Anda di halaman 1dari 24

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN

HERNIA NUKLEUS PULPOSUS

KEPERAWATAN KLINIK IV B

oleh
Kelompok 8

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS JEMBER
MARET, 2016

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN


HERNIA NUKLEUS PULPOSUS

KEPERAWATAN KLINIK IV B
Disusun guna untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Keperawatan Klinik IV B
(IKK IV B) dengan dosen pengampu Ns. Mulia Hakam, M.Kep., Sp.Kep.MB
Oleh:
Eka Putri Widyaningtyas

142310101047

Karina Bariroh

142310101053

Nishrina Dini Kurniawati

142310101072

Linda Novema

142310101131

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS JEMBER
MARET, 2016

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
limpahan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Hernia Nukleus
Pulposus
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini berguna dan
bermanfaat bagi semuanya.

Jember, April 2016


Penulis

DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL........................................................................................ii
KATA PENGANTAR..........................................................................................iii
DAFTAR ISI........................................................................................................iv
BAB 1. TINJAUAN TEORI................................................................................5
1.1 Definisi............................................................................................................5
1.2 Epidemiologi...................................................................................................5
1.3 Etiologi............................................................................................................5
1.4 Klasifikasi........................................................................................................6
1.5 Patofisiologi.....................................................................................................7
1.6 Manifestasi Klinis............................................................................................7
1.7 Pemeriksaan Penunjang...................................................................................8
1.8 Penatalaksaan Medis.......................................................................................8
BAB 2. PATWAYS...............................................................................................9
BAB 3. ASUHAN KEPERAWATAN..................................................................13
3.1 Pengkajian.......................................................................................................13
3.2 Diagnosa..........................................................................................................15
3.3 Intervensi.........................................................................................................15
3.4 Implementasi...................................................................................................17
3.5 Evaluasi...........................................................................................................17
BAB 4. PENUTUP...............................................................................................19
4.1 Kesimpulan......................................................................................................19
4.2 Saran................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................20

BAB 1. TINJAUAN TEORI


1.1 Definisi

Hernia Nukleus Pulposus (HNP) adalah menjebolnya nucleus pulposus ke


dalam kanalis vertebralis akibat degenerasi annulus fibrosus korpus vertebralis. HNP
mempunyai banyak sinonim antara lain Herniasi Diskus Intervertebralis, ruptured
disc, slipped disc, prolapsus disc dan sebagainya.
HNP sering menyebabkan nyeri punggung bawah (Low Back Pain). Nyeri
punggung bawah atau LBP adalah nyeri yang terbatas pada region lumbal, tetapi
gejalanya lebih merata dan tidak hanya terbatas pada satu radiks saraf, namun secara
luas berasal dari diskus intervertebralis lumbal.

Gambar 2.
Diskus Intervertebralis adalah lempengan kartilago yang membentuk sebuah
bantalan diantara tubuh vertebra. Material yang keras dan fibrosa ini digabungkan
dalam satu kapsul. Bantalan seperti bola dibagian tengah diskus disebut nukleus
pulposus. HNP merupakan rupturnya nukleus pulposus. (Brunner & Suddarth, 2002)
Hernia Nukleus Pulposus bisa ke korpus vertebra diatas atau bawahnya, bisa juga
langsung ke kanalis vertebralis. (Priguna Sidharta, 1990)
1.2 Epidemiologi
Nyeri penggung bawah yang disebabkan oleh HNP dapat mengenai siapa saja,
tanpa mengenal jenis umur dan jenis kelami. Sekitar 60-80 % dari seluruh penduduk
dunia pernah mengalami paling tidak satu episode nyeri punggung bawah selama
hidupnya. Kelompok studi nyeri (pokdi nyeri) PORDOSSI (Persatuan dokter spesialis
saraf Indonesia) melakukan penelitian pada bulan mei 2002 di 14 rumah sakit

pendidikan, dengan hasilmenunjukan bahwa kejadian nyeri punggung bawah meliputi


18,37 % di sluruh kasus nyeri ditangani.
1.3 Etiologi
HNP terjadi karena proses degeneratif diskus intervetebralis. Keadaan
patologis dari melemahnya annulus merupakan kondisi yang diperlukan untuk
terjadinya herniasi. Banyak kasus bersangkutan dengan trauma sepele yang timbul
dari tekanan yang berulang. Tetesan annulus atau titik lemah tidak ditemukan akibat
dari tekanan normal yang berulang dari aktivitas biasa atau dari aktivitas fisik yang
berat.
1.4 Klasifikasi
1. Hernia Lumbosacralis
Penyebab terjadinya lumbal menonjol keluar, bisanya oleh kejadian luka
posisi fleksi, tapi perbandingan yang sesungguhnya pada pasien non trauma adalah
kejadian yang berulang. Proses penyusutan nukleus pulposus pada ligamentum
longitudinal posterior dan annulus fibrosus dapat diam di tempat atau
ditunjukkan/dimanifestasikan dengan ringan, penyakit lumbal yang sering kambuh.
Bersin, gerakan tiba-tiba, biasa dapat menyebabkan nucleus pulposus prolaps,
mendorong ujungnya/jumbainya dan melemahkan anulus posterior. Pada kasus berat
penyakit sendi, nucleus menonjol keluar sampai anulus atau menjadi extruded dan
melintang sebagai potongan bebas pada canalis vertebralis. Lebih sering, fragmen
dari nucleus pulposus menonjol sampai pada celah anulus, biasanya pada satu sisi
atau lainnya (kadang-kadang ditengah), dimana mereka mengenai menimpa sebuah
serabut atau beberapa serabut syaraf. Tonjolan yang besar dapat menekan serabutserabut saraf melawan apophysis artikuler.

Gambar 1
2. Hernia Servikalis
Keluhan utama nyeri radikuler pleksus servikobrakhialis. Penggerakan
kolumma vertebralis servikal menjadi terbatas, sedang kurvatural yang normal
menghilang. Otot-otot leher spastik, kaku kuduk, refleks biseps yang menurun atau
menghilang Hernia ini melibatkan sendi antara tulang belakang dari C5 dan C6 dan
diikuti C4 dan C5 atau C6 dan C7. Hernia ini menonjol keluar posterolateral
mengakibatkan tekanan pada pangkal syaraf. Hal ini menghasilkan nyeri radikal yang
mana selalu diawali gejala-gejala dan mengacu pada kerusakan kulit.

Gambar 3.
7

2. Hernia Thorakalis

Hernia ini jarang terjadi dan selalu berada digaris tengah hernia. Gejalagejalannya terdiri dari nyeri radikal pada tingkat lesi yang parastesis. Hernia dapat
menyebabkan melemahnya anggota tubuh bagian bawah, membuat kejang paraparese
kadang-kadang serangannya mendadak dengan paraparese. Penonjolan pada sendi
intervertebral toracal masih jarang terjadi (menurut love dan schorm 0,5 % dari
semua operasi menunjukkan penonjolan sendi). Pada empat thoracal paling bawah
atau tempat yang paling sering mengalami trauma jatuh dengan posisi tumit atau
bokong adalah faktor penyebab yang paling utama.
1.5 Patofisiologi
Protrusi atau ruptur nukleus pulposus biasanya didahului dengan perubahan
degeneratif yang terjadi pada proses penuaan. Kehilangan protein polisakarida dalam
diskus menurunkan kandungan air nukleus pulposus. Perkembangan pecahan yang
menyebar di anulus melemahkan pertahanan pada herniasi nukleus. Setela trauma
jatuh, kecelakaan, dan stress minor berulang seperti mengangkat) kartilago dapat
cedera. Pada kebanyakan pasien, gejala trauma segera bersifat khas dan singkat, dan
gejala ini disebabkan oleh cedera pada diskus yang tidak terlihat selama beberapa
bulan maupun tahun. Kemudian pada degenerasi pada diskus, kapsulnya mendorong
ke arah medula spinalis atau mungkin ruptur dan memungkinkan nukleus pulposus
terdorong terhadap sakus dural atau terhadap saraf spinal saat muncul dari kolumna
spinal.

Gambar 4.
Hernia nukleus pulposus ke kanalis vertebralis berarti bahwa nukleus
pulposus menekan pada radiks yang bersama-sama dengan arteria radikularis berada
dalam bungkusan dura. Hal ini terjadi kalau tempat herniasi di sisi lateral. Bilamana
tempat herniasinya ditengah-tengah tidak ada radiks yang terkena. Lagipula,oleh
karena pada tingkat L2 dan terus kebawah sudah tidak terdapat medula spinalis lagi,
maka herniasi di garis tengah tidak akan menimbulkan kompresi pada kolumna
anterior. Setelah terjadi hernia nukleus pulposus sisa duktus intervertebralis
mengalami lisis sehingga dua korpora vertebra bertumpang tindih tanpa ganjalan.
1.6 Manifestasi Klinis
Nyeri dapat terjadi pada bagian spinal manapun seperti servikal, torakal
(jarang) atau lumbal. Manifestasi klinis

bergantung pada lokasi, kecepatan

perkembangan (akut atau kronik) dan pengaruh pada struktur disekitarnya. Penekanan
terhadap radiks posterior yang masih utuh dan berfungsi mengakibatkan timbulnya
nyeri radikular. Jika penekanan sudah menimbulkan pembengkakan radiks posterior,
bahkan kerusakan structural yang lebih berat gejala yang timbul ialah hipestesia atau
anastesia radikular. Nyeri radikular yang bangkit akibat lesi iritatif diradiks posterior
tingkat cervical dinamakan brakialgia, karena nyerinya dirasakan sepanjang lengan.

Sedangkan nyeri radikular yang dirasakan sepanjan tungkai dinamakan iskialgia,


karena nyerinya menjalar sepanjang perjalanan. iskiadikus dan lanjutannya ke perifer.
Gejala klasik dari HNP lumbal adalah : nyeri punggung bawah yang
diperberat dengan posisi duduk dan nyeri menjalar hingga ekstremitas bawah. Nyeri
radikuler atau sciatica, biasanya digambarkan sebagai sensasi nyeri tumpul, rasa
terbakar atau tajam, disertai dengan sensasi tajam seperti tersengat listrik yang
intermiten. Level diskus yang mungkin mengalami herniasi dapat dievaluasi
berdasarkan distribusi tanda dan gejala neurologis yang timbul.
Sindrom lesi yang terbatas pada masing masing radiks lumbalis :
a. L3 : Nyeri, kemungkinan parestesia atau hipalgesia pada dermatom L3,
parestesia otot quadrisep femoris, reflex tendon kuadrisep (reflex patella)
menurun atau menghilang.
b. L4 : Nyeri, kemungkinan parestesia atau hipalgesia pada dermatom L4,
parestesia otot kuadrisep dan tibialis anterior dan tibialis anterior, reflex
patella berkurang.
c. L5 : Nyeri, kemungkinan parestesia atau hipalgesia pada dermatom L5,
parestesis dan kemungkinan atrofi otot ekstensor halusis longus dan
digitorium brevis, tidak ada reflex tibialis posterior.
d. S1 : Nyeri, kemungkinan parestesia atau hipalgesia pada dermatom S1,
paresis otot peronealis dan triseps surae, hilangnya reflex triseps surae (reflex
tendon Achilles).
1.7 Pemeriksaan Penunjang
Foto rontgen yang terdiri dari foto rontgen dari depan, samping, dan serong
untuk identifikasi ruang antar vertebra menyempit. Mielografi adalah pemeriksaan
dengan bahan kontras melalu tindakan lumbal pungsi dan pemotrata dengan sinar
tembus. Apabila diketahiu adanya penyumbatan.hambatan kanalis spinalis yang
mungkin disebabkan HNP.
1.8 Penatalaksaan Medis
Pada penderita HNP penatalaksaan dilakukan secara bertahap
10

1. Non farmakologi
:
a. Immobilisasi
Immobilisasi dengan mengeluarkan kolor servikal, traksi, atau brace.
b. Traksi
Traksi servikal yang disertai dengan penyanggah kepala yang dikaitkan pada
katrol dan beban.
c. Meredakan nyeri
Bisa dengan menggunakan kompres panas atau hangat, relaksasi otot.
d. Terapi Konservatif :
a. Tirah baring, berguna untuk mengurangi rasa nyeri mekanik dan tekanan
intradiskal.
b. Medikamentosa :

Analgetik dan NSAID


Muscle relaxant
Kortikosteroid oral
Analgetik adjuvant

c. Rehabilitasi medik:

Traksi pelvis
Termoterapi (terapi panas)
Transcutaneous electrical nerve stimulation (TENS)
Korset lumbal
Latihan dan modifikasi gaya hidup dengan menurunkan berat badan
yang berlebihan.

2. Farmakologi

3. Pembedahan (operasi)
Tujuan : Mengurangi tekanan pada radiks saraf untuk mengurangi nyeri dan
mengubah defisit neurologik.
11

Macam :
a. Disektomi

: Mengangkat fragmen herniasi atau yang keluar dari

b. Laminektomi
c. Laminotomi

diskus intervertebral
: Mengangkat lamina untuk
: Pembagian lamina vertebra.

4. Pemasangan stabilisser
1.9 Peran Perawat Untuk Menanggulangi Penyakit Hernia Nukleus Pulposus
(HNP)
Masih banyak masyarakat umum belum tahu bahwa HNP atau dalam bahasa
awamnya bisa dibilang kecentit, bisa timbul dari berbagai macam jenis pekerjaan
yang kita lakukan sehari-harinya mulai dari pekerjaan yang ringan sampai yang berat.
Misalnya saja pekerjaan ringan yang selalu kita lakukan yaitu mengangkat barangbarang yang berat dan mencuci baju. Meskipun pekerjaan tersebut termasuk hal yang
sepele, jika tidak dilakukan dengan benar dapat memicu terjadinya HNP. Kita sebagai
tenaga kesehatan, khususnya perawat yaitu memberikan edukasi kepada masyarakat
bagaimana caranya penyakit HNP (kecentit) bisa dihindari yaitu dengan memberikan
pengarahan dan praktek bagaimana cara mengangkat beban yang berat yang melebihi
berat tubuh kita yaitu dengan mendekatkan barang tersebut dengan tubuh jangan
terlalu jauh dari sumbu tubuh kita, lalu angkat dengan menggunakan kedua tangan.
Begitu juga dengan mencuci pakaian, pada saat membilas hendaknya sejajar atau
dekatkan dengan tubuh kita agar tubuh tidak berbolak-balik keatas kebawah untuk
membilas karena hal ini juga dapat memicu HNP. Dari hal-hal kecil tersebut
setidaknya perawat dapat mengurangi resiko terjadinya HNP.

12

1.
2.
3.
2.

13

BAB 2. PATWAYS
pekerjaan berat (supir,

proses degenerative

bodi mekanik yang salah

kuli)
kehilangan protein
beban berat yang terus

polisakarida dalam diskus

tumpuan pada tubuh


terlalu berlebih

menerus
menurunkan kandungan

annulus fibrosus menahan

tekanan pada punggung air pada nucleus pulposus

nucleus pulposus

annulus pulposus tidak

nucleus pulposus

nucleus pulposus

mampu menahan

kekurangan air

terdorong keluar

nucleus pulposus
pecahan nucleus merusak
nucleus pulposus

annulus

terdorong keluar
annulus tidak mampu
menahan nucleus karena
tekanan
nucleus pulposus
terdorong keluar

14

ujung saraf spinal tertekan


gangguan pada L5 S1

HNP
Nyeri
kelumpuhan ekstremitas
bawah
ADL terbatas

Gangguan mobilitas fisik

15

BAB 3. ASUHAN KEPERAWATAN


3.1 Pengkajian
a. Identitas
HNP terjadi pada umur pertengahan, kebanyakan pada jenis kelamin pria dan
pekerjaan atau aktivitas berat (mengangkat baran berat atau mendorong benda
berat).
b. Keluhan Utama
Nyeri pada punggung bawah :
P : trauma (mengangkat atau mendorong benda berat).
Q : sifat nyeri seperti ditusuk-tusuk atau seperti disayat, mendenyut, seperti kena
api, nyeri tumpul atau kemeng yang terus-menerus. Penyebaran nyeri apakah
bersifat nyeri radikular atau nyeri acuan (referred fain). Nyeri tadi bersifat
menetap, atau hilang timbul, makin lama makin nyeri .
R : letak atau lokasi nyeri menunjukkan nyeri dengan setepat-tepatnya sehingga
letak nyeri dapat diketahui dengan cermat.
S : Pengaruh posisi tubuh atau atau anggota tubuh berkaitan dengan aktivitas
tubuh, posisi yang bagaimana yang dapat meredakan rasa nyeri dan memperberat
nyeri. Pengaruh pada aktivitas yang menimbulkan rasa nyeri seperti berjalan,
turun tangga, menyapu, gerakan yang mendesak. Obat-obatan yang ssedang
diminum seperti analgetik, berapa lama diminumkan.
T : Sifanya akut, sub akut, perlahan-lahan atau bertahap, bersifat menetap, hilang
timbul, makin lama makin nyeri.
c. Riwayat Kesehatan
a. Apakah klien pernah menderita Tb tulang, osteomilitis, keganasan (mieloma
multipleks), metabolik (osteoporosis).
b. Riwayat menstruasi pada wanita, adneksitis dupleks kronis, bisa menimbulkan
nyeri punggung bawah.
d. Pemeriksaan Fisik
1. Pemeriksaan Keadaan Umum
Pemeriksaan tanda-tanda vital, dilengkapi pemeriksaan jantung, paru-paru, perut.
1) Inspeksi
A. Inspeksi punggung, pantat dan tungkai dalam berbagai posisi dan gerakan
untuk evalusi neurogenik
16

B.

Kurvatura yang berlebihan, pendataran arkus lumbal,adanya angulus, pelvis

yang miring/asimitris, muskulatur paravertebral atau pantat yang asimetris,


postur tungkai yang abnormal.
C. Hambatan pada pegerakan punggung , pelvis dan tungkai selama begerak.
D. Klien dapat menegenakan pakaian secara wajar/tidak
E. Kemungkinan adanya atrofi, faskulasi, pembengkakan, perubahan warna
kulit.
2) Palpasi dan Perkusi
A. Palpasi dan perkusi harus dikerjakan dengan hati-hati atau halus sehingga
tidak membingungkan klien
B. Palpasi pada daerah yang ringan rasa nyerinya ke arah yang paling terasa
nyeri.
C. Ketika meraba kolumna vertebralis dicari kemungkinan adanya deviasi ke
lateral atau antero-posterior
D. Palpasi dan perkusi perut, distensi perut, kandung kemih penuh dll.
3) Neuorologik
A. Pemeriksaan motoric
1.
Kekuatan fleksi dan ekstensi tungkai atas, tungkai bawah, kaki, ibu jari dan
jari lainnya dengan menyuruh klien untuk melakukan gerak fleksi dan ekstensi
dengan menahan gerakan.
2.
Atrofi otot pada maleolus atau kaput fibula dengan membandingkan kanankiri.
3.
Fakulasi (kontraksi involunter yang bersifat halus) pada otot-otot tertentu.
B. Pemeriksan sensorik
A. Pemeriksaan rasa raba, rasa sakit, rasa suhu, rasa dalam dan rasa getar
(vibrasi) untuk menentukan dermatom mana yang terganggu sehingga dapat
ditentukan pula radiks mana yang terganggu.
4) Pemeriksaan reflex
A.
Refleks lutut /patela/hammer (klien bebraring.duduk dengan tungkai
menjuntai), pada HNP lateral di L4-5 refleks negatif.
B. Refleks tumit, achiles (klien dalam posisi berbaring , lutut posisi fleksi,
tumit diletakkan diatas tungkai yang satunya dan ujung kaki ditahan dalam posisi

17

dorsofleksi ringan, kemudian tendon achiles dipukul. Pada HNP lateral 4-5
refleks ini negatif.
5) Pemeriksaan range of movement (ROM)
A. Pemeriksaan ini dapat dilakukan aktif atau pasif untuk memperkirakan
derajat nyeri, functio laesa, atau untuk memeriksa ada/tidaknya penyebaran
nyeri.
e. Pemeriksaan Penunjang
Foto rontgen, Foto rontgen dari depan, samping, dan serong) untuk

identifikasi
Ruang antar vertebra menyempit. Mielografi adalah pemeriksaan dengan

bahan
Kontras melalu tindakan lumbal fungsi dan pemotretan dengan sinar

tembus.
Apabila diketahiu adanya penyumbatan.hambatan kanalis spinalis yang

mungkin disebabkan HNP.


Elektroneuromiografi (ENMG)
Untuk menegetahui radiks mana yang terkena / melihat adanya

polineuropati.
Scan tomografi
Melihat gambaran vertebra dan jaringan disekitarnya termasuk diskus
intervertebralis.

3.2 Diagnosa
1. Nyeri berhubungan dengan dengan penjepitan saraf pada diskus intervetebralis.
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan hemiparese/hemiplegia.
3.3 Intervensi
DX 1 : Nyeri berhubungan dengan dampak penjepitan saraf pada
diskus intervertebralis
Tujuan : Nyeri berkurang
Kriteria Hasil : Setelah dilakukan perawatan 2 x 24 jam pasien
menunjukkan ;

18

1 Klien mengatakan tidak terasa nyeri


2 Lokasi nyeri minimal
3 Keparahan nyeri berskala 0
4 Indikator nyeri verbal dan noverbal (tidak menyeringai)
INTERVENSI
RASIONAL
1

Identifikasi klien dalam membantu

menghilangkan rasa nyerinya.


2

tentang
2

Berikan informasi tentang

3
Tindakan penghilangan rasa nyeri

4
DX

balutan

(24-48

Gangguan

dan

keefektifan

tindakan penghilangan nyeri.


Informasi mengurangi ansietas
yang diperkirakan
Tindakan ini memungkinkan klien
terhadap nyeri.

jam),
4

distraksi dan relaksasi.


Terapi analgetik.
2

mendalam

untuk mendapatkan rasa kontrol

noninvasif dan nonfarmakologis


(posisi,

nyeri

yang

yang berhubungan dengan sesuatu

penyebab dan cara mengatasinya.


3

Pengetahuan

Terapi

farmakologi

diperlukan

untuk memberikan peredam nyeri.


mobilitas

fisik

berhubungan

dengan

hemiparese/hemiplegia
Tujuan : Klien mampu melaksanakan aktivitas fisik sesuai dengan
kemampuannya
Kriteria Hasil : Setelah dilakukan perawatan 3 x 24 jam pasien
menunjukkan
1 Tidak terjadi kontraktur sendi
2 Bertabahnya kekuatan otot
3 Klien menunjukkan tindakan untuk meningkatkan mobilitas
INTERVENSI
RASIONAL
1

Ubah posisi klien tiap 2 jam.

Menurunkan

resiko

terjadinnya

iskemia jaringan akibat sirkulasi


darah yang jelek pada daerah yang
2

Ajarkan klien untuk melakukan


latihan gerak aktif pada ekstrimitas
19

tertekan.
Gerakan aktif memberikan massa,

yang tidak sakit.


3

Lakukan

gerak

tonus dan kekuatan otot serta


pasif

memperbaiki fungsi jantung dan

pada

ekstrimitas yang sakit

pernapasan.
Otot volunter akan kehilangan
tonus dan

3.4 Implementasi
DX 1 : Nyeri berhubungan

IMPLEMENTASI

dengan dampak penjepitan saraf

1. Mengidentifikasi

pada diskus intervertebralis

membantu

klien

dalam

menghilangkan

rasa

nyerinya.
2. Memberikan informasi tentang
Penyebab dan cara mengatasinya.
3. Melakukan tindakan penghilangan
rasa

nyeri

noninvasif

dan

nonfarmakologis (posisi, balutan


(24-48

jam),

distraksi

dan

relaksasi.
4. Memebrikan terapi analgetik.
IMPLEMENTASI

DX 2 : Gangguan mobilitas fisik


berhubungan dengan

1. Mengubah posisi klien tiap 2 jam.


2. Mengajarkan
klien
untuk

hemiparese/hemiplegia

melakukan latihan gerak aktif pada


ekstrimitas yang tidak sakit.
3. Melakukan gerak pasif

pada

ekstrimitas yang sakit

3.5 Evaluasi
DX 1 : Nyeri berhubungan

S : pasien mengatakan tidak

dengan dampak penjepitan saraf

terasa nyeri

20

pada diskus intervertebralis

O : Keparahan nyeri berskala 0 dan


Indikator nyeri verbal dan noverbal (tidak
menyeringai)
A : masalah teratasi
P : hentikan intervensi

DX 2 : Gangguan mobilitas fisik

S : pasien mengatakan dapat

berhubungan dengan

melakukan aktifitas fisik

hemiparese/hemiplegia

O : tidak terjadi kontraktur sendi


A : masalah teratasi
P : hentikan intervensi

21

22

BAB 4. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Diskus Intervertebralis adalah lempengan kartilago yang membentuk sebuah
bantalan diantara tubuh vertebra. Material yang keras dan fibrosa ini digabungkan
dalam satu kapsul. Bantalan seperti bola dibagian tengah diskus disebut nukleus
pulposus. HNP merupakan rupturnya nukleus pulposus. (Brunner & Suddarth, 2002)
Hernia Nukleus Pulposus bisa ke korpus vertebra diatas atau bawahnya, bisa juga
langsung ke kanalis vertebralis. (Priguna Sidharta, 1990)
4.2 Saran
1. Mahasiswa
a. Gunakanlah waktu sebaik-baiknya untuk mencari ilmu untuk masa depan
yang cemerlang.
b. Gunakanlah makalah ini sebagai sumber ilmu untuk mempelajari tentang
asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem muskuloskletal
(HNP).
2. Akademik
Bimbinglah mahasiswa-mahasiswa keperawatan dalam membuat asuhan keperawatan
yang baik dan benar.

23

DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall, 2000, Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Edisi 8, EGC,
Jakarta.
Doenges, M.E.,Moorhouse M.F.,Geissler A.C., 2000, Rencana Asuhan Keperawatan,
Edisi 3, EGC, Jakarta.
Engram, Barbara, 1998, Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah, Volume 3,
EGC, Jakarta.
Gallo B.M.,1996, Keperawatan Kritis, Pendekatan Holistik, Edisi VI, VolumeII,
EGC, Jakarta.

24

Anda mungkin juga menyukai