Anda di halaman 1dari 6

TUGAS RESUME

PARAN DOKTER KELUARGA DALAM


PERAWATAN PALIATIF

Oleh:
HARIS SETIAWAN
NIM. 1707101030065

Pembimbing:
dr. Amanda Yufika, M.Sc

SMF/BAGIAN FAMILY MEDICINE


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA
BANDA ACEH - 2020
1. Definisi Perawatan Paliatif

WHO adalah ‘Seluruh kegiatan aktif yang dilakukan pada penyakit dimana
pengobatan sudah tidak lagi berguna. Tindakan aktif yang dimaksud antara lain
mengontrol rasa sakit serta keluhan lainnya, serta perbaikan penatalaksanaan pada
aspek psikologis, sosial dan spiritual. Pendekatan pada perawatan paliatif
bertujuan memperbaiki kualitas hidup pasien dan keluarga yang menghadapi
masalah yang berhubungan dengan penyakit yang dapat mengancam jiwa, melalui
pencegahan dan peniadaan melalui identifikasi dini dan penilaian yang tertib serta
penanganan nyeri dan masalah-masalah lain, fisik, psikososial dan spiritual.
Pelayanan paliatif tidak hanya khusus pada orang tua, tapi juga pada orang muda
bahkan anak-anak. Perawatan paliatif dapat ditujukan pada pasien dengan stadium
kanker lanjut, pasien dengan penyakit kronik, dan pasien dengan stadium terminal
suatu organ (gagal jantung kronik, gagal ginjal kronik). Perawatan paliatif tidak
hanya diberikan bagi pasien menjelang akhir hayatnya, namun juga diberikan
segera setelah diagnosis ditegakkan bersama-sama dengan pengobatan kuratif
yang masih mungkin dilakukan.

2. Tujuan Perawatan Paliatif

Pemerintah Indonesia, melalui kementerian kesehatan telah menerbit aturan


berupa kebijakan perawatan paliatif (Keputusan MENKES
No.812/Menkes/SK/VII/2007). dimana dasar yang menjadi acuan di terbitkannya
peraturan tersebut yaitu;
 kasus penyakit yang belum dapat disembuhkan semakin jumlahnya baik
pada pasien dewasa maupun anak.
 untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan bagi pasien dengan
penyakit yang belum dapat disembuhkan selain dengan perawatan kuratif
dan rehabilitative juga diperlukan perawatan paliatif bagi pasien dengan
stadium terminal.
Pada peraturan tersebut, menjelaskan bahwa kondisi pelayanan kesehatan
yang belum mampu memberikan pelayanan yang dapat menyentuh dan memenuhi
kebutuhan pasien dengan penyakit stadium terminal yang sulit di sembuhkan.
pada stadium tersebut prioritas layanan tidak hanya berfokus pada penyembuhan,
akan tetapi juga berfokus pada upaya peningkatan kualitas hidup yang terbaik
pada pasien dan keluarganya. pasien dengan penyakit kronis pada stadium lanjut
maupun terminal dapat mengakses layanan kesehatan seperti rumah sakit baik
umum maupun swasta, puskesmas, rumah perawatan, dan rumah hospis.
Tujuan utama perawatan paliatif adalah sebagai berikut:
1. Menghilangkan keluhan nyeri dan keluhan lain yang mengganggu; terapi
simptomatis.
2. Menjaga keseimbangan psikologis dan spiritual sehingga pasien dan
keluarga dapat menerima kondisi penyakitnya serta berada dalam kondisi
sesiap mungkin untuk proses kematiannya.
3. Dukungan untuk membantu pasien hidup seaktif dan sekreatif mungkin
sampai saat kematiannya sehingga meningkatkan kepercayaan diri pasien.
4. Dukungan untuk membantu keluarga menghadapi penyakit dan masa
duka.
Tujuan perawatan paliatif tidak hanya menghilangkan keluhan nyeri dan
keluhan lain yang menyertai, tapi juga memberikan motivasi kepada pasien dan
keluarganya dan menjalankan sisa kehidupan dengan aktif dan berdaya guna.

3. Prinsip Perawatan Paliatif

Palliative care secara umum merupakan sebuah hal penting dan bagian yang tidak
terpisahkan dari praktek klinis dengan mengikuti prinsip:
a) Fokus perawatan terhadap kualitas hidup, termasukkontrol gejala yang
tepat
b) Pendekatan personal, termasuk pengalaman masa lalu dan kondisi
sekarang
c) Peduli terhadap sesorang dengan penyakit lanjut termasuk keluarga atau
orang terdekatnya
d) Peduli terhadap autonomy pasien dan pilihan untuk mendapat rencana
perawatan lanjut, eksplorasi harapan dan keinginan pasien
e) Menerapkan komunikasi terbuka terhadap pasien atau keluarga kepada
profesional kesehatan

4. Peranan Dokter Keluarga dalam Perawatan Paliatif.

Dokter keluarga merupakan dokter yang bertanggung jawab untuk


menyediakan pelayanan kesehatan yang komprehensif kepada setiap individu
yang membutuhkan pelayanan kesehatan dan bekerja sama dengan tenaga
kesehatan lainnya untuk memberikan pelayanan kesehatan jika diperlukan.
Dokter  keluarga merawat individu dalam konteks di keluarga dan keluarga dalam
konteks di masyarakat tanpa memandang ras atau kelas sosial. Dokter keluarga
secara klinis berkompeten untuk menyediakan pelayanan yang lebih dengan
mempertimbangkan latar belakang budaya, sosial ekonomi dan psikologis. Dokter
keluarga juga secara personal bertanggung jawab untuk   pelayanan yang
komprehensif dan kontinue kepada pasiennya. Sehingga peranan dokter keluarga
dalam perawatan paliatif ini merupakan hal yang sangat penting.
Pelayanan paliatif merupakan perawatan yang terencana. Walaupun ada saat
kritis dan kedaruratan medis tanpa diduga, namun hal ini dapat diantisipasi,
bahkan dapat dicegah melalui ikatan kerja tim yang solid dan kuat. Seorang dokter
keluarga dan tim paliatif harus menjamin pasien menerima perawatan yang
optimal sambil memberi dukungan psikologis kepada pasien dan keluarganya.
Keberhasilan pelayanan paliatif tergantung dari kerjasama yang efektif dan
pendekatan interdisipliner yaitu dokter, perawat, terapis, petugas sosial medis, ahli
gizi, psikolog, rohaniawan, relawan dan anggota lain sesuai kebutuhan. Setiap
anggota seyogyanya memahami dan menguasai prinsip-prinsip pelayanan paliatif.
Dokter keluarga harus memberikan pelayanan secara profesional, individual,
komprehensif dan berkesinambungan kepada pasien dan keluarganya, selain juga
harus mengkoordinasikan seluruh kegiatan perawatan paliatif yang diberikan oleh
tim paliatif. Karena kepada dokter keluargalah pasien dan keluarga akan bertanya
bila ada berbagai masalah medis atau non medis. Dalam perawatan paliatif, akan
ada kemungkinan kebutuhan akan pelayanan dari dokter spesialis dan perawatan
rumah sakit. Adalah keputusan bersama antara dokter keluarga, tim paliatif,
pasien dan keluarganya untuk mengambil jalan yang terbaik untuk semuanya.
Dokter keluarga adalah dokter yang akan merujuk ke spesialis atau rumah
sakit bilamana diperlukan oleh pasien, atau tidak tertutup kemungkinan diagnosis
ditegakkan oleh dokter keluarga. Pada pelayanan paliatif, dokter keluargalah
yang seharusnya memberikan perawatan secara optimal bekerja sama dengan
berbagai tenaga kesehatan. Dokter keluarga harus membantu pasien mengatasi
masalahnya dalam menghadapi penyakit yang sudah dalam stadium terminal.
Dokter keluarga harus dapat menjadi seorang dokter, teman, konselor bagi pasien
dan keluarganya.
Pada suatu kondisi keluarga pasien tidak ingin dokter memberitahukan
diagnosis stadium terminal kepada pasien, dan meminta dokter supaya
memberitahukannya kepada mereka dengan alasan supaya tidak membuat pasien
stress. Hal ini akan menjadi suatu dilema pada setiap konsultasi yaitu kejujuran
dan kerahasiaan. Adalah penting untuk mengidentifikasi salah satu anggota
keluarga yang terdekat dengan pasien dan yang dapat berkomunikasi efektif
kepada keluarga. Biasanya anggota keluarga tersebut adalah suami/istri atau anak
tertua, namun tidak mutlak.
Setelah mengetahui diagnosis dan prognosis yang akan dihadapi, pasien
akan cenderung mengalami kelemahan dan kerapuhan fisik dan mental. Pasien
mungkin tidak akan mampu untuk mengatasi stress fisik dan mental yang timbul
dari dalam dirinya atau lingkungan luar. Oleh karena itu, pada pasien paliatif,
faktor non medis akan menjadi lebih dominan dibandingkan dengan faktor
medisnya sendiri. Untuk meringankan beban yang dialami pasien, diperlukan
keluarga atau kerabat terdekat. Untuk mewujudkannya, maka rumah bisa menjadi
alternatif tempat perawatan bagi pasien, sehingga pasien dapat tetap dekat dengan
keluarga di dalam sisa waktu kehidupannya. Selain itu, alasan perawatan di rumah
juga dapat mengurangi biaya perawatan di rumah sakit yang tidak pula dapat
menjamin kesembuhan pasien. Untuk perawatan di rumah, harus diawali dengan
pernyataan kesediaan dan kesiapan keluarga merawat pasien di rumah. Bila
keluarga telah siap dan menyetujui, anggota keluarga yang akan merawat pasien
direkrut dan dilatih untuk perawatan di rumah. Selama perawatan di rumah, harus
ada kontak keluarga dengan tim paliatif yang berlangsung teratur dan saling
proaktif (telpon, konsultasi keluarga ke RS, kunjungan rumah). Kekhawatiran
keluarga umumnya teratasi bila telah berkomunikasi dengan dokter, perawat atau
anggota tim lainnya. Peran serta keluarga sangat luas dan menyeluruh, mulai dari
perhatian, menyapa, mengajak bicara, menjadi pendengar yang baik, merawat,
mendukung pendanaan dan kemungkinan pasien bersosialisasi kembali Pasien
dalam tahap stadium terminal dapat membuat pasien stress. Namun keluarga
ternyata dapat lebih stress dan mengalami kesulitan. Keluarga pasien stadium
paliatif adalah subjek dari suasana tegang dan stress fisik dan psikologis, disertai
ketakutan dan kekhawatiran kehilangan orang yang dicintainya. Oleh karena itu
adalah tugas dokter keluarga dan tim paliatif sebagai penyeimbang diantara pasien
dan keluarganya.
Sikap dan kebutuhan keluarga :
 Ingin membantu pasien sepenuhnya - Ingin selalu bersama pasien
 Ingin mendapat kepastian bahwa pasien tetap nyaman - Ingin mendapat
segala informasi tentang perkembangan pasien – Ingin melepaskan/
mencurahkan isi hati
 Ingin mendapat dukungan dan dampingan dari anggota keluarga/kerabat
lain
 Ingin diterima, mendapat bimbingan dan dukungan dari para petugas
medik/paramedic

Dokter keluarga sebagai koordinator pelayanan paliatif harus


memberitahukan kepada keluarga berbagai manajemen yang diperlukan untuk
merawat pasien di rumah. Hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain mengatur
giliran jaga, mengatur pendanaan, dan memenuhi kebutuhan fasilitas pasien.
Dalam manajemen ini, hendaknya pasien dilibatkan, diajak bicara untuk diminta
pertimbangannya sehingga pasien akan merasa ‘dianggap berguna’ dan dihargai
walaupun fisiknya tidak berdaya. Hal ini akan meningkatkan rasa percaya diri
pasien kembali. Kelelahan fisik dan psikis anggota keluarga selama merawat
pasien di rumah akan mengakibatkan penurunan kualitas perawatan di rumah. Bila
hal ini terjadi, untuk sementara pasien bisa ‘dititipkan’ di Rumah Sakit untuk
memberi kesempatan keluarga beristirahat.
DAFTAR PUSTAKA

1. Effendy, C. (2015). The quality of palliative care for patients with


cancer in Indonesia. PhD Thesis, Radboud Universiteit Nijmegen, the
Netherland.
2. Kemenkes RI. (2013). Pedoman teknis pelayanan paliatif kanker.
Diakses
3. Kemenkes RI. (2007). Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
812/MENKES/SK/VII/2007 tentang Kebijakan perawatan paliatif
4. Family Medicine Primer. Singapore:Department of Community,
Occupational and Family Medicine National University of Singapore;
2005
5. Breaden, K. (2011). Teaching palliative care across cultures: The
singapore experience. Indian Journal of Palliative Care, 17(4), 23.

Anda mungkin juga menyukai