Anda di halaman 1dari 20

KEPERAWATAN MATERNITAS II

ASUHAN KEPERAWATAN PERSALINAN RESIKO PREMATUR DAN


POSTMATUR

Disusun Oleh :
1.Dwi Viska Yulia 5.Putri Indriani
2.Nurul Hendriani 6.Reviola Agustin
3.Muhammad Novaldi 7.Vetri Lusiana
4.Putri Rahmawati 8.Fitria Aflfira

Dosen Pembimbing:
Ns.Mera Delima,M.Kep

STIKES PERINTIS PADANG


TAHUN AJAR 2020/2021
ASKEP PARTUS PREMATUR

A. Definisi
Partus prematurus, pada haid yang teratur, persalinan preterm dapat didefinisikan sebagai
persalinan yang terjadi antara usia kehamilan 20-37 minggu dihitung dari hari pertama haid
terakhir. (ACOG,1997).
Menurut Wibowo (1997) yang mengutip pendapat dari Herron,dkk. Persalinan prematur
adalah kontraksi uterus yang teratur setelah kehamilan 20 minggu dan sebelum 37 minggu,
dengan interval kontraksi 5 hingga 8 menit atau kurang dan disertai satu atau lebih tanda-tanda
berikut :
1. Perubahan serviks yang progresif.
2. Dilatasi serviks 2 cm atau lebih.
3. Penipisan serviks 80%
Firmansyah (2006) mengatakan partus prematur adalah kelahiran bayi pada saat masa
kehamilan kurang dari 259 hari dihitung dari hari terakhir haid ibu.
Menurut Mochtar (1998) partus prematur adalah persalinan pada kehamilan 28 sampai 37
minggu, berat badan lahir 1000 sampai 2500 gram.
Partus prematur adalah persalinan paa umur kehamilan kurang dari 37 mingggu atau berat badan
lahir antara 500 sampai 2499 gram. (Sastrawinata, 2003).
Sedangkan Manuaba (1998) partus prematur adalah persalinan yang terjadi dibawah
umur kehamilan 37 minggu dengan perkiraan berat janin kurang dari 2500 gram.
Jadi, dapat diambil kesimpulan dari pernyataan diatas bahwa : Persalinan prematur adalah
persalinan yang terjadi pada usia kehamilan ibu 20 sampai 37 minggu dengan berat badan bayi
kurrang dari 2500 gram.

B. Etiologi
Penyebab sekitar 50% kelahiran premature tidak diketahui. Namun, sepertiga persalinan
premature terjadisetelah ketuban pecah dini (PROM). Komplikasi kehamilan lain, yang
berhubungan dengan persalinan premature, meliputi kehamilan multi janin,hidramnion, serviks
tidak kompeten, plasenta lepas secara premature dan infeksi tertentu (seperti, polinefritis dan
korioamnionitis) (Andersen, Merkatz, 1990).
Pada kebanyakan kasus, penyebab pasti partus prematurus tidak diketahui, namun menurut
Rompas (2004) ada beberapa resiko yang dapat menyebabkan partus prematur, yaitu :

a. Faktor resiko mayor


Kehamilan multiple, hidramnion, anomali uterus, serviks terbuka lebih dari 1 cm pada
kehamilan 32 minggu, riwayat abortus pada trimester II lebih dari satu kali, riwayat persalinan
prematur sebelumnya, operasi abdominal pada kehamilan preterm, riwayat operasi konisasi dan
iritabilitas uterus.
b. Faktor resiko minor :
Penyakit yang disertai demam, perdarahan pervaginam setelah kehamilan 12 minggu,
riwayat pielonefitis, merokok lebih dari 10 batang perhari, riwayat abortus trimester II, riwayat
abortus pada trimester I lebih dari satu kali.
Menurut Manuaba (1998), faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya persalinan preterm
(prematur) atau berat badan lahir rendah adalah :
1. Faktor ibu :
a.Gizi saat hamil yang kurang
b.Umur kurang dari 20 tahun atau diatas 35 tahun
c.Jarak hamil dan bersalin terlalu dekat
d.Penyakit menahun ibu: hipertensi, jantung, gangguan pembuluh darah (perokok)
f.Faktor pekerja yang terlalu berat

2. Faktor kehamilan :

a.Hamil dengan hidramnion


b.Hamil ganda
c.Perdarahan antepartum
d.Komplikasi hamil: pre-eklamsia/eklamsia, ketuabn pecah dini.
3. Faktor janin:
a.Cacat bawaan
b.Infeksi dlam rahim.
C.Tanda dan Gejala
1. Sakit kram seperti menstruasi dapat membingungkan dengan sakit lingkar ligamen.
2. Sait punggung, berbeda dengan yang dalami oleh wanita hamil.
3. Tekanan atau sakit suprapubik, dapat membingungkan dengan infeksi saluran kencing.
4. Sensasi tekanan atau berat pelviks.
5. Perubahan karakter jmlah muatan vaginal (lebih tebal, lebih tipis, berair, berdarah, coklat, atau
tak berwarna).
6. Diarrhea
7. Kontraksi uterus yang tidak normal (sakit atau tidak) terasa lebih sering dari pada setiap 10
menit untuk 1 jam atau lebih dan tidak sembuh dengan berbaring.
8. Pecah membran prematur
Tanda dan gejala kelainan preterm harus termasuk sebagia rutin pendidikan wanita sekitar 20-24
minggu kehamilan.

D. Patofisiologi
Enzim sitokinin dan prostaglandin, ruptur membran, ketuban pecah, aliran darah ke
plasenta yang berkurang mengakibatkan nyeri dan intoleransi aktifitas yang menimbulkan
kontraksi uterus, sehingga menyebabkan persalinan prematur.

Akibat dari persalinan prematurberdampak pada janin dan pada ibu.


1.Pada janin, menyebabkan kelahira yang belum pada waktunya sehingga terjailah imaturitas
jaringan pada janin. Salah satu dampaknya terjdilah maturitas paru yang menyebabkan resiko
cidera pada janin.
2.Sedangkan pada ibu, resiko tinggi pada kesehatan yang menyebabkan ansietas dan kurangnya
informasi tentang kehamilan mengakibatkan kurangnya pengetahuan untuk merawat dan
menjaga kesehatan saat kehamilan.
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1.Sirkulasi
Hipertensi, Edema patologis (tanda hipertensi karena kehamilan (HKK)), penyakit sebelumnya.
2.Intregitas Ego
Adanya ansietas sedang.
3. Makanan / cairan
Ketidakadekuatan atau penambahan berat badan berlebihan.
4. Nyeri / Katidaknyamanan
Kontraksi intermiten sampai regular yang jaraknya kurang dari 10 menit selama paling sedikit 30
detik dalam 30-60 menit.
5. Pernafasan
Mungkin perokok berat (7-10 rokok perhari)
6. Keamanan
Infeksi mungkin ada (misalnya infeksi saluran kemih (ISK) dan atau infeksi vagina)
7. Seksualitas
a..Tulang servikal dilatasi
b.Perdarahan mungkin terlihat
c.Membran mungkin ruptur (KPD)
d.Perdarahan trimester ketiga
e.Riwayat aborsi, persalinan prematur, riwayat biopsi konus
f.Uterus mungkin distensi berlebihan, karena hidramnion, makrosomia atau getasi multiple.
g.Interaksi sosial
h.Mungkin tergolong pada kelas sosial yang rendah.

B. Pemeriksaan diagnostik
1.Ultrasonografi : Pengkajian getasi (dengan berat badan janin 500 sampai 2500 gram)
2. Tes nitrazin : menentukan KPD
Jumlah sel darah putih : Jika mengalami peningkatan, maka itu menandakan adanya
infeksi amniosentesis yaitu radio lesitin terhadap sfingomielin (L/S) mendeteksi fofatidigliserol
(PG) untuk maturitas paru janin, atau infeksi amniotik.
3. Pemantauan elektronik : memfalidasi aktifitas uterus / status janin.

C.Diagnosa
1. Cedera resiko tinggi terhadap janin, berhubungan dengan resiko melahirkan bayi preterm.
2. Ansietas, ketakutan berhubungan dengan krisis situasional, ancaman yng dirasakan atau aktual
pada diri dan janin.
3.Kurang pengetahuan mengenai persalinan prematur, kebutuhan tindakan dan prognosis
berhubungan dengan kesalahan interpretasi atau kurang informasi.
4. Nyeri akut atau ketidaknyamanan berhubungan dengan kontraksi otot dan efek obat-obatan.

D. Intervensi
1.Cedera resiko tinggi terhadap janin,berhubungan dengan resiko melahirkan bayi preterm.
2.Ansietas,ketakutanberhubungandengankrisissituasional,ancamanyngdirasakanatauaktualpadadi
ridanjanin.
Observasi:
- identifikasi saat tingkat ansietas berubah (mis. Kondisi, waktu, stresor)
-identifikasi kemampuan mengambil keputusan.
Terapeutik:
-ciptakan suasana terpeutik untuk menumbuhkan kepercayaan
-temani pasien untuk mengurangi kecemasan, jika memungkinkan
Edukasi:
-jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang mungkin dialami.
-informasikan secara faktual mengenai diagnosis, pengobatan, dan prognosis
Kolaborasi:
-kolaborasi pemberian obat antiansietas, jika perlu.
3.Kurangpengetahuanmengenaipersalinanprematur,kebutuhantindakandanprognosisberhubungan
dengankesalahaninterpretasiataukuranginformasi.
4.Nyeri akut atau ketidak nyamanan berhubungan dengan kontraksi otot dan efek obat-obatan.
Observasi:
- Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri.
- Identifikasi skala nyeri
Terapeutik:
- Berikan tekniknonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis. TENS, hipnosis, akupresur,
terapi musik, biofeedback, terapi pijat, aromaterapi, teknik imajinasi terbimbing, kompres
hangat/dingin,terapi bermain).
- Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan).
Edukasi:
- Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
- Anjurkanmemonitor nyeri secara mandiri
Kolaborasi:
- Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu.
E.Evaluasi
Klien akan menunjukkan kepatuhan terhadap batasan aktifitas yang diprogramkan, jadwal
pengobatan atau keduanya. Klien tidak akan mengalami komplikasi akibat penatalaksanaan obat
yang diprogramkan. Klien akan meneruskan persalinan sampai cukup bulan atau mendekati
aterm. Klien akan melahirkan bayi yang sehat dan matur.
KONSEP
KEHAMILAN POSTMATUR
A.Pengertian
Kehamilan postmatur merupakan salah satu bentuk kegawatdaruratan medis yang terjadi pada
ibu hamil dan ibu yang akan bersalin. Kehamilan post matur adalah kehamilan yang melampaui umur
294 hari (42 minggu) dengan segala kemungkinan komplikasinya (Manuaba, 1998).
Kehamilan postmatur (postterm) disebut juga kehamilan lewat waktu/bulan merupakan
kehamilan yang berlangsung sampai 42 minggu (294 hari) atau lebih, dihitung dari hari pertama haid
terakhir menurut rumus Naegele dengan siklus haid rata-rata 28 hari (Prawirohardjo, 2009).
Dari beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa kehamilan post matur merupakan
kehamilan yang berlangsung selama 42 hari atau lebih.
B. Epidemiologi
Angka kejadian kehamilan lewat waktu rata-rata 10% kehamilan berlangsung hingga 42 minggu
atau lebih. Data statistik menunjukkan, angka kematian dalam kehamilan lewat waktu lebih tinggi
ketimbang dalam kehamilan cukup bulan. Dimana angka kematian kehamilan lewat waktu mencapai 5-
7%.
C. Etiologi
Penyebab pasti kehamilan post matur belum diketauhi secara pasti. Faktor yang diduga
berpengaruh adalah hormonal dan herediter. Faktor hormonal dimana kadar progesteron tidak cepat
turun walaupun kehamilan telah memasuki usia cukup untuk melahirkan sehingga kepekaan uterus
terhadap oksitosin berkurang dan otot Rahim tidak sensitif terhadap rangsangan karena ketegangan
psikologis atau kelainan pada rahim. Faktor herediter karena post matur akan dijumpai pada keluarga
tertentu.
Faktor seperti kesalahan dalam penanggalan menjadi penyebab tersering dan diduga akibat
peningkatan tiba-tiba kadar kortisol plasma janin. Kortisol janin akan memperngaruhi plasenta sehingga
prosuksi progresteron berkurang dan memperbesar sekresi esterogen, selanjutnya berpengaruh
terhadap meningkatnya produksi prostaglandin. Pada cacat bawaan janin seperti anesefalus, hipoplasia
adrenal janin, dan tidak adanya kelenjar hipofisis pada janin akan menyebabkan kortisol janin tidak
diproduksi dengan baik sehingga kehamilan dapat berlangsung lewat bulan.
D. Tanda dan Gejala
a. Gerakan janin jarang (secara subjektif kurang dari 7x/20 menit atau secara objektif kurang dari
10x/menit).
b. Berat badan bayi lebih berat daripada bayi matur
c. Tulang dan sutura lebih keras daripada bayi matur
d. Rambut kepala lebih tebal
Selain itu, manifestasi pada bayi dapat diklasifikasikan menjadi:
a. Stadium I
Kulit kehilangan vernix caseosa dan terjadi maserasi sehingga kulit menjadi kering, rapuh dan mudah
terkelupas.
b. Stadium II
Sama dengan stadium I ditambah dengan pewarnaan mekoneum kehijauan di kulit
c. Stadium III
Sama dengan stadium I ditambah dengan warna kuning pada kuku, kulit, dan tali pusat.
E. Patofisiologi
Kehamilan post matur masih belum diketahui secara pasti faktor penyebabnya. Namun, diduga
karena penurunan hormone oksitosin, saraf uterus, dan hormone esterogen pada usia kehamilan cukup.
Selain itu faktor hereditas diduga juga turut andil. Proses kehamilan yang lama melewati masa/waktu
seharusnya partus merupakan stressor bagi ibu sehingga akan timbul rasa cemas. Janin dalam rahim
akan terkontaminasi oleh meconium, cairan plasenta dan nutrisi serta oksigen yang berlanjut akan
mengakibatkan berat badan bayi bertambah. Hal ini akan beresiko bagi ibu apabila melahirkan melalui
per vaginal sehingga operasi section caesarea dan episiotomy merupakan salah satu jalan alternative
untuk keselamatan ibu dan bayi. Post operasi SC dan episiotomy akan meninggalkan bekas luka pada
abdomen ibu, yang dapat menimbulkan rasa nyeri dan beresiko tinggi infeksi apabila perawatan luka
yang dilakukan tidak benar.

F. Komplikasi dan Prognosis


Komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu adalah rasa cemas dan takut karena terlambat
melahirkan dan akan menjalani operasi sehingga mengakibatkan perdarahan post patum, yaitu atonia
uteri.
Komplikasi yang terjadi pada bayi antara lain:
a. Kematian janin (3 kali resiko pada kehamilan aterm) yaitu 30% sebelum partus, 55% intrapartum,
15% post natal.
b. Gawat janin karena aspirasi mekoneum, hipoksia, kompresi tali pusat
c. Kelainan letak seperti defleksi, oksiput posterior, distosia bahu, dan trauma kepala janin
d. Gangguan pembekuan darah
e. Oligohidramnion adalah air ketuban normal pada kehamilan 34-37 minggu adalah 1.000 cc, aterm
800 cc, dan lebih dari 42 minggu 400 cc. Alibat oligohidramnion adalah amnion menjadi kental
karena mekonium (diaspirasi oleh janin), asfiksia intrauterine (gawat janin), pada in partu
(aspirasi air ketuban, nilai APGAR rendah, sindrom gawat paru, bronkus paru tersumbat sehingga
menimbulkan atelektasis).
Prognosis jelek apabila tidak segera ditangani/dilahirkan akan membahayakan janin dan ibu. Pada
bayi akan terjadi sepsis dan mekonial (air ketuban sudah tua bewarna seperti kecoklatan).
G. Pengobatan dan Pencegahan
Pengobatan dapat dilakukan dengan metode induksi. Saat ini terdapat tiga metode induksi yang
aman untuk persalinan, yaitu:
a. Merobek membrane
Pemisahan manual membran korionik dari segmen bawah uterus disebut sebagai merobek
membran. Tindakan ini dilakukan untuk memulai persalinan dengan memicu pelepasan endegonous
prostagalndin lokal dan menstimulasi refleks neural otonom yang menghasilkan pelepasan oksitosin
dari kelenjar hipofisis maternal (Lake, 1992). Tindakan ini dapat dilakukan sebagai prosedur pranatal
rawat jalan oleh ahli obstetrik dan hasilnya bervariasi.
b. Pemecahan ketuban buatan (Amniostomi) atau AROM, merupakan metode yang umum digunakan
untuk mempercepat persalinan yang juga digunakan untuk menginduksi persalinan.
c. Infusi oksitosin (infusi vagina untuk kadar cairan di dalam uterus) dapat digunakan untuk
mengencerkan mekonium. Pemberian larutan salin normal melalui suatu kateter tekanan intrauteri
dapat membantu mengurangi berbagai deleserasi yang disebabkan oleh tali pusat. (Freeman et all.,
1991).
Pencegahan dapat dilakukan dengan melakukan pemeriksaan kehamilan yang teratur, minimal 4
kali selama kehamilan, 1 kali pada trimester pertama (sebelum 12 minggu), 1 kali pada trimester ke dua
(antara 13 minggu sampai 28 minggu) dan 2 kali trimester ketiga (di atas 28 minggu). Bila keadaan
memungkinkan, pemeriksaan kehamilan dilakukan 1 bulan sekali sampai usia 7 bulan, 2 minggu sekali
pada kehamilan 7-8 bulan dan seminggu sekali pada bulan terakhir. Hal ini akan menjamin ibu dan
dokter mengetahui dengan benar usia kehamilan, dan mencegah terjadinya kehamilan serotinus yang
berbahaya. Perhitungan dengan satuan minggu seperti yang digunakan para dokter kandungan
merupakan perhitungan yang lebih tepat. Untuk itu perlu diketahui dengan tepat tanggal hari pertama
haid terakhir seorang (calon) ibu.
H. Penatalaksanaan
Adapun penatalaksanaan kehamilan pos matur adalah sebagai berikut
a. Setelah usia kehamilan > 40 minggu yang penting adalah memonitoring janin sebaik-baiknya.
b. Apabila tidak ada tanda-tanda insufisiensi plasenta, persalinan spontan dapat ditunggu dengan
pengawasan ketat.
c. Bishop score
Bishop score adalah suatu cara untuk menilai kematangan serviks dan responsnya terhadap suatu
induksi persalinan, karena telah diketahui bahwa serviks bishop score rendah artinya serviks belum
matang dan memberikan angka kegagalan yang lebih tinggi dibanding servik yang sudah matang.

Adapun lima kondisi yang dinilai dari serviks yaitu:


a. Pembukaan (Dilatation) yaitu ukuran diameter leher rahim yang terenggang. Ini melengkapi
pendataran, dan biasanya merupakan indikator yang paling penting dari kemajuan melalui tahap
pertama kerja.
b. Pendataran (Effacement) yaitu ukuran regangan sudah ada di leher rahim.
c. Penurunan kepala janin (Station) yaitu mengambarkan posisi janin kepala dalam hubungannya
dengan jarak dari iskiadika punggung yang dapat teraba jauh di dalam vagina posterior (sekitar 8-10
cm) sebagai tonjolan tulang.
d. Konsistensi (Consistency) yaitu dalam primigravida leher rahim perempuan biasanya lebih keras dan
tahan terhadap peregangan, seperti sebuah balon yang sebelumnya belum meningkat. Lebih jauh
lagi, pada wanita muda serviks lebih kuat dari pada wanita yang lebih tua.
e. Posisi ostinum uteri (Position) yaitu posisi leher rahim perempuan bervariasi antara individu. Sebagai
anatomi vagina sebenarnya menghadap ke bawah, anterior dan posterior lokasi relatif
menggambarkan batas atas dan bawah dari vagina. Posisi anterior lebih baik sejajar dengan rahim,
dan karena itu memungkinkan peningkatan kelahiran spontan.
Tabel 1. Bishop
Skor 0 1 2 3
U Pembukaan 0 1 3-4 5-6
Pendataran 0-30% 40-50% 60-70% 80%
n Station -3 -2 -1 +1 +2
Konsistensi Keras Sedang Lunak Sangat Lunak

t Posisi Os Posterior Tengah Anterior Anterior


Untuk menilai bishop score yaitu:
a. Bishop Score > 5 yaitu induksi persalinan
Cara induksi persalinan adalah
a) Menggunakan tablet Misoprostol/Cytotec yaitu 25-50 mg yang diletakkan di forniks posterior
setiap 6-8 jam hingga munculnya his/kontraksi.
b) Menggunakan oksitoksin intravena yaitu infus oksitoksin biasanya mengandung 10-20 unit
ekuivalen dengan 10.000-20.000 mU dicampur dengan 1000 ml larutan ringer laktat, masing-
masing menghasilkan konsistensi oksitoksin 10-20 mU/ml.
Tabel 2. Regimen Oksitoksin pada Induksi Persalinan
Kenneth J. Laveno
Regimen Dosis awal Peningkatan Interval dosis Dosis maksimal
(mU/menit) incremental (menit) (mU/ml)
(mU/menit)
Dosis Rendah 0,5 - 1 1 30 - 40 20
1-2 2 15 40
Dosis Tinggi 6 6,3, 1 15 - 40 42

b. Bishop Score < 5


a) Pemantauan janin dengan prafil biofisik, Nonstress test (NST), Contraction Stess Test (CST).
Volume ketuban normal, NST reaktif yaitu diulangi 2x/minggu.
b) Volume ketuban normal, NST non reaktif, CST positif yaitu dilakukan SC.
c) Volume ketuban normal, NST non reaktif dan CST negatif yaitu dilakukan pengulangan CST dalam
3 hari.
d) Oligohidramnion (kantong amnion < 2 cm) yaitu dilakukan SC.
e) Deselerasi variable yaitu matangkan serviks dan induksi persalinan.
f) Pematangan serviks dapat dilakukan dengan kateter voley, oksitoksin, prostaglandin
(Misoprostol), relaksin (melunakkan serviks), pemecahan selaput ketuban
g) Persalinan per vaginam yaitu Ibu miring ke kiri, berikan oksigen, monitor DJJ, induksi persalinan
dengan tetes Pitosin (jika tidak ada kontraindikasi dan belum ada tanda hipoksia intrauterine),
tetes Pitoksin di naikkan jangan melebihi 2 m U/menit atau di naikkan dengan interval < 30 menit,
amniotomi pada fase aktif, infus intraamniotik dengan 300-500 mL NaCl hangat selama 30 menit
yaitu untuk mengatasi oligohidramnion dan mekoneum, konfirmasi kesejahteraan janin.
h) Dilakukan Sectio Caesaria, jika gawat janin (deselerasi lambat, pewarnaan mekoneum), gerakan
janin abnormal (< 5kali/20 menit), contraction stress test (CST), berat badan >4000 gr, malposisi,
malpresentasi, partus > 18 jam, bayi belum lahir.
i) Dilakukan vakum ekstraksi, syarat vakum adalah sebagai berikut:
1) Pembukaan minimal 5
2) Ketuban negatif atau dipecahkan
3) Anak hidup, letak kepala atau bokong
4) Penurunan minimal H II
5) His dan reflek mengejan baik

ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
a. Data Subjektif
a) Identitas
Meliputi nama, usia, jenis kelamin, pekerjaan, status kewarganegaraan, suku bangsa, pendidikan,
alamat, tanggal MRS, nomor registrasi.
b) Keluhan Utama
1) Kehamilan belum lahir setelah melewati 42 minggu
2) Gerak janin makin berkurang dan kadang-kadang berhenti sama sekali
3) Berat badan ibu mendatar atau menurun
4) Air ketuban terasa berkurang
5) Gerak janin menurun
c) Riwayat menstruasi
Diagnosis kehamilan postterm tidak sulit
d) Riwayat obstetric
Meliputi kehamilan, persalinan, nifas, anak serta KB yang pernah digunakan. Termasuk
didalamnya riwayat TT serta penyulit yang dialami.
e) Riwayat kehamilan sekarang
Mengkaji keluhan yang dirasakan pasien selama kehamilan. Digunakan sebagai identifikasi
masalah pasien. Banyak pemeriksaan antenatal yang dilakukan
f) Riwayat kesehatan
Penyakit kronis yang dapat mempengaruhi postterm
g) Riwayat kesehatan keluarga
Mendeteksi masalah yang berkaitan dengan faktor genetik sebagai indikasi penyakit yang
diturunkan oleh orang tua.
h) Pola kehidupan sehari-hari
b. Data objektif
a) Keadaan umum
Secara umum ditemukan gambaran kesadaran umum, dimana kesadaran pasien sangat penting
dinilai dengan melakukan anamnesa. Selain itu pasien sadar akan menunjukkan tidak adanya
kelainan psikologis dan kesadaran umum juga mencakup pemeriksaan tanda-tanda vital, berat
badan, tinggi badan, lingkar lengan atas yang bertujuan untuk mengetahui keadaan gizi
pasien.
b) Pemeriksaan fisik
1) Inspeksi:
Mata: periksa konjungtiva dan sclera untuk menentukan anemia atau tidak
Muka: edema +/-
Leher: pembesaran kelenjar tiroid dan limfa
Dada: keadaan putting susu, teraba massa atau tumor +/-, tanda-tanda kehamilan (cloasma
gravidarum, aerola mamae, colostrum)
Abdomen: pembesaran perut sesuai dengan usia kehamilan, luka/jejas
Genitalia:
Ekstremitas: edema +/-
2) Palpasi
Abdomen: gerak janin makin berkurang dan kadang berhenti sama sekali. Dapat dilakukan
dengan cara:
(a) Leopold I
Untuk menentukan TFU dan yang terdapat dibagian fundus serta kemungkinan teraba
kepala atau pantat lainnya, normal pada fundus teraba bulat, tidak melenting, lunak
sehingga memungkinkan itu adalah pantat janin
(b) Leopold II
Untuk menentukan dimana letaknya punggung janin dan bagian-bagian kecilnya. Pada
dinding perut klien sebelah kiri maupun kanan kemungkinan teraba, punggung, anggota
gerak, bokong atau kepala.
(c) Leopold III
Untuk menentukan apa yang terdapat pada bagian bawah perut ibu dan apakah BTJ sudah
terpegang oleh PAP. Normalnya pada bagian bawah perut ibu adalah kepala.
(d) Leopold IV
Untuk menentukan seberapa jauh masuknya BTJ ke dalam rongga panggul dan dilakukan
perlimaan untuk menentukan seberapa masuknya ke PAP.
3) Auskultasi
Untuk mendengar DJJ dengan frekuensi normal 120-160 kali/menit, irama teratur atau tidak
intensitas kuat, sedang atau lemah. Apabila persalinan disertai gawat janin, maka DJJ bisa
kurang dari 110 kali/menit atau lebih dari 160 kali/menit dengan irama tidak teratur.
4) Perkusi
Pemeriksaan reflek patella kiri dan kanan yang berkaitan dengan kekurangan vitamin B atau
penyakit saraf, intoksikasi magnesium sulfat.
c) Pemeriksaan penunjang
1) USG untuk menilai usia kehamilan, oligohidramnion, derajat maturitas plasenta
2) KTG untuk menilai ada tidaknya gawat janin
3) Penilaian warna air ketuban dengan amnioskopi atau amniotomi
4) Pemeriksaan sitologi vagina dengan indeks kariopiknotik >20%
B. Diagnosa Keperawatan
a. Ansietas b.d. stress proses kelahiran lama
b. Nyeri b.d. luka post operasi sectio caesarea
c. Resiko tinggi infeksi b.d. luka post operasi section caesarea
C.Intervensi keperawatan
a. Ansietas b.d. stress proses kelahiran lama
Observasi:
- identifikasi saat tingkat ansietas berubah (mis. Kondisi, waktu, stresor)
-identifikasi kemampuan mengambil keputusan.
Terapeutik:
-ciptakan suasana terpeutik untuk menumbuhkan kepercayaan
-temani pasien untuk mengurangi kecemasan, jika memungkinkan
Edukasi:
-jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang mungkin dialami.
-informasikan secara faktual mengenai diagnosis, pengobatan, dan prognosis
Kolaborasi:
-kolaborasi pemberian obat antiansietas, jika perlu.
b. Nyeri b.d. luka post operasi sectio caesarea
Observasi:
- Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri.
- Identifikasi skala nyeri
Terapeutik:
- Berikan tekniknonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis. TENS, hipnosis, akupresur,
terapi musik, biofeedback, terapi pijat, aromaterapi, teknik imajinasi terbimbing, kompres
hangat/dingin,terapi bermain).
- Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan).
Edukasi:
- Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
- Anjurkanmemonitor nyeri secara mandiri
Kolaborasi:
- Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu.
c. Resiko tinggi infeksi b.d. luka post operasi section caesarea
Observasi:
- Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik
Terapeutik:
- Berikan perawatan kulit pada area edema
- Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan lingkungan pasien.
Edukasi:
- Jelaskan tanda dan gejala infeksi
- Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau luka operasi
Kolaborasi:
- Kolaborasi pemberian imunisasi, jika perlu

D.Implementasi
No Diagnosa Keperawatan Implementasi
1 Ansietas b.d. stress proses  Menggunakan pendekatan yang
kelahiran lama menenangkan pada pasien
 Menjelaskan semua prosedur dan apa
yang akan dirasakan selama prosedur
 Mendampingi pasien untuk memberikan
keamanan dan mengurangi takut
 Memberikan informasi faktual mengenai
diagnosis dan tindakan prognosis
 Melibatkan keluarga untuk mendampingi
pasien
 Menginstruksikan kepada pasien untuk
menggunakan teknik relaksasi
 Memonitor TTV
2 Nyeri b.d. luka post operasi section  Mengkaji lokasi, karakteristik, durasi,
caesarea frekuensi, kualitas, dan faktor presipitasi
nyeri
 Mengobservasi reaksi nonverbal dari
ketidaknyamanan
 Melakukan kontrol lingkungan
 Mengajarkan teknik non farmakologi:
napas dalam, relaksasi, distraksi, kompre
hangat
 Memberikan analgesic untuk mengurangi
nyeri
 Memonitor TTV
3 Resiko tinggi infeksi b.d. luka post  Mengkaji kondisi keluaran dischart yang
operasi section caesarea keluar: jumlah, warna dan bau dari luka
post op
 Menerangkan pentingnya perawatan luka
 Melakukan perawatan luka
 Menerangkan cara mengidentifikasi tanda-
tanda infeksi pada luka post op
 Memonitor TTV

D. Evaluasi
S : data subyektif dari pasien setelah dilakukan implementasi
O : data obyetif dari pasien setelah dilakukan implementasi
A : mengkaji kembali apakah masalah pasien telah teratasi sepenuhnya, teratasi sebagaian, atau
belum teratasi
P : rencana selanjutnya berupa pilihan untuk melanjutkan atau menghentikan intervensi sesuai
kebutuhan pasien dan intervensi keperawatan
PENUTUP

1.Kesimpulan
Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan
cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam
18 jam, tanpa komplikasi baik ibu maupun janin (Prawihardjo, 2002).
Postmatur menunjukan atau menggambarkan keadaan janin yang lahir telah melampaui batas
waktu persalinannya, sehingga dapat menyebabkan beberapa komplikasi. Kehamilan lewat bulan, suatu
kondisi antepartum, harus dibedakan dengan sindrom pasca maturitas, yang merupakan kondisi
neonatal yang didiagnosis setelah pemerikasaan bayi baru lahir. Etiologi pada kelahiran lewat bulan ini
masih belum pasti. Namun ada faktor yang diduga bayi lahir lewat bulan atau postmatur, yang
dikemukakan adalah faktor hormonal yaitu kadar progesteron, kurangnya air ketuban dan insufisiensi
plasenta.
2. Saran
Memperhatikan kondisi saat fase kehamilan sangatlah penting dengan gizi yang cukup dan
seimbang, oleh karena itu bagi ibu-ibu yang hamil hendaklah mempersiapkan persalinan dengan sebaik-
baiknya, serta dengan melakukan pemeriksaan rutin baik untuk mengetahui kesehatan janin dan sang
ibu, selain itu juga penting dalam mendeteksi sedini mungkin umur kehamilan ibu untuk menghindari
kesalahan dalam menentukan usia kehamilan sehingga kehamilan post matur dapat diakhiri dan tidak
menimbulkan komplikasi yang dapat membahayakan keselamatan ibu dan janin.

DAFTAR PUSTAKA

    Doenges, Marilyn E., Maternal/Newborn Care Plans : Guidelines for Client Care, F.A. Davis
Company, Philadelphia, 1988
Cunningham, Mac Donald, Gant. 1995. Obstetri Williams. Jakarta: EGC
Koniak, M Reeder. 1992. Maternity Nursing Family, Newborn, and Woman’s Health Care. Philadelpia: J.
B. Lippincott Company.
Manuaba. (1998). Ilmu kebidanan, penyakit kandungan dan keluarga berencana. Jakarta: EGC
Prawirohardjo, S. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Penerbit Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirahardjo.

Anda mungkin juga menyukai