Anda di halaman 1dari 12

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Kateter Urin
1. Pengertian
Kateter urin adalah selang yang dimasukkan ke dalam kandung
kemih untuk mengalirkan urine. Kateter ini biasanya dimasukkan melalui
uretra ke dalam kandung kemih, namun metode lain yang disebut
pendekatan suprapubik, dapat digunakan (Marrelli, 2007). Pemasangan
kateter merupakan tindakan keperawataan dengan cara memasukkan
kateter ke dalam kandung kemih melalui uretra yang bertujuan untuk
membantu memenuhi kebutuhan eliminasi dan sebagai pengambilan
bahan pemeriksaan (Hidayat, 2006).
Tindakan pemasangan kateter urin dilakukan dengan memasukan
selang plastik atau karet melalui uretra ke dalam kandung kemih.Kateter
memungkinkan mengalirnya urin yang berkelanjutan pada klien yang
tidak mampu mengontrol perkemihan atau klien yang mengalami
obstruksi. Kateter juga menjadi alat untuk mengkaji haluaran urin per jam
pada klien yang status hemodinamiknya tidak stabil (Potter dan Perry,
2006).
Kateterisasi urin membantu pasien dalam proses eliminasinya.
Pemasangan kateter menggantikan kebiasaan normal dari pasien untuk
berkemih. Penggunaan kateter intermiten dalam waktu yang lama dapat
menyebabkan pasien mengalami ketergantungan dalam berkemih (Craven
dan Zweig, 2010).

Pengaruh Teknik Relaksasi...,Bayu Purnomo Aji,Fakultas Ilmu Kesehatan UMP,2017


9

2. Tipe Kateterisasi
Menurut Hidayat pemasangan kateter dengan dapat bersifat
sementara atau menetap.Pemasangan kateter sementara atau intermiten
catheter (straight kateter) dilakukan jika pengosongan kandung kemih
dilakukan secara rutin sesuai dengan jadwal, sedangkan pemasangan
kateter menetap atau indwelling catheter (folley kateter) dilakukan apabila
pengosongan kateter dilakukan secara terus menerus (Hidayat, 2006).
a. Kateter sementara (straight kateter).
Pemasangan kateter sementara dilakukan dengan cara kateter
lurus yang sekali pakai dimasukkan sampai mencapai kandung kemih
yang bertujuan untuk mengeluarkan urin. Tindakan ini dapat
dilakukan selama 5 sampai 10 menit.Pada saat kandung kemih
kosong maka kateter kemudian ditarik keluar, pemasangan kateter
intermitten dapat dilakukan berulang jika tindakan ini diperlukan,
tetapi penggunaan yang berulang meningkatkan resiko infeksi (Potter
dan Perry, 2006).
Pemasangan kateter sementara dilakukan jika tindakan untuk
mengeluarkan urin dari kandung kemih pasien dibutuhkan. Efek
samping dari penggunaan kateter ini berupa pembengkakan pada
uretra, yang terjadi saat memasukkan kateter dan dapat menimbulkan
infeksi (Rizki, 2009).
Beberapa keuntungan penggunaan kateterisasi sementara yang
dikemukakan oleh Japardi (2008) antara lain:
1) Mencegah terjadinya tekanan intravesikal yang
tinggi/overdistensi yang mengakibatkan aliran darah ke mukosa
kandung kencing dipertahankan seoptimal mungkin
2) Kandung kencing dapat terisi dan dikosongkan secara berkala
seakan-akan berfungsi normal.

Pengaruh Teknik Relaksasi...,Bayu Purnomo Aji,Fakultas Ilmu Kesehatan UMP,2017


10

3) Bila dilakukan secara dini pada penderita cedera medula spinalis,


maka penderita dapat melewati masa syok spinal secara
fisiologis sehingga fedback ke medula spinalis tetap terpelihara
4) Teknik yang mudah dan klien tidak terganggu kegiatan sehari
harinya

Kerugian kateterisasi sementara ini adalah adanya bahaya


distensi kandung kemih, resiko trauma uretra akibat kateter yang
keluar masuk secara berulang, resiko infeksi akibat masuknya
kuman-kuman dari luar atau dari ujung distal uretra (flora normal)
(Japardi, 2008).

b. Kateter menetap (folley kateter)


Kateter menetap digunakan untuk periode waktu yang lebih
lama.Kateter menetap ditempatkan dalam kandung kemih untuk
beberapa minggu pemakaian sebelum dilakukan pergantian
kateter.Pemasangan kateter ini dilakukan sampai klien mampu
berkemih dengan tuntas dan spontan atau selama pengukuran urin
akurat dibutuhkan (Potter dan Perry, 2006).
Pemasangan kateter menetap dilakukan dengan sistem
continue ataupun penutupan berkala (clamping).Pemakaian kateter
menetap ini banyak menimbulkan infeksi atau sepsis. Bila
menggunakan kateter menetap, maka yang dipilih adalah penutupan
berkala oleh karena kateterisasi menetap dimana kandung kencing
yang selalu kosong akan mengakibatkan kehilangan potensi sensasi
miksi serta terjadinya atrofi serta penurunan tonus otot kandung
kemih (Japardi, 2009).

Pengaruh Teknik Relaksasi...,Bayu Purnomo Aji,Fakultas Ilmu Kesehatan UMP,2017


11

Kateter menetap terdiri atas foley kateter (double lumen)


dimana satu lumen berfungsi untuk mengalirkan urin dan lumen
yang lain berfungsi untuk mengisi balon dari luar kandung kemih.
Tipe triple lumen terdiri dari tiga lumen yang digunakan untuk
mengalirkan urin dari kandung kemih, satu lumen untuk
memasukkan cairan ke dalam balon dan lumen yang ketiga
dipergunakan untuk melakukan irigasi pada kandung kemih dengan
cairan atau pengobatan (Potter dan Perry, 2006).

3. Indikasi Pemasangan kateter


Kateter diindikasikan untuk beberapa alasan. Pemasangan kateter
dalam jangka waktu yang pendek akan meminimalkan infeksi, sehingga
metode pemasangan kateter sementara adalah metode yang paling baik
(Japardi, 2009).
a) Indikasi pada pemasangan kateter sementara :
1) Mengurangi ketidaknyamanan pada distensi kandung kemih
2) Pengambilan urin residu setelah pengosongan kandung kemih
b) Indikasi pada pemasangan kateter jangka pendek :
1) Obstruksi saluran kemih (pembesaran kelenjar prostat)
2) Pembedahan untuk memperbaiki organ perkemihan,
sepertivesika urinaria, uretra dan organ sekitarnya
3) Preventif pada obstruksi uretra dari perdarahan
4) Untuk memantau output urin
5) Irigasi vesika urinaria
c) Indikasi pada pemasangan kateter jangka panjang :
1) Retensi urin pada penyembuhan penyakit ISK/UTI
2) Skin rash, ulcer dan luka yang iritatif apabila kontak dengan urin
3) Klien dengan penyakit terminal

Pengaruh Teknik Relaksasi...,Bayu Purnomo Aji,Fakultas Ilmu Kesehatan UMP,2017


12

4. Akibat yang Didapat Dari Pemasangan Kateter


a) Iritasi ataupun trauma pada uretra
Penggunaan kateter yang ukurannya tidak tepat dapat
mengiritasi uretra, sehingga kemungkinan terjadinya trauma pun
meningkat. Selain itu, kurangnya penggunaan lubrikasi dapat
melukai jaringan sekitar uretra pada saat penyisipan. Trauma pada
jaringan uretra pun dapat terjadi apabila penyisipan letak kateter
belum tepat pada saat balon retensi pada kateter dikembangkan.
Fiksasi kateter yang kurang tepat dapat menambah gerakan yang
menyebabkan regangan atau tarikan pada uretra atau yang membuat
kateter terlepas tanpa sengaja. Manipulasi kateter paling sering
menjadi penyebab kerusakan mukosa kandung kemih pada pasien
yang mendapat kateterisasi (Brunner & Suddarth, 2006).
b) Krustasi pada kateter
Urin yang banyak mengandung urea yang memproduksi bakteri
seperti Proteus mirabilis, yang meningkatkan pH urin memicu
terbentuknya krusta pada kateter. Lumen kateter tersumbat oleh
kristal yang berasal dari campuran ph urin yang tinggi, bakteri dan
ion kalsium maupun ion magnesium (Mandigan et all, 2006).
Pembentukan krusta yang berasal dari garam urin dapat
menjadi sumber pembentukan batu.Asupan cairan yang bebas dan
peningkatan halauran urin harus dipastikan untuk mengirigasi kateter
dan mengencerkan zat-zat dalam urin yang dapat membentuk krusta.
Pemakaian katetersilicon secara signifikan jarang menimbulkan
pembentukan krusta (Brunner & Suddarth, 2006).
c) Terjadi blocking( Tersumbat, tidak mengalir dengan lancar )
Kerusakan pada kateter yang disebabkan oleh krusta yang
menutupi area lumen kateter (Mandigan et al, 2006).
d) Terjadi kebocoran

Pengaruh Teknik Relaksasi...,Bayu Purnomo Aji,Fakultas Ilmu Kesehatan UMP,2017


13

Kateter yang pada bagian balon untuk memfiksasi kateter tidak


terfiksasi dengan baik akan menyebabkan pengeluaran urin yang
tidak tepat. Sehingga urin dapat merembes keluar tidak melalui
selang kateter.
e) Resiko infeksi saluran kemih tinggi
Pemasangan kateter akan menurunkan sebagian besar daya
tahan alami pada saluran kemih bagian bawah dengan menyumbat
duktus periuretralis, mengiritasi mukosa kandung kemih dan
menimbulkan jalur artificial untuk masuknya kuman ke dalam
kandung kemih. Banyak mikroorganisme ini merupakan bagian dari
flora endogen atau flora usus normal, atau didapat melalui
kontaminasi silang oleh pasien atau petugas rumah sakit maupun
melalui kontak dengan peralatan yang tidak steril (Brunner
&Suddarth,2006).

5. Derajat Ketidaknyamanan (Nyeri)


Konsep kenyamanan merupakan hal subjektif yang sama halnya
dengan sensasi nyeri yang dirasakan. Kenyamanan merupakan kebutuhan
dasar manusia yang harus dipenuhi setelah terpenuhinya kebutuhan
biologis dan fisiologis. Setiap individu memiliki pembawaan fisiologi,
sosial, spiritual, psikologis maupun karakter budaya yang berbeda dan
mempengaruhi pengalaman dan persepsi kenyamanan masing-masing.
Pandangan yang holistik mengenai kenyamanan membantu dalam
mengenali 4 konteks yaitu konteks fisik, yang menyinggung sensasi pada
tubuh, pada konteks sosial menyinggung tentang hubungan interpersonal,
keluarga dan sosial, sedangkan konteks psikospiritual menyinggung pada
kesadaran internal diri sendiri, termasuk harga diri, seksualitas, dan makna
kehidupan. Pada konteks lingkungan menyinggung pada latar belakang

Pengaruh Teknik Relaksasi...,Bayu Purnomo Aji,Fakultas Ilmu Kesehatan UMP,2017


14

eksternal dari pengalaman manusia seperti sinar, kebisingan, suhu, warna,


dan unsur-unsur alami.
Oleh karena itu pengetahuan tentang konteks kenyamanan memberi
rentang p
ilihan yang lebih luas dalam mengukur nyeri. Nyeri yang
merupakan salah satu bentuk ketidaknyamanan yang didefinisikan sebagai
suatu pengalaman sensoris maupun emosional yang tidak menyenangkan
yang berhubungan dengan keadaan aktual maupun potensial kerusakan
jaringan tubuh (Potter & Perry, 2006).
Sedangkan nyeri menurut Sherrington adalah “aspek fisik refleks
protektif yang penting”,dimana rangsang yang menimbulkan nyeri
biasanya mencetuskan respons withdrawal( penarikan ) dan penghindaran
yang kuat. Selain itu, nyeri bersifat unik apabila dibandingkan dengan
sensasi lain yaitu bahwa sensasi ini menimbulkan afek tidak
menyenangkan yang “built-in” (Ganong, 2007).

B. Teknik Relaksasi Nafas Dalam


1. Definisi
Teknik relaksasi nafas dalam merupakan suatu bentuk asuhan
keperawatan, yang dalam hal ini perawat mengajarkan kepada klien
bagaimana cara melakukan napas dalam, napas lambat (menahan
inspirasi secara maksimal) dan bagaimana menghembuskan napas
secara perlahan, Selain dapat menurunkan intensitas nyeri, teknik
relaksasi napas dalam juga dapat meningkatkan ventilasi paru dan
meningkatkan darah (Smeltzer & Bare, 2008).
Pada kondisi rileks tubuh akan menghentikan produksi hormon
adrenalin dan semua hormon yang diperlukan saat stress. Karena hormon
seks esterogen dan progesteron serta hormon stres adrenalin diproduksi
dari blok bangunan kimiawi yang sama. Ketika kita mengurangi stres

Pengaruh Teknik Relaksasi...,Bayu Purnomo Aji,Fakultas Ilmu Kesehatan UMP,2017


15

maka mengurangi produksi kedua hormon seks tersebut. Jadi,


perlunya relaksasi untuk memberikan kesempatan bagi tubuh untuk
memproduksi hormon yang penting untuk mendapatkan haid yang
bebas dari nyeri (Smeltzer & Bare, 2008).
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa relaksasi
merupakan metode efektif untuk menurunkan nyeri yang merupakan
pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan dengan
mekanismenya yang menghentikan siklus nyeri.

2. Tujuan dan Manfaat Teknik Relaksasi Nafas Dalam


Menurut National Safety Council (2007), bahwa teknik relaksasi
nafas dalam saat ini masih menjadi metode relaksasi yang termudah.
Metode ini mudah dilakukan karena pernafasan itu sendiri merupakan
tindakan yang dapat dilakukan secara normal tanpa perlu berfikir atau
merasa ragu.
Tujuan dari teknik relaksasi nafas dalam adalah untuk
meningkatkan ventilasi alveoli, memelihara pertukaran gas, mencegah
atelektasi paru, meningkatkan efisiensi batuk mengurangi stress baik
stress fisik maupun emosional yaitu menurunkan intensitas nyeri dan
menurunkan kecemasan. Sedangkan manfaat yang dapat dirasakan
oleh klien setelah melakukan teknik relaksasi nafas dalam adalah
dapat menghilangkan nyeri, ketenteraman hati, dan berkurangnya rasa
cemas (Smeltzer dan Bare, 2008).

3. Prosedur Teknik Relaksasi Nafas Dalam


Bentuk pernafasan yang digunakan pada prosedur ini adalah
pernafasan diafragma yang mengacu pada pendataran kubah diafragma
selama inspirasi yang mengakibatkan pembesaran abdomenbagian atas
sejalan dengan desakan udara masuk selama inspirasi (Priharjo, 2006).

Pengaruh Teknik Relaksasi...,Bayu Purnomo Aji,Fakultas Ilmu Kesehatan UMP,2017


16

Lebih lanjut Priharjo (2006) menyatakan bahwa adapun langkah-


langkah teknik relaksasi nafas dalam adalah sebagai berikut :
a) Us
b) ahakan rileks dan tenang.
c) Menarik nafas yang dalam melalui hidung dengan hitungan 1,2,3,
kemudian tahan sekitar 5-10 detik.
d) Hembuskan nafas melalui mulut secara perlahan-lahan.
e) Menarik nafas lagi melalui hidung dan menghembuskannya lagi
melalui mulut secara perlahan-lahan.
f) Anjurkan untuk mengulangi prosedur hingga nyeri terasa
berkurang.
g) Ulangi sampai 15 kali, dengan selingi istirahat singkat setiap 5 kali.

C. Aromaterapi Lavender
1. Definisi Lavender
Lavender adalah sejenis bunga yang mempunyai aroma khas,
lavender bernama ilmiah (Lavendula Augustfolia). Bunga lavender dapat
hidup di daerah tropis maupun dingin.Aroma khas bunga lavender dapat
berfungsi sebagai aromaterapi yang dapat dijumpai dalam parfum atau
wewangian sejenisnya (Sharma, 2009).
Bunga lavender merupakan salah satu bunga yang dapat digunakan
untuk antiseptik dan penyembuhan luka. Bunga ini mempunyai aroma
yang dapat membuat orang yang mencium wanginya akan merasakan
relaksasi yang dapat menimbulkan efek menenangkan (Sharma, 2009).

2. Definisi Aromaterapi Lavender


Menurut Purwadi (2006) kata aromaterapi berarti terapi dengan
memakai minyak esensial yang ekstrak dan unsur kimianya diambil
dengan utuh, aromaterapi adalah bagian dari ilmu herbal (herbalism).

Pengaruh Teknik Relaksasi...,Bayu Purnomo Aji,Fakultas Ilmu Kesehatan UMP,2017


17

Sedangkan menurut Sharma (2009) aromaterapi berarti „pengobatan


menggunakan wangiwangian‟. Istilah ini merujuk pada penggunaan
minyak esensial dalam penyembuhan holistik untuk memperbaiki
kesehatan dan kenyamanan emosional dan dalam mengembalikan
keseimbangan badan.
Menurut Jones (2009), terapi komplementer (pelengkap) seperti
homoeopati, aromaterapi dan akupuntur harus dilakukan seiring dengan
pengobatan konvensional. Tumbuhan aromatik menghasilkan minyak
aromatik.Apabila disuling, senyawa yang manjur ini perlu ditangani
secara hati-hati. Sebagian besar senyawa ini akan menimbulkan reaksi
kulit, tetapi jika digunakan secara tepat, senyawa ini memilki nilai
teraupetik. Senyawa ini dapat dihirup, digunakan dalam kompres, dalam
air mandi, atau dalam minyak pijat (Jones, 2009).
Aromaterapi telah digunakan sejak zaman Mesir kuno yang
memang terkenal dengan ilmu pengetahuan yang tinggi.Merekalah yang
menciptakan dan meramaikan dunia pengobatan, farmasi, parfum serta
kosmetik. Dari Mesir, aromaterapi dibawa ke Yunani, Cina, India serta
Timur Tengah sebelum masuk ke Eropa di abad pertengahan.Pada abad ke
19 dimana ilmu kedokteran mulai terkenal, beberapa dokter pada zaman
itu tetap memakai minyak esensial dalam praktek sehari-hari mereka. Pada
zaman aromaterapi modern, aromaterapi digali oleh Robert Tisserand
yang menulis buku The Art of aromatherapy (Purwadi, 2006).
Riset kedokteran pada tahun-tahun belakangan ini mengungkapkan
fakta bahwa bau yang kita cium memiliki dampak penting pada perasaan
kita.Menurut hasil penelitian ilmiah, bau berpengaruh secara langsung
terhadap otak seperti obat.Misalnya, mencium lavender meningkatkan
frekuensi gelombang alfa terhadap kepala bagian belakang dan keadaan
ini dikaitkan dengan relaksasi (Sharma, 2009).

Pengaruh Teknik Relaksasi...,Bayu Purnomo Aji,Fakultas Ilmu Kesehatan UMP,2017


18

D. Kerangka Teori

Skema Gambar 2.1 Kerangka Teori (Japardi, 2009)

Keterisasi Urin

Indikasi Pemasangan Kateter Urin

a) Mengurangi ketidaknyamanan pada


distensi kandung kemih
b) Pengambilan urin residu setelah
pengosongan kandung kemih
c) Obstruksi saluran kemih
(pembesaran kelenjar prostat)
d) Pembedahan untuk memperbaiki
organ perkemihan, seperti vesika
urinaria, uretra dan organ sekitarnya
e) Preventif pada obstruksi uretra dari
perdarahan
f) Untuk memantau output urin
g) Irigasi vesika urinaria
h) Retensi urin pada penyembuhan
penyakit ISK/UTI
i) Skin rash, ulcer dan luka yang
iritatif apabila kontak dengan urin
j) Klien dengan penyakit terminal

Teknik Relaksasi Nafas Dalam Nyeri Akut Aromaterapi Lavender

Pengaruh Teknik Relaksasi...,Bayu Purnomo Aji,Fakultas Ilmu Kesehatan UMP,2017


19

E. Kerangka Konsep

Skema Gambar 2. 2 Kerangka Konsep

Pemasangan Kateter Urin

Nyeri Akut

Teknik Relaksasi Nafas Dalam Aromaterapi Lavender

F. Hipotesis
Hipotesis penelitian ini adalah terdapat pengeruh teknik relaksasi nafas
dalam dan aromaterapi lavender terhadap tingkat nyeri pada pasien saat
pemasangan kateterisasi urin.

Pengaruh Teknik Relaksasi...,Bayu Purnomo Aji,Fakultas Ilmu Kesehatan UMP,2017

Anda mungkin juga menyukai