Anda di halaman 1dari 55

MAKALAH KEPERAWATAN KOMUNITAS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KELOMPOK IBU HAMIL

Pembimbing : Dr. Pipit Festy, S.KM.,M.Kes

Di susun Oleh :

1. Ummatul Ulyah 20181660002


2. Triana 20181660115
3. Sugeng 20181660122
4. Sri Hartatik 20181660015

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA

2018/2019

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah ini dengan lancar. Makalah
yang berjudul “Asuhan Keperawatan pada Kelompok Ibu Hamil”, disusun untuk memenuhi
tugas mata kuliah Keperawatan Komunitas.
Dalam penyusunan makalah ini tidak dapat terselesaikan tanpa adanya bantuan dari
beberapa pihak. Untuk itu penyusun mengucapkan terima kasih kepada
1. Yth. Ibu Dr. Pipit Festy,S.KM.,M.Kes selaku Dosen Pembimbing di Prodi S1 Keperawatan
Universitas Muhammadiyah Surabaya.
2. Teman-teman atas segala motivasi dan dorongannya.
Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan
dari segi isi maupun bentuk. Oleh karena itu, penyusun menerima saran dan kritik yang
membangun dari berbagai pihak terutama dari dosen pembimbing mata kuliah Keperawatan
Komunitas untuk kesempurnaan dalam pembuatan makalah yang akan datang.
Akhirnya penyusunan berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
menjadikan perawat profesional, khususnya bagi masyarakat luas.

Surabaya, Mei 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................. i

DAFTAR ISI........................................................................................................... ii

BAB I REVIEW KONSEP IBU HAMIL.............................................................1

Definisi Kehamilan.................................................................................1

Perubahan Fisik dan Psikologis..............................................................1

Ketidaknyamanan Pada Kehamilan........................................................2

BAB II PEMBAHASAN (KONSEP DASAR)..................................................... 5

Definisi Diabetes Melitus............................................................................... 5

Etiologi........................................................................................................... 5

Patofisiologi....................................................................................................5

Klafisikasi Diabetes Melitus...........................................................................6

Faktor Resik....................................................................................................6

Manifestasi Klinis...........................................................................................7

Komplikasi Diabetes Melitus Terhadap Kehamilan....................................... 8

Bentuk-Bentuk Kelainan Kogenital................................................................9

Manajemen Terapiutik....................................................................................10

Pemeriksaan Diagnostik................................................................................. 10

Penatalaksanaan Medis...................................................................................11

BAB III PENDIDIKAN KESEHATAN SAP.......................................................18

Tuhuan....................................................................................................18

Sasaran Pendidikan Kesehatan............................................................... 18

Strategi Pelaksanaan...............................................................................19
Metode....................................................................................................19

Susunan Acara........................................................................................ 19

ii
Media......................................................................................................19

BAB IV ASUHAN KEPERAWATAN...................................................................25

Pengkajian.............................................................................................. 25

Diagnosa Keperawatan........................................................................... 26

Intervensi......................................................................................................26

BAB V TELUSUR JURNAL.................................................................................30

Judul Jurnal.............................................................................................30

Kata Kunci..............................................................................................30

Penulis Jurnal..........................................................................................30

Latar Belakang Masalah............................................................................... 30

Tujuan Penelitian.................................................................................... 30

Metodelogi Penelitian.............................................................................30

Hasil Penelitian.......................................................................................30

Manfaat Penelitian Yang Didapat Pada Jurnal Ini Bagi Kesehatan........31

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................32

ii
i
BAB I

REVIEW KONSEP IBU HAMIL

1.1 Definisi Kehamilan


Kehamilan adalah dikandungnya janin hasil pembuahan sel telur oleh sel sperma.
Lamanya kehamilan normal adalah 280 hari (40 minggu), dan tidak lebih dari 300 hari (43
minggu) di hitung dari hari pertama haid terakhir (Kushartanti, 2004). Kehamilan
melibatkan perubahan fisik maupun psikologis dari ibu serta perubahan sosial di dalam
keluarga. Perubahan fisik dan psikologis dari ibu serta perubahan sosial di dalam keluarga.
Perubahan fisik dan psikologis yang kompleks memerlukan adaptasi terhadap penyesuaian
pola hidup dengan proses kehamilan yang terjadi (Saifuddin, et al, 2006).

1.2 Perubahan Fisik dan Psikologis


Hamilton (2004) menyatakan perubahan fisik dan psikologis yang terjadi pada
ibu hamil dibedakan menjadi 3 yaitu : Trimester I, II, dan III.
a. Trimester I
Perubahan fisik dapat mempengaruhi emosi.
Perubahan fisik ibu hamik dapat berupa terjadinya morning sickness, kelemahan,
keletihan, pusing, dan perasaan mual. Perubahan psikologis ibu hamil dapat berupa
belum dapat menerima kehamilannya.
b. Trimester II
Tubuh wanita telah terbiasa dengan tingkat hormon progesterondan estrogenyang tinggi.
Morning sickness telah hilang, sudah menerima kehamilannya dan menggunakan pikiran
dan energinya lebih konstruktif. Selama trimester ini terjadi quickeningketika ibu
merasakan gerakan bayinya pertama kali.
c. Trimester III
Trimester ketiga ditandai dengan klimaks kegembiraan emosi karena kelahiran bayi.
Sekitar bulan ke-8 mungkin terdapat periode tingkat semangat, stres bahkan sampai
depresi ketika bayi membesar dan ketidaknyamanan bertambah.

1
1.3 Ketidaknyamanan Pada Kehamilan
Hamilton (2004) menyatakan bahwa banyak wanita yang mengalami
ketidaknyamanan yang umum selama masa kehamilan. Dari tingkat ringan, sedang dan
berat. Ketidaknyamanan yang umum dialami selama masa kehamilan yaitu :
a. Nyeri punggung
Dialami oleh ibu hamil trimester III. Perut yang membesarakan menarik otot punggung
dengan kencang. Beban yang berat membuat ibu hamil sering mengeluh pegal dan nyeri
ditubuh bagian belakang, termasuk sekitar pinggang.
b. Sering buang air kecil
Terjadi pada trimester pertama dan ketiga. Tekanan uterus pada kantung kemih.
Bagnocturiaakibat akskresisodium yang meningkat bersamaan terjadi dengan
pengeluaran air. Air dan sodium tertahan di dalam tungkai bawah selama siang hari
karena statis vena. Pada malam hari aliran balik vena meningkat akibat peningkatan
dalam jumlah output air seni.
c. Kram pada kaki
Terjadi setelah usia kehamilan 24 minggu. Tidak jelas dasar penyebabnya, bisa jadi
karena ketidakseimbangan rasio kalsium/fosfor dan kadar kalsium yang rendah. Tekanan
uterus yang meningkat pada syaraf, keletihan dan sirkulasi darah yang kurang ke tungkai
bagian bawah menuju jari-jari kaki.
d. Gangguan tidur
Gangguan tidur dapat disebabkan karena kekhawatiran, kecemasan hingga stresdan
terlalu gembira menyambut kehamilan. Pada ibu hamil hal ini di tambah dengan
ketidaknyamanan akibat uterus membesar, pergerakan janin, terutama jika janin terasa
aktif (Vaney, 2007).
e. Nyeri abdomen
Hal ini dapat terjadi pada ibu hamil trimester III bila berdiri terlalu lama, ibu mungkin
akan merasakan nyeri abdomen.
f.Keputihan
Terjadi pada trimester I, II dan III, karena peningkatan produksi asam laktat dari
glikogen dalam epitel vagina oleh lactobacillus acidophilus. PH yang asam mungkin
dapat mengendalikan berkembangbiaknya bakteri yang patologik dalam vagina.

2
g. Konstipasi
Terjadi pada trimester II dan III karena peningkatan kadar progesteronyang
menyebabkan peristaltik usus menjadi lambat. Suplemen zat besi, diit dan kurang senam
selama kehamilan juga dapat mengakibatkan konstipasi selama kehamilan.
h. Hemorhoid
Terjadi pada trimester II dan III karena konstipasi. Tekanan yang meningkat dari uterus
gravida terhadap venahemorhoidaldi area anorectal. Kurangnya klep dalam pembuluh –
pembuluh ini yang berakibat pada perubahan secara langsung pada aliran darah. Statis,
gravitasi, tekanan vena yang meningkat dalam vena panggul, kongesti vena dan
pembesaran vena-vena hemarhoid.
i. Sesak nafas (Hyperventilasi)
Masalah ini terjadi pada trimester II dan III karena peningkatan hormon progesteron
yang berpengaruh langsung pada pusat pernafasan untuk menurunkan kadar CO2 serta
meningkatkan kadar CO2, meningkatkan aktivitas metabolik menyebabkan peningkatan
kadar CO2,hyperventilasi yang lebih ringan ini adalah SOB. Uterus yang semakin
membesar dan menekan diafragma maka menyebabkan sesak nafas pada ibu hamil
(Musbikin, 2005).
j. Pusing
Terjadi pada trimester II dan III kehamilan hipertensi postural yang berhubungan dengan
perubahan – perubahan hemodinamis. Pengumpulan darah di dalam pembuluh darah
tungkai yang mempengaruhi aliran balik vena dan menurunkan output cardiac serta
tekanan darah dengan tegangan othostatis yang meningkat ( Musbikin, 2005).
k. Varises kaki/vulva
Sering terjadi pada trimester II dan trimester III karena kongesti dalam vena bagian
bawah yang meningkat sejalan dengan kehamilan karena tekanan dari uterus. Kerapuhan
jaringan elastis yang di lakukan oleh peningkatan hormon estrogen,dan kecenderungan
bawaan keluarga (Musbikin, 2005).
l. Chloasma
Peningkatan pigmentasi kulit terjadi pada akhir bulanke dua kehamilan sampai aterm.
Warna kulit menjadi lebih hitam pada bagian tertentu yang disebabkan oleh perubahan
hormon estrogendan Progesteron. Misalnya, sekitar pipi dan payudara, dinding perut dan
bagian leher.
m. Gusi Berdarah
Sering terjadi padatrimester II, estrogenmeningkatkan aliran darah ke rongga mulut dan
mempercepat laju pergantian sel - sel pelapis epitel gusi. Vaskularisasigusi menjadi
sangat tinggi, dengan penyebaran pembuluh darah halus, jaringan penghubung menjadi
hiperplasi dan edema. Ketebalan permukaan epithelial berkurang yang menyebabkan
jaringan gusi menjadi rapuh.
n. Keringat bertambah
Aktivitas kelenjar apocrinemeningkat kemungkinan akibat perubahan hormonal.
Kegiatan kelenjarapocrinemeningkat karena aktivitas kelenjar thyroid yang meningkat.
Peningkatan berat badan dan aktivitas metabolik. Telapak tangan berkeringat karena
aktivitas adrenocorticol aktivitas kelenjar sebaceoussecara perlahan terus meningkat
selama kehamilan.
o. Rambut rontok
Peningkatan kadar estrogen. Laju pertumbuhan rambut melambat dan fase anagen di
perpanjang, dengan jumlah rambut anagen dan rambut telogen. Akhir kehamilan
beberapa wanita mengalami kerontokan rambut dengan resesi frontoparietaldari garis
rambut.Kehamilan melibatkan perubahan fisik dan psikologis serta ketidak nyamanan
yang dialami ibu hamil selama kehamilan. Jika ibu hamil tidak mampu beradaptasi
terhadap perubahan - perubahan tersebut, maka dapat menyebabkan stres pada ibu
selama kehamilan.
BAB II

PEMBAHASAN (KONSEP DASAR)

2.1 Definisi Diabetes Melitus


Diabetes melitus merupakan kelainan herediter dengan ciri influensi atau absennya
insulin dalam sirkulasi darah, konsentrasi gula darah tinggi, dan berkurangnya glikogenesis
(Wahyu Purwaningsih, 2010).
Mengalami gangguan diabetes disaat hamil dapat mengakibatkan dampak buruk bagi
sang ibu dan juga janin yang tengah dikandungnya.

2.1 Etiologi
Penyakit diabetes melitus yang terjadi selama kehamilan disebabkan karena kurangnya
jumlah insulin yang dihasilkan oleh tubuh yang dibutuhkan untuk membawa glukosa
melewati membran sel.

2.3 Patofisiologi
Dalam kehamilan terjadi perubahan metabolisme endokrin dan karbohidrat yang
menunjang pemasukan makanan bagi janin serta persiapan menyusui. Glukosa dapat difusi
secara tetap melalui plasenta pada janin sehingga kadarnya dalam darah janin hampir
menyerupai kadar dalam darah ibu. Insulin ibu tidak dapat mencapai janin sehingga kadar
gula ibu yang mempengaruhi kadar dalam janin. Pengendalian yang utama dipengaruhi oleh
insulin, disamping beberapa hormon lain yaitu estrogen, steroid, plasenta laktogen. Akibat
lambatnya reabsorbsi makanan maka terjadi hiperglikemia yang relatif lama dan menuntut
kebutuhan insulin. Menjelang aterm kebutuhan insulin meningkat mencapai 3 kali dari
keadaan normal yang disebut: tekanan diabetogenik dalam kehamilan. Secara fisiologis telah
terjadi retensi insulin yaitu bila ditambah dengan estrogen eksogen ia tidak mudah menjadi
hipoglikemia. Yang menjadi masalah bila seorang ibu tidak mampu meningkatkan produksi
insulin sehingga relatif hipoinsulin yang mengakibatkan hiperglikemia / diabetes kehamilan.
Retensi insulin juga disebabkan oleh adanya hormon estrogen, progesteron, kortisol,
prolaktin dan plasenta laktogen yang mempengaruhi reseptor insulin pada sel sehingga
mengurangi fungsi insulin. keadaan yang disebut hiperglikemia, sehingga dapat
menyembuhkan kondisi kompensasi tubuh seperti meningkatkan rasa haus (polidipsi)
mengekskresikan cairan (poliuri), mudah lapar (polifagi).

2.4 Klasifikasi Diabetes Melitus


Tipe diabetes mellitus dapat dibedakan menjadi :
1) DM Tipe 1 (IDDM) Insulin dependent diabetes mellitus atau tergantung insulin (T1) yaitu
kasus yang memerlukan insulin dalam pengendalian kadar gula darah.
2) DM Tipe 11 (NIDDM) Non insulin dependent diabetes mellitus atau tidak tergantung insulin
(TT1) yaitu kasus yang tidak memerlukan insulin dalam pengendalian kadar gula darah.
3) Diabetes mellitus gestasional (DMG) atau diabetes laten yaitu diabetes yang hanya timbul
dalam kehamilan. Pengobatan tidak memerlukan insulin cukup dengan diit saja.
Ada beberapa macam klasifikasi berdasarkan kelas, salah satunya menurut White (1965) :
1) Kelas A. Diabetes kimiawi disebut juga diabetes laten/subklinus atau diabetes kehamilan
dengan kadar gula darah normal setelah makan, tetapi terjadi meningkatkan kadar glukosa 1 atau 2
jam. Ibu tidak memerlukan insulin, cukup dioabati dengan perawatan diet.
2) Kelas B. Diabetes dewasa, terjadi setelah usia 19 tahun dan berlangsung selama 10 tahun,
tidak disertai kelainan pembuluh darah.
3) Kelas C. Diabetes yang diderita pada usia 10-19 tahun dan berlangsung selama 10-19 tahun
dengan tidak disertai penyakit vascular.
4) Kelas D. Diabetes yang sudah lebih dari 20 tahun, tetapi diderita sebelum usia 10 tahun
disertai dengan kelainan pembuluh darah.
5) Kelas E. Diabetes yang disertai pengapuran pada pembuluh darah panggul termasuk arteri
uterus.
6) Kelas F. Diabetes dengan nefropati, termasuk glomerulonefritis dan pielonefritis.

2.5 Faktor Risiko


Faktor risiko ibu hamil dengan diabetes melitus adalah :
1) Riwayat keluarga dengan diabetes melitus
2) Glukosuria dua kali berturut-turut
3) Obesitas
4) Keguguran kehamilan yang tidak bisa dijelaskan (abortus spontan)
5) Adanya hidramnion
6) Kelahiran anak sebelumnya besar
7) Umur mulai tua
8) Herediter

2.6 Manifestasi Klinis


Tanda dan gejala klinis patogenesis Diabetes Melitus menurut Mansjoer, (2000), yaitu
sebagai berikut :
1) Polifagia.
2) Poliuria
3) Polidipsi
4) Lemas
5) BB menurun
6) Kesemutan
7) Gatal
8) Mata kabur
9) Pruritus vulva
10) Ketonemia
11) Glikosuria
12) Gula darah 2 jam pp > 200 mg/dl
13) Gula darah sewaktu > 200 mg/dl
14) Gula darah puasa > 126 mg/dl.
Kemungkinan atau dugaan penyakit makin tinggi terjadi pada:
1) Umur penderita makin tua.
2) Pada multiparitas.
3) Penderita gemuk.
4) Kelainan anak lebih besar dari 4000gr.
5) Riwayat kehamilan yang mengalami sering meninggal dalam rahim, sering mengalami lahir
mati, sering mengalami keguguran.
6) Bersifat keturunan.
7) Pada pemeriksaan terdapat gula dalam urin.
Kejadian penyakit gula dalam kehamilan sering memberikan pengaruh yang kurang
menguntungkan dan dapat dijabarkan sebagai berikut:
1) Pengaruh kehamilan, persalinan, dan nifas terhadap penyakit gula diantaranya:
a. Keadaan pre-diabetes lebih jelas menimbulkan gejala pada kehamilan, persalinan, dankala
nifas.
b. Penyakit diabetes (gula) makin berat.
c. Saat persalinan, karena meerlukan tenaga yang besar, dapat terjadi koma diabetikum.
2) Pengaruh penyakit gula terhadap kehamilan diantaranya:
a. Dapat terjadi gangguan pertumbuhan janin dalam rahim: terjadi keguguran, persalinan
premature, kematian dalam rahim, lahir mati atau bayi yang besar.
b. Dapat terjadi hidramnion.
c. Dapat menimbulkan pre-eklampsia-eklampsia.
3) Pengaruh penyakit terhadap persalinan diantaranya:
a. Gangguan kontraksi otot rahim yang menimbulkan persalinan lama atau terlantar.
b. Janin besar dari sering memerlukan tindakan opersai.
c. Gangguan pembuluh darah plasenta yang menimbulkan asfiksia sampai lahir mati.
d. Perdarahan postpartum karena gangguan kontraksi otot rahim.
e. Postpartum mudah terjadi infeksi.
f. Bayi mengalami hipoglisemia postpartum dan dapat menimbulkan kematian.
4) Pengaruh penyakit gula terhadap kala nifas diantaranya:
a. Mudah terjadi infeksi postpartum.
b. Kesembuhan luka terlambat dan cenderung infeksi mudah menyebar.
5) Pengaruh penyakit terhadap janin (bayi) diantaranya:
a. Dapat terjadi keguguran, persalinan prematuritas, kematian janin dalam rahim (setelah
minggu 36) dan lahir mati.
b. Bayi dengan dismaturitas.
c. Bayi dengan cacat bawaan.
d. Bayi yang potensial mengalami kelainan saraf dan jiwa.
e. Bayi yang dapat menjadi potensial mengidap penyakit gula.

2.7 Komplikasi Diabetes Melitus Terhadap Kehamilan


Diabetes mellitus dapat menimbulkan komplikasi pada ibu hamil dan janin intrauteri.
Komplikasi ibu hamil dengan dibetes mellitus yang terjadi dalam berbagai manifestasi klinik
dapat bersumber dari :
1) Lamanya menderita diabetes mellitus.
2) Konsentrasi kolesterol darah yang tinggi.
3) Hiperglikemi glukosuria.
4) Banyak dan lamanya terdapat badan keton dalam darah.
Hal-hal tersebut dapat menimbulkan kerusakan sebagai berikuut:
1) Kerusakan pembuluh darah.
2) Viskositas darah meningkat, sehingga distribusi dan suplai O2 ke jaringan makin menurun.
3) Pembuluh darah mengalami aterosklerosis sekunder dapat menimbulkan hipertensi.
4) Hipertensi menimbulkan gangguan organ vital terkait melalui:
a. Diabetika endarteritis.
b. Mikrokoagulasi.
c. Ekstravasasi cairan menimbulkan edema.

2.8 Bentuk-Bentuk Kelainan Kongenital


1) Kardiovaskuler
a. Transposisi pembuluh darah besar.
b. Defek septum ventrikuler.
c. Defek septum atrial.
d. Hipoplastik ventrikel kiri.
e. Situs invrsus.
f. Anomaly aorta
2) System saraf pusat
a. Anensefalus.
b. Ensefalokel.
c. Meningomielokele.
d. holoprosensefale.
e. Mikrosefali.
3) Penulangan
a. Sindrom regresi kuadalis.
b. Spina bifida
4) Genitourinari
a. Tanpa ginjal (Potter syndrome)
b. Polikistik ginjal.
c. Ureter ganda.
5) Gastrointestinal
a. Fistula trakeo-oesophagus.
b. Atresiaani
c. Anus inforferata.
2.9 Manajemen Terapeutik
Manajemen terapeutik yang diberikan bertujuan untuk kemungkinan timbulnya
komplikasi pada ibu dan mempertinggi angka keselamatan bayi (salvage fetal rate).
Ada tiga tujuan utama pengobatan diabetes melitus gestational sebagai berikut :
1. Mencegah timbulnya ketosis dan hipodlikemia
2. Mencegah hiperglikemia dan glikosuria seminimal mungkin
3. Mencapai usia kehamilan seoptimal mungkin
Diet ibu diabetes dalam kehamilan tidak berbeda dengan diabetes lainnya, kecuali
penambahan kalori total untuk mencapai penambahan berat badan 10-12 kg selama hamil dan
menjaga asupan karbohidrat tidak kurang dari 200 gr/hari. Diperhatikan diet yang teratur dan
asupan kalori total yang tepat diselingi dengan makanan kecil (4-6 kali sehari).

2.10 PemeriksaanDiagnostik
Kriteria Diagnosis
1) Gejala klasik DM + gula darah sewaktu ≤ 200 mg/dl. Gula darah sewaktu merupakan
hasil pemeriksaan sesaat pada suatu hari tanpa memerhatikan waktu makan terakhir.
Atau:
2) Kadar gula darah puasa 126 mg/dl.Puasa diartikan pasien tidak mendapat kalori
tambahan sedikitnya 8 jam. Atau:
3) Kadar gula darah 2 jam pada TTGO 200 mg/dl. TTGO dilakukan dengan Standard
WHO, menggunakan beban glukosa yang setara dengan 75 g glukosa anhidrus yang
dilarutkan dalam air. Cara pelaksanaan TTGO (WHO, 1994) :
a. Tiga hari sebelum pemeriksaan tetap makan seperti kebiasaan sehari-hari
(dengan karbohidrat yang cukup) dan tetap melakukan kegiatan jasmani seperti
biasa
b. Berpuasa paling sedikit 8 jam (mulai malam hari) sebelum pemeriksaan,
minum air putih tanpa gula tetap diperbolehka
c. Diperiksa kadar glukosa darah puasa
d. Diberikan glukosa 75 g (orang dewasa), atau 1,75 g/Kg BB (anak-anak),
dilarutkan dalam 250 ml air dan diminum dalam waktu 5 menit
e. Berpuasa kembali sampai pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan 2
jam setelah minum larutan glukosa selesai
f. Diperiksa kadar glukosa darah 2 jam sesudah beban glukosa
g. Selama proses pemeriksaan, subyek yang diperiksa tetap istirahat dan tidak
merokok. Apabila hasil pemeriksaan tidak memenuhi criteria normal atau DM, maka
dapat di golongkan ke dalam kelompok TGT ( Toleransi Glukosa Terganggu ) atau
GDPT ( Glukosa Darah Puasa Terganggu ) dari hasil yang diperoleh.
4) TGT : glukosa darah plasma 2 jam setelah pembebanan antara 140 – 199 mg/dl
5) GDPT : glukosa darah puasa antara 100 – 125mg/dl.
6) Reduksi Urine
7) Pemeriksaan reduksi urine merupakan bagian dari pemeriksaan urine rutin yang selalu
dilakukan di klinik. Hasil yang (+) menunjukkan adanyaglukosuria. Beberapa hal yang
perlu diingat dari hasil pemeriksaan reduksi urine adalah:
a. Digunakan pada pemeriksaan pertama sekali untuk tes skrining, bukan untuk menegakkan
diagnosis
b. Nilai (+) sampai (++++)
c. Jika reduksi (+): masih mungkin oleh sebab lain, seperti: renal glukosuria, obat- obatan, dan
lainnya
d. Reduksi (++) kemungkinan KGD: 200 –300 mg%
e. Reduksi (+++) kemungkinan KGD: 300 – 400 mg%
f. Reduksi (++++) kemungkinan KGD: 400 mg%
g. Dapat digunakan untuk kontrol hasil pengobatan
h. Bila ada gangguan fungsi ginjal, tidak bisa dijadikan pedoman.

2.11 Penatalaksanaan Medis


1) Terapi Diet
Tujuan utama penatalaksanaan klien dengan diabetes mellitus adalah untuk
mengatur glukosa darah dan mencegah timbulnya komplikasi akut dan kronik. Jika
klien berhasil mengatasi diabetes yang dideritanya, ia akan terhindar dari
hyperglikemia atau hypoglikemia. Penatalaksanaan diabetes tergantung pada
ketepatan interaksi dari tiga faktor aktifitas fisik, diet dan intervensi farmakologi
dengan preparat hyperglikemik oral dan insulin.
Tiga hal penting yang harus diperhatikan pada penderita diabetes mellitus adalah
tiga J (jumlah, jadwal dan jenis makanan) yaitu :
 JI : jumlah kalori sesuai dengan resep dokter harus dihabiskan.
 J2 : jadwal makanan harus diikuti sesuai dengan jam makan terdaftar.
 J3 : jenis makanan harus diperhatikan (pantangan gula dan makanan manis). Diet
pada penderita diabetes mellitus dapat dibagi atas beberapa bagian antara lain :
 Diet A : terdiri dari makanan yang mengandung karbohidrat 50 %, lemak 30
%, protein 20 %.
 Diet B : terdiri dari karbohidrat 68 %, lemak 20 %, protein 12 %.
 Diet B1 : terdiri dari karbohidrat 60 %, lemak 20 %, protein 20 %.
 Diet B1 dan B2 diberikan untuk nefropati diabetik dengan gangguan faal ginjal.

NO Tipe Diet Indikasi Diet


1. Diet A Diberikan pada semua penderita diabetes mellitus pada umumnya.
2. Diet B Diberikan pada penderita diabetes terutama yang :

Kurang tahan lapan dengan dietnya.


Mempunyai hyperkolestonemia.
3. Mempunyai penyulit mikroangiopati misalnya pernah
mengalami cerobrovaskuler accident (cva) penyakit jantung
koroner.
4. Mempunyai penyulit mikroangiopati misalnya terdapat
retinopati diabetik tetapi belum ada nefropati yang nyata.
Telah menderita diabetes dari 15 tahun

3. Diet B1 Diberikan pada penderita diabetes yang memerlukan diet protein


tinggi, yaitu penderita diabetes terutama yang :

1. Mampu atau kebiasaan makan


tinggi protein tetapi normalip idemia.
2. Kurus (underweight) dengan relatif body weight kurang dari
90 %.
Masih muda perlu pertumbuhan.
Mengalami patah tulang.
Hamil dan menyusui.
Menderita hepatitis kronis atau sirosis hepatitis.
Menderita tuberkulosis paru.
Menderita penyakit graves (morbus basedou).
Menderita selulitis.
10. Dalam keadaan pasca bedah. Indikasi tersebut di atas
selama tidak ada kontra indikasi penggunaan protein kadar
tinggi.

4. Diet B1 Diet B2 (Diberikan pada penderita nefropati dengan gagal ginjal


dan B2 kronik yang klirens kreatininnya masih lebar dari 25 ml/mt).

Sifat-sifat diet B2

1. Tinggi kalori (lebih dari 2000 kalori/hari tetapi mengandung


protein kurang.
2. Komposisi sama dengan diet B, (68 % hidrat arang, 12 %
protein dan 20 % lemak) hanya saja diet B2 kaya asam amino
esensial.
3. Dalam praktek hanya terdapat diet B2 dengan diet 2100 –
2300 kalori / hari. Karena bila tidak maka jumlah perhari akan
berubah.

Diet B3 (Diberikan pada penderita nefropati diabetik dengan gagal


ginjal kronik yang klibers kreatininnya kurang dari 25 MI/mt)

Sifat diet B3

Tinggi kalori (lebih dari 2000 kalori/hari).


2. Rendah protein tinggi asam amino esensial, jumlah protein
40 gram/hari.
3. Karena alasan No 2 maka hanya dapat disusun diet B3 2100
kalori dan 2300 / hari. (bila tidak akan merubah jumlah protein).
Tinggi karbohidrat dan rendah lemak.
5. Dipilih lemak yang tidak jenuh. Semua penderita diabetes
mellitus dianjurkan untuk latihan ringan yang dilaksanakan secara
teratur tiap hari pada saat setengah jam sesudah makan. Juga
dianjurkan untuk melakukan latihan ringan
setiap hari, pagi dan sore hari dengan maksud untuk
menurunkan BB. Penyuluhan kesehatan, untuk
meningkatkan pemahaman maka dilakukan penyuluhan
melalui perorangan antara dokter dengan penderita yang
datang. Selain itu juga dilakukan melalui media-media
cetak dan elektronik.

1) Terapi Insulin
Menurut Prawirohardjo, (2002) yaitu sebagai berikut : Daya tahan terhadap insulin
meningkat dengan makin tuanya kehamilan, yang dibebaskan oleh kegiatan antiinsulin
plasenta. Penderita yang sebelum kehamilan sudah memerlukan insulin diberi insulin
dosis yang sama dengan dosis diluar kehamilan sampai ada tanda-tanda bahwa dosis
perlu ditambah atau dikurangi. Perubahan-perubahan dalam kehamilan memudahkan
terjadinya hiperglikemia dan asidosis tapi juga menimbulkan reaksi hipoglikemik.
Maka dosis insulin perlu ditambah/dirubah menurut keperluan secara hati-hati dengan
pedoman pada 140 mg/dl.

Insulin yang dapat digunakan untuk terapi diantaranya:

a) Humulin
 Komposisi : Humulin R Reguler soluble human insulin (rekombinant DNA origin). Humulin
N isophane human insulin (rekombinant DNA origin). Humulin 30/70 reguler soluble human insulin
30% & human insulin suspensi 70% (rekombinant DNA origin).
 Indikasi : IDDM
 Dosis : Dosis disesuaikan dengan kebutuhan individu. Diberikan secara injeksi SK, IM,
Humulin R dapat diberikan secara IV. Humulin R mulai kerja ½ jam, lamanya 6-8 jam, puncaknya 2-
4 jam. Humulin N mulai kerja 1-2 jam, lamanya 18-24 jam, puncaknya 6-12 jam. Humulin 30/70
mulai kerja ½ jam, lamanya 14- 15 jam, puncaknya 1-8 jam.
 Kontraindikas : Hipoglikemik.
 Peringatan : Pemindahan dari insulin lain, sakit atau gangguan emosi, diberikan bersama obat
hiperglokemik aktif.
 Efek sampinng : Jarang, lipodistropi, resisten terhadap insulin, reaksi alergi local atau
sistemik.
 Faktor resiko : Pada kehamilan kategori B

b) Insulatard Hm/ Insulatard Hm Penfill


 Komposisi : Suspensi netral isophane dari monokomponen insulin manusia. Rekombinan
DNA asli.
 Indikasi : DM yang memerlukan insulin
 Dosis : Jika digunakan sebagai terapi tunggal biasanya diberikan 1-2x/hari (SK). Onset: ½
jam. Puncak: 4-12 jam. Terminasi: setelah 24 jam. Penfill harus digunakan dengan Novo pen 3
dengan jarum Novofine 30 G x 8mm.
 Kontraindikasi : Hipoglikemia.
 Faktor resiko : Pada kehamilan kategori B

c) Actrapid Hm/Actrapid Hm Penfill


 Komposisi : Larutan netral dari monokomponen insulin manusia. Rekombinan DNA asli
 Indikasi : DM
 Dosis : Jika digunakan sebagai terapi tunggal, biasanya diberikan 3 x atau lebih sehari.
Penfill SK, IV, IM. Harus digunakan dengan Novo Pen 3 & jarum Novofine 30 G x 8 mm. Tidak
dianjurkan untuk pompa insulin. Durasi daya kerja setelah injeksi SK: ½ jam, puncak: 1-3 jam.
Terminasi setelah 8 jam.
 Kontraindikasi : hipoglikemia, insulinoma. Pengunaan pada pompa insulin.
 Peringatan : Stres psikis, infeksi atau penyakit lain yang meningkatkan kebutuhan
insulin. Hamil.
 Efek samping : Jarang, alergi & lipoatrofi.
 Interaksi obat : MAOI, alcohol, bloker meningkatkan efek hipoglikemik. Kortikosteroid,
hormon tiroid, kontrasepsi oral, diuretic meningkatkan kebutuhan insulin.
 Faktor resiko : Pada kehamilan kategori B

d) Humalog/Humalog Mix 25
 Komposisi : Per Humalog insulin lispro. Per Humalog Mix 25 insulin lispro 25%, insulin
lispro protamine suspensi 75%.
 Indikasi : Untuk pasien DM yang memerlukan insulin untuk memelihara homeostasis normal
glukosa. Humalog stabil awal untuk DM, dapat digunakan bersama insulin manusia kerja lama
untuk pemberian pra-prandial.
 Dosis : Dosis bersifat individual. Injeksi SK aktivitas kerja cepat dari obat ini,
membuat obat ini dapat diberikan mendekati waktu makan (15 menit sebelum makan)
 Kontraindikasi : hipoglikemia. Humalog mix 25 tidak untuk pemberian IV.
 Peringatan : Pemindahan dari terapi insulin lain. Penyakit atau gangguan emosional. Gagal
ginjal atau gagal hati. Perubahan aktivitas fisik atau diet. Hamil.
 Efek samping : Hipoglikemia, lipodisatrofi, reaksi alergi local & sistemik.
 Interaksi obat : Kontrasepsi oral,kortikosteroid, atau terapi sulih tiroid dapat menyebabkan
kebutuhan tubuh akan insulin meningkat. Obat hipoglikemik oral, salisilat, antibiotik sulfa, dapat
menyebabkan kebutuhan tubuh akan insulin menurun.
 Faktor resiko : pada kehamilan kategori B

e) Mixtard 30 Hm/Mixtard Hm Penfill


 Komposisi : Produk campuran netral berisi 30% soluble HM insulin & 70% isophane HM
insulin (monokomponen manusia). Rekombinan DNA asli.
 Indikasi : DM yang memerlukan terapi insulin.
 Dosis : Jika digunakan sebagai terapi tunggal biasanya diberikan 1-2 x/hari. Onset: ½ jam.
Puncak 2-8 jam. Terminasi setelah 24 jam. Penfill harus digunakan dalam Novo Pen 2 dengan jarum
Novofine 30 G x 8 mm.
 Kontraindikasi : Hipoglikemia, insulinoma.
 Peringatan : Stres psikis, infeksi atau penyakit yang dapat meningkatkan
kebutuhan insulin. Hamil.
 Efek samping : Jarang, alergi & lipoatrofi.
 Interaksi obat : MAOI, alkohol, beta bloker meningkatkan efek hipoglikemik. Kortikosteroid,
hormone tiroid, kontrasepsi oral, diuretic meningkatkan kebutuhan insulin.
 Faktor resiko : Pada kehamilan kategori B.
1) Olahraga
Kecuali kontraindikasi, aktivitas fisik yang sesuai direkomendasikan untuk
memperbaiki sensitivitas insulin dan kemungkinan memperbaiki toleransi glukosa.
Olahraga juga dapat membantu menaikkan berat badan yang hilang dan memelihara
berat badan yang ideal ketika dikombinasi dengan pembatasan intake kalori.
BAB III
PENDIDIKAN KESEHATAN
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) DIABETES GESTASIONAL

Hari/Tanggal :-
Waktu : 45 menit
Tempat :-
Sasaran : Klien (Ibu Hamil dengan Diabetes Melitus)
Topik HE : Diabetes Melitus Gestasional (DMG)/ DM dalam kehamilan

3.1 Tujuan
1. Tujuan instruksional umum
Setelah diberikan pendidikan kesehatan/ health education (HE) diharapkan klien
mengetahui tentang pengetahuan penyakit Diabetes Melitus Gestasional (DM dalam
kehamilan) dan mengetahui gejala, komplikasi serta tindakan yang dilakukan.
2. Tujuan instruksional khusus
Setelah diberikan HE diharapkan klien mampu :
a. Memahami dan menjelaskan pengertian Diabetes Melitus Gestasional
b. Memahami dan menjelaskan tanda dan gejala, klasifikasi, komplikasi dan penanganan
Diabetes Melitus Gestasional
c. Memahami dan mampu menjelaskan pentingnya diit pada klien dengan Diabetes Melitus
Gestasional.
3. Manfaat
a. Bagi Mahasiswa
Sebagai media untuk periintraksi klien diabetes gestasional
b. Bagi Klien
Menambah wawasan klien yang melakukan pemeriksaan kehamilan khususnya
penderita penyakit diabetes mellitus dalam kehamilan/diabetes mellitus gestasional,
cara penanganan serta diit yang tepat tanpa mengurangi kebutuhan nutrisi dan
kecukupan gizi ibu dan janin..
3.2 Sasaran Pendidikan Kesehatan
Klien (ibu hamil dengan diabetes melitus) yang menjalani pemeriksaan.
3.3 Strategi Pelaksanaan
Pendidikan kesehatan dilakukan pada hari : - Pukul : -

3.4 Metode
Ceramah Diskusi/tanya
jawab

3.5 Susunan Acara


Tahap Kegiatan Waktu
Pembukaan Mengucapkan salam 5 menit
b. Penyampaian tujuan
pertemuan sesuai kontrak waktu
30 menit
Proses a. Mengerti pengertian Ibu
hamil dengan DM
b. Mengetahui penyebab ibu
hamil dengan DM
c. Mengetahui tanda dan gejala
ibu hamil dengan DM
d. Mengetahui komplikasi ibu
hamil dengan DM 10 menit
e. Mengetahui tentang
penatalaksanaan pada pasien ibu
hamil dengan DM

Penutup a. Memberikan pertanyaan


pada kelompok ibu hamil
Menutup pertemuan dan
mengucapkan salam

3.6 Media
Leaflet
MATERI

1. Pengertian
Diabetes melitus merupakan kelainan metabolisme yang kronis terjadi defisiensi insulin
atau retensi insulin, di tandai dengan tingginya keadaan glukosa darah (hiperglikemia) dan
glukosa dalam urine (glukosuria) atau merupakan sindroma klinis yang ditandai dengan
hiperglikemia kronik dan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein sehubungan
dengan kurangnya sekresi insulin secara absolut / relatif dan atau adanya gangguan fungsi
insulin (Kapita Selekta, jilid II, 2006 dan catatan kuliah pemenuhan kebutuhan gizi
reproduksi, 2006).
Diabetes Melitus gestasional (DMG) adalah intoleransi karbohidrat dengan berbagai
tingkat keparahan, yang awitannya atau pertama kali dikenali selama masa kehamilan. Jadi
diabetes mellitus gestasional adalah difisiensi insulin ataupun retensi insulin pada ibu hamil
sehingga mengakibatkan terjadinya intoleransi karbohidrat ringan maupun berat yang baru
diketahui selama mengalami kehamilan (ADA, 1990).

2. Etiologi
Penyakit gula dapat merupakan kelainan herediter dengan cara insufisiensi atau
absennya insulin dalam sirkulasi darah, konsentrasi gula darah tinggi. Berkurangnya
glikogenesis. Diabetes dalam kehamilan menimbulkan banyak kesulitan, penyakit ini akan
Menyebabkan perubahan-perubahan metabolik dan hormonal pada penderita yang juga
dipengaruhi oleh kehamilan. Sebaliknya diabetes akan mempengaruhi kehamilan dan
persalinan.
Factor Predisposisi :
a. Umur sudah mulai tua
b. Multiparitas
c. Penderita gemuk
d. Kelainan anak lebih besar dari 4000 g
e. Bersifat keturunan
f. Pada pemeriksaan terdapat gula dalam urin
g. Riwayat kehamilan : Sering meninggal dalam rahim, Sering mengalami lahir mati,
Sering mengalami keguguran
h. Glokusuria
3. Klasifikasi
Diabetes mellitus dapat dibedakan menjadi :
a. DM Tipe 1 (IDDM) Insulin dependent diabetes mellitus atau tergantung insulin (T1) yaitu
kasus yang memerlukan insulin dalam pengendalian kadar gula darah.
b. DM Tipe 11 (NIDDM) Non insulin dependent diabetes mellitus atau tidak tergantung insulin
(TT1) yaitu kasus yang tidak memerlukan insulin dalam pengendalian kadar gula darah.
c. Diabetes mellitus gestasional (DMG) yaitu diabetes yang hanya timbul dalam kehamilan.

4. Patogenesis
Patogenesis Diabetes Melitus menurut Kapita Selekta Jilid III, 2006, Yaitu :
a. Pada penyakit DM 1 didapat kerusakan (dekstruksi) sel beta pankreas dengan penggunaan
glukosa sebagai energiakibat menurunnya produksi insulin tubuh menggunakan lemak dan protein
sebagai sumber energi. Terganggu ketosis dan ketoasidosis. Metabolisme tidak sempurna.
b. Pada fungsi insulin menurun. Penyakit DM 2 didapat retensi insulin Resistensi insulin adalah
turunnya kemampuan insulin untuk merangsang pengambilan glukosa oleh jaringan perifer dan
untuk menghambat produksi glukosa oleh hati. Sel beta tidak mampu mengimbangi resistensi ini
sepenuhnya sehingga terjadi defisiensi relatif insulin. Dalam kehamilan terjadi perubahan
metabolisme endokrin dan karbohidrat sehingga terjadi inadekuatnya pembentukan dan penggunaan
insulin yang berfungsi memudahkan glukosa berpindah ke dalam sel-sel jaringan. Tanpa insulin
yang adekuat, glukosa tidak dapat memasuki sel-sel untuk digunakan sebagai sumber energi dan
tetap berada dalam daerah sehingga kadar glukosa darah meningkat di atas batas normal yang
menyebabkan air tertarik dari sel-sel ke dalam jaringan/darah sehingga terjadi dehidrasi seluler.
Tingginya kadar glukosa darah menyebabkan ginjal harus mengsekresikannya melalui urine dan
bekerja keras sehingga ginjal tidak dapat menanggulanginya sebab peningkatan laju filter glonurulus
dan penurunan kemampuan tubulus renalif profesional/renalis untuk mereabsorbsi glukosa. Hal ini
meningkatkan tekanan osmotik dan mencegah reabsorbsi air oleh tubulus ginjal yang menyebabkan
dehidrasi ekstreaoseluler. karena glukosa dan energi dikeluarkan dari tubuh bersama urine, tubuh
mulai menggunakan lemak dan protein untuk sumber energi yang dalam prosesnya menghasilkan
keton dalam darah. Pemecahan lemak dan protein juga menyebabkan lelah, lemah, gelisah yang
dilanjutkan
dengan penurunan berat badan mendadak ditambah terbentuknya keton akan cepat
berkembang keadaan koma dan kematian.

5. Tanda dan gejala klinis


a. Polifagia.
b. Mata kabur .
c. Poliuria.
d. Pruritus vulva.
e. Polidipsi.
f. Ketonemia.
g. Lemas.
h. Glikosuria.
i. BB menurun
j. Gula darah 2 jam pp > 200 mg/dl.
k. Gula darah sewaktu > 200 mg/dl.
l. Gula darah puasa > 126 mg/dl.
m. Kesemutan.
n. Gatal.

6. Komplikasi
Pengaruh diabetes gestasional Diabetes Melitus menurut Kapita Selekta Jilid III, 2006.
Meskipun tanpa gejala, bila tidak diadakan pengendalian kadar gula maka diabetes mellitus
gestasional akan menimbulkan dampak bagi ibu maupun pada janin.
a. Pengaruh DM terhadap kehamilan.
 Abortus dan partus prematurus.
 Pre eklamsia.
 Hidroamnion.
 Insufisiensi plasenta.
b. Pengaruh DM terhadap janin/bayi.
 Kematian hasil konsepsi dalam kehamilan muda mengakibatkan abortus.
 Cacat bawaan.
 Dismaturitas.
 Janin besar (makrosomia)
 Kematian dalam kandungan.
 Kematian neonatal.
 Kelainan neurologik dan psikologik.

7. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Diabetes Melitus menurut Kapita Selekta Jilid III, 2006
1. Mangatur diet.
Diet yang dianjurkan pada bumil DMG adalah 30-35 kal/kg BB, 150-200 gr karbohidrat, 125 gr
protein, 60-80 gr lemak dan pembatasan konsumsi natrium. Penambahan berat badan bumil DMG
tidak lebih 1,3-1,6 kg/bln. Dan konsumsi kalsium dan vitamin D secara adekuat.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam diit diabetes mellitus sebagai berikut ;
1) Diit DM harus mengarahkan BB ke berat normal, mempertahankan glukosa darah sekitar
normal, dapat memberikan modifikasi diit sesuai keadaan penderita misalnya penderita DMG,
makanan disajikan menarik dan mudah diterima.
2) Diit diberikan dengan cara tiga kali makan utama dan tiga kali makanan antara (snack)
dengan interval tiga jam.
3) Buah yang dianjurkan adalah buah yang kurang manis, misalnya pepaya, pisang, apel, tomat,
semangka, dan kedondong.
4) Dalam melaksanakan diit sehari-hari hendaknya mengikuti pedoman 3J yaitu ; J1 ;
Jumlah kalori yang diberikan harus habis.
J2 ; Jadwal diit harus diikuti sesuai dengan interval.
J3 ; Jenis makanan yang manis harus dihindari.
5) Penentuan jumlah kalori
Untuk menentukan jumlah kalori penderita DM yang hamil/menyusui secara
empirik dapat digunakan umus sebagai berikut ;
( TB – 100 ) x 30 T1 + 100 T3 + 300
T2 + 200 L + 400
Keterangan :
TB : Tinggi badan.
T1 : Trimester I
T2 : Trimester II
T3 : Trimester III
L : Laktasi/menyusui
2. Pengobatan insulin.
Daya tahan terhadap insulin meningkat dengan makin tuanya kehamilan, yang dibebaskan oleh
kegiatan antiinsulin plasenta. Penderita yang sebelum kehamilan sudah memerlukan insulin diberi
insulin dosis yang sama dengan dosis diluar kehamilan sampai ada tanda-tanda bahwa dosis perlu
ditambah atau dikurangi. Perubahan- perubahan dalam kehamilan memudahkan terjadinya
hiperglikemia dan asidosis tapi juga manimbulkan reaksi hipoglikemik. Maka dosis insulin perlu
ditambah/dirubah menurut keperluan secara hati-hati dengan pedoman pada 140 mg/dl. Pemeriksaan
darah yaitu kadar post pandrial, terrutama pada trimester I mudah terjadi hipoglikemia apabila dosis
insulin tidak dikurangi karena wanita kurang makan akibat emisis dan hiperemisis gravidarum.
Sebaliknya dosis insulin perlu ditambah dalam trimester II apabila sudah mulai suka makan , lebih-
lebih dalam trimester III.
Selama berlangsungnya persalinan dan dalam hari-hari berikutnya cadangan hidrat arang
berkurang dan kebutuhan terhadap insulin barkurang yang mengakibatkan mudah mengalami
hipoglikemia bila diet tidak disesuaikan atau dosis insulin tidak dikurangi. Pemberian insulin yang
kurang hati-hati dapat menjadi bahaya besar karena reaksi hipoglikemik dapat disalah tafsirkan
sebagai koma diabetikum. Dosis insulin perlu dikurangi selama wanita dalam persalinan dan nifas
dini. Dianjurkan pula supaya dalam masa persalinan diberi infus glukosa dan insulin pada
hiperglikemia berat dan keto asidosis diberi insulin secara infus intravena dengan kecepatan 2-4
satuan/jam untuk mengatasi komplikasi yang berbahaya.
3. Penanggulangan Obstetri
Pada penderita yang penyakitnya tidak berat dan cukup dikuasi dengan diit saja dan tidak
mempunyai riwayat obstetri yang buruk, dapat diharapkan partus spontan sampai kehamilan 40
minggu. lebih dari itu sebaiknya dilakukan induksi persalinan karena prognosis menjadi lebih buruk.
Apabia diabetesnya lebih berat dan memerlukan pengobatan insulin, sebaiknya kehamilan diakhiri
lebih dini sebaiknya kehamilan 36-37 minggu. Kehamilan disertai komplikasi, maka
dipertimbangkan untuk menghindari kehamilan lebih dini lagi baik dengan induksi atau seksio
sesarea dengan terlebih dahulu melakukan amniosentesis. Dalam pelaksanaan partus pervaginam,
baik yang tanpa dengan induksi, keadaan janin harus lebih diawasi jika mungkin dengan pencatatan
denyut jantung janin terus – menerus.
BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN

4.1 Skenario kasus

Di RT 3 RW 5 kelurahan Margo Rukun terdapat penduduk yang menderita


diabetes melitus berjumlah 300 orang, 55 % wanita yaitu sebanyak 180 orang dan 45 % laki-
laki sebanyak 120 orang. Dari jumlah penduduk yang menderita diabetes melitus tersebut
sebanyak 150 orang (50 %) usia dewasa dan 30% usia lansia sebanyak 90 orang, serta 20%
ibu hamil sebanyak 60 orang. Dari data tersebut diketahui Diabetes Melitus dengan tipe IDDM
25% sebanyak 75 orang, NIDDM 35% sebanyak 105 orang, dan DM dengan gangren 30%
sebanyak 90 orang, serta DM gestasional sebanyak 30 orang (10 %). Dari penduduk yang
menderita DM sangat sedikit sekali penderita DM yang rutin memeriksakan kadar gula
darahnya. Asuhan keperawatan ini menggunakan pendekatan proses keperawatan yang
meliputi : pengkajian status kesehatan masyarakat, perumusan diagnosa keperawatan, dan
perencanaan keperawatan. Pemberian asuhan keperawatan melibatkan kader kesehatan, tokoh
masyarakat dan pimpinan wilayah tersebut.

4.2 Pengkajian
Pengkajian menggunakan pendekatan community partner meliputi : data inti dan data sub
sistem

4.2.1 Data Inti Komunitas meliputi :


4.2.1.1 Sejarah
 Lokasi :
o Propinsi daerah tingkat 1 : Jawa Timur
o Kabupaten/ kotamadya : Pacitan
o Kecamatan : Sumber Asri
o Kelurahan : Margorukun
o RW : 05
o RT : 03
o Luas wilayah : 5.220 m2
o Batas wilayah/wilayah
- Utara : Jalan raya melati

 Selatan : RT 06 /RW 04
 Barat : RT 07
 Timur : RT 18/ RW 03
 Keadaan tanah menurut pemanfaatannya
Pemukiman : 4550 m2

4.2.1.1 Demografi

1. Jumlah penderita hipertensi : 250 orang

2. Jumlah penderita TB Paru : 65 orang

3. Jumlah penderita asma : 20 orang

4. Jumlah penderita DM : 300 orang

o Berdasarkan jenis kelamin

 Laki-laki : 120 orang (45 %)

 Perempuan : 180 orang (55 %)

o Berdasarkan kelompok penderita DM

 Anak-anak :-

 Remaja :-

 Dewasa : 150 orang (50 %)


 Lansia : 90 orang (30 %)

 Ibu hamil : 60 orang (20%)

o Berdasarkan agama

 Islam : 20 orang (80%)

 Kristen : 30 orang (10%)

 Hindu : 15 orang (5%)

 Budha : 15 orang (5%)

 Katolik :-

o Berdasarakan suku bangsa


 Jawa : 210 orang (70%)
 Madura : 75 orang (25%)
 Sunda : 9 orang (3%)
 WNI keturunan : 6 orang (2%)
o Jumlah penderita DM gangren : 90 orang
o Suku bangsa

 Jawa : 210 orang (70%)

 Madura : 75 orang (25%)

 Sunda : 9 orang (3%)

 WNI keturunan : 6 orang (2%)


o Status perkawinan
 Kawin : 195 orang (65%)
 Tidak kawin : 60 orang (20%)
 Duda : 30 orang (10%)
 Janda : 15 orang (5%)

4.2.1 Data Subsistem


4.2.1.1 Data Lingkungan Fisik

a. Sumber air dan air minum

o Penyediaan Air bersih


 PAM : 180 orang (60%)
 Sumur : 120 orang (40%)
 Sungai :-
o Penyediaan air minum
 PAM : 150 orang (50%)
 Sumur : 90 orang (30%)
 Sungai :-
 Lain-lain/air mineral : 60 orang (20%)

o Pengolahan air minum


 Masak : 300 orang (100%)
 Tidak dimasak :-
o Pengelolaan air minum
 Selalu dimasak : 300 orang
(100%)
 Air mentah :-

a. Saluran pembuangan air/sampah

o Kebiasaan membuang sampah


 Diangkut petugas : 30%
 Dibuang sembarangan : 70%
o Pembuangan air limbah
 Got/parit : 100%
 Sungai :-
o Keadaan pembuangan air limbah
 Baik/lancer : 25%
 Kotor : 75%

a. Jamban

o Kepemilikan jamban
 Memiliki jamban : 80%
 Tidak memiliki jamban : 20%
o Macam jamban yang dimiliki
 Septitank : 75%
 Disungai : 25%
o Keadaan jamban
 Bersih : 45%
 Kotor : 55%

a. Keadaan rumah

o Tipe rumah
 Tipe A/permanen : 210 orang (70%)
 Tipe B/semipermanen : 75 orang (25%)
 Tipe C/tidak permanen : 15 orang (5%)
o Status rumah
 Milik rumah sendiri : 180 orang (60%)
 Kontrak : 120 orang (40%)
o Lantai rumah
 Tanah : 30 orang (10%)
 Papan : 90 orang (30%)
 Tegel/keramik : 180 orang (60%)
o Ventilasi
Ada : 240 orang (80%)
 Tidak ada : 60 orang (20%)
o Luas kamar tidur
 Memenuhi syarat : 180 orang (60%)
 Tidak memenuhi syarat : 120 orang (40%)
o Penerangan rumah oleh matahari
 Baik : 120 orang (40%)
 Cukup : 30 orang (10%)

a. Halaman rumah

o Kepemilikan pekarangan
 Memiliki : 240 orang (80%)
 Tidak memiliki : 60 orang (20%)
o Pemanfaatan pekarangan
 Ya : 270 orang (90%)
 Tidak : 30 orang (10%)

4.2.1.1 Fasilitas Umum dan Kesehatan

a. Fasilitas umum

1. Sarana Kegiatan Kelompok

o Karang taruna : 1 kelompok


o Pengajian : 2 kelompok
o Ceramah agama : 1 kelompok
o PKK : 1 kali per bulan

1. Tempat perkumpulan umum

o Balai desa : ada (1 buah)


o Dukuh : ada (1 buah)
o RW : ada (1 buah)
o RT : ada (1 buah)
o Masjid/Mushola : ada (2 buah)

a. Fasilitas Kesehatan
1. Pemanfaatan fasilitas kesehatan

o Puskesmas : 150 orang (50%)


o Rumah Sakit : 50 orang (16,6%)
o Para Dokter Swasta : 25 orang (8,3%)
o Praktek Kesehatan Lain : 75 orang (25%)

1. Kebiasaan check up kesehatan

o Rutin tiap bulan : 90 orang (30%)


o Jarang : 210 orang (70%)

1.1 Ekonomi
a. Karekteristik Pekerjaan
o PNS/ABRI : 60 orang (20%)
o Pegawai swasta : 60 orang (20%)
o Wiraswasta : 30 orang (10%)
o Buruh tani/pabrik :150 orang (50%)

a. Penghasilan Rata-Rata Perbulan

o < dari UMR : 150 orang (50%)


o UMR – 1.000.000,00 : 90 orang (30%)
o > dari UMR : 60 orang (20%)

a. Pengeluaran Rata-Rata Perbulan

o < dari UMR : 165 orang (55%)


o UMR – 1.000.000,00 : 105 orang (35%)
o > dari UMR : 30 orang (10%)

a. Kepemilikan usaha

o Toko : 30 orang (10%)


o Warung makanan : 15 orang (5%)
o UKM : 9 orang (3%)
o Tidak punya : 246 orang (82%)

1.1 Keamanan dan Transportasi


Bagaimana ibu hamil bepergian? Apa jenis transportasi umum dan
pribadi yang digunakan oleh para ibu hamil? Apa jenis pelayanan
perlindungan yang tersedia untuk ibu hamil? Apakah kualitas udara
termonitor? Apa jenis kejahatan pada umumnya? Apakah ibu hamil
merasa aman?

1.2 Politik dan Pemerintahan

a. Struktur organisasi : ada

o Terdapat kepala desa dan perangkatnya


o Ada organisasi karang taruna

a. Kelompok layanan kepada masyarakat (pkk, karang taruna,


panti, posyandu)

b. Kebijakan pemerintah dalam pelayanan kesehatan :


ada yaitu puskesmas

c. Kebijakan pemerintah khusus untuk penyakit DM :


belum ada

d. Peran serta partai dalam pelayanan kesehatan :


belum ada

4.2.2.6 Sistem Komunikasi

a. Fasilitas komunikasi yang ada

o Radio : 225 orang (75 %)


o TV : 165 orang (55 %)
o Telepon/handphone : 120 orang (40 %)
o Majalah/koran : 135 orang (45%)
a. Fasilitas komunikasi yang menunjang untuk kelompok DM

o Poster tentang diet DM : ada


o Pamflet tentang penanganan DM : ada
o Leaflet tentang penanganan DM : ada

a. Kegiatan yang menunjang kegiatan DM

o Penyuluhan oleh kader dari masyarakat dan oleh


petugas kesehatan dari Puskesmas : ada tapi jarang

1.2.2.7 Pendidikan

a. Distribusi pendudukan berdasarkan tingkat pendidikan formal

o SD : 135 orang (45%)


o SLTP : 90 orang (30%)
o SLTA : 60 orang (20%)
o Perguruan tinggi : 15 orang (5%)

4.2.2.8 Rekreasi
o Tempat wisata yang biasanya dikunjungi taman kota dan
alun – alun.
o Ada program setahun sekali diadakan program wisata
bersama kader kesehatan RT 05 RW 03 Kelurahan Margo Rukun.
3.1 ANALISA DATA
No PENGELOMPOKKAN DATA ETIOLOGI MASALAH
1. Ds : Pengetahuan Ketidakpatuhan

Dari hasil wawancara di yang kurang terhadap diet Di RT


dapat tingkat pendidikan ada 3 RW 5 kelurahan
50% warga yang tidak patuh
menjalankan diit Margo Rukun

Do :

- data menyebutkan bahwa


tingkat pendidikan SD
sebanyak 135 orang (45%)

- penyuluhan kader dari


masyarakat dan petugas
kesehatan dari puskesmas
2.
jarang ada

- kebiasaan masyarakat Faktor Ketidakpatuhan


makan makanan yang manis
sebanyak 210 orang (70%) penghasilan masyarakat/penderit
yang rendah a DM melaksanakan
Ds:
check up kesehatan
Dari hasil wawancara didapat
ketidak patuhan masyarakat Di RT 3 RW 5
untuk melaksanakan check kelurahan Margo
up kesehatan sebanyak 219
orang (70%) Ruk

Do:

- sebanyak 210 orang jarang


check up/bulan

- lulusan SD sebanyak 135


3.
orang

- lulusan SLTP sebanyak 90


orang

- penghasilan < UMR


sebanyak 150 orang
Kurangnya Resiko peningkatan
pengetahuan penderita ganggren
- penghasilan UMR-1.000.000
sebanyak 90 orang penderita DM Di RT 3 RW 5
tenytang kelurahan Margo
- penghasilan > UMR 60 orang
pencegahan Rukun
terjadinya luka

Ds: ganggren

Dari hasil wawancara didapat


jumlah penderita DM 300
orang

Do:

-jumlah penderita DM
sebanyak 30% (90 orang)

- distribusi penderita DM
berdasarkan tingkat
pendidikan formal

SD :45% (135
orang)

SLTP :30% (90


orang)

SLTA :20% (60


orang)

Perguruan tinggi:5%(15
orang)

-sebanyak 210 orang (70%)


penderita DM tidak check up
secara rutin

- kebiasaan sehari hari


penderita DM yang setiap
saat memakai alas kaki
sebanyak 45 orang (15%),saat
dilauar rumah 75 orang (25%)
dan jarang memakai 180
orang (60%)

3.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN


1) Ketidakpatuhan terhadap diit di RT 5 RW 3 kelurahan Margo Rukun berhubungan
dengan Pengetahuan yang kurang ditandai dengan :

Ds :

Dari hasil wawancara di dapat tingkat pendidikan ada 50% warga yang tidak patuh menjalankan
diet

Do :

- data menyebutkan bahwa tingkat pendidikan SD sebanyak 135 orang (45%)

- penyuluhan kader dari masyarakat dan petugas kesehatan dari puskesmas jarang ada

- kebiasaan masyarakat makan makanan yang manis sebanyak 210 orang (70%)

1) Ketidakpatuhan masyarakat/penderita DM melaksanakan check up kesehatan di RT 5


RW 3 kelurahan Margo Rukun berhubungan dengan faktor penghasilan yang rendah ditandai
dengan:

Ds:

Dari hasil wawancara didapat ketidak patuhan masyarakat untuk melaksanakan check up
kesehatan sebanyak 219 orang (70%)

Do:

- sebanyak 210 orang jarang check up/bulan


- lulusan SD sebanyak 135 orang

- lulusan SLTP sebanyak 90 orang

- penghasilan < UMR sebanyak 150 orang

- penghasilan UMR-1.000.000 sebanyak 90 orang

- penghasilan > UMR 60 orang

1) Resiko peningkatan penderita ganggren di RT 5 RW 3 kelurahan Margo Rukun


berhubungan dengan Kurangnya pengetahuan penderita DM tentang pencegahan terjadinya
luka ganggren di tandai dengan:

Ds:

Dari hasil wawancara didapat jumlah penderita DM 300 orang

Do:

- Jumlah penderita DM dengan ganggren sebanyak 30% (90 orang)

- Distribusi penderita DM berdasarkan tingkat pendidikan formal

 SD : 45% (135 orang)


 SLTP : 30% (90 orang)

 SLTA : 20% (60 orang)

 Perguruan Tinggi :5%(15 orang)

- Sebanyak 210 orang (70%) penderita DM tidak check up secara rutin

- Kebiasaan sehari hari penderita DM yang setiap saat memakai alas kaki sebanyak
45 orang (15%),saat dilauar rumah 75 orang (25%) dan jarang memakai 180 orang (60%)

3.1 PRIORITAS MASALAH


Pentingnya Perubahan positif Penelesaian untuk
Diagnosa
penyelesaian untuk penyelesaian peningkatan
keperawatan
masalah di komunitas kwalitas hidup
1 : rendah 0 : tidak ada 0 : tidak ada
2 : sedang 1 : rendah 1 : rendah
3 : tinggi 2 : sedang 2 : sedang
3 : tinggi 3 : tinggi
Penelesaian
Perubahan
Pentingnya untuk
positif untuk
Diagnosa keperawatan penyelesaian peningkatan Skor
penyelesaian
masalah kwalitas
di komunitas
hidup
1. Ketidakpatuhan 3 3 3 9
terhadap diit di RT 5 RW 3
kelurahan Margo Rukun
berhubungan dengan
Pengetahuan yang kurang
2.
1. Ketidakpatuhan 3 2 1 6
masyarakat/penderita DM
melaksanakan check up
kesehatan di RT 5 RW 3
kelurahan Margo Rukun
berhubungan dengan faktor
penghasilan yang rendah

1. Resiko peningkatan 3 2 2 7
penderita ganggren di RT 5
RW 3 kelurahan Margo Rukun
berhubungan dengan
Kurangnya pengetahuan
penderita DM tenytang
pencegahan terjadinya luka
ganggren
4.3 Concep Maps

4.2 4.3 Diagnosa Keperawatan


4.2.1 Resiko defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna dan
mengabsosrpsi nutrien.
4.2.2 Resiko cedera janin berhubungan dengan peningkatan kadar glukosa maternal,
perubahan pada sirkulasi.
4.2.3 Keletihan b/d Kondisi fisiologis, ( kehamilan, malnutrisi )
4.2.4 Ansietas b/d Krisis situasional
4.2.5 Risiko Ketidakstabilan kadar Glukosa Darah b/d Kehamilan
4.3 4.4 Intervensi
4.3.1 Diagnosa 1 : Resiko defisit nutrisi kurang berhubungan dengan ketidakmampuan
mencerna dan mengabsorpsi nutrien
Kriteria Hasil :
Mempertahankan kadar gula darah puasa antara 60-100 mg/dl dan 2 jam sesudah makan
tidak lebih dari 140 mg/dl.
Tindakan
Observasi
 Monitor asupan dan keluarnya makanan dan cairan serta kebutuhan kalori
Teraupetik
 Timbang BB secara rutin
 Diskusikan perilaku makan dan jumlah aktivitas fisik ( termasuk olah raga) yang sesuai
 Dampingi ke kamar mandi untuk pengamatan perilaku memuntahkan kembali makanan
 Lakukan kontak perilaku ( misal : target BB, tanggung jawab perilaku )
 Berikan penguatan positif terhadap keberhasilan target dan perubahan perilaku
 Berikan konsekuensi jika tidak mencapai target sesuai kontrak
 Rencanakan program pengobatan untuk perawatan di rumah.
Edukasi
 Anjurkan membuat catatan harian tentang perasaan dan situasi pemicu pengeluaran
makanan ( pengeluaran yang di sengaja, muntah, aktivitas berlebihan )
 Ajarkan pengaturan diet
 Ajarkan ketrampilan koping untuk menyelasaikan masalah perilaku makan
Kolaborasi
 Kolaborasi dengan ahli gizi tentang target berat badan, kebutuhan kalori dan
pilihan makanan.

4.2.1 Diagnosa 2 : Resiko cedera janin berhubungan dengan peningkatan kadar


glukosa maternal, perubahan pada sirkulasi.
Tindakan
Observasi :
 Identifikasi status obstetrik
 Identifikasi riwayat obstetrik
 Identifikasi adanya penggunaan obat , diet dan merokok
 Identifikasi pemeriksaan kehamilan sebelumnya
 Periksa denyut jantung janin selama 1 menit
 Monitor tanda vital ibu
Teraupetik
 Atur posisi pasien
 Lakukan manuver leopold untuk menentukan posisi janin
Edukasi
 Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
 Informasikan hasil pemantauan

4.2.1 Keletihan b/d Kondisi Fisiologis


Tindakan
Observasi :
 Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
Teraupetik
 Sediakan materi dan media pengaturan aktivitas dan istirahat
 Jadwalkan pemberian pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
 Berikan kesempatan kepada pasien dan keluarga untuk bertanya
Edukasi
 Jelaskan pentingnya melakukan aktivitas fisik atau olah raga secara rutin
 Anjurkan terlibat dalam aktivitas kelompok
 Anjrukan menyusun jadwal aktivitas dan istirahat
 Ajarkan cara mengidentifikasi kebutuhan istirahat
 Ajarkan cara mengidentifikasi target dan jenis aktivitas sesuai kemampuan

4.2.1 Ansietas b/d Krisis Situasional


Tindakan
Observasi
 Identifikasi saat ansietas berubah
 Identifikasi kemampuan mengambil keputusan
 Monitor tanda tanda ansietas
Teraupetik
 Ciptakan suasana teraupetik untuk menumbuhkan kepercayaan
 Temani pasien untuk mengurangi kecemasan
 Pahami situasi yang membuat ansietas
 Dengarkan dengan penuh perhatian
 Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
 tempatkan barang pribadi yang memberikan kenyamanan
 Motivasi mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasana
 Diskusikan perencanaan realistis tentang peristiwa yang akan datang
Edukasi
 Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang mungkin di alami
 Informasikan secara faktual mengenai diagnosis, pengobatan, dan prognosis
 Anjurkan keluarga tetap bersama pasien
 Anjurkan untuk melakukan kegiatan yang tidak kompetitif
 Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi
 Latih kegiatan pengalihan untuk mengurnagi ketegangan
 latih penggunaan mekanisme pertahanan diri yang tepat
 Latih teknik relaksasi
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian obat antiansietas, jika perlu

4.2.1 Risiko ketidakstabilan glukosa darah b/d Kehamilan


Tindakan
Observasi
 Identifikasi kemungkinan penyebab hiperglikemia
 Identifikasi situasi yang menyebabkan kebutuhsan insulin meningkat
 Monitor kadar glukosa darah
 Monitor tanda dan gejalan hiperglikemia
 Monitor intake dan output cairan
 Monitor keton urin, kadar analisa darah, elektrolit, TTV

Teraupetik
 Berikan asupan cairan oral
 Konsultasi dengan medis jika tanda dan gejala hiperglikemia tetap ada atau memburuk
 fasilitasi ambulasi jika ada hipotensi ortostatik
Edukasi
 Anjurkan menghindari olah raga saat kadar glukosa darah lebih dari 250 mg/dL
 Anjurkan monitor kadar glukosa darah secara mandiri
 Anjurkan kepatuhan terhadap diet dan olah raga
 Ajarkan indikasi dan pentingnya pengujian keton urin
 Ajarkan pengelolaan diabetes
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian Insulin
 Kolaborasi pemberian cairan IV
 Kolaborasi pemberian cairan kalium

4.5
BAB V
TELUSUR JURNAL

Judul Jurnal
Pengetahuan ibu hamil tentang diabetes mellitus dalam kehamilan (diabetes mellitus
gestasional) di klinik bersalin kumala bunda kota bandung tahun 2012.

Kata Kunci
Pengetahuan, Diabetes Mellitus Gestasional

Penulis Jurnal
Yuliati

Latar Belakang Masalah


Salah satu penyakit yang dapat menyertai ibu saat masa kehamilan adalah diabetes mellitus
pada kehamilan (Diabetes mellitus Gestasional).

Tujuan Penelitian
Meneliti lebih jauh tentang Pengetahuan Ibu hamil Tentang Diabetes Melitus Dalam
Kehamilan (Diabetes Mellitus Gestasional) Di Klinik Bersalin Kumala Bunda Kota Bandung

Metodelogi Penelitian
Metode Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif. Populasi dalam penelitian ini
adalah ibu hamil yang memeriksakan kandungannya di klinik bersalin kumala bunda. Cara
pengambilan sampel adalah menggunakan pengambilan sampel secara random sampling.
Adapun teknik sampling dalam penelitian ini menggunakan simple random sampling (system
random sampling acak sederhana) sebanyak 52 orang.

Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini adalah Secara keseluruhan rata-rata pengetahuan Ibu hamil tentang
pengertian diabetes mellitus dalam kehamilan berada pada kategori baik (78,85%), tentang
tanda dan gejala diabetes mellitus dalam kehamilan berada pada kategori baik (81,15%),
tentang pengaruh diabetes mellitus pada kehamilan dan janin berada pada kategori kurang
(58,52%), tentang penanganan diabetes mellitus dalam kehamilan berada pada kategori baik
(77,31%). Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa Pengetahuan Ibu Hamil tentang
Diabetes Mellitus Dalam Kehamilan (Diabetes Mellitus Gestasional) di Klinik bersalin
Kumala Bunda Kota Bandung Tahun 2012 berada pada kategori Cukup (72,02%).

Manfaat penelitian yang di dapat pada jurnal ini bagi kesehatan, yaitu :
a. Memberikan sumber referensi bagi para peneliti berikutnya dalam melakukan penelitian
dalam hal yang sama.
b. Dapat menjadi pengetahuan Ibu hamil untuk selalu memeriksakan kehamilannya secara
teratur sehingga jika terdeteksi penyakit yang menyertai kehamilan seperti diabetes mellitus ibu
dapat segera konsultasikan
DAFTAR PUSTAKA

Bobak, lowdermik, dan Jensen. 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Edisi 4. Jakarta:

EGC

Chamberlain, Geofferey. 1994. Obstetrik dan Ginekologi Praktis. Jakarta : Widya Medika

Doenges E, Marilynn. 1993. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC

Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran Bandung. 1984. Obstetri Patologi. Bandung:

Elstar Offset.

Heller, Luz 1991. Gawat Darurat Ginekologi dan Obstetri. Jakarta : EGC

Kushartanti, dkk. (2004). Senam Hamil. Yogyakarta : Lintang Pustaka

Ledewig. W. Patricia. 2005. Buku Saku Asuhan Keperawatan Ibu Bayi Baru Lahir. Jakarta :

EGC

Manumba, Ida Bagus. 1993. Penuntun Kepanitraan Klinik Obstetrik dan Ginekologi. Jakarta

: EGC

Mochtar, Rustam. Prof. DR. 1989. Sypnosis Obstetrik : Obstetrik Patologi. Edisi I.Jakarta :

EGC

Oxorn, Harry. 1990. Ilmu Kebidanan Patologi dan Fisiologi Persalinan. Yayasan Esentia

Medika

Prawiroharjo, Sarwono. 1976. Ilmu Kebidanan. Jakarta : yayasan Bina Pustaka

Prawirohardjo, S. (2008). Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT Bina Pustaka

Saifuddin. (2006). Pelayanan Kesehatan Maternal & Neonatal. Jakarta :Yayasan Bina

Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Varney, et al. (2007). Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Edisi : Empa t . Jaka rt a : EGC.

Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas. Akademi Kebidanan Ar-Rahmah-Bandung.

http://drive.google.com/file/d/0Bx8eC1QkvspuRjVsNVFOc2ZYTzA/view, diakses

tanggal 20 April 2017 pukul 00.30

Anda mungkin juga menyukai