Anda di halaman 1dari 7

Rantai infeksi

Proses terjadinya infeksi seperti rantai yang saling terkait antar berbagai faktor yang
mempengaruhi, yaitu agen penyebab, reservoir, portal of exit, cara penularan, portal of entry dan
host/ pejamu yang rentan. Agen penyebab meninggalkan reservoir, melalui pintu ke luar (port’ d
exit) lalu agen ditransmisikan dengan model/ cara tertentu agar dapat masuk ke pejamu melalui
pintu masuk (port’d entry) sehingga menginfeksi pejamu yang rentan. Berikut skema dari rantai
infeksi:

1.

1. INFECTIOUS AGENT /Agen penyebab


Sebuah organisme mikroba dengan kemampuan untuk menyebabkan penyakit. Semakin
besar virulensi organisme (kemampuan untuk tumbuh dan berkembang biak),
invasi(kemampuan untuk masuk ke dalam jaringan) dan patogenisitas (kemampuan untuk
menyebabkan penyakit), semakin besar kemungkinan bahwa organisme akan menyebabkan
infeksi. Agen infeksius adalah bakteri, virus, jamur, dan parasit.

2. RESERVOIR
Merupakan habitat tempat agen infeksius biasa hidup, tumbuh dan memperbanyak diri.
Macam-macam reservoir yaitu Manusia, Hewan, dan Lingkungan.
1. Tipe reservoir pada manusia :
 Carrier, adalah orang yang terkena infeksi tetapi belum meiliki tanda tau gejala yang
jelas, dan dapat menularkan infeksi yang diderita kepada orang lain. Carrier memiliki
3 tipe yaitu :
a. Para carrier yang terjangkit infeksinya tidak terlihat selama infeksi itu
berkembang.
b. Para carrier yang berada pada tahap inkubatori.
c. Para carrier yang berada dalam tahap pemulihan
 Orang yang terkolonisasi adalah orang yang menyimpan suatu agen infeksius namun
orang tersebut tidak terinfeksi
 Orang yang sakit maksudnya adalah orang yang terinfeksi dan mempunyai tanda dan
gejala penyakit
2. Tipe reservoir hewan yaitu :
 Orang yang makan daging binatang yang menderita penyakit.
 Melalui gigitan binatang sebagai vektornya .
 Binatang penderita penyakit langsung menggigit manusia.
3. Tipe reservoir pada lingkungan
Air dan tanah merupakan reservoir lingkungan utama untuk beberapa agen
patogenik bagi manusia. Contohnya: Pseudomonas yang dapat hidup dan berkembang
biak di air dan Coccidioides adalah jamur yang hidup di tanah.

3. PORTAL OF EXIT
Mikroorganisme yang hidup di dalam reservoir harus menemukan jalan keluar (portal of exit)
untuk masuk ke dalam host dan menyebabkan infeksi. Sebelum menimbulkan infeksi,
mikroorganisme harus keluar terlebih dahulu dari reservoirnya. Jika reservoirnya manusia,
kuman dapat keluar melalui saluran pernapasan, pencernaan, perkemihan, genitalia, kulit dan
membrane mukosa yang rusak serta darah.Sebagai contoh, mikroorganisme dapat meninggalkan
reservoir melalui hidung atau mulut ketika seseorang bersin atau batuk. Mikroorganisme,
terbawa dari tubuh oleh tinja, juga dapat meninggalkan reservoir usus yang terinfeksi.

4. MODE OF TRANSMISSION/ Cara Penularan


Kuman dapat menular atau berpindah ke orang lain dengan berbagai cara:
 Melalui hubungan orang dengan orang (personal contact)
Personal contact dapat dibedakan atas 5 cara, yaitu :
(1) Kontak fisik, contohnya penularan penyakit syphilis melalui hubungan seksual.
(2) Melalui tangan yang terkontaminasi, ini dapat terjadi misalnya pada penyakit kolera,
seseorang yang tangannya terkontaminasi dengan produk si penderita, kemudian makan tanpa
terlebih dahulu membersihkan tangannya.
(3) Melalui benda – benda yang terkontaminasi. Benda – benda bekas dipergunakan
oleh penderita dapat menjadi sarana penularan , seperti misalnya saputangan, handuk, piring,
sendok, gelas dan sebagainya, karena benda – benda tersebut telah terkontaminasi dengan produk
dari penderita yang sudah barang tentu penuh dengan hama penyakit.
(4) Melalui titik ludah (Droplet Infection)
Ini dapat terjadi misalnya pada penyakit TBC paru dan Influensa. Pada saat penderita
bersin, batuk atau berbicara, secara tidak disadari akan disemprotkan butir – butir yang amat
halus dariludah dan ingusnya ke udara. Penularan akan terjadi apabila butir – butir ludah atau
ingus yang mengandung hama penyakit itu terisap oleh orang lain pada saat bernafas.
(5) Melalui udara (Air Borne Infection)
Butir – butir ludah dan ingus seperti tersebut di atas mempunyai ukuran / diameter
bermacam – macama. Butir – butir yang sangat halus akan terus melayang – layang di udara,
sedangkan butir – butir yang cukup besar akan turun dan mengendap di tanah. Butir – butir yang
melayang di udara apabila mengering akan meninggalkan inti yang berisi hama penyakit, yang
disebut droplet nuclei, sedangkan butir – butir yang jatuh di tanah apabila mengering akan
membentuk debu yang penuh dengan hama penyakit juga. Dengan perantaraan udara / angin baik
itu droplet nuclei maupun debu yang terkontaminasi itu akan dapat tersebar sampai jauh, dan
akan dapat menimbulkan penularan pada orang banyak melalui pernafasan.

 Melaui Air ( Water Borne Infection )


Air dapat menjadi sarana penularan beberapa macam penyakit, misalnya kolera, typhus,
parathyphus, dysentri, radang hati menular,lumpuh kanak – kanak dan penyabit karena cacing.
Penularan umumnya terjadi akibat orang mengkonsumsi air yang telah tercemar oleh faeces
manusia, tanpa direbus atau diproses terlebih dahulu (faecal-oral infection).

 Melalui Makanan (Food Borne Infection)


Penyakit – penyakit seperti yang telah disebutkan di atas juga dapat menular dengan
perantara makanan. Penularan dapat terjadi karena :
o Makanan telah tercemar dengan hama penyakit akibat diproses oleh orang yang
sedang menderita sakit atupun carrier dari penyakit tersebut.
o Makanan tercemar oleh hama penyakit tersebut dengan perantaraan lalat.
o Bahan makanan yang dimakan mentah tidak dicuci terlebih dahulu dengan sempurna
sebelum dikonsumsi, padahal sebelumnya telah disiram air sungai / kali dan
sebagainya.
Susu sapi dapat juga menjadi sasaran penularan penyakit –penyakit tersebut, misalnya
karena diproses oleh karyawan yang sedang sakit ataupun carrier. Disamping penyakit –
penyakit yang telah disebutkan di atas, melalui susu sapi dapat juga ditularkan penyakit dari sapi
yang bersangkutan, yaitu penyakit Tuberculosis bovinum dan Brucellosis. Itulah sebabnya maka
susu sapi harus terlebih dahulu di pasteurisasi sebelum dikonsumsi.

 Melalui Serangga (Insect Borne Infection = Arthropod Borne Infection)


Beberapa jenis serangga dapat menjadi vektor beberapa macam penyakit.

 Melalui Alat – Alat Kedokteran Yang Tidak Steril


Beberapa jenis alat kedokteran misalnya jarum suntik, jarum tranfusi, jarum vaksinasi
dan sebagainya dapat juga menjadi perantara penularan beberapa jenis penyakit. Penularan
terjadi misalnya karena jarum bekas menyuntik orang lain, tanpa terlenih dahulu disterilkan.
Penyakit – penyakit yang dapat menular dengan cara demikian misalnya penyakit hepatitis
infectiosa dan AIDS.
Untuk menghindarkan terjadinya penularan penyakit dengan cara demikian, dewasa ini
telah banyak digunakan disposable syringe atau disposable needela, yaitu jarum suntik dan
pengisapnya yang sekali pakai harus dibuang.

5. PORTAL OF ENTRY
Sebuah portal/pintu gerbang/tempat masuk mikroorganisme ke dalam host/penderita.
Portal termasuk lubang tubuh, selaput lendir, atau istirahat di kulit. Pintu masuk itu umumnya
sama dengan pintu keluar, yaitu ;
 Alat Pernafasan, Yaitu hidung dan mulut, misalnya pada penyakit TBC paru, influensa
dan difteria.
 Alat Pencernaan Makanan, Yaitu mulut, misalnya pada penyakit kolera, dysentri dan
thypus perut
 Alat Kencing dan Kelamin, Misalnya pada penularan penyakit gonorhoea, syphilis dan
AIDS
 Luka pada Kulit, Dapat berupa luka pada gigitan hewan / serangga, misalnya pada
penularan penyakit malaria, DHF dan pes. Atau luka buatan misalnya bekas suntikan,
pada penularan penyakit Hepatitis infectiosa dan AIDS.

6. SUSCEPTIBLE HOST
Seseorang/Individu yang tidak bisa menahan invasi mikroorganisme ke dalam tubuhnya dan
mengakibatkan infeksi. Host rentan terhadap penyakit, kurang kekebalan atau ketahanan fisik
untuk mengatasi invasi oleh mikroorganisme patogen.Kerentanan bergantung pada :
 Faktor genetik
 Imunitas yang didapat
 Kemampuan bertahan terhadap infeksi atau membatasi patogenisitas
 Membrana mukosa
 Manutrisi
 Alkoholisme
 Penyakit atau terapi yang melemahkan respon imun non spesifik

RIWAYAT ALAMIAH PENYAKIT (NATURAL HISTORY OF DISEASE)


Riwayat alamiah penyakit merupakan proses perkembangan suatu penyakit tanpa adanya
intervensi manusia (campur tangan medis) dengan sengaja. Perkembangan penyakit mulai dari
sehat, sakit, sampai akhir perjalanan penyakit (sembuh, kronik, cacad, mati). Gambaran
perjalanan alamiah penyakit:
1. Tahap Peka/ rentan / Pre patogenesis (Stage of Susceptibility)
Yakni tahap sebelum terjadinya penyakit tetapi telah terjadi interaksi antara host-bibit
penyakit- lingkungan, interaksi di luar tubuh manusia. Penyakit belum ditemukan, daya tahan
tubuh host masih kuat namun sudah terancam dengan adanya interaksi tersebut (kondisi masih
sehat). Meliputi orang-orang yang sehat, tetapi mempunyai faktor risiko atau predisposisi
untuk terkena penyakit dimana faktor risiko ini dapat berubah atau tetap yang dipengaruhi
oleh:
 Genetik/ etnik
 Kondisi fisik
 Jenis kelamin
 Umur
 Kebiasaan hidup
 Sosial ekonomi

2. Tahap Patogenesis
Fase ini berawal pada saat agen infeksi berhasil memulai proses penyakit dalam tubuh
manusia. Biasanya ada tenggang waktu antara saatnya agen masuk badan manusia sampai
munculnya tanda dan gejala klinis. Dalam tenggang waktu tersebut, agen infeksi akan bersarang
dan berkembang biak dengan cara menggandakan diri. Inilah yang disebut sebagai periode
inkubasi.
Pada periode inkubasi, tubuh penderita mulai terjadi perubahan pada jaringan beserta
fungsi faaliahnya namun pada umumnya masih belum nyata dan tidak mudah untuk
mengenalinya. Untuk dapat mendeteksinya diperlukan beberapa cara seperti pemeriksaan
laboratoris. Selama atau sesudah masa inkubasi tersebut, tubuh penjamu dapat mengalami
perubahan jaringan yang bermakna namun tergantung pada kondisi daya tahan yang ada maka
penyakit tadi dapat berakhir dengan penyembuhan atau sebaliknya berkembang menjadi lebih
parah hingga timbul cacat menetap atau ke fase terminal yaitu kematian.
Riwayat Alamiah Penyakit Dan Tingkat Pencegahan
1. Periode Prepatogenesis
 Tingkat pencegahan primer, meliputi:
a. promosi kesehatan
 pendidikan kesehatan
 gizi yang cukup sesuai dengan perkembangan
 perumahan, rekreasi dan tempat kerja
 konseling perkawinan
 genetika
 pemeriksaan kesehatan berkala
b. perlindungan khusus
 imunisasi
 kebersihan perorangan
 sanitasi lingkungan
 perlindungan kecelakaan akibat kerja
 penggunaan gizi tertentu
 perlindungan terhadap zat yang dapat menimbulkan kanker
 menghindari zat-zat alergenik
2. Periode Patogenesis
 Tingkat pencegahan sekunder, meliputi:
a. diagnosis dini dan pengobatan segera
 penemuan kasus individu dan massal
 skrining
 pemeriksaan khusus dengan tujuan menyembuhkan dan mencegah
penyakit berlanjut, mencegahan penyebaran penyakit menular, mencegah komplikasi
dan akibat lanjutan serta memperpendek masa ketidakmampuan
b. pembatasan ketidakmampuan
 pengobatan yang cukup untuk menghentikan proses penyakit dan mencegah
komplikasi
 penyediaan fasilitas untuk membatasi ketidakmampuan dan mencegah
kematian.
 Tingkat pencegahan tersier, meliputi:
Rehabilitasi
o Penyediaan fasilitas untuk pelatihan hingga fungsi tubuh dapat dimafaatkan
sebai-baiknya
o Pendidikan pada masyarakat dan industriawan agar menggunkan mereka yang
telah direhabilitasi.
o Penempatan secara selektif
o Memperkerjakan sepenuh mungkin
o Terapi kerja di rumah sakit
Tingkat Pencegahan Lain
Didasarkan pada fase penyakit dan Target. Tingkat pencegahan lain terdiri dari:
1. Tingkat pencegahan primordial
Pencegahan primordial adalah strategi pencegahan penyakit dengan menciptakan
lingkungan yang dapat mengeliminasi faktor risiko, sehingga tidak diperlukanintervensi
preventif lainnya.Contoh:
(1) Program eliminasi global cacar (variola), sehingga tidak diperlukan imunisasi cacar;
(2) Penciptaan lingkungan bersih sehingga tidak diperlukan pengabutan nyamuk Aedes
agypti;
(3) Program eliminasi garam dari semua makanan yang jika tercapai sangat efektif untuk
mencegah hipertensi.
2. Tingkat pencegahan primer
Pencegahan primer. Pencegahan primer adalah upaya memodifikasi faktor risiko
atau mencegah berkembangnya faktor risiko, sebelum dimulainya perubahan patologis,
dilakukan pada tahap suseptibel dan induksi penyakit, dengan tujuan mencegah atau
menunda terjadinya kasus baru penyakit.
3. Tingkat pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder merupakan upaya pencegahan pada fase penyakit
asimtomatis, tepatnya pada tahap preklinis, terhadap timbulnya gejala-gejala penyakit
secara klinis melalui deteksi dini (early detection). Jika deteksi tidak dilakukan dini dan
terapi tidak diberikan segera maka akan terjadi gejala klinis yang merugikan. Deteksi dini
penyakit sering disebut “skrining”. Skrining adalah identifikasi yang menduga adanya
penyakit atau kecacatan yang belum diketahui dengan menerapkan suatu tes,
pemeriksaan, atau prosedur lainnya, yang dapat dilakukan dengan cepat.
4. Tingkat pencegahan tersier
Pencegahan tersier adalah upaya pencegahan progresi penyakit ke arah berbagai
akibat penyakit yang lebih buruk, dengan tujuan memperbaiki kualitas hidup pasien.
Pencegahan tersier biasanya dilakukan oleh para dokter dan sejumlah profesi kesehatan
lainnya (misalnya, fisioterapis).
Health field concept
Status kesehatan ditentukan dari hasil hubungan antara factor –faktor lingkungan,gaya
hidup.biologi dan system pelayanan kesehatan secara bersama-sama. Status kesehatan sehat,
menurut model Laframboise jika semua faktor mendukung dan status kesehatan sakit jika ada
salah satu atau lebih faktor tidak mendukung.

Anda mungkin juga menyukai