Anda di halaman 1dari 16

Infeksi Saluran Kemih Akibat Pemasangan

Kateter
- Diagnosis dan Penatalaksanaan-

Kelompok O’17
Program Profesi Keperawatan
Universitas Andalas
PENDAHULUAN
Latar Belakang
 Kateterisasi urine adalah proses atau tindakan pengeluaran
urine dengan memasukkan kateter urine dari uretra ke
menuju kandung kemih.
 Tindakan pemasangan kateter membantu pasien yang tidak
mampu mengontrol perkemihan atau pasien yang mengalami
obstruksi.
 Prevalensi Infeksi Saluran Kemih (ISK) tinggi pada pasien
yang memakai kateter yaitu 80%, dan 10% - 30% pasien
tersebut akan mengalami bakteriuria (Advisor.AH, 2005)
 Terjadinya Infeksi Saluran Kemih (ISK) pada pasien yang di
rumah sakit disebabkan terutama oleh kateterisasi urine.
Semakin lama kateter terpasang maka peluang kateter
terkontaminasi oleh mikroba semakin besar, karena
penggunaan kateter memungkinkan jalur masuk mikroba ke
dalam saluran kemih.
 Berdasarkan hasil survey di Ruang rawat Inap penyakit Dalam
Interne Wanita RS M.Djamil Padang diketahui terjadi
peningkatan Infeksi Saluran Kemih pada pasien rawat inap.
 TUJUAN

 Untuk menelaah jurnal “Infeksi Saluran Kemih “Diagnosis dan


Penatalaksanaan”. Jurnal ini merupakan hasil penelitian bidang
keperawatan yang telah dipublikasikan sesuai dengan kaidah
ilmiah sehingga dapat di terapkan di rumah sakit.
 MANFAAT

 Dapat dijadikan sumber informasi dalam melakukan asuhan


keperawatan pada pasien yang terpasang kateter urine
 Dapat dijadikan sebagai data dasar untuk melakukan
penelitian lanjutan sehingga dapat meningkatkan kualitas
asuhan keperawatan pada pasien yang terpasang kateter urine.
 Dapat dijadikan sumber informasi untuk pencegahan dan
perawatan bagi pasien terpasang kateter urine.
TINJAUAN TEORI
 Anatomi Sistem Perkemihan
 Ginjal
 Ureter
 Vesica Urinaria
 Uretra

 Macam-macam Gangguan Eliminasi Urin


 Retensi urin
 Inkontinensia urin
 Enuresis
 Perubahan pola eliminasi urin
 TINDAKAN MENGATASI MASALAH ELIMINASI
URIN
 Pengumpulan Urine untuk Bahan Pemeriksaan
 Menolong Buang Air Kecil dengan Menggunakan
Urineal
 Melakukan kateterisasi
Konsep Pemasangan Kateter
 Pengertian
Dower kateter merupakan salah satu tipe kateter yang
berupa selang yang dimasukkan kedalam uretra melalui
genitalia.
 Indikasi
1. Retensi Urin
2. Obstruksi saluran kemih di distal kandung kemih
3. Pengawasan jumlah urin yang keluar pada pasien kritis
4. Pengawasan jumlah urin yang keluar pada pasien tidak
kooperatif seperti indikasi
5. Pasien yang menjalani operasi mayor lebih dari 2 jam
6. Pasien paralisis
 Kontraindikasi
Adanya trauma uretra atau cedera uretra
 Komplikasi pemasangan kateter
1. Bila pemasangan dilakukan tidak hati-hati bisa
menyebabkan luka dan perdarahan uretra yang berakhir
dengan striktur uretra seumur hidup
2. Balon yang dikembangkan sebelum memasuki buli-buli juga
dapat menimbulkan luka pada uretra. Karenanya, balon
dikembangkan bila yakin balon akan mengembnag dalam
buli-buli dengan mendorong kateter sampai ke pangkalnya
3. Infeksi uretra dan buli-buli
4. Nekrosis uretra bila ukuran kateter terlalu besar atau
fiksasi yang keliru
5. Merupakan inti pembentukan batu buli-buli
6. Pada penderita tidak sadar, kateter dengan balon
terkembang bisa dicabut yang berkibat perdarahan dan
melukai uretra
7. Kateter tidak bisa dicabut karena saluran pengembang
balon tersumbat
 TUJUAN
 Menghilangkan distensi kandung kemih
 Mendapatkan spesimen urine
 Mengkaji jumlah residu urine, jika kandung kemih
tidak mampu sepenuhnya dikosongkan
 Teknik Pengambilan Sampel Urin
 Aspirasi Suprapubik
 Kateterisasi Uretra
 Urin Pancaran Tengah
Telaah Konten
 Pada jurnal dijelaskan bahwa kateterisasi uretra merupakan
metode primer dekompresi kandung kemih dan berfungsi
sebagai alat diagnostik retensi urin akut.
 Metode yang sering digunakan yaitu kateter indwelling dan
kateter intermittent.
 Kateter indwelling adalah kateter menetap yang digunakan
dalam jangka waktu lama sedangkan kateter intermittent
adalah kateter yang digunakan sewaktu-waktu.
 Selain untuk dekompresi kandung kemih, kateter juga
digunakan untuk mengevaluasi jumlah urin yang keluar dan
pada pasien inkontinensia urin.
 Prevalensi ISK tinggi pada pasien yang memakai kateter yaitu
80%, dan 10% - 30% pasien tersebut akan mengalami
bakteriuria (Dunn, 2000).
 ISK akibat kateterisasi merupakan tipe infeksi nosokomial
yang paling banyak terjadi. 1 juta kasus setiap tahun atau 40%
dari semua tipe infeksi nosokomial (Jacobsen, 2008).
 Gejala klinis yang mungkin timbul bervariasi, mulai dari
ringan (panas, uretrus, sistitis) sampai berat (pielonefritis
akut, batu saluran kemih dan bakteremia). Diperkirakan 17%
- 69% ISK akibat kateterisasi dapat dicegah dengan
pengendalian infeksi yang baik (Gould, 2009).
 Dalam keadaan normal, ada dua mekanisme pertahanan
terhadap infeksi. Pertama dengan cara mekanik pembersihan
organisme dan yang kedua aktivitas antibakteri intrinsik di
saluran kemih (Trauntner, 2004).
 Diagnosis ISK akibat kateterisasi didefenisikan sebagai infeksi
pada pasien yang pernah atau masih menggunakan kateter
indwelling. Pemeriksaan kultur urin sangat penting untuk
menegakkan diagnosis ISK akibat kateterisasi. Untuk
mendapatkan spesimen. Ada 2 metode yang
direkomedasikan, yaitu dengan clean-catch collection dan
dengan kateterisasi (Greene, 2008).
 Pencegahan ISK akibat keteterisasi difokuskan pada teknik
pemasangan kateter yang baik dan indikasi yang tepat
(Ratanabunjerdkul, 2006).
 Pemasangan kateter harus dilakukan oleh petugas medis yang
sudah terlatih dan menggunakan teknik aseptik yang
direkomendasikan serta memakai peralatan steril.
 Upaya pencegahan lain juga harus diperhatikan seperti
perawatan meatus uretra, pengambilan spesimen urin yang
tepat, saat penggantian spesimen urin yang tepat, saat
penggantian kateter yang tepat dan juga edukasi pada pasien
dan keluarganya (Moore, 2007).

Anda mungkin juga menyukai