PERSALINAN PREMATUR
OLEH :
KELOMPOK IX
DEWA KADEK ADI SASTRAWAN (213221210)
NI NYOMAN ARIYATI (213221216)
NI PUTU INTAN ASTINI (213221226)
I MADE NGARA YASA (213221235)
Puji syukur kami panjatkan kepadaTuhan Yang Maha Esa karen aberkat rahmat dan
karunia Beliaulah kami mampu menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Persalinan Prematur”ini tepat pada waktunya. Makalah ini disusun untuk
memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah Keperawatan Kesehatan Reproduksi.
Dalam kesempatan ini kami ingin mengucapkan terima kasih untuk semua pihak
yang telah membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari sepenuhnya
bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Karena
keterbatasan kemampuan dan ilmu pengetahuan yang kami miliki. Maka itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi tersusunnya makalah yang lebih baik
lagi..
Penulis
ASUHAN KEPERAWATAN PERSALINAN PREMATUR
A. Konsep Medik
Definisi
Partus prematurus, pada haid yang teratur, persalinan preterm dapat
didefinisikan sebagai persalinan yang terjadi antara usia kehamilan 20-37 minggu
dihitung dari hari pertama haid terakhir. (ACOG, 1997).
Menurut Wibowo (1997) yang mengutip pendapat dari Herron,dkk. Persalinan
prematur adalah kontraksi uterus yang teratur setelah kehamilan 20 minggu dan
sebelum 37 minggu, dengan interval kontraksi 5 hingga 8 menit atau kurang dan
disertai satu atau lebih tanda-tanda berikut :
1. Perubahan serviks yang progresif.
2. Dilatasi serviks 2 cm atau lebih.
3. Penipisan serviks 80%
Menurut Firmansyah (2006) mengatakan partus prematur adalah kelahiran bayi
pada saat masa kehamilan kurang dari 259 hari dihitung dari hari terakhir haid ibu.
Menurut Mochtar (1998) partus prematur adalah persalinan pada kehamilan 28
sampai 37 minggu, berat badan lahir 1000 sampai 2500 gram.
Partus prematur adalah persalinan paa umur kehamilan kurang dari 37 mingggu
atau berat badan lahir antara 500 sampai 2499 gram. (Sastrawinata, 2003).
2. Etiologi
Penyebab sekitar 50% kelahiran prematur tidak diketahui. Namun, sepertiga
persalinan premature terjadi setelah ketuban pecah dini (PROM). Komplikasi
kehamilan lain, yang berhubungan dengan persalinan premature, meliputi
kehamilan multi janin,hidramnion, serviks tidak kompeten, plasenta lepas secara
premature dan infeksi tertentu (seperti, polinefritis dan korioamnionitis) (Andersen,
Merkatz, 1990).
Pada kebanyakan kasus, penyebab pasti partus prematurus tidak diketahui,
namun menurut Rompas (2004) ada beberapa resiko yang dapat menyebabkan
pattus prematur, yaitu :
a. Faktor resiko mayor
Kehamilan multiple, hidramnion, anomali uterus, serviks terbuka lebih
dari 1 cm pada kehamilan 32 minggu, riwayat abortus pada trimester Il lebih
dari satu kali, riwayat petsalinan prematur sebelumnya, operasi abdominal pada
kehamilan preterm, riwayat operasi konisasi dan iritabilitas uterus.
b. Faktor resiko minor :
Penyakit yang disertai demam, perdarahan pervaginam setelah
kehamilan 12 minggu, riwayat pielonefritis, merokok lebih dari 10 batang
perhari, riwayat abortus trimester Il, riwayat abortus pada trimester I lebih dari
satu kali.
Menurut Manuaba (1998), faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya
persalinan preterm (prematur) atau berat badan lahir rendah adalah
l. Faktor ibu .
Gizi saat hamil yang kurang
2. Faktor kehamilan :
Hamil dengan
hidramnion
Hamil ganda
Perdarahan antepartum
3. Faktor janin:
Cacat bawaan
3. Manifestasi Klinis
1. Sakit kram seperti menstruasi dapat membingungkan dengan sakit lingkar ligamen.
2. Sakit punggung, berbeda dengan yang dialami oleh wanita hamil.
3. Tekanan atau sakit suprapubik, dapat membingungkan dengan infeksi saluran
kencing.
4. Sensasi tekanan atau berat pelviks.
5. Perubahan karakter jumlah muatan vaginal (lebih tebal, lebih tipis, berair, berdarah,
coklat, atau tak berwarna).
6. Diarrhea.
7. Kontraksi uterus yang tidak normal (sakit atau tidak) terasa lebih sering dari pada
setiap 10 menit untuk I jam atau lebih dan tidak sembuh dengan berbaring.
8. Pecah membran prematur.
Tanda dan gejala kelainan preterm harus termasuk sebagai pendidikan rutin wanita
sekitar 20-24 minggu kehamilan.
4. Patofisiologi
Enzim sitokinin dan prostaglandin, ruptur membran, ketuban pecah, aliran darah
ke plasenta yang berkurang mengakibatkan nyeri dan intoleransi aktifitas yang
menimbulkan kontraksi uterus, sehingga menyebabkan persalinan prematur.
Akibat dari persalinan prematur berdampak pada janin dan pada ibu. Pada janin,
menyebabkan kelahiran yang belum pada waktunya sehingga terjadilah imaturitas
jaringan pada janin. Salah satu dampaknya terjadilah imaturitas paru yang
menyebabkan resiko cidera pada janin.
Sedangkan pada ibu, resiko tinggi pada kesehatan yang menyebabkan ansietas
dan kurangnya informasi tentang kehamilan mengakibatkan kurangnya pengetahuan
untuk merawat dan menjaga kesehatan saat kehamilan.
5. Asuhan Keperawatan
5.1 Pengkajian
A. Sirkulasi
Hipertensi, Edema patologis (tanda hipertensi karena kehamilan (HKK)), penyakit
sebelumnya.
B. Integritas Ego
C. Makanan / cairan
D. Nyeri / Ketidaknyamanan
Kontraksi intermiten sampai regular yang jaraknya kurang dari 10 menit selama
paling sedikit 30 detik dalam 30-60 menit.
E. Pernafasan
F. Keamanan
Infeksi mungkin ada (misalnya infeksi saluran kemih (ISK) dan atau infeksi vagina)
G. Seksualitas
H. Interaksi sosial
I. Pemeriksaan diagnostik
Ultrasonografi : Pengkajian getasi (dengan berat badan janin 500 sampai 2500 gram)
Tes nitrazin : menentukan KPD
Jumlah sel darah putih : Jika mengalami peningkatan, maka itu menandakan adanya
infeksi amniosentesis yaitu radio lesitin tethadap sfingomielin (L/S) mendeteksi
fofatidigliserol (PG) untuk maturitas paru janin, atau infeksi amniotik. Pemantauan
elektronik : memfalidasi aktifitas uterus / status janin.
5.2. Diagnosa
2. Diagnosa : Keracunan, resiko tinggi. Faktor resiko dapat meliputi toksik yang
berhubungan dengan dosis / efek samping tokolitik
Tujuan : Mencegah atau meminimalkan cedera maternal
Mandiri
Intervensi Rasional :
Tempatkan klien pada posisi lateral, tinggikan kepala selama pemberian infus obat
IV. Menurunkan iribilitas uterin, meningkatkan perfusi plasenta dan mencegah
hipotensi supine.
Pantau tanda vital, auskultasi paru, perhatikan iregularitas jantung dan laporkan
dispnea / sesak dada. Komplikasi, seperti edema pulmoner, disritmia jantung
takikardia, agitasi , dispnea, nyeri dada dan peningkatan pada volume plasma
mungkin terjadi pada pemberian agnosis reseptor beta (ritrodin, isoxupfin) dan
tetbutalin sulfat, yang merangsang reseptor beta2 (khususnya pada penggunaan
steroid bersama).
Timbang klien setiap hari : Memeriksa potensial perubahan perkemihan /
retensi cairan.
Pantau adanya mengantuk, kemerahan karena panas, depresi pernafasan dan depresi
refleks tendon dalam dengan tepat. Tanda depresi neuromuskular, menandakan
peningkatan kadar MgS04 serum.
Sediakan antidot (Kalsium glukonat untuk MgS04 propanol untuk ritrodin atau
terbulatin sulfat). Pemberian antidot mungkin perlu untuk membalik atau mengatasi
efek agen tokolitik.
Kolaborasi
Intervensi Rasional :
Bantu sesuai kebutuhan dengan pemeriksaan vagina steril Untuk mengkaji status
servikal. Pemeriksaan vaginal dipertahankan minimum, karena hal ini dapat
menambah kepekaan uterus. Keamanan tokolitik bila serviks berdilatasi lebih dari 4
cm atau menonjol 80% tidak di dokumentasikan dan secara umum di
kontraindikasikan.
Berikan larutan IV atau lobus cairan sesuai indikasi. Hidrasi dapat menurunkan
aktifitas uterus. Sebelum mulai terapi obat, hidrasi meningkatkan klirens ginjal dan
meminimalkan hipotensi.
Berikan nifedipine (procardia) di telan dan dikunyah dengan makan dan minum.
Nifedipine dapat diganti dengan terbutalin sulfat. Nifedipin, penyekat saluran
kalsium, digunakan secara percobaan bila obat Iain gagal untuk menekan aktifitas
uterus.
Pasang kaos kaki antiembolik dan berikan latihan rentang gerka pasif pada kaki
setiap I -2jam. Mencegah pengumpulan darah pada ekstremitas bawah, yang dapat
terjadi karena relaksasi otot halus.
Pasang kateter indwelilng sesuai indikasi. Haluaran urin harus dipantau dan
dipertahankan bila memberikan MgS04. Haluaran harus pada sedikitknya 30
ml/jam atau 100 ml pada periode 4 jam.
Atur untuk memindahkan klien ke fasilitas resiko tinggi atau pusat perawatan
tersier, bila aktifitas uterus menetap bersamaan dengan pemberian tokolitik.
Membantu menjamin ketersediaan perawatan intensif yang tepat, yang mungkin
diperlukan oleh bayi baru lahir bersamaan dengan kelahiran preterm.
Orientasikan klien dan pasangan pada lingkungan persalinan. Membantu klien dan
orang terdekat merasa mudah dan lebih nyaman pada sekitar mereka
Anjurkan penggunaan teknik relaksasi Memungkinkan klien mendapatkan keuntungan
maksimum dari periode istirrahat, mencegah kelelahan otot dan memperbaiki aliran
darah uterus.
Anjurkan pengungkapan rasa rasa takut dan masalah. Dapat membantu menumnkan
ansietas dan merangsang identifikasi perilaku koping.
Berikan sedatif bila tindakan lain tidak berhasil memberikan efek menenangkan dan
tranquiliser.
Mandiri
Intervensi Rasional :
Pastikan pengetahuan klien tentang persalinan pıeterm dan kemungkinan hasil,
membuat data dasar dan mengidentifikasi kebutuhan
Berikan informasi tentang perawatan tindak lanjut bila klien pulang. Klien mungkin
perlu kembali untuk keteraturan pemantauan dan atau tindakan
Anjurkan klien mengosongkan kandung kemih setiap 2 jam saat terjaga. Mencegah
tekanan kandung kemih penuh pada uterus yang peka.
Tinjau ulang kebutuhan cairan setiap hari, misalnya 2 sampai 3 quart (1,9 — 2,81)
cairan dan menghindari kafein. Dehidrasi dap[at menimbulkan peningkatan
kepekaan otot uterus.
Kolaborasi
Intervensi Rasional :
Tekankan untuk menghindari obat yang dijual bebas sementara agen tokolitik
diberikan kecuali dengan izin dokter. Penggunaan bersamaan dengan obat yang
dijual bebas dapat menyebabkan efek mengganggu, khususnya bila obat yang dijual
bebas mempunyai efek samping serupa dengan agen tokolitik (misalnya,
antihistamin atau inhaler dengan efek bronkodilatasi seperti spinefrin).
Berikan informasi tentang menggunakan tokolitik oral bersama makanan. Makanan
memperbaiki toleransi terhadap obat dan penurunan efek samping
6. Diagnosa : Nyeri akut atau ketidaknyamanan berhubungan dengan kontraksi otot dan
efek obat-obatan.
1. Mochtar Rustam, Prof. Dr. MPH, 1998. Sinopsis Obstetti. Jakarta: EGC.
2. Doengoes, E. Marlyn, 2001. Rencana Perawatan Maternal/Bayi. Jakarta: EGC.