Kebiasaan, aturan, norma, dan nilai yang dikenal dan dipelajari seseorang
dalam proses sosialisasi dapat dilaksanakan dengan dua cara berikut:
A. Proses Sosialisasi :
1. Enkulturasi : Secara istilah berarti pembudayaan, dan dalam bahasa
Inggris digunakan istilah institutionalization. Proses enkulturasi adalah
proses seorang individu mempelajari dan menyesuaikan alam pikiran
serta sikapnya dengan adat, sistem norma, dan peraturan yang hidup
dalam kebudayaannya.
2. Internalisasi : Proses panjang sejak seorang individu dilahirkan sampai ia
hampir meninggal. Dalam proses ini individu belajar menanamkan dalam
kepribadiannya segala perasaan, hasrat, napsu, dan emosi yang
diperlukan sepanjang hidupnya.
3. Sosialisasi : Proses di mana seorang individu belajar pola-pola tindakan
dalam interaksi dengan segala macam individu sekelilingnya yang
menduduki beraneka ragam peranan sosial.
B. Tahapan Sosialisasi :
D. Teori-teori Sosialisasi
1. Teori Charles H. Cooley
Teori ini menekankan peranan interaksi dalam proses sosialisasi.
Menurutnya, konsep diri (self concept) seseorang berkembang melalui
interaksinya dengan orang lain atau dikenal dengan istilah looking-glass
self . Diri yang berkembang melalui interaksi dengan orang lain
terbentuk melalui tiga tahap, yaitu sebagai berikut:
a. Tahap memahami diri kita dari pandangan orang lain. Contohnya
seorang anak merasa dirinya sebagai anak yang paling hebat dan
yang paling pintar karena sang anak memiliki prestasi di kelas
yang melebihi teman-temannya.
b. Tahap merasakan adanya penilaian dari orang lain. Dengan
pandangan bahwa si anak adalah yang paling hebat, ia merasa
orang lain selalu memuji dia dan selalu percaya pada tindakannya.
Dari pandangan dan penilaian bahwa ia adalah anak yang hebat,
timbul perasaan bangga dan penuh percaya diri.
c. Tahap dampak dari penilaian tersebut terhadap dirinya. Dari
pandangan dan penilaian bahwa ia adalah anak yang hebat, timbul
perasaan bangga dan penuh percaya diri.
2. Teori George Herbert Mead
Sosialisasi yang dilalui seseorang dapat dibedakan melalui beberapa
tahapan :
a. Tahap persiapan atau Prepatory Stage : Sejak manusia dilahirkan
kemudian tumbuh mnjadi seorang anak, ia mulai mempersiapkan
diri untuk mengenal dunia sosialnya, termasuk untuk memperoleh
pemahaman tentang diri. Pada tahap ini, anak-anak sudah mulai
menirukan hal yang diketahui dari sekelilingnya meskipun belum
sempurna. Contohnya, menirukan kata “minum” dengan
diucapkan “mimi”. Selain pengucapan yang belum sempurna, anak
juga belum memahami makna kata tersebut.
b. Tahap meniru atau Play Stage : Pada tahap ini, seorang anak mulai
menirukan dan mulai terbentuk pemahaman tentang sesuatu yang
didapatkan dari sekelilingnya dengan semakin sempurna.
Misalnya, ia mulai memahami nama diri dan siapa nama
orangtuanya, kakak, dan sebagainya. Pada tahap ini, seorang anak
sudah mulai dapat menempatkan diri pada posisi orang lain dan
munculnya kesadaran bahwa dunia sosial manusia berisikan
orang-orang yang jumlahnya banyak.
c. Tahap siap bertindak atau Game Stage : Proses meniru sudah
mulai berkurang dan digantikan oleh peran yang langsung
dimainkan sendiri dengan penuh kesadaran. Kemampuan
menempatkan diri pada posisi orang lain semakin meningkat
sehingga memungkinkan adanya kemampuan bermain secara
bersama-sama dan bekerja sama dengan teman-temannya. Dengan
demikian, lawan berinteraksi semakin bertambah dasn kompleks.
Pada tahap ini, mulai dipahami dan disadari peraturan-peraturan
yang berlaku di luar keluarga.
d. Tahap penerimaan norma kolektif atau Generalized Stage : Pada
tahap ini seseorang telah dianggap dewasa. Penempatan dirinya
pada posisi masyarakat sudah semakin luas. Sikap toleransi, kerja
sama, dan kesadaran akan peraturan dengan masyarakat yang lebih
luas sudah semakin mantap. Dengan kata lain, pada tahap ini
seseorang telah menjadi warga masyarakat dalam arti sepenuhnya.