Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Dasar I di semester 2
DOSEN PEMBIMBING
M. Ridwan Rifai, S.Kep., M.Pd
KELOMPOK 3
Kelas S1 Keperawatan (1B)
NAMA NIM
Ketua Muhamad Farhan Dzulkifli KHGC19069
Sekertaris Astri Yulistiani KHGC19055
Anggota Dina Novaliana KHGC19061
Anggota Pujiyanti KHGC19075
Anggota Suci Badriyah KHGC19086
Anggota Syahna Mega Agitha Putri M KHGC19087
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Kebutuhan Dasar
Eliminasi” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas bapa M.
Ridwan Rifai, S.Kep., M.Pd pada mata kuliah Keperawatan Dasar I. Selain itu, makalah ini
juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Kebutuhan Dasar Eliminasi bagi para
pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada bapa M. Ridwan Rifai, S.Kep., M.Pd selaku
dosen Keperawatan Dasar yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................................
A. Definisi....................................................................................................................3
B. Tujuan......................................................................................................................3
1. Ginjal........................................................................................................................4
2. Ureter.......................................................................................................................5
4. Ureter.......................................................................................................................5
b. Fisiologi Miksi...........................................................................................................6
A. Eliminasi Urine.........................................................................................................6
A. Definisi....................................................................................................................15
ii
B. Kegunaan................................................................................................................15
C. Persiapan Alat.........................................................................................................15
D. Prosedur Kerja........................................................................................................15
A. Definisi....................................................................................................................16
B. Kegunaan................................................................................................................16
C. Persiapan Alat.........................................................................................................17
D. Prosedur Kerja........................................................................................................17
A. Definisi....................................................................................................................18
B. Kegunaan................................................................................................................18
C. Persiapan Alat.........................................................................................................18
D. Prosedur Kerja........................................................................................................18
BAB IV PENUTUP................................................................................................................21
4.1 Kesimpulan................................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................22
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
urine?
4. Untuk mengatahui Apa ciri-ciri urin normal?
5. Untuk mengatahui Fisiologi dalam eleminasi?
6. Untuk mengatahui Apa jenis eliminasi?
7. Untuk mengatahuiApa pengertian eliminasi urin?
8. Untuk mengatahui Apa tujuan eliminasi urin?
9. Untuk mengatahui Bagaimana tahap pembentukan urin?
10. Untuk mengatahui Apa saja faktor yang mempengaruhi eliminasi urine?
11. Untuk mengatahui Pengkajian keperawatan pada kebutuhan elimisai urine?
12. Untuk mengatahui Bagaimama mencegah infeksi perkemihan?
13. Untuk mengatahui Apa saja masalah pada kebutuhan elimasi urine?
BAB 2
2
PEMBAHASAN
2.1 Konsep dasar kebutuhan eliminasi
A. Definisi
a. Defekasi
Buang air besar atau defekasi adalah suatu tindakan atau proses makhluk hidup untuk
membuang kotoran atau tinja yang padat atau setengah-padat yang berasal dari sistem
pencernaan.
b. Miksi
Miksi adalah proses pengosongan kandung kemih bila kandung kemih terisi. Miksi ini sering
disebut buang air kecil.
4
Upaya ini mencegah hilangnya nutrient-nutrien penting dari tubuh.
5
a. Fisiologi Defekasi Rektum
Fisiologi Defekasi Rektum biasanya kosong sampai menjelang defekasi. Seorang yang
mempunyai kebiasaan teratur akan merasa kebutuhan membung air besar kira-kira pada
waktu yang sama setiap hari. Hal ini disebabkan oleh refleks gastro-kolika yang biasanya
bekerja sesudah makan pagi.
Setelah makanan ini mencapai lambung dan setelah pencernaan dimulai maka
peristaltik di dalam usus terangsang, merambat ke colon, dan sisa makanan dari hari
kemarinnya, yang waktu malam mencapai sekum mulai bergerak. Isi colon pelvis masuk ke
dalam rektum, serentak peristaltik keras terjadi di dalam colon dan terjadi perasaan di
daerah perineum. Tekanan intra-abdominal bertambah dengan penutupan glottis dan
kontraksi diafragma dan otot abdominal, spinkter anus mengendor dan kerjanya berakhir.
b. Fisiologi Miksi
Sistem tubuh yang berperan dalam terjadinya proses eliminasi urine adalah ginjal,
ureter, kandung kemih, dan uretra. Proses ini terjadi dari dua langkah utama yaitu :
Kandung kemih secara progresif terisi sampai tegangan di dindingnya meningkat diatas nilai
ambang, yang kemudian mencetuskan langkah kedua yaitu timbul reflex saraf yang disebut
refleks miksi (refleks berkemih) yang berusaha mengosongkan kandung kemih atau jika ini
gagal, setidak-tidaknya menimbulkan kesadaran akan keinginan untuk berkemih.
Saluran gastrointestiral ( GI ) merupakan serangkaian organ muscular berongga yang
dilapisi oleh membrane mukosa ( selaput lendir ). Tujuan kerja organ ini ialah mengabsorpsi
cairan dan nutrisi, menyiapkan makanan untuk diabsorpsi dan digunakan oleh sel – sel
tubuh, serta menyediakan tempat penyimpanan fese sementara. Fungsi utama system GI
adalah membuat keseimbangan cairan. GI juga menerima banyak sekresi dari organ – organ,
seperti kandung empedu dan pancreas. Setiap kondisi yang secara serius mengganggu
absorpsi atau sekresi normal cairan GI, dapat menyebabkan ketidakseimbangan cairan.
A. Eliminasi Urine
1. Pengertian eliminasi urine
Eliminasi urine adalah kebutuhan dalam manusia yang esensial dan berperan menentukan
kelangsungan hidup manusia. Mikturisi,berkemih dan urinasi adalah proses pengkosongan
kandung kemih, urine terkumpul dikandung kemih sampai tekanan menstimulasi ujung saraf
sensorik khusus di dinding kemih yang disebut reseptor regang, hal ini terjadijika kandung
kemih orang dewasa berisi antara 250 sampai 450 ML urine.
Retentesi urine adalah pengumpulan urine didalam kandung kemih dan ketidakmampuan
kandung kemih untuk mengosongkannya.karena produksi urine terus brlangsung.retensi
menyebabkan distensi kandun kemih. Karena retensi urine beberapa kadung kemih orang
dewasa dapat mengalami distensi untuk menahan 3000-4000 ml urine.
Kadang –kadang,seorang dengan overflow (aliran berlebih ).pada situasi ini kandung
kemih menahan urine dan hanya urine berlebih yang dikeluarkan ketika tekanan urie melebihi
control sfingter. Klien kemudian akan membuang sejumlah kecil urine dengan sering atau
mengeluarkan urine dengan mentes sementara kandung kemih tetap distensi.
2. Tujuan eliminasi urine
Untuk mengeluarkan urine atau mngeluarakan racun yang teriku dalam urin sehingga
6
dapat keluar dari tubuh kita
Kumpulan lapisan otot polos secara kolektif disebut detrusor. Trigonum di dasar kandung
kemih adalah sebua area berbentuk segitiga yang ditandai dengan dua lubang ureter di ujung
posterior dan lubang uretra di ujung inferior anterior
d. Uretra
Uretra memanjang dari kandung kemih ke meatus (lubang) uranium.uretra hanya
berfungsi sebagai saluran eliminasi urine.
A. Tahap pembentukan urin :
1. Filtrasi
Terjadi di glomelurus, proses ini terjadi karena permukaan aferent lebih besar dari
permukaan maka terjadi penyerapan darah, sedangkan sebagian yang tersaring adalah bagian
cairan darah kecuali protein, cairan yang tersaring ditampung oleh bowman yang terdiri dari
glukosa, air sodium, klorida, sulfat, bikarbonat dll, diteruskan keseluruh ginja.
2. Absorbsi
7
Terjadinya penyerapan kembali sebagian besar dari glukosa, sodium, klorida, fosfat, dan
beberapa ion karbonat. Prosesnya terjadi secara pasif yang dikenal dengan obligator reabsobsi
terjadi pada tubulus atas . Sedangkan pada tubulus ginjal bagian bawah terjadi kembali
penyerapan sodium dan ion karbonat, bila diperlukan akan diserap kembali kedalam tubulus
bagian bawah, penyerapannya terjadi secara aktif dikenal dengan reabsobsi fakultatif dan
sisanya dialirkan pada pupilarenalis.
3. Augmentasi
Proses ini terjadi dari sebagian tubulus kontortus distal sampai tubulus pengumpul. Pada
tubulus pengumpul masih terjadi penyerapan ion dan urea sehingga terbentukurine
sesungguhnya. Dari tubulus pengumpul, urine yang diawah ke pelvis renalis lalu dibawah ke
ureter. Dari uretra urine dialirkan menuju vesika urinaria yang merupakan tempat
penyimpanan urin sementara . Ketika kandung kemih sudah penuh, urine dikeluarkan dari
tubuh melalui ureter.
Mikturisi peristiwa penggabungan urin yang menglir melalui ureter kedalam kandung
kemih. Keinginan untuk buang air kecil disebabkan penambahan tekanan didalam kandung
kemih. dimana sebelumnya telah ada 170-23 ml urin . Miktruisi merupakan gerak refleks
yang dapat dikendalikan dan dapat ditahan oleh pusat-pusat persyarafan yang lebih tinggi dari
manusia,gerakannya oleh kontraksi otot abdominal yang menekan kandung kemih membantu
mengosongkannya.
B. Faktor-faktor yang mempengaruhi eliminasi urine
1. Diet dan asupan
Jumlah dan tipe makanan merupakan faktor utama yang mempengaruhi output urine.
Protein dan natrium dapat menentukan jumlah urine yang dibentuk. Selain itu, minum kopi
juka dapat meningkatkan pembentukan urine.
2. Respon keinginan awal untuk berkemih
Kebiasaan mengabaikan keinginan awal untuk berkemih dapat men yebabkan urin banyak
tertahan di vesika urinaria,sehingga mempengaruhi ukuran vesika urinaria dan jumlah
pengeluaran urin.
3. Gaya hidup
Perubahan gaya hidup dapat mempengaruhipemenuhan kebutuhan eliminasi . Hal ini
terkait dengfan tersedianya fasilitas toilet.
4. Stres psikologis
Meningkatnya stress dapat mempengaruhi frekuensi keinginan untuk berkemih. Hal ini
karena meningkatnya sensivitas untuk keinginan berkemih dan jumlah urin yang diproduksi.
5. Tingkat aktifitas
Eliminasi urin membutuhkan tonus otot vesika urinaria yang baik untuk fungsi sphincter.
Kemampuan tonus otot didapatkan dengan beraktivitas. Hilangnya otot tonus vesika dapat
menyebabkan kemampuan pengontrolan berkemih menurun.
6. Tingkat perkembangan
8
Dapat ditemukan pada anak, yang lebih memiliki kesulitan untuk mengontrol buang air
kecil . Namun kemampuan dalam mengontrol buang air kecil meningkat seiring dengan
pertambahan usia.
7. Kondisi penyakit
Kondisi penyakit dapat mempengaruhi produkisi urin, sperti diabetes melitus.
8. Sosiokultural
Budaya dapat mempengaruhi pemenuhan kebutuhan eliminasi urin, seperti adanya kultur
pada masyarakat tertentu yang melarang untuk buang air kecil di tampat tertentu.
9. Kebiasaan seseorang
Seorang yang memiliki kebiasaan berkemih di toilet,biasanya mengalami kesulitan untuk
berkemih dengan melalui urineal/pot urin dalam keadaan sakit.
10. Tonus otot
Berperan penting dalam membantu proses berkemih adalah otot kandung kemih, otot
abdomen, dan pelvis. Ketiganya sangat berperan dalam kontraksi sebagai pengontrolan
pengeluaran urine.
11. Pembedahan
Pembedahan berefek menurunkan filtrasi glomerulus sebagai dampak dari pemberian obat
anastesi sehingga menyebabkan penurunan jumah produksi urin.
12. Pengobatan
Pemberian tindakan pengobatan dapat berdampak pada terjadinya peningkatan atau
penurunan proses perkemihan.
13. Pemeriksaan diagnostik
Dapat mempengaruhi kebutuhan eliminasi,khususnya prosedur-prosedur yang
berhubungan dengan tindakan pemeriksaan saluran kemih seperti intra venus pyelogram.
Pemeriksaan ini dapat membatasi jumlah asupan sehingga mengurangi produksi urin.
D. Pengkajian Keperawatan Pada Kebutuhan Eliminasi Urine
a. Pengkajian
Sebuah pengkajian lengkap mengenai fungsi perkemihan klien terdiri :
1. Riwayat keperawatan
Perawat memastikan pola berkemih normal klien dan frekuensi, penampakan urine dan
apakah dan perubahan baru-baru ini, masalah berkemih dimasa lalu atau saat ini ada ostomi,
dan faktor-faktor yang memengaruhi pola eliminasi.
2. Pengkajian fisik
Pengkajian fisik lengkap pada saluran kemih biasanya mencakup perkusi ginjal untuk
mendeteksi area nyeri tekan. Palpasi dan perkusi kandang kemih juga dilakukan.
Apabila riwayat klien atau masalah saat mengindentifikasi kebutuhan untuk dilakukan
pemeriksaan fisik, lubang uretra klien pria dan wanita diinspeksi untuk mengetahui adanya
pembengkakan ,rabas,dan inflamasi.
3. Pengkajian urine
9
Urine normal terdiri atas 96% air dan 4 % zat terlarut zat terlarut organik mencakup urea,
amonia, kreatinin,dan asam urat.urea merupakan zat terlarut organik yang utama.zat terlarut
organik terdiri atas natrium,klorida,kalium, sulfat, magnesium dan fosfor. Natrium klorida
merupakan garam anorganik yang melimpah karakteristik urine normal dan abnormal.
Mengukur haluaran urine. Normalnya, ginjal menghasilkan urine dengan kecepatan sekitar
60 ML per jam atau sekitar 1.500 Ml per hari. Haluaran urine dipengaruhi oleh banyak
faktor,termasuk asupan cairan,kehilangan cairan tubuh melalui rute lain seperti perspirasi
dan pernafasan atau diare, dan status kardiovaskuler dan renal individu.
4. Perencanaan
Tujuan yang dibuat akan beragam sesuai dengan diagnosis dan batasan karakteristik.
Contoh tujuan umum untuk klien yang mengalami masalah eliminasi urine dapat terdiri atas
a) Memelihara atau mengembalikan pola berkemih normal
b) Haluaran urine kembali normal
c) Mencegah resiko penyerta seperti infeksi,kerusakan kulit, ketidak seimbangan cairan
dan elekrolit dan penurunan harga diri.
5. Implementasi
Mempertahankan eliminasi urin normal
Sebagian besar intervensi untuk mempertahankan eliminasi urin normal adalah fungsi
keperawatan yang mandiri.
Meningkatkan asupan cairan
Meningkatkan asupan cairan akan meningkatkan produksi urine yang pada gilirannya
akan menstimulasi refleks berkemih.
6. Evaluasi
Lakukan tindak lanjut secara detail apabila ditemukan adanya hasil yang menyimpang
dari normal atau dari yang diharapkan pada klien sehubungan dengan hasil temuan ke data
pengkajian sebelumnya.
E. Pencegahan Infeksi Perkemihan
Pencegahan dapat diatasi dengan cara :
1. Meminum air putih
Minum air putih sebanayak 8 gelas per hari atau setiap hari adalah suatu cara pertama
untuk mencegah terjadinya infeksi saluran kemih.
2. Cranberry
Sudah sering disebut sebagai minuman yang ampuh mengatasi infeksi saluran
kemih.selain minum jus cranbery satu gelas setiap hari, komsumsi suplemen cranbery juga
menjadi pilihan yang lain praktis.
3. Menahan pipis
Jika kandung kemih sudah menampung banyak urine.segera pergi kekamar mandi demi
mencegah timbulnya bakteri yang memicu iritasi dan infeksi
4. Kebersihan personal hygiene
10
Menjaga kebersihan pakaian dalam
5. Mandi
Tips berikutnya untuk mencegah saluran kemih dengan cara membersihkan bagian intim.
F. Masalah-Masalah Pada Kebutuhan Eliminasi Urin.
1. Retensi urine
Retensi urine merupakan penumpukan urine dalam kandung kemih akibat
ketidakmampuan kandung kemih untuk mengosongkan kandung kemih. Hal ini
menyebabkan distensi vesika urinaria atau merupakan keadaan ketika seseorang mengalami
pengosongan kandung kemih yang tidak lengkap. Dalam keadaan distensi, vesika urinaria
dapat menampung urine sebanyak 3000 – 4000 ml urine.
Tanda klinis retensi:
Ketidaknyamanan daerah pubis
Distensi vesika urinaria
Ketidak sanggupan untuk berkemih
Sering berkemih, saat vesika urinaria berisi sedikit urine. ( 25-50 ml)
Ketidakseimbangan jumlah urine yang dikeluarkan dengan asupannya
Meningkatkan keresahan dan keinginan berkemih
Adanya urine sebanyak 3000-4000 ml dalam kandung kemih.
Penyebab:
Operasi pada daerah abdomen bawah, pelvis vesika urinaria
Trauma sum-sum tulang belakang
Tekanan uretra yang tinggi karena otot detrusor yang lemah
Sphincter yang kuat
Sumbatan (striktur uretra dan pembesaran kelenjar prostat)
2. Inkontinensia Urine
Inkontinensia urine merupakan ketidak mampuan otot sphincter eksternal sementara atau
menetap untuk mengontrol ekskresi urine. Secara umum, penyebab dari inkontinensia urine
adalah proses penuaan, pembesaran kelenjar prostat, serta penuaaan kesadaran, serta
penggunaan obat narkotik. Inkotinensia terdiri atas:
a. Inkotinensia Dorongan : Merupakan keadaan dimana seseorang mengalami
pengeluaran urine tanpa sadar,terjadi segera setelah merasa dorongan yang kuat untuk
berkemih.
Tanda-tanda inkotinensia dorongan:
Sering miksi (miksi lebih dari 2 jam sekali)
Sepasme kandung kemih
Kemungkinan penyebab
Penurunan kapasitas kandung kemih
Iritasi pada reseptor regangan kandung kemih yang menyebabkan sepasme
Minum alkohol atau caffeine
11
Peningkatan cairan
Peningkatan konsentrasi urine
Distensi kandung kemih yang berlebihan
b. Inkontinensia total : Merupakan keadaan dimana seseorang mengalami pengeluaran
urine yang terus-menerus dan tidak dapat diperkirakan.
Kemungkinan penyebab:
Dispungsi neurologis
Kontraksi independent dan refleks detrusor karena pembedahan
Trauma atau penyakit yang mempengaruhi syaraf medula spinalis
Fistula
Neuropati
Tanda:
Tanda inkontensia setres:
• Adanya urine menetes dengan peningkatan tekanan abdomen
• Adanya dorongan berkemih
• Sering miksi (lebih dari 2 jam sekali)
d. Inkotinensia Refleks : Merupakan keadaan dimana seseorang mengalami pengeluaran
urine yang tidak dirasakan<terjadi pada interval yang dapat diperkirakan bila volume
kandung kemih mencapai jumlah tertentu.
Kemungkinan penyebab:
Kerusakan neurologis (lesi medula spinalis)
12
Kontraksi atau spasme kandung kemih tidak di hambat pada interval teratur.
e. Inkontinensial fugsional : Merupakan keadaan seseorang yang mengalami
pengeluaran urine secara tanpa disadari dan tidak dapat diperkirakan.
Kemungkinan penyebab:
Kerusakan neurologis(lesi medula sepinalis)
13
peningkatan asupan cairan. Biasanya, hal ini dapat ditemukan pada penyakit diabetes mellitus
dan penyakit ginjal kronis.
e. Urinaria Supresi
Berhentinya produksi urine secara mendadak. Secara normal, urine diproduksi oleh ginjal
pada kecepatan 60 – 120 ml/jam secara terus – menerus.
G. Jenis-jenis kateter
a. Kateter plastik : digunakan sementara karena mudah rusak dan tidak fleksibel.
b. Kateter latex atau karet : digunakan untuk penggunaan atau pemakaian dalam jangka
waktu sedang (kurang dari 3 mingu).
c. Kateter silicon murni atau teflon : untuk menggunakan jangka waktu lama 2-3 bulan
karena bahan lebih lentur pada meatur urethra.
d. Kateter PVC : sangat mahal untuk penggunaan 4-5 minggu, bahannya lembut tidak
panas dan nyaman bagi urethra.
e. Kateter logam : digunakan untuk pemakaian sementara, biasanya pada pengosongan
kandung kemih pada ibu yg melahirkan.
f. Kateter plastik fungsinya digunakan sementara, kerena mudah rusak dan tidak
fleksibel. Biasanya digunakan ketika seseorang hanya mengalami sakit yang tidak
kronis.
g. Kateter lateks, digunakan untuk penggunaan pemakaian dalam jangka waktu sedang
(kurang dari 3 minggu).
h. Kateter silikon murni, untuk penggunaan jangka waktu lama 2-3 bulan karena bahan
lebih lentur pada saluran uretra ala kelamin.
i. Kateter logam, digunakan untuk pemakaian sementara, biasanya pada pengosongan
kandung kemih pada ibu yang melahirkan.
Ukuran kateter
1. Anak : 8-10 french (Fr)
2. Wanita : 14-16 Fr
3. Laki-laki : 16-18 Fr
14
BAB 3
PROSEDUR TINDAKAN KATETER
3.1 Pemasangan kateter kandung kemih pada wanita.
A. Defenisi
Kateter adalah pipa untuk memasukkan atau mengeluarkan cairan. Kateter terutama
terbuat dari bahan karet atau plastik, metal, woven silk dan silicon.
Kandung kemih adalah sebuah kantong yang berfungsi untuk menampung air seni yang
berubah-ubah jumlahnya yang dialirkan oleh sepasang ureter dari sepasang ginjal.
Kateterisasi kandung kemih adalah dimasukkannya kateter melalui urethra ke dalam kandung
kemih untuk mengeluarkan air seni atau urine. Kateterisasi kandung kemih pada wanita
adalah pemasangan/ memasukkan slang karet atau plastik ke dalam genetalia wanita
melewati uretra ke dalam kandung kemih
B. Kegunaan/manfaat
1. Untuk segera mengatasi distensi kandung kemih.
2. Untuk pengumpulan spesimen urine.
3. Untuk mengukur residu urine setelah miksi di dalam kandung kemih.
4. Untuk mengosongkan kandung kemih sebelum dan selama pembedahan .
C. Persiapan alat
1) Sarung tangan steril
2) Kateter steril
3) Duk steril
4) Minyak pelumas/ jelly
5) Larutan pembersih/ anti septik
6) Spoit yang berisi cairan atau udara
7) Perlak
8) Pinset anatomi
9) Bengkok
10) Urin bag
11) Sampiran
12) Aquades
D. Prosedur kerja
1. Jelaskan prosedur pada klien
2. Cuci tangan
3. Pasang sampiran
4. Pasang perlak
15
5. Gunakan sarung tangan steril
6. Pasang duk steril
7. Melakukan desinfeksi sebagai berikut :Pada penderita wanita : Jari tangan kiri
membuka labia minora, desinfeksi dimulai dari atas ( clitoris ), meatus lalu kearah
bawah menuju rektum. Hal ini diulang 3 kali . deppers terakhir ditinggalkan diantara
labia minora dekat clitoris untuk mempertahankan penampakan meatus urethra.
8. Kateter diberi minyak pelumas pada ujungnya, lumuri kateter dengan jelly dari ujung
merata sampai sepanjang 4 cm.
9. Untuk pasien wanita : Jari tangan kiri membuka labia minora sedang tangan kanan
memasukkan kateter pelan-pelan dengan disertai penderita menarik nafas dalam. Kaji
kelancaran pemasukan kateter, jika ada hambatan kateterisasi dihentikan. Menaruh
nierbecken di bawah pangkal kateter sebelum urine keluar. Masukkan kateter sampai
pangkalnya.
10. Mengambil spesimen urine kalau perlu.
11. Mengembangkan balon kateter dengan aquades steril sesuai volume yang tertera pada
label spesifikasi kateter yang dipakai.
12. Memfiksasi kateter : Pada klien wanita kateter difiksasi dengan plester pada pangkal
paha.
13. Menempatkan urin bag di tempat tidur pada posisi yang lebih rendah dari kandung
kemih.
14. Rapikan alat
15. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan
16. Melaporkan pelaksanaan dan hasil tertulis pada status penderita yang meliputi: Hari
tanggal dan jam pemasangan kateter, Tipe dan ukuran kateter yang digunakan,
Jumlah, warna, bau urine dan kelainan-kelainan lain yang ditemukan, Nama terang
dan tanda tangan pemasang.
C. Persiapan alat
16
a) Sarung tangan steril
b) Kateter steril
c) Duk steril
d) Minyak pelumas/ jelly
e) Larutan pembersih/ anti septic
f) Spoit yang berisi cairan atau udara
g) Perlak
h) Pinset anatomi
i) Bengkok
j) Urin bag
k) Sampiran
l) Aquades
D. Prosedur kerja
1) Jelaskan prosedur pada klien
2) Cuci tangan
3) Pasang sampiran
4) Pasang perlak
5) Gunakan sarung tangan steril
6) Pasang duk steril
7) Melakukan desinfeksi sebagai berikut: Pada klien laki-laki penis dipegang dan
diarahkan ke atas atau hampir tegak lurus dengan tubuh untuk meluruskan urethra
yang panjang dan berkelok agar kateter mudah dimasukkan . desinfeksi dimulai dari
meatus termasuk glans penis dan memutar sampai pangkal, diulang sekali lagi dan
dilanjutkan dengan alkohol. Pada saat melaksanakan tangan kiri memegang penis
sedang tangan kanan memegang pinset dan dipertahankan tetap steril.
8) Kateter diberi minyak pelumas/jelly pada ujungnya (kurang 12,5-17,5 cm) lalu
masukkan perlahan meatus sambil anjurkan klien menarik napas dalam. Dengan
penjelasan lebih lanjut sebagai berikut: Pada laki-laki : Tangan kiri memegang penis
dengan posisi tegak lurus tubuh penderita sambil membuka orificium urethra externa,
tangan kanan memegang kateter dan memasukkannya secara pelan-pelan dan hati-hati
bersamaan penderita menarik nafas dalam. Kaji kelancaran pemasukan kateter jika
ada hambatan berhenti sejenak kemudian dicoba lagi. Jika masih ada tahanan
kateterisasi dihentikan. Menaruh neirbecken di bawah pangkal kateter sebelum urine
keluar. Masukkan kateter sampai urine keluar sedalam 5 – 7,5 cm dan selanjutnya
dimasukkan lagi +/- 3 cm.
9) Setelah kateter masuk, isi balon dengan cairan aquades atau sejenisnya untuk kateter
menetap (mengembangkan balon kateter dengan aquadest steril sesuai volume yang
tertera pada label spesifikasi kateter yang dipakai) dan bila intermiten tarik kembali
sambil klien di minta menarik napas dalam.
10) Mengambil spesimen urine kalau perlu.
11) Memfiksasi kateter : pada laki-laki kateter difiksasi dengan plester pada abdomen
12) Menempatkan urin bag di tempat tidur pada posisi yang lebih rendah dari kandung
kemih.
17
13) Rapikan alat
14) Cuci tangan setelah prosedur dilakukan
15) Menempatkan urin bag di tempat tidur pada posisi yang lebih rendah dari kandung
kemih
16) Melaporkan pelaksanaan dan hasil tertulis pada status klien yang meliputi:
Hari tanggal dan jam pemasangan kateter
Tipe dan ukuran kateter yang digunakan
Jumlah, warna, bau urine dan kelainan-kelainan lain yang ditemukan
Nama terang dan tanda tangan pemasang
D. Prosedur kerja
1. Jelaskan prosedur pada klien
2. Cuci tangan
3. Pasang sampiran
4. Pasang perlak
5. Gunakan sarung tangan
6. Atur posisi klien telentang
7. Bersihkan daerah genetalia dengan air sabun, bilas dengan air
8. Lakukan pemasangan kondom dengan disisakan 2,5-5 cm ruang antara glans penis
dengan ujung kondom
9. Lekatkan pangkal kateter pada batang penis dengan perekat elastis dan jangan ketat.
10. Hubungkan ujung kondom dengan kantung penampung urine
11. Rapikan alat
12. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan
13. Catat prosedur dan respon klien.
18
3.4 Melepas Kateter Kemih
1. Cucilah tangan dengan sabun dan air hangat. Pastikan Anda menyabuni tangan dan lengan
dengan baik, serta menggosoknya minimal selama 20 detik. Durasi ini sama lamanya dengan
waktu yang dibutuhkan untuk menyanyikan lagu yang sering Anda dengar, "Selamat Ulang
Tahun." Lanjutkan dengan membilasnya hingga bersih.[1]
2. Lakukan prosedur mencuci tangan yang sama setelah selesai melepas kateter.
3. Keringkan tangan dengan handuk kertas dan buanglah handuk kertas tersebut. Ada baiknya
jika Anda mempersiapkan tempat sampah di dekat Anda. Anda membutuhkan tempat sampah
untuk membuang kateter
4. Buanglah urine yang ada di dalam kantung kateter agar lebih memudahkan Anda untuk
melepas kateter. Kantung kateter biasanya memiliki corong pembuangan yang berbentuk
penutup yang dapat dilepaskan, klem yang dapat dibuka ke samping, atau penutup kantung
yang dapat diputar. Buanglah urine yang ada di kantung kateter ke dalam kloset. Anda juga
dapat membuangnya ke dalam wadah pengukur jika dokter sedang memantau pengeluaran
urine Anda.
5. Setelah kantung dikosongkan, tutuplah klem atau kencangkan tutupnya agar urine tidak
menetes.
6. Jika urine Anda keruh, berbau busuk, atau berwarna kemerahan, hubungi penyedia layanan
kesehatan Anda.
7. Ambillah posisi yang nyaman untuk melepas kateter. Anda perlu melepaskan pakaian Anda
dari pinggang ke bawah. Posisi yang paling baik untuk melepas kateter adalah dengan
berbaring telentang dengan kaki terbuka lebar dan lutut ditekuk, serta kaki menapak di lantai.
8. Anda juga dapat berbaring dengan posisi “kupu-kupu”. Berbaringlah dengan posisi lutut
saling berjauhan tetapi telapak kaki saling berdekatan.
9. Berbaring telentang juga akan mengendurkan otot-otot uretra dan kandung kemih sehingga
lebih memudahkan Anda untuk melepas kateter.
10. Kenakan sarung tangan dan bersihkan selang kateter. Mengenakan sarung tangan sangatlah
penting untuk mengurangi risiko terkena infeksi. Setelah sarung tangan dikenakan, gunakan
kapas alkohol untuk membersihkan bagian yang menghubungi selang dengan kateter. Anda
juga harus membersihkan seluruh bagian kateter.
11. Jika Anda laki-laki, gunakan larutan saline (air garam) untuk membersihkan lubang kemih
pada penis.
12. Jika Anda perempuan, gunakan larutan saline untuk membersihkan area di sekitar labia dan
lubang uretra. Mulailah membersihkan dari uretra dan kemudian bergerak ke arah luar untuk
menghindari penyebaran bakteri.
13. Ketahui ujung selang yang berhubungan dengan balon kateter (balloon port). Selang kateter
memiliki dua ujung. Salah satu ujung berfungsi untuk mengalirkan urine ke dalam kantung
kateter. Ujung selang yang lain berfungsi untuk mengempiskan balon kecil berisi air yang
menahan kateter di dalam kandung kemih.
14. Ujung selang yang berhubungan dengan balon memiliki penutup berwarna pada ujungnya.
15. Anda juga dapat melihat angka-angka yang dicetak pada ujung selang tersebut.
16. Kempiskan balon kateter. Balon kecil pada selang di dalam kandung kemih harus dikeluarkan
airnya, atau dikempiskan, agar kateter dapat dilepas. Penyedia layanan kesehatan Anda
seharusnya menyediakan alat suntik kecil (10 ml) untuk Anda. Ukuran alat suntik ini harus
19
pas untuk dimasukkan ke dalam ujung selang yang berhubungan dengan balon. Tusukkan
jarum suntik dengan gerakan mendorong dan memutar yang mantap.
17. Tariklah jarum suntik secara perlahan dan hati-hati menjauhi ujung selang. Efek hampa udara
akan menyedot air dari balon yang ada di dalam kandung kemih.
18. Teruslah menyedot sampai jarum suntik penuh. Hal ini menunjukkan bahwa balon telah
dikosongkan dan kateter siap untuk dilepas.
19. Jangan memompakan udara atau cairan kembali ke dalam balon karena dapat memecahkan
balon dan melukai kandung kemih Anda.
20. Selalu pastikan jumlah cairan yang disedot dari ujung balon sama dengan jumlah cairan yang
dimasukkan sebelum Anda mencoba melepas kateter. Jika Anda tidak bisa menyedot
sejumlah cairan tersebut, carilah pertolongan dari praktisi profesional.
21. Lepaskan kateter. Jika memungkinkan, jepitlah selang kateter dengan klem arteri atau karet
gelang untuk mencegah urine mengalir keluar dari kateter saat Anda melepasnya. Setelah itu,
tariklah kateter keluar dari uretra secara perlahan. Selang kateter akan keluar dengan mudah.
[3]
22. Jika Anda merasakan adanya perlawanan, kemungkinan besar masih ada air di dalam balon
kateter. Jika hal ini terjadi, Anda harus memasukkan jarum suntik kembali ke ujung selang
balon dan mengeluarkan sisa air dari balon seperti yang Anda lakukan pada langkah
sebelumnya.
23. Para pria mungkin akan merasakan adanya sensasi menyengat saat selang dikeluarkan dari
uretra. Ini merupakan hal yang normal dan tidak menyebabkan masalah.
24. Beberapa orang menyatakan bahwa melicinkan kateter dengan KY jelly akan membantu
proses pengeluaran selang kateter.[4]
25. Periksalah selang kateter untuk memastikan seluruh bagiannya masih utuh. Jika kateter
tampak rusak atau pecah, kemungkinan ada potongan selang yang tertinggal di dalam saluran
kemih Anda. Jika hal ini terjadi, segera hubungi penyedia layanan kesehatan Anda.[5]
26. Jika hal ini terjadi, jangan buang kateter tersebut. Simpanlah agar diperiksa oleh penyedia
layanan kesehatan Anda.
27. Untuk membuang alat suntik, pisahkan piston dari tabung/badannya. Buanglah keduanya di
wadah pembuangan "benda tajam", seperti tempat detergen yang kosong. Setiap negara
memiliki peraturan yang berbeda dalam pembuangan alat suntik. Kecuali jika Anda sering
menggunakan alat suntik, kembalikan alat suntik tersebut ke kantor penyedia layanan
kesehatan Anda pada kunjungan berikutnya. Mereka mengetahui cara terbaik untuk
membuang jarum suntik Anda.[6]
28. Buanglah kateter dan kantung urine bekas tersebut. Setelah melepas kateter, masukkan kateter
ke dalam kantung plastik. Ikatlah kantung erat-erat, kemudian buanglah kantung itu bersama
sampah rumah tangga lainnya.[7]
29. Bersihkan area bekas pemasangan kateter dengan larutan saline. Jika terdapat nanah atau
darah pada area tersebut, segera hubungi penyedia layanan kesehatan Anda.
30. Lepaskan sarung tangan dan cucilah tangan Anda setelah selesai.
31. Untuk meredakan rasa sakit, Anda dapat mengoleskan sedikit gel lidocaine pada area di
sekitar uretra.
20
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kateter adalah pipa untuk memasukan atau mengeluarkan cairan,kateter terutama terbuat
dari bahan karet atau plastik, metal, woven silk dan silikon. Melepas kateter adalah melepas
drainage urine pada pasien yang dipasang kateter. Perawatan kateter adalah suatu tindakan
keperawatan dalam memelihara kateter dengan antiseptik untuk membersihkan ujung uretra
dan selang kateter bagian luar serta memepertahankan kepatenan posisi kateter. Irigasi kateter
adalah pencucian kateter urine untuk mempertahankan kepatenan kateter urine menetap
dengan larutan steril yang di programkan oleh dokter. Karena darah, pus, atau sedimen dapat
terkumpul di dalam selang dan menyebabkan distensi kantung kemih serta menyebabkan
urine tetap berada ditempatnya.
21
DAFTAR PUSTAKA
http://sehat-sakit-stikes.blogspot.com/2012/07/prosedur-pemasangan-
kateter.html?m=1
http://ekolutionn.blogspot.com/2015/10/contoh-makalah-tentang-kateter.html?
m=1
http://1.bp.blogspot.com/_JpQOoZTiF3s/SjOc1nO1MOI/AAAAAAAAAKc/ujvbqTZY5sU/s320/
Urine+Catheter.jpeg
http://bp3.blogger.com/_slaDH4_nRyc/R5csacTFXjI/AAAAAAAAAGA/-
lHyclgdf4E/s400/pemberian+jelly.JPG
https://id.m.wikihoq.com/Melepas-Kateter
22