Oleh:
YULIA NELRI
183110240
II B
Dosen Pembimbing :
Metri Lidya, S.Kp, M.Biomed
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa post partum atau disebut juga masa nifas (puerperium) merupakan masa atau
waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar dari rahim, sampai enam minggu
berikutnya. Masa pulihnya kembali organorgan yang berkaitan dengan kandungan, yang
mengalami perubahan. Selama fase nifas terebut, pentingnya perawatan untuk pemulihan
secara fisik dan psikologis termasuk proses menyusui atau laktasi.
Laktasi merupakan keseluruhan proses menyusui mulai dari Air Susu Ibu (ASI)
diproduksi sampai proses bayi menghisap dan menelan ASI. Laktasi merupakan bagian
integral dari siklus reproduksi mamalia termasuk manusia. Proses pengeluaran ASI ada
beberapa tahapan, tahapan pertama adalah Kolostrum, merupakan Air Susu Ibu yang
dihasilkan pada hari pertama sampai hari ketiga setelah bayi lahir, tahapan kedua air susu
masa peralihan (masa transisi), merupakan ASI yang dihasilkan mulai hari keempat sampai
hari kesepuluh setelah bayi lahir dan tahapan ketiga ASI Mature, merupakan ASI yang
dihasilkan mulai hari kesepuluh sampai seterusnya.
Kegagalan menyusui akan berdampak terhadap ibu, baik terhadap fisik maupun
psikologis. Dampak fisik seperti puting payudara ibu terasa nyeri, payudara ibu bengkak dan
menyebabkan puting payudara ibu menjadi lecet. Kegagalan menyusui juga berdampak
pada bayi, bayi akan mudah sakit dan daya tahan tubuh bayi menjadi lemah. Menyusui
merupakan proses pemberian susu kepada bayi atau anak kecil dengan ASI dari payudara ibu.
ASI merupakan cairan kehidupan yang sangat dibutuhkan oleh bayi. ASI mengandung
berbagai zat yang penting untuk tumbuh kembang bayi.
ASI mengandung zat atau komponen makronutrien dan mikronutrien. Komponen
yang termasuk makronutrien meliputi karbohidrat, protein dan lemak. Komponen yang
termasuk mikronutrien meliputi vitamin dan mineral, hampir 90% tersusun dari air. Volume
dan komposisi nutrien ASI berbeda untuk setiap ibu, tergantung dari kebutuhan bayi (Astuti,
2015). Komponen-komponen tersebut sangat bermanfaat bagi bayi, sebagai antibodi,
mempunyai efek psikologis yang menguntungkan dan menyebabkan pertumbuhan yang baik.
Komponen yang ada di ASI jauh lebih menguntungkan dari susu formula.
Berdasarkan latar belakang diatas maka saya tertarik untuk melakukan perwatan pada
ibu postpartum dengan gangguan laktasi.
B. Tujuan
1. Umum
Mampu mendeskripsikan asuhan keperawatan pada ibu post partum dengan masalah
manajemen laktasi.
2. Khusus
a. Mampu mendeskripsikan hasil pengkajian keperawatan Pada Ibu Post Partum dengan
masalah manajemen laktasi
b. Mampu mendeskripsikan rumusan diagnosis keperawatan pada ibu post partum
dengan masalah manajemen laktasi
c. Mampu mendeskripsikan perencanaan keperawatan pada ibu post partum dengan
masalah manajemen laktasi
d. Mampu mendeskripsikan tindakan keperawatan pada ibu post partum dengan
masalah manajemen laktasi
e. Mampu mendeskripsikan evaluasi keperawatan pada ibu post partum dengan
masalah manajemen laktasi
f. Mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan Pada Ibu Post Partum dengan
masalah manajemen laktasi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep PostPartum
1. Konsep postpartum
Masa post partum adalah masa antara pelahiran sampai organ-organ reproduksi
kembali ke keadaan sebelum masa hamil. Berbagai perubahan anatomi dan fisiologis yang
nyata terjadi selama masa pascapartum ini seiring dengan proses yang terjadi selama masa
kehamilan dikembalikan.
Masa post partum atau disebut juga masa nifas (puerperium) merupaka masa atau
waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar dari rahim, sampai enam minggu berikutnya.
Serta pulihnya kembali organ-organ yang berkaitan dengan kandungan, yang mengalami
perubahan.
a. Immediater postpartum
b. Early postpartum
B. Konsep Laktasi
1. Pengertian Laktasi
Menyusui adalah keterampilan yang dipelajari ibu dan bayi, dimana keduanya
membutuhkan waktu dan kesabaran untuk pemenuhan nutrisi pada bayi selama 6 bulan.
Laktasi adalah keseluruhan proses menyusui mulai dari ASI diproduksi sampai proses bayi
menghisap dan menelan ASI. Laktasi merupakan bagian integral dari siklus reproduksi
mamalia termasuk manusia. Masa laktasi mempunyai tujuan meningkatkan pemberian ASI
Ekslusif dan meneruskan pemberian ASI sampai anak umur 2 tahun secara baik dan benar
serta anak mendapatkan kekebalan tubuh secara alami.
2. Fisiologi laktasi
Hormon hipofisis yang berperan dalam perkembangan payudara dan laktasi ada enam
hormone, yaitu prolaktin, adrenokortikotropik, hormone pertumbuhan manusia, tyroid
stimulating hormone, follicle stimulating hormone (FSH), dan luteinzing hormone (LH).
Selain itu, hormone somatotropin korionik, hPL, dan hormone steroid yang disekresi oleh
kelenjar adrenal, ovarium dan plasenta memiliki peran sebagian, insulin pancreas. Prolaktin
mempersiapkan payudara untuk laktasi dengan meningkatkan ukuran payudara dan jumlah
serta kompleksitas saluran dan alveoli selama kehamilan. Sejalan dengan majunya usia
kehamilan, prolaktin menstimulasi sekresi yang berasal dari sel-sel alveolar mammae, dan
esterogen dan progesterone menghambat sekresi air susu .
Sumber semua hPL dan sebagian besar estrogen dan progesterone selama kehamilan
secara tiba-tiba hilang. Kadar hormone tersebut dalam darah secara cepat menurun, tetapi
sekresi prolakatin oleh kelenjar hipofisis anterior secara terus menerus dihasilkan.
Sekresi air susu dimulai dari dasar sel-sel alveolar, tempat tetesan kecil dibentuk dan
kemudian bermigrasi ke membrane sel, tetesan kecil ini dikeluarkan ke dalam saluran
alveolar untuk disimpan. Pengeluaran air susu atau let down, merupakan suatu proses
kontraksi sel mioepitel payudara mendorong air susu melewati saluran lalu masuk kedalam
sinus laktiferus. Sinus ini terletak dibawah areola dan air susu dikeluarkan dari sinus tersebut
dengan isapan bayi. Suatu refleks neurohormonal mengontrol pengeluaran air susu atau
refleks let down, dan bekerja melewati jaras saraf aferen menuju hipotalamus. Isapan
merupakkan stimulus aferen utama, tetapi reflex let down dapat diaktifkan oleh stimulus
pendengaran (tangisan bayi) dan stimulus visual (melihat bayi). Cabang eferen jaras ini
secara jelas dipengaruhi oleh hormone, karena oksitosin yang dilepaskan dari kelenjar
hipofisis posterior menyebabkan kontraksi sel-sel miopitel payudara
3. Etiologi
ada beberapa masalah menyusui yang sering ditemui pada ibu yaitu:
1. Kurang Informasi
Akibat kurang informasi, banyak ibu yang menganggap susu formula sama baiknya,
bahkan lebih baik dari ASI. Hal ini menyebabkan ibu lebih cepat memberikan susu formula
jika merasa ASI nya kurang. Selain itu ibu juga kurang mengetahui bagaimana cara
pemberian ASI secara efektif dan apa saja manfaat yang dapat diperoleh ibu jika ibu
memberikan ASI ekslusif kepada bayinya. Bagi ibu-ibu yang belum mengetahui manfaat ASI
secara benar, cobalah untuk mengikuti seminar- seminar ataupun penyuluhan tentang ASI
agar pengetahuan ibu tentang ASI menjadi bertambah dan ibu beralih untuk memberikan ASI
kepada bayinya sampai 6 bulan (Wiji, 2013).
Ada beberapa bentuk puting susu, panjang, pendek, dan datar atau terbenam. Selama
kehamilan, biasanya puting menjadi lentur. Namun, ada yang sampai bersalin puting susu
belum juga keluar. Banyak ibu langsung menganggap hilang peluangnya untuk menyusui.
Padahal, puting hanya kumpulan muara saluran ASI dan tidak mengandung ASI. ASI
disimpan di sinus laktiferus yang terletak di daerah areola mamae. Jadi, untuk mendapatkan
ASI, areola mamae yang perlu dimasukkan ke dalam mulut bayi agar isapan dan gerakan
lidah dapat memerah ASI keluar.
3. Payudara bengkak
Tiga hari post partum payudara sering terasa penuh, tegang dan nyeri. Kondisi ini
terjadi akibat adanya bendungan pada pembuluh darah di payudara sebagai tanda ASI mulai
banyak diproduksi. Jika karena sakit ibu berhenti menyusui, kondisi ini akan semakin parah,
ditandai dengan mengilatnya payudara dan ibu mengalami demam.
a. Payudara penuh: rasa berat pada payudara, panas dan keras. Bila diperiksa ASI keluar
dan tidak demam.
b. Payudara bengkak: payudara terasa sakit, puting susu kencang, kulit mengkilat walau
tidak merah, dan bila diperiksa/diisap ASI tidak keluar. Badan biasa demam 24 jam 4.
Umumnya ibu akan merasa nyeri pada waktu awal menyusui. Perasaan sakit ini
akan berkurang setelah ASI keluar. Bila posisi mulut bayi dan puting susu ibu benar,
perasaan nyeri akan hilang.
Puting susu yang tidak lentur akan menyulitkan bayi untuk menyusu. Meskipun
demikian, puting susu yang tidak lentur pada awal kehamilan sering kali akan menjadi lentur
(normal) pada saat menjelang atau saat persalian, sehingga tidak memerlukan tindakan
khusus. Namun sebaiknya tetap dilakukan latihan seperti cara mengatasi puting susu yang
terbenam.
Puting lecet diakibat oleh beberapa faktor. Dapat disebabkan oleh dermatitis atau
ada kelainan pada kulit dan paling dominan adalah kesalahan posisi menyusui saat bayi
hanya menghisap pada puting. Bisa juga disebabkan oleh cara perawatan yang tidak benar.
7. Mastitis
Kalanjer air susu manusia memiliki 15-20 saluran ASI, saluran ini bisa tersumbat
karena tekanan jari ibu saat menyusui, posisi bayi atau BH yang terlalu ketat, sehingga
sebagian saluran ASI tidak mengalirkan ASI. Sumbatan juga dapat terjadi karena ASI
dalam saluran tersebut tidak segera dikeluarkan karena ada pembengkakan.
Banyak ibu-ibu yang mengatakan tidak bisa memberika ASI kepada bayinya karena
produksi ASI-nya kurang. Bisa disebabkan karena payudaranya tidak membesar selama
kehamilan.
Cuti melahirkan di Indonesia rata-rata 3 bulan. Setelah itu, banyak ibu khawatir
terpaksa memberikan bayinya susu formula karena ASI perah tidak cukup.
selain masalah menyusui pada ibu, juga terdapat masalah menyusui pada bayi.
Adapun masalah menyusui pada bayi adalah :
Bingung puting (nipple confusion) adalah suatu keadaan yang terjadi karena bayi
mendapat susu formula dalam botol berganti-ganti dengan menyusu pada ibu. Peristiwa
ini terjadi karena mekanisme menyusu pada puting ibu berada dengan mekanisme menyusu
pada botol. Menyusu pada ibu memerlukan kerja otot-otot pipi, gusi, langit-langit dan
lidah. Sebaliknya pada menyusui botol bayi secara pasif dapat memperoleh susu buatan
jika bayi enggan menyusu perlu dicari apakah bayi sakit. Perhatikan apakah bayi panas,
diare atau muntah, bagaimana kesadaran bayi, apakah hidung bayi tersumbat lender, atau
adakah sariawan. Jika bayi sakit, bawa bayi berobat.
Menangis untuk bayi adalah cara berkomunikasi dengan orang- orang disekitarnya.
Karena itu, bila bayi sering menangis perlu dicari sebabnya, dan sebabnya tidak selalu karena
kurang ASI.
Bayi kecil, premature atau dengan berat badan lahir rendah (BBLR) mempunyai
masalah menyusui karena reflek menghisapnya masih relative lemah. Oleh karenanya bayi
kecil justru harus cepat dan lebih sering dilatih menyusu
5. Bayi kembar
Sebagian ibu menganggap apabila melahirkan kembar maka ASI nya tidak dapat
mencukupi kabutuhan kedua bayinya. Selanjutnya, ibu pun berusaha memberikan makanan
tambahan kepada kedua bayinya tanpa mencoba untuk memberikan ASI terlebih dahulu.
Bayi yang lahir kurang bulan atau dengan gangguan menghisap akan mengalami
kesulitan menyusu. Untuk bayi yang demikian, sebaiknya ASI dikeluarkan atau
diperah dan diberikan kepada bayi dengan pipet. Dengan memegang kepala dan menahan
bawah dagu, bayi dapat dilatih untuk menghisap, sementara ASI yang telah dikeluarkan yang
diberikan dengan pipet atau selang kecil pada puting.
7. Bayi sumbing
Jika celah hanya terdapat pada bibir atau pallatum mole (langit- langit lunak), bila dengan
posisi tertentu bayi dapat disusukan. Namun, jika celahnya luas meliputi bibir, gusi dan
pallatum durum (langit-langit keras), perlu dibuatkan protese yang akan menutup celah itu
supaya bayi bisa minum tanpa tersedak.
Keadaan seperti ini jarang terjadi, yaitu bayi mempunyai lingual frenulum (jaringan
ikat penghubung lidah dan dasar mulut) yang pendek dan tebal serta kaku dan dan elastis,
sehingga membatasi gerak lidah dan bayi tidak dapat menjulurkan lidahnya untuk mengurut
puting dengan optimal. Bayi pada kondisi seperti ini akan sulit dapat melaksanakan laktasi
dengan sempurna, karena lidahnya tidak sanggup menghisap puting dan areola dengan baik.
Ibu dapat membantu dengan menahan kedua bibir bayi segera setelah bayi dapat menangkap
puting dan areola dengan benar. Pertahankan kedudukan kedua bibir bayi agar posisi tidak
berubah-ubah.
9. Bayi Sakit
Sebagian kecil sekali dari bayi yang sakit, dengan indikasi khusus untuk diperoleh
mendapatkan makanan per oral, tetapi apabila sudah diperbolehkan, maka ASI harus terus
diberikan. Bahkan pada penyakit-penyakit tertentu justru harus diperbanyak yaitu minimal 12
kali dalam 24 jam, misal pada diare, pneumonia, TBC dan lain-lain. Bila bayi sudah dapat
menghisap, maka ASI peras dapat diberikan dengan cangkir atau dengan pipa nasogastrik .
4. Patofisiologi
Patofisiologi laktasi tidak hanya diperhatikan dari sisi fungsi glandula mammae dalam
memproduksi air susu, glandula mammae pada setiap fase pertumbuhan meniadakan
kapasitas fungsional glandula mammae.
1. Sebelum Pubertas Duktus primer dan duktus sekunder sudah terbentuk pada masa
fetus. Mendekati Pubertas terjadi pertumbuhan yang cepat dari system duktus
terutama di bawah pengaruh hormon estrogen sedang pertumbuhan alveoli oleh
hormone progesterone. Hormon yang jugaikut berperan adalah prolaktin yang
dikeluarkan oleh kelenjar anterior adrenalin, tiroid, paratiroid dan hormone
pertumbuhan.
2. Masa Pubertas Pada masa system duktus, proliferasi dan kanalisasi dari unit-unit
lobuloalveolar yang terletak pada ujung ujung distal duktulus. Jaringan penyangga
stoma mengalami organisasi dan membentukseptum interlobalir.
Postpartum/masa nifas
Menurut Perinasia (2010), ada berbagai macam posisi menyusui. Cara menyusui yang
tergolong biasa dilakukan adalah dengan duduk, berdiri atau berbaring. Ada posisi khusus
yang berkaitan dengan situasi tertentu seperti ibu pasca operasi sesar. Bayi diletakkan
disamping kepala ibu dengan kaki diatas. Menyusui bayi kembar dilakukan dengan cara
seperti memegang bola. Kedua bayi disusui bersamaan, di payudara kiri dan kanan. Pada ASI
yang memancar penuh, bayi ditengkurapkan di atas dada ibu, tangan ibu sedikit menahan
kepala bayi, dengan posisi ini maka bayi tidak akan tersedak.
Seorang ibu yang baru memiliki bayi untuk pertama kali mungkin akan mengalami masalah
ketika menyusui. Masalah yang sering dijumpai pada ibu postpartum ketika menyusui yaitu
banyak ibu post partum yang belum megetahui teknik menyusui yang benar. Seorang perawat
memiliki peran penting dalam mekanisme laktasi untuk mejelaskan kepada ibu post partum
mengenai mekanisme tersebut. Perawat harus memiliki pengetahuan tentang fungsi payudara
dan proses laktasi guna memberikan petujuk pada ibu yang baru menyusui. Langkah-langkah
menyusui yang benar (Perinasia, 2010).
1. Sebelum menyusui, ASI dikeluarkan sedikit dan dioleskan pada puting susu dan sekitar
areola. Hal ini berfungsi sebagai desinfektan alami yang dapat menjaga kelembapan
puting susu.
a) Ibu dengan posisi duduk atau berbaring santai. Bila duduk lebih baik menggunakan
kursi yang rendah agar kaki ibu tidak tergantung dan punggung ibu bersandar pada
sandaran kursi.
b) Bayi dipegang dengan satu lengan, kepala bayi terletak pada lengkung siku ibu dan
bokong bayi terletak pada lengan. Kepala bayi tidak boleh tertengadah dan bokong bayi
ditahan dengan telapak tahan ibu.
c) Satu tangan bayi diletakkan dibelakang badan ibu dan satu tangan lagi didepan bayi
d) Perut bayi menempel pada badan ibu, kepala baik menghadap payudara.
3. dipegang dengan jempol diatas dan empat jari lain dibawah sambil menekan areola.
dengan cara :
5. Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayididekatkan ke payudara ibu dengan
puting serta areola dimasukkan ke mulut bayi. Usahakan sebagian besar areola dapat masuk
kedalam mulut bayi, sehingga puting susu berada dibawah langit-langit dan lidah bayi akan
menekan ASI keluar dari tempat penampungan ASI yang terletak di bawah areola.
6. Setelah bayi selesai menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada puting
payudara dan areola.
7. Sendawakan bayi
a) Bayi digendong tegak dengan bersandar pada bahu ibu ibu kemudian punggungnya
ditepuk perlahan-lahan atau,
1) Lakukan gerakan Hoffman, yaitu dengan meletakkan kedua jari telunjuk atau ibu jari
didaerah areola, kemudian dilakukan pengurutan menuju kea rah yang berlawanan.
2) Dapat mengunakan pompa puting susu atau jarum suntik 10 ml yang telah dimodifikasi.
1) Susui bayi semau dan sesering yang bayi mau tanpa jadwal yang ditentukan
2) Bila bayi sulit menghisap, keluarkan ASI dengan bantuan tangan atau pmpa ASI
yang efektif
3) Sebelum menyusui untuk merangsang refleks oksitosin, dapat dilakukan dengan cara :
kompres hangat untuk mengurangi rasa sakit, massage payudara, massage leher dan
punggung
2) Segera setelah bayi menyusui, keluarkan sedikit ASI dan oleskan di puting payudara.
f. Penanganan mastitis
2) Rangsangan oksitosin, dimulai pada payudara yang tidak sakit yaitu stimulasi putting
susu, pijat leher dan punggung.
g. Ibu bekerja
2) ASI dikeluarkan atau diperah untuk persediaan dirumah sebelum berangkat bekerja
3) ASI disimpan dilemari pendingin dan dapat diberikan pada bayi saat ibu bekerja h.
Perawatan payudara.
Perawatan payudara dilakukan atas indikasi, antara lain puting tidak menonjol atau
bendungan payudara. Tujuannya adalah memperlancar pengeluaran ASI saat masa menyusui.
Untuk pasca-persalinan, lakukan sedini mungkin, yaitu 1 sampai 2 hari dan dilakukan 2 kali
sehari. Menurut Dewi (2011), ada beberapa langkah-langkah pengurutan payudara, sebagai
berikut :
1) Pengurutan pertama
Licinkan kedua tangan dengan minyak. Tempatkan kedua tangan diantara payudara.
Pengurutan dilakukan dimulai kearah atas, lalu telapak tangan kanan ke arah sisi kiri dan
telapak tangan kiri kea rah sisi kanan. Lakukan terus pengurutan kebawah dan samping,
selanjutnya pengurutan melintang. Ulangi masing-masing 20-30 gerakan untuk tiap payudara.
2) Pengurutan kedua
Sokong payudara kiri dengan tangan kiri, kemudian dua atau tiga jari tangan kanan membuat
gerakan memutar sambil menekan mulai dari pangkal payudara dan berakhir pada puting
susu. Lakukan 2 gerakan tiap payudara bergantian
3) Pengurutan ketiga
Sokong payudara kiri dengan satu tangan, sedangkan tangan lainnya mengurut dengan sisi
kelingking dari arah tepi kea rah puting susu. Lakukan sekitar 30 kali.
4) Pengompresan
Kompres payudara dengan handuk kecil hangat selama 2 menit, lalu ganti dengan
kompres air dingin. Kompres bergantian selama 3 kali dan akhiri dengan kompres air hangat.
5) Pengosongan ASI
Pengosongan ini dimaksudkan untuk mencegah pembendungan ASI. Keluarkan air susu
dengan meletakkan ibu jari dan telunjuk kira-kira 2 sampai 3 cm dari puting susu dan
tamping ASI yang keluar. Tekan payudara kearah dada dan perhatikan agar jari-jari jangan
direnggangkan. Angkat payudara yang agak besar dahulu lalu tekan kea rah dada. Gerakkan
ibu jari dan telunjuk kearah puting susu untuk menekan dan mengosongkan tempat
penampungan susu pada payudara tanpa rasa sakit. Ulangi untuk masing-masing payudara.
1. Pengkajian
a. Anamnesa
1) Identitas Klien: meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa,
status pernikahan, pendidikan, pekerjaan, alamat.
2) Identitas Penanggung jawab: Nama, umur, jenis kelamin, hubungan dengan keluarga,
pekerjaan, alamat
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
Keluhan yang paling utama dirasakan oleh ibu post partum, ASI yang keluar sedikit,
lecet pada puting susu ibu postpartum, terjadi mastitis dan payudara bengkak.
Keluhan yang di rasakan oleh ibu post partum saat dilakukan pengkajian, seperti gejala atau
perubahan fisiologis post partum meliputi involusi dan perubahan payudara.
Tanyakan tentang riwayat penyakit yang pernah diderita dan jenis pengobatan yang
dilakukan oleh ibu post partum, tanyakan penggunaan obat-obatan, tanyakan tentang riwayat
alergi, tanyakan riwayat kehamilan dan riwayat persalinan dahulu, dan riwayat menyusui
dahulu.
c. Faktor Psikososial
2) Tanyakan tentang konsep diri : Body image, ideal diri, harga diri, peran diri,
personal identity, keadaan emosi, perhatian dan hubungan terhadap orang lain atau tetangga,
kegemaran atau jenis kegiatan yang di sukai ibu post partum, mekanisme pertahanan diri, dan
interaksi sosial ibu post partum dengan orang lain.
e. Pola eliminasi
Tanyakan tentang frekuensi, waktu, konsitensi, warna, BAB terakhir. Sedangkan pada
BAK yang harus di kaji adalah frekuensi, warna dan bau.
Tanyakan jenis kegiatan dalam pekerjaannya, jenis olahraga dan frekwensinya, tanyakan
kegiatan perawatan seperti mandi, berpakaian, eliminasi, makan minum, mobilisasi
Pola istirahat dan tidur ibu akan terganggu, karena ibu harus menyusui bayi satu kali dua
jam atau sampai tiga jam.
h. Pemeriksaan Fisik
h) Payudara :
1) Inspeksi ukuran, bentuk, warna, kesimetrisan, puting, aerola apakah ada tanda
kemerahan dan pecah. Perhatikan adanya kelainan, dilatasi pembuluh darah, keadaan kulit
pada payudara ibu post partum (Reeder dkk, 2014). Puting susu lecet, payudara memerah,
payudara terbenam.
2) Palpasi konsistensi dan apakah ada nyeri tekan guna menentukan status laktasi,
palpasi dilakukan meliputi seluruah bagian payudara, dilakukan dari parasternal ke arah garis
aksila belakang dan subklaikula ke arah distal (Reeder dkk, 2014).
2. Diagnosa Keperawatan
3.perencanaan keperawatan
DAFTAR PUSTAKA