Disusun Oleh :
1.Dwi Viska Yulia 5.Putri Indriani
2.Nurul Hendriani 6.Reviola Agustin
3.Muhammad Novaldi 7.Vetri Lusiana
4.Putri Rahmawati 8.Fitria Aflfira
Dosen Pembimbing:
Ns.Mera Delima,M.Kep
A. Definisi
Partus prematurus, pada haid yang teratur, persalinan preterm dapat didefinisikan sebagai
persalinan yang terjadi antara usia kehamilan 20-37 minggu dihitung dari hari pertama haid
terakhir. (ACOG,1997).
Menurut Wibowo (1997) yang mengutip pendapat dari Herron,dkk. Persalinan prematur
adalah kontraksi uterus yang teratur setelah kehamilan 20 minggu dan sebelum 37 minggu,
dengan interval kontraksi 5 hingga 8 menit atau kurang dan disertai satu atau lebih tanda-tanda
berikut :
1. Perubahan serviks yang progresif.
2. Dilatasi serviks 2 cm atau lebih.
3. Penipisan serviks 80%
Firmansyah (2006) mengatakan partus prematur adalah kelahiran bayi pada saat masa
kehamilan kurang dari 259 hari dihitung dari hari terakhir haid ibu.
Menurut Mochtar (1998) partus prematur adalah persalinan pada kehamilan 28 sampai 37
minggu, berat badan lahir 1000 sampai 2500 gram.
Partus prematur adalah persalinan paa umur kehamilan kurang dari 37 mingggu atau berat badan
lahir antara 500 sampai 2499 gram. (Sastrawinata, 2003).
Sedangkan Manuaba (1998) partus prematur adalah persalinan yang terjadi dibawah
umur kehamilan 37 minggu dengan perkiraan berat janin kurang dari 2500 gram.
Jadi, dapat diambil kesimpulan dari pernyataan diatas bahwa : Persalinan prematur adalah
persalinan yang terjadi pada usia kehamilan ibu 20 sampai 37 minggu dengan berat badan bayi
kurrang dari 2500 gram.
B. Etiologi
Penyebab sekitar 50% kelahiran premature tidak diketahui. Namun, sepertiga persalinan
premature terjadisetelah ketuban pecah dini (PROM). Komplikasi kehamilan lain, yang
berhubungan dengan persalinan premature, meliputi kehamilan multi janin,hidramnion, serviks
tidak kompeten, plasenta lepas secara premature dan infeksi tertentu (seperti, polinefritis dan
korioamnionitis) (Andersen, Merkatz, 1990).
Pada kebanyakan kasus, penyebab pasti partus prematurus tidak diketahui, namun menurut
Rompas (2004) ada beberapa resiko yang dapat menyebabkan partus prematur, yaitu :
2. Faktor kehamilan :
D. Patofisiologi
Enzim sitokinin dan prostaglandin, ruptur membran, ketuban pecah, aliran darah ke
plasenta yang berkurang mengakibatkan nyeri dan intoleransi aktifitas yang menimbulkan
kontraksi uterus, sehingga menyebabkan persalinan prematur.
A. Pengkajian
1.Sirkulasi
Hipertensi, Edema patologis (tanda hipertensi karena kehamilan (HKK)), penyakit sebelumnya.
2.Intregitas Ego
Adanya ansietas sedang.
3. Makanan / cairan
Ketidakadekuatan atau penambahan berat badan berlebihan.
4. Nyeri / Katidaknyamanan
Kontraksi intermiten sampai regular yang jaraknya kurang dari 10 menit selama paling sedikit 30
detik dalam 30-60 menit.
5. Pernafasan
Mungkin perokok berat (7-10 rokok perhari)
6. Keamanan
Infeksi mungkin ada (misalnya infeksi saluran kemih (ISK) dan atau infeksi vagina)
7. Seksualitas
a..Tulang servikal dilatasi
b.Perdarahan mungkin terlihat
c.Membran mungkin ruptur (KPD)
d.Perdarahan trimester ketiga
e.Riwayat aborsi, persalinan prematur, riwayat biopsi konus
f.Uterus mungkin distensi berlebihan, karena hidramnion, makrosomia atau getasi multiple.
g.Interaksi sosial
h.Mungkin tergolong pada kelas sosial yang rendah.
B. Pemeriksaan diagnostik
1.Ultrasonografi : Pengkajian getasi (dengan berat badan janin 500 sampai 2500 gram)
2. Tes nitrazin : menentukan KPD
Jumlah sel darah putih : Jika mengalami peningkatan, maka itu menandakan adanya
infeksi amniosentesis yaitu radio lesitin terhadap sfingomielin (L/S) mendeteksi fofatidigliserol
(PG) untuk maturitas paru janin, atau infeksi amniotik.
3. Pemantauan elektronik : memfalidasi aktifitas uterus / status janin.
C.Diagnosa
1. Cedera resiko tinggi terhadap janin, berhubungan dengan resiko melahirkan bayi preterm.
2. Ansietas, ketakutan berhubungan dengan krisis situasional, ancaman yng dirasakan atau aktual
pada diri dan janin.
3.Kurang pengetahuan mengenai persalinan prematur, kebutuhan tindakan dan prognosis
berhubungan dengan kesalahan interpretasi atau kurang informasi.
4. Nyeri akut atau ketidaknyamanan berhubungan dengan kontraksi otot dan efek obat-obatan.
D. Intervensi
1.Cedera resiko tinggi terhadap janin,berhubungan dengan resiko melahirkan bayi preterm.
2.Ansietas,ketakutanberhubungandengankrisissituasional,ancamanyngdirasakanatauaktualpadadi
ridanjanin.
Observasi:
- identifikasi saat tingkat ansietas berubah (mis. Kondisi, waktu, stresor)
-identifikasi kemampuan mengambil keputusan.
Terapeutik:
-ciptakan suasana terpeutik untuk menumbuhkan kepercayaan
-temani pasien untuk mengurangi kecemasan, jika memungkinkan
Edukasi:
-jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang mungkin dialami.
-informasikan secara faktual mengenai diagnosis, pengobatan, dan prognosis
Kolaborasi:
-kolaborasi pemberian obat antiansietas, jika perlu.
3.Kurangpengetahuanmengenaipersalinanprematur,kebutuhantindakandanprognosisberhubungan
dengankesalahaninterpretasiataukuranginformasi.
4.Nyeri akut atau ketidak nyamanan berhubungan dengan kontraksi otot dan efek obat-obatan.
Observasi:
- Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri.
- Identifikasi skala nyeri
Terapeutik:
- Berikan tekniknonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis. TENS, hipnosis, akupresur,
terapi musik, biofeedback, terapi pijat, aromaterapi, teknik imajinasi terbimbing, kompres
hangat/dingin,terapi bermain).
- Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan).
Edukasi:
- Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
- Anjurkanmemonitor nyeri secara mandiri
Kolaborasi:
- Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu.
E.Evaluasi
Klien akan menunjukkan kepatuhan terhadap batasan aktifitas yang diprogramkan, jadwal
pengobatan atau keduanya. Klien tidak akan mengalami komplikasi akibat penatalaksanaan obat
yang diprogramkan. Klien akan meneruskan persalinan sampai cukup bulan atau mendekati
aterm. Klien akan melahirkan bayi yang sehat dan matur.
KONSEP
KEHAMILAN POSTMATUR
A.Pengertian
Kehamilan postmatur merupakan salah satu bentuk kegawatdaruratan medis yang terjadi pada
ibu hamil dan ibu yang akan bersalin. Kehamilan post matur adalah kehamilan yang melampaui umur
294 hari (42 minggu) dengan segala kemungkinan komplikasinya (Manuaba, 1998).
Kehamilan postmatur (postterm) disebut juga kehamilan lewat waktu/bulan merupakan
kehamilan yang berlangsung sampai 42 minggu (294 hari) atau lebih, dihitung dari hari pertama haid
terakhir menurut rumus Naegele dengan siklus haid rata-rata 28 hari (Prawirohardjo, 2009).
Dari beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa kehamilan post matur merupakan
kehamilan yang berlangsung selama 42 hari atau lebih.
B. Epidemiologi
Angka kejadian kehamilan lewat waktu rata-rata 10% kehamilan berlangsung hingga 42 minggu
atau lebih. Data statistik menunjukkan, angka kematian dalam kehamilan lewat waktu lebih tinggi
ketimbang dalam kehamilan cukup bulan. Dimana angka kematian kehamilan lewat waktu mencapai 5-
7%.
C. Etiologi
Penyebab pasti kehamilan post matur belum diketauhi secara pasti. Faktor yang diduga
berpengaruh adalah hormonal dan herediter. Faktor hormonal dimana kadar progesteron tidak cepat
turun walaupun kehamilan telah memasuki usia cukup untuk melahirkan sehingga kepekaan uterus
terhadap oksitosin berkurang dan otot Rahim tidak sensitif terhadap rangsangan karena ketegangan
psikologis atau kelainan pada rahim. Faktor herediter karena post matur akan dijumpai pada keluarga
tertentu.
Faktor seperti kesalahan dalam penanggalan menjadi penyebab tersering dan diduga akibat
peningkatan tiba-tiba kadar kortisol plasma janin. Kortisol janin akan memperngaruhi plasenta sehingga
prosuksi progresteron berkurang dan memperbesar sekresi esterogen, selanjutnya berpengaruh
terhadap meningkatnya produksi prostaglandin. Pada cacat bawaan janin seperti anesefalus, hipoplasia
adrenal janin, dan tidak adanya kelenjar hipofisis pada janin akan menyebabkan kortisol janin tidak
diproduksi dengan baik sehingga kehamilan dapat berlangsung lewat bulan.
D. Tanda dan Gejala
a. Gerakan janin jarang (secara subjektif kurang dari 7x/20 menit atau secara objektif kurang dari
10x/menit).
b. Berat badan bayi lebih berat daripada bayi matur
c. Tulang dan sutura lebih keras daripada bayi matur
d. Rambut kepala lebih tebal
Selain itu, manifestasi pada bayi dapat diklasifikasikan menjadi:
a. Stadium I
Kulit kehilangan vernix caseosa dan terjadi maserasi sehingga kulit menjadi kering, rapuh dan mudah
terkelupas.
b. Stadium II
Sama dengan stadium I ditambah dengan pewarnaan mekoneum kehijauan di kulit
c. Stadium III
Sama dengan stadium I ditambah dengan warna kuning pada kuku, kulit, dan tali pusat.
E. Patofisiologi
Kehamilan post matur masih belum diketahui secara pasti faktor penyebabnya. Namun, diduga
karena penurunan hormone oksitosin, saraf uterus, dan hormone esterogen pada usia kehamilan cukup.
Selain itu faktor hereditas diduga juga turut andil. Proses kehamilan yang lama melewati masa/waktu
seharusnya partus merupakan stressor bagi ibu sehingga akan timbul rasa cemas. Janin dalam rahim
akan terkontaminasi oleh meconium, cairan plasenta dan nutrisi serta oksigen yang berlanjut akan
mengakibatkan berat badan bayi bertambah. Hal ini akan beresiko bagi ibu apabila melahirkan melalui
per vaginal sehingga operasi section caesarea dan episiotomy merupakan salah satu jalan alternative
untuk keselamatan ibu dan bayi. Post operasi SC dan episiotomy akan meninggalkan bekas luka pada
abdomen ibu, yang dapat menimbulkan rasa nyeri dan beresiko tinggi infeksi apabila perawatan luka
yang dilakukan tidak benar.
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
a. Data Subjektif
a) Identitas
Meliputi nama, usia, jenis kelamin, pekerjaan, status kewarganegaraan, suku bangsa, pendidikan,
alamat, tanggal MRS, nomor registrasi.
b) Keluhan Utama
1) Kehamilan belum lahir setelah melewati 42 minggu
2) Gerak janin makin berkurang dan kadang-kadang berhenti sama sekali
3) Berat badan ibu mendatar atau menurun
4) Air ketuban terasa berkurang
5) Gerak janin menurun
c) Riwayat menstruasi
Diagnosis kehamilan postterm tidak sulit
d) Riwayat obstetric
Meliputi kehamilan, persalinan, nifas, anak serta KB yang pernah digunakan. Termasuk
didalamnya riwayat TT serta penyulit yang dialami.
e) Riwayat kehamilan sekarang
Mengkaji keluhan yang dirasakan pasien selama kehamilan. Digunakan sebagai identifikasi
masalah pasien. Banyak pemeriksaan antenatal yang dilakukan
f) Riwayat kesehatan
Penyakit kronis yang dapat mempengaruhi postterm
g) Riwayat kesehatan keluarga
Mendeteksi masalah yang berkaitan dengan faktor genetik sebagai indikasi penyakit yang
diturunkan oleh orang tua.
h) Pola kehidupan sehari-hari
b. Data objektif
a) Keadaan umum
Secara umum ditemukan gambaran kesadaran umum, dimana kesadaran pasien sangat penting
dinilai dengan melakukan anamnesa. Selain itu pasien sadar akan menunjukkan tidak adanya
kelainan psikologis dan kesadaran umum juga mencakup pemeriksaan tanda-tanda vital, berat
badan, tinggi badan, lingkar lengan atas yang bertujuan untuk mengetahui keadaan gizi
pasien.
b) Pemeriksaan fisik
1) Inspeksi:
Mata: periksa konjungtiva dan sclera untuk menentukan anemia atau tidak
Muka: edema +/-
Leher: pembesaran kelenjar tiroid dan limfa
Dada: keadaan putting susu, teraba massa atau tumor +/-, tanda-tanda kehamilan (cloasma
gravidarum, aerola mamae, colostrum)
Abdomen: pembesaran perut sesuai dengan usia kehamilan, luka/jejas
Genitalia:
Ekstremitas: edema +/-
2) Palpasi
Abdomen: gerak janin makin berkurang dan kadang berhenti sama sekali. Dapat dilakukan
dengan cara:
(a) Leopold I
Untuk menentukan TFU dan yang terdapat dibagian fundus serta kemungkinan teraba
kepala atau pantat lainnya, normal pada fundus teraba bulat, tidak melenting, lunak
sehingga memungkinkan itu adalah pantat janin
(b) Leopold II
Untuk menentukan dimana letaknya punggung janin dan bagian-bagian kecilnya. Pada
dinding perut klien sebelah kiri maupun kanan kemungkinan teraba, punggung, anggota
gerak, bokong atau kepala.
(c) Leopold III
Untuk menentukan apa yang terdapat pada bagian bawah perut ibu dan apakah BTJ sudah
terpegang oleh PAP. Normalnya pada bagian bawah perut ibu adalah kepala.
(d) Leopold IV
Untuk menentukan seberapa jauh masuknya BTJ ke dalam rongga panggul dan dilakukan
perlimaan untuk menentukan seberapa masuknya ke PAP.
3) Auskultasi
Untuk mendengar DJJ dengan frekuensi normal 120-160 kali/menit, irama teratur atau tidak
intensitas kuat, sedang atau lemah. Apabila persalinan disertai gawat janin, maka DJJ bisa
kurang dari 110 kali/menit atau lebih dari 160 kali/menit dengan irama tidak teratur.
4) Perkusi
Pemeriksaan reflek patella kiri dan kanan yang berkaitan dengan kekurangan vitamin B atau
penyakit saraf, intoksikasi magnesium sulfat.
c) Pemeriksaan penunjang
1) USG untuk menilai usia kehamilan, oligohidramnion, derajat maturitas plasenta
2) KTG untuk menilai ada tidaknya gawat janin
3) Penilaian warna air ketuban dengan amnioskopi atau amniotomi
4) Pemeriksaan sitologi vagina dengan indeks kariopiknotik >20%
B. Diagnosa Keperawatan
a. Ansietas b.d. stress proses kelahiran lama
b. Nyeri b.d. luka post operasi sectio caesarea
c. Resiko tinggi infeksi b.d. luka post operasi section caesarea
C.Intervensi keperawatan
a. Ansietas b.d. stress proses kelahiran lama
Observasi:
- identifikasi saat tingkat ansietas berubah (mis. Kondisi, waktu, stresor)
-identifikasi kemampuan mengambil keputusan.
Terapeutik:
-ciptakan suasana terpeutik untuk menumbuhkan kepercayaan
-temani pasien untuk mengurangi kecemasan, jika memungkinkan
Edukasi:
-jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang mungkin dialami.
-informasikan secara faktual mengenai diagnosis, pengobatan, dan prognosis
Kolaborasi:
-kolaborasi pemberian obat antiansietas, jika perlu.
b. Nyeri b.d. luka post operasi sectio caesarea
Observasi:
- Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri.
- Identifikasi skala nyeri
Terapeutik:
- Berikan tekniknonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis. TENS, hipnosis, akupresur,
terapi musik, biofeedback, terapi pijat, aromaterapi, teknik imajinasi terbimbing, kompres
hangat/dingin,terapi bermain).
- Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan).
Edukasi:
- Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
- Anjurkanmemonitor nyeri secara mandiri
Kolaborasi:
- Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu.
c. Resiko tinggi infeksi b.d. luka post operasi section caesarea
Observasi:
- Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik
Terapeutik:
- Berikan perawatan kulit pada area edema
- Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan lingkungan pasien.
Edukasi:
- Jelaskan tanda dan gejala infeksi
- Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau luka operasi
Kolaborasi:
- Kolaborasi pemberian imunisasi, jika perlu
D.Implementasi
No Diagnosa Keperawatan Implementasi
1 Ansietas b.d. stress proses Menggunakan pendekatan yang
kelahiran lama menenangkan pada pasien
Menjelaskan semua prosedur dan apa
yang akan dirasakan selama prosedur
Mendampingi pasien untuk memberikan
keamanan dan mengurangi takut
Memberikan informasi faktual mengenai
diagnosis dan tindakan prognosis
Melibatkan keluarga untuk mendampingi
pasien
Menginstruksikan kepada pasien untuk
menggunakan teknik relaksasi
Memonitor TTV
2 Nyeri b.d. luka post operasi section Mengkaji lokasi, karakteristik, durasi,
caesarea frekuensi, kualitas, dan faktor presipitasi
nyeri
Mengobservasi reaksi nonverbal dari
ketidaknyamanan
Melakukan kontrol lingkungan
Mengajarkan teknik non farmakologi:
napas dalam, relaksasi, distraksi, kompre
hangat
Memberikan analgesic untuk mengurangi
nyeri
Memonitor TTV
3 Resiko tinggi infeksi b.d. luka post Mengkaji kondisi keluaran dischart yang
operasi section caesarea keluar: jumlah, warna dan bau dari luka
post op
Menerangkan pentingnya perawatan luka
Melakukan perawatan luka
Menerangkan cara mengidentifikasi tanda-
tanda infeksi pada luka post op
Memonitor TTV
D. Evaluasi
S : data subyektif dari pasien setelah dilakukan implementasi
O : data obyetif dari pasien setelah dilakukan implementasi
A : mengkaji kembali apakah masalah pasien telah teratasi sepenuhnya, teratasi sebagaian, atau
belum teratasi
P : rencana selanjutnya berupa pilihan untuk melanjutkan atau menghentikan intervensi sesuai
kebutuhan pasien dan intervensi keperawatan
PENUTUP
1.Kesimpulan
Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan
cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam
18 jam, tanpa komplikasi baik ibu maupun janin (Prawihardjo, 2002).
Postmatur menunjukan atau menggambarkan keadaan janin yang lahir telah melampaui batas
waktu persalinannya, sehingga dapat menyebabkan beberapa komplikasi. Kehamilan lewat bulan, suatu
kondisi antepartum, harus dibedakan dengan sindrom pasca maturitas, yang merupakan kondisi
neonatal yang didiagnosis setelah pemerikasaan bayi baru lahir. Etiologi pada kelahiran lewat bulan ini
masih belum pasti. Namun ada faktor yang diduga bayi lahir lewat bulan atau postmatur, yang
dikemukakan adalah faktor hormonal yaitu kadar progesteron, kurangnya air ketuban dan insufisiensi
plasenta.
2. Saran
Memperhatikan kondisi saat fase kehamilan sangatlah penting dengan gizi yang cukup dan
seimbang, oleh karena itu bagi ibu-ibu yang hamil hendaklah mempersiapkan persalinan dengan sebaik-
baiknya, serta dengan melakukan pemeriksaan rutin baik untuk mengetahui kesehatan janin dan sang
ibu, selain itu juga penting dalam mendeteksi sedini mungkin umur kehamilan ibu untuk menghindari
kesalahan dalam menentukan usia kehamilan sehingga kehamilan post matur dapat diakhiri dan tidak
menimbulkan komplikasi yang dapat membahayakan keselamatan ibu dan janin.
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marilyn E., Maternal/Newborn Care Plans : Guidelines for Client Care, F.A. Davis
Company, Philadelphia, 1988
Cunningham, Mac Donald, Gant. 1995. Obstetri Williams. Jakarta: EGC
Koniak, M Reeder. 1992. Maternity Nursing Family, Newborn, and Woman’s Health Care. Philadelpia: J.
B. Lippincott Company.
Manuaba. (1998). Ilmu kebidanan, penyakit kandungan dan keluarga berencana. Jakarta: EGC
Prawirohardjo, S. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Penerbit Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirahardjo.