasi terkini
sehingga mereka dapat mengambil keputusan ketika dihadapkan pada peristiwa
anggota keluarganya akan meninggal. Melalui pengawasan, keluarga maupun teman
terdekat dapat membantu memberikan perawatan paliative pada penderita.

Perawatan spesialis berlanjut setelah kematian pasien sampai anggota keluarga yang
berduka telah memulai proses pemulihan. Perawatan palliative merupakan kombinasi
unik dukungan di rumah sakit,hospice, day-centre (tempat perawatan lansia dan orang
gangguan jiwa), dan di rumah masing-masing untuk memenuhi kebutuhan individual
pasien dan keluarganya.

Apa Saja Ruang Lingkup Kegiatan Paliative Care 


Jenis kegiatan perawatan palliative menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia nomor 812/Menkes/sk/VII/2007 tentang kebijakan lingkup kegiatan
perawatan palliative, meliputi :
1. pengelolaan keluhan nyeri,
2. pengelolaan keluhan fisik lain,
3. asuhan keperawatan,
4. dukungan psikologis,
5. dukungan sosial, kultural dan spiritual,
6. dukungan persiapan dan selama masa duka cita (bereavement).

Perawatan palliative dilakukan melalui rawat inap, rawat jalan, dan kunjungan /rawat.


Perawatanpalliative dapat dilaksanakan melalui pendekatan sebagai berikut, : 
1. Menyediakan bantuan untuk rasa sakit dan gejala lain yang menganggu klien.
2. Menegaskan hidup dan menganggap mati sebagai proses yang normal
3. Tidak bermaksud untuk mempercepat atau menunda kematian
4. Mengintegrasikan aspek-aspek psikologis dan spiritual perawatan pasien
5. Meredakan nyeri dan gejala fisik lain yang mengganggu

Aspek medikolegal dalam Palliative Care


Masalah medikolegal lainnya pada perawatan pasien palliative:
1. Tim Perawatan palliative bekerja berdasarkan kewenangan yang diberikan oleh
Pimpinan Rumah Sakit, termasuk pada saat melakukan perawatan di rumah
pasien.
2. Tindakan yang bersifat medis harus dikerjakan oleh tenaga medis, tetapi dengan
pertimbangan yang memperhatikan keselamatan pasien tindakan-tindakan
tertentu dapat didelegasikan kepada tenaga kesehatan non medis yang
terlatih.Komunikasi antara pelaksana dengan pembuat kebijakan harus
dipelihara (Kepmenkes RI Nomor: 812, 2007)

Prinsip-prinsip Paliative Care


Pelaksanaan palliative care tetap harus memperhatikan kode etik profesi, hak dan
kewajiban perawat dan pasien terutama menghormati atau menghargai martabat dan
harga diri dari pasien dan keluarga serta pemberian dukungan untuk caregiver, karena
masa-masa terminal merupakan masa yang sensitif untuk pasien dan keluarganya. 

Palliative care merupakan accses yang competent dan compassionnet, pengembangan


secara professional dan soisial support sangat perlu dengan pengembangan melalui
penelitian dan pendidikan (Ferrell, & Coyle, 2007: 52)

Layanan Palliative Care Cancer


Pain Management : sekitar seperempat dari pasien yang menderita kanker stadium
lanjut mengalami rasa sakit yang luar biasa. Rasa sakit ini sering sulit untuk
dikendalikan. Kadangkala pengobatan yang bertujuan untuk meredam rasa sakit bisa
menyebabkan banyak efek samping. Tim spesialis hadir untuk membantu dan
menangani bagaimana caranya untuk mengurangi rasa sakit akibat kanker, serta
membantu meminimalisir efek samping akibat obat-obatan.

Discharge & Home Care Planning : pasien dengan kanker stadium lanjut akan
menjadi sangat lemah dan membutuhkan perhatian lebih dari yang biasanya di rumah.
Tim spesialis dapat mengevaluasi kondisi pasien serta menentukan perawatan serta
peralatan apa saja yang akan dibutuhkan pasien di rumah. Mereka juga akan
menghubungkan layanan-layanan yang diperlukan untuk memberikan perawatan serta
peralatan di rumah.

Advance Care Planning (ACP) adalah sebuah konsep baru yang mulai populer di
Amerika Serikat dan Australia. Tim spesialis dapat membantu pasien untuk
merencanakan dan mendokumentasikan keinginan pasien akan pengobatan medisnya,
dan menunjuk seseorang yang dapat menggantikan pasien dalam mengambil
keputusan di masa yang akan datang.

End-of-life Care : Pasien dengan kanker stadium lanjut bisa menderita beragam gejala
pada masa masa akhir hidupnya. Gejala-gejala ini bisa membuat pasien beserta
anggota keluarga merasa tertekan. Tim spesialis dapat membantu dalam mengatasi
gejala-gejala ini sehingga pasien merasa lebih nyaman di tempat ia dirawat.

Paliative Care Plan : Paliative Care Plan dapat dilaksanakan


dengan partnership antara pasien, keluarga, orang tua, teman sebaya dan petugas
kesehatan yang professional, suport fisik, emosinal, pycososial, dan spiritual
khususnya. Melibatkan pasien dalam kebutuhan memahami gambaran dan kondisi
penyakit terminalnya secara bertahap, tepat dan sesuai. Menyediakan diagnostik atau
kebutuhan intervensi terapeutik guna memperhatikan/memikirkan konteks tujuan dan
pengaharapan dari pasien dan keluarga (Doyle, Hanks and Macdonald, 2003: 42)

Peran Spiritual Dalam Paliative Care 


Beberapa tahun terakhir, telah terjadi peningkatan dramatis dalam agama dan
keyakinan spiritual sebagai sumber kekuatan dan dukungan dalam penyakit fisik yang
serius. Profesional kesehatan yang memberikan perawatan medis menyadari
pentingnya memenuhi 'kebutuhan spiritual dan keagamaan' pasien (Woodruff , 2004)

Sebuah pendekatan kasih sayang akan meningkatkan kemungkinan pemulihan atau


perbaikan. Dalam contoh terburuk, ia menawarkan kenyamanan dan persiapan untuk
individu melalui proses traumatis penyakit terakhir sebelum kematian (Doyle, Hanks
and Macdonald, 2003 :101). Studi pasien dengan penyakit kronis atau terminal telah
menunjukkan kejadian insiden tinggi depresi dan gangguan mental lainnya. Dimensi
lain menunjukkan bahwa tingkat depresi sebanding dengan tingkat keparahan penyakit
dan hilangnya fungsi tambahan. Sumber depresi adalah sekitar isu yang berkaitan
dengan spiritualitas dan agama. Pasien di bawah perawatan palliative dan dalam
keadaan seperti itu sering mempunyai keprihatinan rohani yang berkaitan dengan
kondisi mereka dan mendekati kematian (Ferrell & Coyle, 2007: 848).

Spiritual dan keprihatinan keagamaan dengan pasien biasanya bersinggungan dengan


isu sehari-hari penyakit yang tidak dapat disembuhkan, dengan orang tua dan mereka
yang menghadapi kematian yang akan datang. Kekhawatiran semacam itu telah
diamati, bahkan pada pasien yang telah dirawat di rumah sakit dengan penyakit serius
non-terminal (Ferrell & Coyle, 2007: 52). Studi lain telah menunjukkan bahwa
persentase yang tinggi dari pasien di atas usia 60 tahun menemukan hiburan dalam
ketekunan bergama yang memberi mereka kekuatan dan kemampuan untuk mengatasi
kehidupan, sampai batas tertentu. Kekhawatiran di saat sakit parah mengasumsikan
berbagai bentuk seperti hubungan seseorang dengan Allah, takut akan neraka dan
perasaan ditinggalkan oleh komunitas keagamaan mereka. Sering menghormati dan
memvalidasi individu pada dorongan agama dan keyakinan adalah setengah
perjuangan ke arah menyiapkan mereka pada sebuah kematian yang baik (Ferrell &
Coyle, 2007: 1171 8).

Anda mungkin juga menyukai