Anda di halaman 1dari 28

ASUHAN KEPERAWATAN PADA GANGGUAN HAID

DOSEN PEMBIMBING :

Dr. Indah Lestari.,S.Kep.Ns.,M.Kes

DISUSUN OLEH :

Onnisfu dafiq sya’bana (202101067)

Saiyidah fatimatuz zuhroh (202101082)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS BINA SEHAT PPNI


KAB.MOJOKERTO
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya sehingga makalah ini
dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih
terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan
baik pikiran maupun materinya.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa
pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Mojokerto, 06 Maret 2023

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................................2
DAFTAR ISI........................................................................................................................................3
BAB I....................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN................................................................................................................................4
BAB II..................................................................................................................................................6
TINJAUAN PUSTAKA......................................................................................................................6
2.1 Konsep menstruasi.........................................................................................................6
2.2 Fisiologi menstruasi........................................................................................................6
2.3 Siklus menstruasi............................................................................................................8
2.4 Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Ketidakteraturan Siklus Menstruasi...........11
2. 5 Jenis-Jenis Gangguan Menstruasi.........................................................................12
BAB III...............................................................................................................................................17
ASUHAN KEPERAWATAN............................................................................................................17
3.1 Pengkajian....................................................................................................................17
3.2 Analisa Data…………………………………………………………………………………..22

3.3 Diagnosa Keperawatan................................................................................................21


3.4 Intervensi Keperawatan...............................................................................................22
3.5 Evaluasi Keperawatan.................................................................................................25
BAB IV...............................................................................................................................................26
PENUTUP..........................................................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................27

3
BAB I

PENDAHULUAN

Menstruasi adalah pengeluaran cairan berupa darah, mukus, dan debris sel dari mukosa
uterus atau vagina secara berkala selama masa usia reproduktif (Ramaiah, 2006). Menstruasi
terjadi dalam interval-interval kurang lebih teratur, siklus, dan dapat diperkirakan waktu-
waktunya, sejak menarche (menstruasi pertama) sampai menopause kecuali saat hamil,
menyusui, anovulasi, atau mengalami intervensi farmakologis (Cunningham, 2005)

Gangguan menstruasi merupakan gangguan kesehatan reproduksi yang sering di keluarkan


oleh wanita , terutama remaja putri. Gangguan tersebut dapet terjadi mulai dari tingkat yang
ringan sampai berat, dan akan berdampak pada aktivitas sehari–hari sehingga dapet
mengganggu produktifitas remaja seperti sekolah.

Kesehatan reproduksi adalah keadaan sehat secara fisik, mental dan sosial yang berkaitan
dengan sistem, fungsi dan proses reproduksi. Rentang usia remaja 10-19 tahun. Remaja
dalam rentang usia tersebut mengalami berbagai perubahan badan, perubahan status sosial,
perubahan penampilan, perubahan sikap. perubahan seks dan perubahan organ-organ
reproduksi secara khusus ditandai oleh menstruasi

Faktor-faktor yang dapat menyebabkan gangguan menstruasi yaitu faktor biologis seperti
tekanan hidup, stres, kecemasan, aktivitas fisik atau kelelahan fisik maupun psikis, gangguan
yang bersifat hormonal yaitu ketidakseimbangan hormon estrogen maupun hormon
progesteron dan prostaglandin, hormon prolaktin berlebih yaitu meningkatnya hormon
prolaktin secara otomatis akan menurunkan hormon estrogen dan progesterone, kenaikan atau
berkurangnya berat badan secara signifikan, status gizi (underweight jika IMT <17,0 dan
obesitas jika IMT > 27,0) akan mempengaruhi kerja hormon berupa
peningkatan,keseimbangan, ataupun penurunan hormon dan kelainan organik seperti radang.
tumor, trauma dan sebagainya

4
Perubahan emosional seperti stres, yang melibatkan sistem neuroendokrin yang dapat
memicu terjadinya gangguan menstruasi. Stres psikologis menyebabkan perubahan sistemik
dalam tubuh, yaitu terjadinya peningkatan Corticotrople Releasing Hormone (CRH) sehingga
menghambat stimulus sekresi GnRH oleh hipotalamus dan memengaruhi proses menstruasi.
Selain itu juga, adanya pengaruh gizi terhadap pertumbuhan dan perkembangan fungsi
reproduka. Jika terdapat gangguan pada gizi yaitu gizi yang kurang atau berlebih akan
mengganggu fungsi reproduksi, fungsi ovulasi, perubahan kadar hormon steroid serta
gangguan pematangan folikel yang berdampak pada gangguan haid.(Muhammad Arifin
Ilham*, Nurul Islamy, Syahrul Hamidi3 2022)

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep menstruasi


Menstruasi adalah proses bulanan tumpahan lapisan bagian dalam dan darah uterus
melalui liang kelamin wanita atau vagina. Keluarnya cairan yang mengandung darah ini
terjadi pada wanita yang sudah memasuki usia subur dan yang sedang tidak hamil. Peristiwa
ini dimulai dengan adanya pengeluaran selaput lendir rahim di bagian dalam rahim atau
endometrium.(Fatmawati 2019)

Menstruasi adalah perubahan fisiologis dalam tubuh wanita yang terjadi secara berkala
dan dipengaruhi oleh hormon reproduksi. Periode ini penting dalam reproduksi. Pada
manusia, hal ini biasanya terjadi setiap bulan antara usia pubertas dan menopause. Menstruasi
pada wanita adalah suatu perdarahan rahim yang sifatnya fisiologik (normal) yang datangnya
teratur setiap bulan (siklus menstruasi), dan timbulnya perdarahan tersebut sebagai akibat
perubahan hormonal yaitu estrogen dan progesterone. Menstruasi adalah darah yang keluar
dari uterus perempuan sehat :

1. Lamanya 3-6 hari


2. Ganti pembalut 2-5 pembalut perhari
3. Satu siklus normal 21-35 hari
4. Terjadi akibat penurunan kadar progesteron, siklus menstruasi yang berovulasi

2.2 Fisiologi menstruasi


Mensteruasi normal merupakan hasil akhir suatu siklus ovulasi. Siklus ovulasi diawali
dari pertumbuhan beberapa folikel antral pada awal siklus, diikuti ovulasi dari satu folikel
dominan, yang terjadi pada pertengahan siklus. Kurang lebih 14 hari pasca ovulasi, bila tidak
terjadi pembuahan akan diikuti dengan menstruasi. Sedangkan siklus anovulasi adalah siklus
haid tanpa ovulasi sebelumnya. Gonadotropinreleasing hormone (GnRH) yang disekresi
hipotalamus mengontrol siklus pada ovarium dan uterus. Gonadotropin-Releasing Hormone
(GnRH) merangsang dilepaskannya Follicle Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing
Hormone (LH) oleh pituitari anterior. Follicle-Stimulating Hormone (FSH) berperan dalam
pertumbuhan folikel, sedangkan Luteinizing Hormone (LH) berperan dalam perkembangan
dari folikel tersebut. FollicleStimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing Hormone (LH)

6
menstimulasi folikel-folikel untuk mensekresikan estrogen. Selain itu, Luteinizing Hormone
(LH) juga berperan untuk merangsang theca cells dari suatu folikel yang sedang berkembang
untuk mensekresi androgen. Androgen yang dihasilkan ini nantinya akan dikonversi menjadi
estrogen karena adanya pengaruh dari Follicle-Stimulating Hormone (FSH). Luteinizing
Hormone (LH) akan memicu terjadinya ovulasi dan pembentukan corpus luteum, corpus
luteum akan menghasilkan estrogen, progesteron, relaxin dan inhibin (Tortora & Derrickson,
2012).

Ovarium menghasilkan hormon steroid, terutama estrogen dan progesteron. Beberapa


estrogen yang berbeda dihasilkan oleh folikel ovarium, yang mengandung ovum yang sedang
berkembang dan oleh sel-sel yang mengelilinginya. Estrogen ovarium yang paling
berpengaruh adalah estradiol. Estrogen bertanggung jawab terhadap perkembangan dan
pemeliharaan organorgan reproduktif wanita dan karakteristik seksual sekunder yang
berkaitan dengan wanita dewasa.

Estrogen memainkan peranan penting dalam perkembangan payudara dan dalam


perubahan siklus bulanan dalam uterus. Progesteron juga penting dalam mengatur perubahan
yang terjadi dalam uterus selama siklus menstruasi. Progesteron merupakan hormon yang
paling penting untuk menyiapkan endometrium yang merupakan membran mukosa yang
melapisi uterus untuk implantasi ovum yang telah dibuahi. Jika terjadi kehamilan sekresi
progesteron berperan penting terhadap plasenta dan untuk mempertahankan kehamilan yang
normal. Sedangkan endrogen juga dihasilkan oleh ovarium, tetapi hanya dalam jumlah kecil.
Hormon endrogen terlibat dalam perkembangan dini folikel dan juga mempengaruhi libido
wanita (Suzanne, 2001).

Menstruasi disertai ovulasi terjadi selang beberapa bulan sampai 2-3 tahun setelah
menarche yang berlangsung sekitar umur 17-18 tahun. Pada umumnya menstruasi akan
berlangsung setiap 28 hari selama ±7 hari. Lama perdarahannya sekitas 3-5 hari dengan
jumlah darah yang hilang sekitar 30-40cc. Puncak pendarahannya hari ke-2 atau 3 hal ini
dapat dilihat dari jumlah pemakaian pembalut sekitar 2-3 buah. Diikuti fase proliferasi sekitar
6-8 hari (Manuaba, 2007).

7
2.3 Siklus menstruasi
Panjang siklus menstruasi ialah jarak tanggal mulainya menstruasi yang lalu dan
mulainya menstruasi berikutnya. Hari pertama terjadinya perdarahan dihitung sebagai awal
setiap siklus menstruasi (hari ke-1), siklus berakhir tepat sebelum siklus menstruasi berikutnya.
Siklus menstruasi berkisar antara 21-40 hari, hanya 10-15%wanita yang memiliki siklus 28
hari. Tetapi variasinya cukup luas, bukan saja antara beberapa wanita tetapi juga pada wanita
yang sama, bahkan kakak beradik dan saudara kembar jarak antara siklus yang paling panjang
biasanya terjadi sesaat setelah menarke dan sesaat sebelum menopause. (Wiyono 2015)
Lama menstruasi biasanya antara 3 – 5 hari, ada yang 1 – 2 hari diikuti darah sedikit-
sedikit kemudian ada yang 7 – 8 hari. Jumlah darah yang keluar rata-rata + 16 cc, pada wanita
yang lebih tua darah yang keluar lebih banyak begitu juga dengan wanita yang anemi. Pada
awalnya, siklus mungkin tidak teratur, jarak antar 2 siklus bisa berlangsung selama 2 bulan
atau dalam 1 bulan mungkin terjadi 2 siklus. Hal ini adalah normal, setelah beberapa lama
siklus akan menjadi lebih teratur. Siklus dan lamanya menstruasi bisa diketahui dengan
membuat catatan pada kalender dengan menggunakan kalender tersebut, tandailah siklus anda
setiap bulannya.
Setelah beberapa bulan, anda bisa mengetahui pola siklus anda dan hal ini akan
membantu anda dalam memperkirakan siklus yang akan datang. Tandai setiap hari ke-1
dengan tanda silang, lalu hitung sampai tanda silang berikutnya dengan demikian anda dapat
mengetahui siklus anda. Setiap bulan, setelah hari ke-5 dari siklus menstruasi, endometrium
mulai tumbuh dan menebal sebagai persiapan terhadap kemungkinan terjadinya kehamilan.
Sekitar hari ke-14, terjadi pelepasan telur dari ovarium (ovulasi). Sel telur ini masuk ke dalam
salah satu tuba falopii dan di dalam tuba bisa terjadi pembuahan oleh sperma. Jika terjadi
pembuahan, sel telur akan masuk kedalam rahim dan mulai tumbuh menjadi janin. (Egziabher
and Edwards 2013)
Pada sekitar hari ke-28, jika tidak terjadi pembuahan maka endometrium akan
dilepaskan dan terjadi perdarahan (siklus menstruasi). Siklus ini berlangsung selama 3 – 5 hari
kadang sampai 7 hari. Proses pertumbuhan dan penebalan endometrium kemudian dimulai lagi
pada siklus berikutnya.
Siklus ovarium terbagi menjadi 3 fase:

1. Fase Folikuler
Dimulai dari hari 1 sampai sesaat sebelum kadar LH meningkat dan terjadi pelepasan
sel telur (ovulasi). Dinamakan fase folikuler karena pada saat ini terjadi pertumbuhan

8
folikel di dalam ovarium. Pada pertengahan fase folikuler, kadar FSH sedikit
meningkat sehingga merangsang pertumbuhan sekitar 3 – 30 folikel yang masing-
masing mengandung 1 sel telur, tetapi hanya 1 folikel yang terus tumbuh, yang
lainnya hancur. Pada suatu siklus, sebagian endometrium dilepaskan sebagai respon
terhadap penurunan kadar hormon estrogen dan progesteron. Endometrium terdiri dari
3 lapisan. Lapisan paling atas dan lapisan tengah dilepaskan, sedangkan lapisan
dasarnya tetap dipertahankan dan menghasilkan sel-sel baru untuk kembali
membentuk kedua lapisan yang telah dilepaskan. Perdarahan menstruasi berlangsung
selama 3 – 7 hari, rata-rata selama 5 hari. Darah yang hilang sebanyak 28 -283 gram.
Darah menstruasi biasanya tidak membeku kecuali jika perdarahannya sangat hebat.
2. Fase Ovulasi
Fase ini dimulai ketika kadar LH meningkat dan pada fase ini dilepaskan sel telur. Sel
telur biasanya dilepaskan dalam waktu 16 – 32 jam setelah terjadi peningkatan kadar
LH. Folikel yang matang akan menonjol dari permukaan ovarium, akhirnya pecah dan
melepaskan sel telur. Pada saat ovulasi ini beberapa wanita. merasakan nyeri tumpul
pada perut bagian bawahnya, nyeri ini dikenal sebagai mittelschmerz, yang
berlangsung selama beberapa menit sampai beberapa jam.
3. Fase Luteal
Fase ini terjadi setelah ovulasi dan berlangsung selama sekitar 14 hari. Setelah
melepaskan telurnya, folikel yang pecah kembali menutup dan membentuk korpus
luteum yang menghasilkan sebagian besar progesteron. Progesteron menyebabkan
suhu tubuh sedikit meningkat selama fase lutuel dan tetap tinggi sampai siklus yang
baru dimulai. Peningkatan suhu ini bisa digunakan untuk memperkirakan terjadinya
ovulasi. Setelah 14 hari, korpus luteum akan hancur dan siklus yang baru akan
dimulai, kecuali jika terjadi pembuahan. Jika telur dibuahi, korpus luteum mulai
menghasilkan HCG (hormone chorionic gonadotropin). Hormon ini memelihara
korpus luteum yang menghasilkan progesterone sampai janin bisa menghasilkan
hormonnya sendiri. Tes kehamilan didasarkan kepada adanya peningkatan kadar
HCG.
Siklus endometrium dapat dibedakan 3 fase dalam siklus menstruasi, yaitu :

1. Fase Proliferasi (tahap estrogen) dari siklus Endometrium. Pada permulaan setiap
siklus seksual bulanan, sebagian besar endometrium akan terdeskuamasi oleh proses
menstruasi. Hanya selapis tipis stroma endometrium yang tertinggal pada bagian

9
dasar endometrium semula. Permukaan endometrium akan terepitelialiasi ulang dalam
waktu tiga sampai tujuh hari sesudah menstruasi. Selama dua minggu pertama dari
siklus seksual, sampai ovulasi-endometrium bertambah tebal, disebabkan bertambah
banyaknya sel stroma dan karena pertumbuhan yang progresif dari kelenjar
endometrium serta pembuluh darah ke dalam endometrium. Pada saat ovulasi,
endometrium mempunyai ketebalan sekitar 3-4 mm. Pada saat ini, akan tersekresi
mucus yang encer mirip benang membentuk saluran sepanjang kanalis servikalis yang
akan membantu mengarahkan sperma menuju ke dalam uterus
2. Fase Sekretorik (Tahap Progestasional) dari siklus endometrium. Selama sepuluh
akhir siklus bulanan, progesteron serta estrogen disekresi dalam jumlah yang besar
oleh korpus luteum. Sitoplasma dari sel stroma, dan pasokan darah ke dalam
endometrium juga bertambah sebanding dengan perkembangan aktivitas sekresi,
sedangkan pembuluh darah menjadi sangat berkelok-kelok. Pada akhir tahap ini
ketebalan endometrium menjadi 5- 6 mm. Tahap ini membentuk endometrium yang
mengandung sejumlah besar cadangan nutrien yang dapat membentuk kondisi yang
cocok untuk penanaman ovum yang sudah dibuahi, yang akhirnya membentuk
persediaan nutrisi yang lebih banyak bagi embrio.
3. Fase Menstruasi, Kira-kira dua hari sebelum akhir dari siklus bulanan, hormone
hormon ovarium, yaitu estrogen dan progesteron berkurang sampai ke tingkatan yang
rendah (Ischemic Phase) dan diikuti dengan terjadinya menstruasi. Menstruasi
disebabkan karena penurunan mendadak dari estrogen dan progesteron pada akhir
siklus ovarium bulanan. Efek pertama adalah berkurangnya rangsangan kedua hormon
tersebut terhadap sel-sel endometrium, yang diikuti dengan cepat oleh involusi dari
endometrium itu sendiri sampai sekitar 65 % dari ketebalan semula. Hilangnya
rangsang hormonal dilanjutkan dengan terjadinya vasospasme menyebabkan
dimulainya proses nekrosis pada endometrium, khususnya dari pembuluh darah di
stratum vaskularis. Sebagai akibatnya darah akan merembas ke lapisan vascular dari
endometrium, dan perdarahan akan bertambah besar dalam waktu 24 – 36 jam.
Sekitar 48 jam setelah terjadinya menstruasi, semua lapisan superficial dari
endometrium sudah terdeskuamasi. Jaringan deskuamasi dan darah di dalam kavitas
uterus akan merangsang kontraksi uterus yang menyebabkan dikeluarkannya isi
uterus.(Brier and lia dwi jayanti 2020)

10
2.4 Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Ketidakteraturan Siklus Menstruasi
faktor – faktor yang mempengaruhi siklus menstruasi pada remaja
a) Stress berpegaruh terhadap ketidakteraturan siklus menstruasi baik stres tingkat
sedang hingga stres tingkat berat. Hal ini terjadi karena keadaan stres mempengaruhi
produksi hormon prolaktin yang berhubungan langsung dengan peningkatan kadar
hormon kortisol dan penurunan hormon LH (Leuteinizing Hormone) yang
mempengaruhi siklus mentruasi.
b) Status gizi berpengaruh terhadap ketidakteraturan siklus menstruasi baik dengan gizi
kurang maupun gizi lebih. Sedangkan pada remaja dengan gizi kurang kadar GnRH
menurun yang di sekresikan oleh LH dan FSH sehingga kadar esterogen menuru yang
dapat mempengaruhi siklus mentruasi dan ovulasi. Pada remaja dengan gizi lebih
kadar hormon esterogen meningkat sehingga sekresi GnRH (Gonadotrhopin
Releasing Hormone) terganggu dan menghambat sekresi FSH (Follicele
Stimulating.Hormone). Hal inilah yang menyebabkan siklus mentruasi menjadi
panjang (oligomenorea).
c) Durasi tidur berpengaruh terhadap ketidakteraturan siklus menstruasi karena durasi
tidur yang buruk dapat menghambat sintesis hormon melatonin yang mempengaruhi
produksi dan sintesis hormon esterogen. Hal ini yamg dapat menyebabkan
ketidakteraturan siklus menstruasi. Pada remaja waktu tidur yang baik antara 7 – 9
jam per hari pada malam hari.
d) Aktivitas fisik berpengaruh terhadap ketidakteraturan siklus menstruasi baik aktivitas
fisik dengan intensitas tinggi maupun aktivitas fisik dengan intensitas rendah. Pada
aktivitas fisik dengan intensitas tinggi mempengaruhi hormon FSH dan LH. Hal ini
yang menyebabkan ketidakteraturan siklus menstruasi. Sedangkan pada aktivitas fisik
dengan intensitas rendah dapat mempengaruhi cadangan energi oksidatif. Energi
oksidatif ini dibutuhkan dalam proses reproduksi. Hal inilah yang dapat menyebabkan
ketidakteraturan siklus menstruasi.

11
2. 5 Jenis-Jenis Gangguan Menstruasi
1. Amenorea
. Amenorea adalah keadaan dimana menstruasi berhenti atau tidak terjadi pada masa subur
atau pada saat yang seharusnya menstruasi terjadi secara teratur. Hal ini tentu saja tidak
termasuk berhenti menstruasi pada wanita yang sedang hamil, menyusui atau menopause.
Amenorea dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu amenorea primer dan
amenorea sekunder. Amenorea primer adalah istilah yang digunakan untuk perempuan yang
terlambat mulai menstruasi. Sebagaimana yang sudah disampaikan pada Bab II, biasanya
seorang perempuan akan mengalami menstruasi pertama sekitar usia 10 tahun hingga 16
tahun. Jika usianya sudah menginjak 16 tahun dan belum menstruasi, maka ini yang disebut
amenorea primer. Hal ini perlu diwaspadai dan mendapat perhatian. Seseorang terlambat
mulai menstruasi dapat disebabkan oleh beberapa hal, antara lain kelainan hormonal,
gangguan kesehatan fisik atau masalah tekanan jiwa dan emosi.
Amenorea sekunder adalah berhenti menstruasi, paling tidak selama 3 bulan berturut
turut, padahal sebelumnya sudah pernah mengalami menstruasi. Amenore sekunder dapat
disebabkan oleh rendahnya hormon pelepas gonadotropin (GoRH = Gonadotropine Releasing
Hormone), yaitu hormon yang diproduksi oleh hipotalamus (salah satu bagian dari otak),
yang salah satu fungsinya adalah mengatur siklus menstruasi. Di samping itu, kondisi stres,
anoreksia, penurunan berat badan yang ekstrim, gangguan tiroid, olahraga berat, pil KB, dan
kista ovarium, juga dapat menyebabkan amenorea
Ada banyak faktor yang dapat menjadi penyebab amenorea, antara lain:
1. Penyakit pada indung telur (ovarium) atau uterus (rahim), misalnya tumor ovarium,
fibrosis kistik, dan tumor adrenal.
2. Gangguan produksi hormon akibat kelainan di otak, kelenjar hipofisis, kelenjar tifoid,
kelenjar adrenal, ovarium (indung telur) maupun bagian dari sistem reproduksi
lainnya. Contohnya kondisi hipogonadisme, hipogonadotropik, hipotiroidisme,
sindrom adrenogenital, penyakit ovarium polikistik, hiperplasia adrenal, dan lain lain.
3. Penyakit ginjal kronik, hipoglikemia, obesitas, dan malnutrisi.
4. Konsumsi obat-obatan untuk penyakit kronik atau setelah berhenti minum
konstrasepsi oral.
5. Pengangkatan kandung rahim atau indung telur
6. Kelainan bawaan pada sistem reproduksi, misalnya tidak memiliki rahim atau vagina,
adanya sekat pada vagina, serviks yang sempit, dan lubang pada selaput yang
menutupi vagina terlalu sempit/himen imperforata.
7. Penurunan berat badan yang drastis, diet berlebihan.

12
2. Dismenore
Dismenorea disebut juga kram menstruasi atau nyeri menstruasi. Dalam bahasa
Inggeris, dismenorea sering disebut sebagai “painful period” atau menstruasi yang
menyakitkan (American College of Obstetritians and Gynecologists, 2015). Nyeri
menstruasi terjadi terutama di perut bagian bawah, tetapi dapat menyebar hingga ke
punggung bagian bawah, pinggang, panggul, paha atas, hingga betis. Nyeri juga bisa
disertai kram perut yang parah. Kram tersebut berasal dari kontraksi otot rahim yang
sangat intens saat mengeluarkan darah menstruasi dari dalam rahim. Kontraksi otot yang
sangat intens ini kemudian menyebabkan otot-otot menegang dan menimbulkan kram
atau rasa sakit atau nyeri. Ketegangan otot ini tidak hanya terjadi pada bagian perut,
tetapi juga pada otot-otot penunjang yang terdapat di bagian punggung bawah, pinggang,
panggul, paha hingga betis.

Proses ini sebenarnya merupakan bagian normal proses menstruasi, dan biasanya
mulai dirasakan ketika mulai perdarahan dan terus berlangsung hingga 32-48 jam.
Sebagian besar perempuan yang menstruasi pernah mengalami dismenorea dalam derajat
keparahan yang berbeda-beda. Dismenorea yang dialami remaja umumnya bukan karena
penyakit, dan disebut dismenorea primer. Dismenorea primer pada perempuan yang lebih
dewasa akan makin berkurang rasa sakit dan nyerinya. Dismenorea primer juga makin
berkurang pada perempuan yang sudah melahirkan.

Pada wanita lebih tua, dismenorea dapat disebabkan oleh penyakit tertentu, misalnya
fibroid uterus, radang panggul, endometriosis atau kehamilan ektopik. Dismenorea yang
disebabkan oleh penyakit disebut dismenorea sekunder. Berbeda dengan dismenorea
primer, rasa sakit dan nyeri pada dismenorea sekunder biasanya berlangsung lebih lama
dari pada dismenorea primer. Nyeri karena dismenorea sekunder biasanya dimulai
beberapa hari sebelum menstruasi, makin lama akan makin terasa nyeri selama
menstruasi berlangsung, dan biasanya baru hilang beberapa hari setelah menstruasi
selesai. Apabila pada dismenorea primer, rasa sakit akan makin berkurang seiring dengan

13
makin bertambahnya umur, pada dismenorea sekunder, makin bertambah umur biasanya
makin bertambah parah.(Rentika Hadi Prodi Pendidikan Kepelatihan Olahraga 2014)

Penyebab dari dismenore yaitu:

A. Disminore primer
dismenorea primer adalah proses normal yang dialami ketika menstruasi. Kram
menstruasi primer disebabkan oleh kontraksi otot rahim yang sangat intens, yang
dimaksudkan untuk melepaskan lapisan dinding rahim yang tidak diperlukan lagi.
Dismenorea primer disebabkan oleh zat kimia alami yang diproduksi oleh sel-sel lapisan
dinding rahim yang disebut prostaglandin. Prostaglandin akan merangsang otot otot halus
dinding rahim berkontraksi. Makin tinggi kadar prostaglandin, kontraksi akan makin kuat,
sehingga rasa nyeri yang dirasakan juga makin kuat. Biasanya, pada hari pertama
menstruasi kadar prostaglandin sangat tinggi. Pada hari kedua dan selanjutnya, lapisan
dinding rahim akan mulai terlepas, dan kadar prostaglandin akan menurun. Rasa sakit dan
nyeri haid pun akan berkurang seiring dengan makin menurunnya kadar prostaglandin.
B. Dismenorea sekunder
umumnya disebabkan oleh kelainan atau gangguan pada sistem reproduksi, misalnya
fibroid uterus, radang panggul. Dismenorea sekunder dapat diatasi hanya dengan mengbati
atau menangani penyakit atau kelainan yang menyebabkannya
1. Kontraksi Rahim yang Berlebihan: Ketika rahim berkontraksi untuk mengeluarkan
lapisan dalam rahim (endometrium), bisa menyebabkan rasa sakit atau kram pada area
panggul. Kontraksi yang berlebihan dapat mempersempit pembuluh darah yang
membawa oksigen ke rahim dan menyebabkan nyeri.
2. Kandungan Prostaglandin yang Tinggi: Prostaglandin adalah senyawa yang dihasilkan
oleh rahim selama siklus menstruasi. Jika jumlahnya terlalu tinggi, dapat
menyebabkan kontraksi rahim yang lebih kuat dan nyeri.
3. Endometriosis: Ini adalah kondisi ketika jaringan endometrium yang biasanya hanya
tumbuh di dalam rahim, tumbuh di luar rahim. Kondisi ini dapat menyebabkan nyeri
menstruasi yang parah.
4. Adenomiosis: Ini adalah kondisi ketika jaringan endometrium tumbuh di dalam
dinding rahim, menyebabkan kram dan pendarahan yang parah selama menstruasi.
5. Fibroid: Ini adalah pertumbuhan jaringan yang tidak berbahaya di dalam rahim.
Namun, jika fibroid besar atau jumlahnya banyak, dapat menyebabkan nyeri
menstruasi yang parah.
6. Gangguan Tiroid: Gangguan tiroid seperti hipotiroidisme atau hipertiroidisme dapat
mempengaruhi siklus menstruasi dan menyebabkan dismenore.
7. Penggunaan Alat Kontrasepsi: Beberapa jenis alat kontrasepsi seperti IUD dapat
menyebabkan nyeri.

14
3. Menorgia
Menorgia adalah istilah medis untuk perdarahan menstruasi yang berlebihan. Dalam
satu siklus menstruasi normal, perempuan rata-rata kehilangan sekitar 30-40 ml darah
selama sekitar 5-7 hari haid. Bila perdarahan melampaui 7 hari atau terlalu deras
(melebihi 80 ml), maka dikategorikan menoragia atau menstruasi berat (Marret et al,
2010).
Menentukan berapa banyak darah yang dikeluarkan saat haid tentu tidak mudah untuk
kalangan awam, namun untuk memudahkan, perhatikanlah indikasi-indikasi tertentu,
seperti banyaknya jumlah pembalut yang Anda habiskan atau seringnya darah menembus
pakaian Anda karena tidak tertampung oleh pembalut. Menstruasi dianggap berat jika
Anda sampai harus mengganti pembalut setiap jam atau setiap beberapa jam berturut
turut.
Gejala lain dari menstruasi berlebihan dapat mencakup pendarahan malam hari yang
membuat Anda terbangun untuk mengganti pembalut, adanya gumpalan darah besar saat
menstruasi, haid berlangsung lebih dari tujuh hari, serta pada kasus yang berat,
menstruasi dapat mengganggu tidur dan aktivitas sehari-hari. Kehilangan darah dari
menstruasi berlebihan dapat menyebabkan anemia serta gejala seperti kelelahan dan sesak
napas.
Ada banyak hal yang dapat menyebabkan menoragia, antara lain ketidakseimbangan
hormonal, adanya tumor fibroid rahim, polip serviks, polip endometrium, radang panggul,
atau yang lebih parah adalah adanya kanker serviks, kanker endometrium, atau gangguan
penggumpalan darah. Di samping itu penggunaan IUD atau alat kontrasepsi Rahim,
gangguan tiroid, peradangan atau infeksi pada vagina atau leher rahim juga dapat
menyebabkan menoragia (Marret et al, 2010).
Ketidakseimbangan hormonal, yaitu ketidakseimbangan jumlah estrogen dan
progesteron dalam tubuh merupakan penyebab utama menoragia. Ketidakseimbangan
tersebut menyebabkan endometrium terus terbentuk. Ketika tubuh membuang
endometrium melalui menstruasi, perdarahan menjadi parah.
Tumor fibroid merupakan tumor jinak. Tumor ini sering terjadi di dalam rahim pada
wanita berusia 30-an atau 40-an. Penyebab tumor fibroid rahim tidak jelas, namun
diketahui berkaitan dengan hormon estrogen. Beberapa perawatan bedah dapat dilakukan
untuk kasus ini, seperti ablasi endometrium, embolisasi arteri rahim, terapi balon rahim,
serta histerektomi. Pengobatan selain bedah termasuk pemberian agonis GnRH dan
kontrasepsi oral juga dapat dilakukan. Bila gejala tidak parah, biasanya tumor akan terus
mengecil dan menghilang tanpa menggunakan pengobatan setelah menopause terjadi.

15
Polip serviks adalah sebuah pertumbuhan kecil dan rapuh yang muncul di permukaan
mukosa serviks atau kanal endoserviks, dan menonjol melalui pembukaan serviks,
sedangkan polip endometrium adalah pertumbuhan yang menonjol dari dinding rahim.
Polip merupakan tumor jinak. Penyebab polip serviks dan polip endometrium tidak jelas,
namun bisa muncul akibat infeksi atau gangguan hormonal, terutama yang terkait dengan
estrogen. Wanita yang paling sering terkena polip serviks adalah wanita yang berusia di
atas 20 tahun yang telah memiliki anak.

4. Polimenorea
Polimenorea merupakan kelainan siklus menstruasi yang menyebabkan wanita berkali-kali
mengalami menstruasi dalam sebulan, bisa dua atau tiga kali atau bahkan lebih. Normalnya,
siklus menstruasi berlangsung selama 21- 35 hari dengan durasi sekitar 2-8 hari. Wanita yang
mengalami polimenorea memiliki siklus menstruasi yang lebih pendek dari 21 hari dengan
pola yang teratur dan jumlah perdarahan yang relatif sama atau lebih banyak dari biasanya.
Polimenorea bisa disebabkan oleh ketidakseimbangan sistem hormonal pada aksis
hipotalamus-hipofisis ovarium. Ketidakseimbangan hormon tersebut bisa menyebabkan
gangguan pada proses ovulasi (pelepasan sel telur) atau memendeknya waktu yang
dibutuhkan untuk berlangsungnya suatu siklus menstruasi normal sehingga didapatkan
menstruasi yang lebih sering. Gangguan keseimbangan hormon dapat terjadi pada beberapa
kondisi berikut ini
1. Pada 3-5 tahun pertama setelah haid pertama
2. Beberapa tahun menjelang menopause
3. Stres dan depresi
4. Obesitas
Penurunan berat badan berlebihan
5. Oligomenorrhoe
Oligomenorea adalah kondisi menstruasi yang terjadi dengan frekuensi yang
jarang, yaitu lebih dari 35 hari antara setiap periode menstruasi. Hal ini berbeda dengan
siklus menstruasi normal yang umumnya terjadi dalam rentang 21-35 hari.
Penyebab oligomenorea dapat bervariasi, tergantung pada faktor individu seperti
gangguan hormonal, polikistik ovarium, gangguan tiroid, gangguan kelenjar adrenal,
sindrom ovarium polikistik (PCOS), berat badan yang terlalu rendah, obesitas, stres, dan
penggunaan obat-obatan tertentu. Kondisi ini juga dapat disebabkan oleh faktor
psikologis seperti kecemasan dan depresi.
Pada beberapa kasus, oligomenorea dapat menjadi gejala dari kondisi medis yang
lebih serius seperti penyakit kanker, gangguan pembuluh darah, atau masalah kesehatan
reproduksi yang mendasar. Oleh karena itu, penting bagi seseorang yang mengalami
oligomenorea untuk berkonsultasi dengan dokter untuk menentukan penyebab yang
mendasar dan memilih pengobatan yang tepat.

16
6. Metroragia
Metroragia dideskripsikan sebagai perdarahan yang terjadi di luar menstruasi dengan
penyebab kelainan hormonal atau kelainan organ genetalia. Bentuk perdarahan bukan
menstruasi dapat berupa kontak berdarah, spotting, dan perdarahan
disfungsional.perdarahan yang tidak teratur dan tidak ada hubungannya dengan
menstruasi..

7. Pra Menstruasi Syndrom


Ketegangan sebelum menstruasi terjadi beberapa hari sebelum menstruasi bahkan
sampai menstruasi berlangsung. Terjadi karena ketidakseimbangan hormon estrogen dan
progesterom menjelang menstruasi. Pre menstrual tension terjadi pada umur 30- 40
tahun. PMS merupakan sejumlah perubahan mental maupun fisik yang terjadi antara hari
ke-2 sampai hari ke-4 sebelum menstruasi dan segera mereda setelah menstruasi dimulai.
8. Menoragia
adalah istilah medis untuk perdarahan menstruasi yang berlebihan. Dalam satu siklus
menstruasi normal, perempuan rata-rata kehilangan sekitar 30-40 ml darah selama sekitar
5-7 hari haid. Bila perdarahan melampaui 7 hari atau terlalu deras (melebihi 80 ml),
maka dikategorikan menoragia atau menstruasi berat
9. Hypomenorhoe
(kriptomenorrhea) Suatu keadaan dimana perdarahan menstruasi lebih pendek atau
lebih kurang dari biasanya (hanya berlangsung 1-2 hari) dan aliran haid lebih sedikit
yaitu kurang dari 40 ml dalam satu siklus. Diketahui bahwa masalah hipomenore tidak
mempengaruhi kesuburan. Hipomenore disebabkan oleh kurangnya kesuburan
endometrium, yang dapat disebabkan oleh kekurangan gizi, penyakit kronis atau
ketidakseimbangan hormon seperti gangguan endokrin.

17
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
a Identitas
Pada identitas pasien ini meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan,
alamat, suku, bangsa, agama, tanggal, jam MRS, nomor register, dan diagnose medis.
Pada penderita dengan gangguan menstruasi biasanya pada wanita usia >12-45 tahun.
b Keluhan utama
Keluhan utama merupakan sering menjadi alasan klien untuk menerima pertolongan
kesehatan. Pada dismenore biasanya dikeluhan merasa nyeri dimulai saat haid.
c Riwayat penyakit sekaran
Riwayat penyakit sekarang adalah informasi mengenai keadaan dan keluhan paien saat
timbul dismenore yang menyebabkan gangguan rasa yang tidak nyaman. Keluhan pada
klien dengan gangguan dismenore adalah nyeri dimulai saat haid dan meningkat saat
keluarnya darah, disertai mual, muntah, kelelahan dan nyeri kepala.
d Riwayat penyakit dahulu
Apakah klien pernah mengalami riwayat penyakit seperti DM, hipertensi atau penyakit
jantung.
e Riwayat penyakit keluarga
Peranan keluarga atau keturunan merupakan faktor penyebab penting yang perlu dikaji
yaitu penyakit berat yang pernah diderita salah satu anggota keluarga yang ada
hubungannya dengan oeprasi misalnya: TBC, DM dan Hipertensi

18
f Riwayat Obstetri
Untuk mengetahui riwayat obstetri pada klien dengan gangguan menstruasi yang perlu
diketahui adalah :
1) Keadaan haid
Perlu ditanyakan kapan datangnya menarche siklus haid, hari pertama haid terakhir
untuk diketahui yang keluar darah muda atau darah tua, encer atau menggumpal,
lamanya nyeri atau tidak, pada sebelum atau sesudah haid, berbau atau tidak,
dimana untuk mengetahui gambaran tentang keadaan alat kandungan.
2) Perkawinan
Berapa kali kawin dan berapa lama dengan suami yang sekarang.
3) Riwayat kehamilan dan persalinan yang lalu
Ditanyakan riwayat kehamilan dan persalinan serta nifas yang lalu, bagaimana
keadaan bayi yang dilahirkan, apakah cukup bulan atau tidak, kelahirannya normal
atau tidak, siapa yang menolong persalinan dan dimana melahirkannya
g Pola kebiasaan sehari – hari menurut Virginia Henderson
1) Respirasi
Pada klien dengan gangguan menstruasi frekuensi pernafasan biasanya normal
atau
meningkat bila disertai dengan nyeri pada saat menstruasi.
2) Nutrisi
Klien dengan gangguan menstruasi biasanya mengalami perubahan pada
pemenuhan kebutuhan nutrisi dikarenakan adanya nyeri dan ketidaknyamanan.
3) Eliminasi
Klien dengan gangguan menstruasi biasanya tidak mengalami gangguan dalam
eliminasi
4) Istirahat/tidur
Pada klien dengan gangguan menstruasi biasanya mengalami gangguan
pemenuhan kebutuhan tidur akibat nyeri dan ketidaknyamanan.
5) Mempertahankan temperatur tubuh dan sirkulasi
Pada klien dengan gangguan menstruasi tidak mengalami gangguan dalam hal
temperatur tubuh, suhu tubuh 370C.
6) Kebutuhan personal hygiene

19
Klien dengan gangguan menstruasi biasanya tidak mengalami gangguan dalam
pemenuhan kebutuhan personal hygiene.
7) Aktivitas
Pola aktivitas klien dengan gangguan menstruasi dapat terganggu karena adanya
nyeri dan ketidaknyamanan.
8) Gerak dan keseimbangan tubuh
Gerak dan keseimbangan tubuh klien dengan gangguan menstruasi terkadang
mengalami gangguan karena adanya nyeri dan ketidaknyamanan.
9) Kebutuhan pakaian
Klien dengan gangguan menstruasi tidak mengalami gangguan dalam memenuhi
kebutuhan berpakaian tersebut.
10) Kebutuhan keamanan
Klien dengan gangguan menstruasi mengalami gangguan dengan keamanan
karena adanya nyeri dan ketidaknyamanan.
11) Sosialisasi
Pada data sosial ini dapat dilihat apakah klien merasa terisolasi atau terpisah
karena terganggunya komunikasi, adanya perubahan pada kebiasaan atau
perubahan dalam kapasitas fisik untuk menentukan keputusan untuk beradaptasi
dengan lingkungan sekitarnya.
12) Kebutuhan spiritual
Klien yang menganut agama tertentu selama keluar darah haid tidak
diperbolehkan melaksanakan ibadah.
13) Kebutuhan bermain dan rekreasi
Klien dengan gangguan menstruasi biasanya tidak memenuhi kebutuhan bermain
dan rekreasi karena nyeri dan ketidaknyamanan.
14) Kebutuhan belajar
Bagaimana klien berusaha belajar, menemukan atau memuaskan rasa ingin tahu
yang mengarah pada perkembangan yang normal, kesehatan dan penggunaan
fasilitas kesehatan yang tersedia
h Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
Keadaan umum klien yang mengalami gangguan menstruasi biasanya lemah dan
gelisah
2) Kesadaran

20
Kesadaran klien dengan gangguan menstruasi biasanya composmentis jika tidak
mengalami dismenore berat yaitu sampai tidak sadarkan diri
3) Tanda-tanda vital
a) Tekanan darah : Normal (120/80 mmHg)
b) Nadi : Normal/Meningkat (>80-100 x/menit)
c) Pernafasan : Normal (>20-24 x/menit)
d) Suhu : Normal (36,50C – 37,50C)
4) Pemeriksaan head to toe
a) Kepala
Meliputi bentuk wajah apakah simetris atau tidak, keadaan rambut dan
keadaan kulit kepala.
b) Wajah
Pada daerah wajah yang dikaji bentuk wajah, keadaan mata, hidung, telinga,
mulut dan gigi.
c) Mata-telinga-hidung
Apakah konjungtiva pucat atau merah, apakah sklera ikterik.
d) Leher
Perlu dikaji apakah terdapat benjolan pada leher, pembesaran vena jugularis
dan adanya pembsesaran kelenjar tiroid.
e) Dada dan punggung
Perlu dikaji kesimetrisan dada, ada tidaknya tertraksi intercostae, pernafasan
tertinggal, suara wheezing, ronchi, bagaimana irama dan frekuensi
pernafasan. Pada jantung dikaji bunyi jantung (interval) adakah bunyi gallop,
mur – mur.
f) Payudara
Apakah puting susu menonjol atau tidak, apakah ada pembengkakkan dan
atau nyeri tekan.
g) Abdomen
Ada tidaknya distensi abdomen, bagaimana dengan bising usus, adakah nyeri
tekan
h) Ekstermitas atas dan bawah
Kulit dingin, kering, pucat, capillary refill memanjang. Ekstremitas atas dan
bawah yang dikaji yaitu kesimetrisannya, ujung – ujung jari sianosis atau
tidak, ada tidaknya edema.

21
i) Genetalia
Bagaimana rambut pubis, distribusi, bandingkan sesuai usia perkembangan
klien. Kulit dan area pubis, adanya lesi, eritema, visura, leukoplakia dan
eksoria labia mayora, minora, klitoris, meatus uretra terhadap perkembangan
ulkus, keluaran dan nodul.

22
3.3 Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b.d peningkatan kontraksi uterus saat menstruasi
2. Intoleran aktivitas b.d kelemahan akibat anemia
3. Ansietas b.d ketidaktahuan penyebab nyeri abdomen

3.4 Intervensi Keperawatan


Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
Nyeri akut Setelah di Observasi: 1. Untuk mengetehui lokasi ,
b.d lakukan 1. Identifikasi karasteristik, durasi
peningkatan intervensi karakteristik, durasi, frekuensi,kualitas dan
kontraksi keperawatan di frekuensi, kualitas dan intensitas nyeri yang di
uterus saat harapkan nyeri intensitas nyeri. alami oleh pasien agar
menstruasi akut menurun, 2. Identifikasi skala nyeri intervensi yang dilakukan
dengan kriteria 3. Identifikasi tepat sesuai kebutuhan
hasil: pengetahuan dan 2. Agar kita mengetahui

23
a Kemampuan keyakinan tentang tingkat nyeri yang di
menuntaskan nyeri rasakan oleh pasien
aktifitas Terapeutik 3. Agar kita mengetahui
meningkat 4. Berikan terapi pijat, sejauh mana pemahaman
b Keluhan kompres hangat/dingin dan pengetahuan pasien
nyeri 5. Fasilitasi istirahat dan terhadap nyeri yang
menurun tidur dirasakan
c Kesulitan Edukasi 4. Terapi nonfarmakologis
tidur 6. Jelaskan strategi di terapkan untuk
menurun meredakan nyeri mengurangi rasa nyeri
d Gelisah 7. Ajarkan teknik pasien
menurun nonfarmakologis 5. Agar nyeri yang di
e Tanda tanda untuk mengurangi rasa rasakan pasien tidak
vital nyeri menjadi lebih buruk
membaik Kolaborasi 6. Agar pasien tahu strategi
f Perilaku 8. Kolaborasi pemberian meredakan nyeri
mambaik analgesik, jika perlu 7. Agar pasien memahami
bagaimana meredakan
nyeri dengan teknik
nonfarmakologi secara
mandiri
8. Agar rasa nyeri yang di
rasakan pasien dapat
dikurangi
Intoleran Setelah Observasi 1. Untuk mengetahui tingkat
aktifitas b.d dilakukan 1. Monitor kelelahan kelelahan fisik dan
kelemahan intervensi fisik dan emosional emosional pasien
akibat keperawatan 2. Monitor pola dan jam 2. Untuk mengetahui pola
anemia diharapkan tidur tidur pasien apakah
intoleransi 3. Monitor lokasi dan teratur atau tidak
aktifitas ketidak nyamanan 3. Untuk mengetahui lokasi
meningkat, selama melakukan dan tingkat ketidak
dengan kriteria aktivitas nyamanan pasien selama

24
hasil: Terapeutik melakukan aktivitas
a Frekuensi 4. Sediakan lingkungan 4. Untuk memberikan rasa
nadi nyaman dan rendah nyaman pada pasien
meningkat stimulus (mis cahaya, 5. Untuk membatasi
b Saturasi suara) aktivitas pasien agar tidak
oksigen Edukasi berlebihan
meningkat 5. Anjurkan tirah baring 6. Untuk menunjang proses
c Kemudahan 6. Anjurkan melakukan kesembuhan pasien secara
melakukan aktivitas secara bertahap
aktifitas bertahap 7. Agar perawat bisa dengan
sehari hari 7. Anjurkan segera mengkaji dan
meningkat menghubungi perawat merencanakan kembali
d Kekuatan jika tanda dan gejala tindakan keperawatan
tubuh bagian kelelahan tidak yang bisa di berikan
atas dan bekurang 8. Untuk memaksimalkan
bawah Kolaborasi proses penyembuhan pada
meningkat 8. Kolaborasi dengan pasien
e Keluhan ahli gizi tentang cara
lelah meningkatkan asupan
menurun makanan
f Perasaan
lemah
menurun
g Tekanan
darah
membaik
Ansietas Setelah Observasi 1. Identifikasi masalah
b.d ketidak dilakukan 1. Identifikasi tingkat spesifik akan
tahuan intervensi ansietas berubah mis. meningkatkan
penyebab keperawatan Kondisi, waktu, kemampuan pasien untuk
nyeri diharapkan pemicu stress menghadapi masalah
abdomen ansietas 2. Pantau tanda-tanda dengan lebih realistis
menurun, ansietas 2. Sebagai indikator awal

25
dengan kriteria Terapeutik dalam menentukan
hasil: 3. Ciptakan suasana intervensi berikutnya
a Verbalisasi terapeutik untuk 3. Lingkungan yang nyaman
kebingungan menumbuhkan dapat membantu pasien
menurun kepercayaan merasa tenang
b Verbalisasi 4. Pahami situasi yang 4. Dengan memahami
khawatir membuat ansietas penyebab ansietas pasien
akibat 5. Dengarkan dengan perawat dapat
kondisi yang penuh perhatian memberikan intervensi
di hadapi 6. Gunakan pendekatan yang tepat
menurun yang tenang dan 5. Untuk menunbuhkan rasa
c Perilaku meyakinkan nyaman dan percaya pada
gelisah dan Edukasi pasien
tegang 7. Anjurkan 6. Untuk menumbuhkan rasa
menurun mengungkapkan nyaman dan percaya pada
d Tekanan perasaan dan konsepsi pasien
darah 8. Latih kegiatan 7. Agar pasien merasa lebih
menurun pengalihan untuk terbuka pada perawat
e Pola tidur mengurangi 8. Untuk mengurangi rasa
mambaik ketegangan ketegangan yang di alami
pasien

3.5 Implementasi Keperawatan


Implementasi pada proses keperawatan adalah fase ketika perawat
mengimplementasikan intervensi keperawatan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Fase implementasi memberikan tindakan keperawatan aktual dan
respons klien yang dikaji pada fase akhir, fase evaluasi (Kozier, 2010). Menurut
PPNI (2018), untuk mengimplementasikan intervensi keperawatan maka tindakan
implementasi terdiri atas tindakan observasi, terapeutik, edukasi dan kolaborasi.

Tujuan dari implementasi adalah membantu klien dalam mencapai


tujuannya yaitu mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit,
pemulihan kesehatan dan memfasilitasi koping. Perencanaan asuhan keperawatan
akan dapat dilaksanakan dengan baik jika klien mempunyai keinginan untuk
berpartisipasi dalam implementasi asuhan keperawatan. Selama tahap ini perawat
terus melakukan pengumpulan data dan memilih asuhan keperawatan yang paling sesuai
dengan kebutuhan klien

26
3.6 Evaluasi Keperawatan
Tahap evaluasi pada proses keperawatan meliputi kegiatan mengukur
pencapaian tujuan klien dan menentukan keputusan dengan cara membandingkan
data yang terkumpul dengan tujuan dan pencapaian tujuan.

BAB IV

PENUTUP

Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa menstruasi atau haid adalah
pelepasan dinding rahim (endometrium) yang disertai dengan pendarahan dan terjadi setiap
bulannya kecuali pada saat kehamilan. Menstruasi terjadi terus menerus setiap bulannya di
sebut siklus menstruasi. Menstruasi biasanya terjadi pada usia 11 tahun dan berlangsung
hingga anda menopause (biasanya terjadi sekitar usia 45-55 tahun). Normalnya, menstruasi
berlangsung selama 3 sampai 7 hari.
Faktor-faktor yang dapat menyebabkan gangguan menstruasi yaitu faktor biologis seperti
tekanan hidup, stres, kecemasan, aktivitas fisik atau kelelahan fisik maupun psikis, gangguan
yang bersifat hormonal yaitu ketidakseimbangan hormon estrogen maupun hormon
progesteron dan prostaglandin, hormon prolaktin berlebih yaitu meningkatnya hormon
prolaktin secara otomatis akan menurunkan hormon estrogen dan progesterone, kenaikan atau
berkurangnya berat badan secara signifikan, status gizi dan Perubahan emosional seperti
stres, yang melibatkan sistem neuroendokrin yang dapat memicu terjadinya gangguan
menstruasi

27
DAFTAR PUSTAKA

Brier, Jennifer, and lia dwi jayanti. 2020. “No 主観的健康感を中心とした在宅高齢者にお


ける 健康関連指標に関する共分散構造分析 Title” 21 (1): 1–9. http://journal.um-
surabaya.ac.id/index.php/JKM/article/view/2203.
Egziabher, Tewolde Berhan Gebre, and Sue Edwards. 2013. “Siklus Menstruasi.” Africa’s
Potential for the Ecological Intensification of Agriculture 53 (9): 1689–99.
Fatmawati, Lilis. 2019. “Keperawatan Maternitas I Menstruasi.” Diktat Keperawatan
Maternitas Menstruasi.
Muhammad Arifin Ilham*, Nurul Islamy, Syahrul Hamidi3, Ratna Dewi Puspita Sari. 2022.
“Gangguan Siklus Menstruasi Pada Remaja : Literature Review.” Jurnal Penelitian
Perawat Profesional 5 (1): 185–92.
Rentika Hadi Prodi Pendidikan Kepelatihan Olahraga, Santika. 2014. “Penampilan Gerak
Pada Wanita Dalam Siklus Endometrium Dan Menstruasi.” Ilmiah Kedokteran 3: 85–94.
Wiyono, DKS. 2015. “Gangguan Siklus Menstruasi.” Gangguan Menstruasi, 7–29.

28

Anda mungkin juga menyukai