Anda di halaman 1dari 18

BIMBINGAN DAN KONSELING UNTUK OPTIMALISASI

PERKEMBANGAN SOSIAL ANAK DAN REMAJA

DISUSUN

OLEH

KELOMPOK 6

NAMA : 1. NUR FATAYAH


2. NURUL FARIDAH
3. SITI ZUBAIDAH
FAKULTAS : USHULUDDIN, ADAB & DAKWAH
PRODI : BKI
SEMESTER / UNIT : V/4
MATA KULIAH : KONSELING ANAK DAN REMAJA
DOSEN PEMBIMBING : HAMZAH, MA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)


ZAWIYAH COT KALA LANGSA
2016-2017
BAB I
PENDAHULUAN

Beberapa teori tentang perkembangan manusia telah mengungkapkan bahwa


manusia tumbuh dan berkembang dari masa bayi ke masa dewasa melalui beberapa
langkah dan jenjang. Kehidupan anak dalam menelusuri perkembangannya itu pada
dasarnya merupakan kemampuan mereka berinteraksi dengan lingkungan. Pada proses
integrasi dan interaksi ini faktor intelektual dan emosional mengambil peranan penting.
Proses tersebut merupakan proses sosialisasi yang mendudukkan anak-anak sebagai insan
yang secara aktif melakukan proses sosialisasi.
Pengertian perkembangan sosial adalah sebuah proses interaksi yang dibangun oleh
seseorang dengan orang lain. Perkembangan sosial ini berupa jalinan interaksi anak
dengan orang lain, mulai dari orang tua, saudara, teman bermain, hingga masyarakat
secara luas. Perkembangan sosial adalah proses belajar mengenal normal dan peraturan
dalam sebuah komunitas. Manusia akan selalu hidup dalam kelompok, sehingga
perkembangan sosial adalah mutlak bagi setiap orang untuk di pelajari, beradaptasi dan
menyesuaikan diri.
Perkembangan emosional adalah luapan perasaan ketika anak berinteraksi dengan
orang lain. Dengan demikian dapat dipahami bahwa perkembangan sosial emosional tidak
dapat dipisahkan. Dengan kata lain membahas perkembangan sosial harus melibatkan
emosional.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Perkembangan Sosial


Menurut Elizabeth B. Hurlock, perkembangan sosial adalah kemampuan seseorang
dalam bersikap atau tata cara perilakunya dalam berinteraksi dengan unsur sosialisasi di
masyarakat. Singgih D Gunarsah, perkembangan sosial merupakan kegiatan manusia sejak
lahir, dewasa, sampai akhir hidupnya akan terus melakukan penyesuaian diri dengan
lingkungan sosialnya yang menyangkut norma-norma dan sosial budaya masyarakatnya.
Abu Ahmadi, berpendapat bahwa perkembangan sosial telah dimulai sejak manusia
itu lahir. Sebagai contoh, anak menangis saat dilahirkan, atau anak tersenyum saat disapa.
Hal ini membuktikan adanya interaksi sosial antara anak dan lingkungannya.

B. Perkembangan Sosial Masa Kanak-Kanak


1. Pengertian perkembangan sosial anak
Perkembangan sosial merupakan pencapaian kematangan dalam hubungan sosial.
Dapat juga diartikan sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri terhadap norma-
norma kelompok, moral, dan tradisi; meleburkan diri menjadi suatu kesatuan yang saling
berkomunikasi dan bekerja sama.1 Pengertian Sosial menurut para ahli:
a. Hurlock (1978:250) mengutarakan bahwa Perkembangan sosial berarti perolehan
kemampuan berprilaku yang sesuai dengan tuntunan sosial.
b. Menurut Plato secara potensial (fitrah) manusia dilahirkan sebagai makhluk social
(zoon politicon). Syamsuddin (1995:105) mengungkapkan bahwa sosialisasi adalah
proses belajar untuk menjadi makhluk social.
c. Menurut Bandura (Crain:2007;301) bahwa di dalam situasi sosial kita belajar
menangani masalah lewat pengimitasian, yaitu pemahaman yang penuh dari
pembelajaran imitatif yang mensyaratkan sejumlah konsep baru. Schneider, Minet, dan
Rakhmatunissa dalam Sujiono dan Syamsiatin (2003:61) mengatakan :
1) Sosialisasi adalah suatu proses mental dan tingkah laku yang mendorong seseorang
untuk menyelesaikan diri sesuai dengan keinginan yang berasal dari dalam diri
sesuai dengan keinginan yang berasal dari dalam diri sendiri.

1
http://rachmimaulanaputri.blogspot.co.id/2012/11/perkembangan-sosial-anak-usia-dini.html

2
2) Perkembangan sosial adalah suatu proses kemampuan belajar dari tingkah laku
keluarganya serta mengikuti contoh-contoh serupa yang ada diseluruh dunia.
Sujiono juga menjelaskan (2003:61) setiap anak akan melalui sebuah proses panjang
dalam perkembangan sosialnya yang akhirnya seorang anak akan mempunyai nilai nilai
sosial yang ada dalam dirinya yang disebut proses imitasi, identifikasi dan internalisasi.
Menjadi orang yang mampu bermasyarakat (sozializ) memerlukan 3 proses. Masing-
masing prosesterpisah dan berbeda satu sama lain, tapi saling berkaitan., sehingga
kegagalan dalam suatu proses akan menurunkan kadar sosialisasi individu.
Proses sosialisasi:
a. Belajar berprilaku yang dapat di terima secara sosial
Setiap kelompok sosial mempunysi standar bagi setiap anggotanya tentang prilaku yang
dapat di terima. Untuk dapat bermasyarkat anak tidak hanya harus mengetahui prilaku
yang diterima, tetapi mereka juga harus menyesuaikan dengan patokan prilaku yang
diterima
b. Memainkan peran sosial yang dapat di terima
Setiap kelompok sosial mempunyai pola kebiasaan yang dapat di tentukan dengan
seksama oleh para anggotanya dan di tuntut untuk di patuhi
c. Perkembngan sikap sosial
Untuk bermasyarakat atau bergaul dengan baik anak-anak harus menyukai aktivitas
sosial dan orang.2
Pada perkembangannya, berdasarkan ketiga tahap proses ini, individu akan terbagi
kedalam dua kelompok, yaitu kelompok individu social dan individu nonsosial. Kelompok
individu social adalah mereka yang tingkah lakunya mencerminkan ketiga proses
sosialisasi. Mereka mampu mengikuti kelompok yang diinginkan dan diterima sebagai
anggota kelompok. Adakalanya mereka menginginkan adanya oranglain dan merasa
kesepian bila berada seorang diri. Selain itu mereka juga merasa puas dan bahagia jika
selalu berada dengan oranglain.
Kelompok individu nonsosial, mereka adalah orang-orang yang tidak berhasil
mencerminkan ketiga proses sosialisasi. Mereka adalah individu yang tidak tahu apa yang
diharapkan kelompok social sehingga tingkah laku mereka tidak sesuai dengan harapan
social. Kadang-kadang mereka tumbuh menjadi individu anti social, yaitu individu yang

2
Ibid.

3
mengetahui harapan kelompok social, tetapi dengan sengaja melawan hal tersebut.
Akibatnya individu anti social ini ditolak atau di kucilkan oleh kelompok social.
Melalui pergaulan anak atau hubungan sosial, baik dengan orang tua, anggota
keluarga, orang dewasa, dan teman sebaya lainnya, anak mulai mengembangkan bentuk-
bentuk tingkah laku sosial. Pada masa anak menurut Syamsu Yusuf, bentuk-bentuk prilaku
sosial itu adalah sebagai berikut :
a. Pembangkangan (negativisme), yaitu bentuk tingkah laku melawan
b. Agresi (Agresion), yaitu perilaku menyerang balik secara fisik (nonverbal) maupun
kata-kata (verbal).
c. Berselisih atau bertengkar (quarelling), terjadi apabila anak merasa tersinggung atau
terganggu oleh sikap dan perilaku anak lain.
d. Menggoda (teasing), yaitu sebagai bentuk lain dari agresif.
e. Persaingan (rivally)
Erik Erikson (1950) dalam Papalia dan Old, 2008:370 seorang ahli psikoanalisis
mengidentifikasi perkembangan sosial anak:3
a. Tahap 1: Basic Trust vs Mistrust (percaya vs curiga), usia 0-2 tahun.Dalam tahap ini
bila dalam merespon rangsangan, anak mendapat pengalaman yang menyenamgkan
akan tumbuh rasa percaya diri, sebaliknya pengalaman yang kurang menyenangkan
akan menimbulkan rasa curiga;
b. Tahap 2 : Autonomy vs Shame & Doubt (mandiri vs ragu), usia 2-3 tahun. Anak sudah
mampu menguasai kegiatan meregang atau melemaskan seluruh otot-otot tubuhnya.
Anak pada masa ini bila sudah merasa mampu menguasai anggota tubuhnya dapat
meimbulkan rasa otonomi, sebaliknya bila lingkungan tidak memberi kepercayaan atau
terlalu banyak bertindak untuk anak akan menimbulkan rasa malu dan ragu-ragu;
c. Tahap 3 : Initiative vs Guilt (berinisiatif vs bersalah), usia 4-5 tahun.
Pada masa ini anak dapat menunjukkan sikap mulai lepas dari ikatan orang tua, anak
dapat bergerak bebas dan ber interaksi dengan lingkungannya. Kondisi lepas dari orang
tua menimbulkan rasa untuk berinisiatif, sebaliknya dapat menimbulkan rasa bersalah;
d. Tahap 4 : industry vs inferiority (percaya diri vs rasa rendah diri), usia 6 tahun
pubertas.

3
Ibid.

4
Anak telah dapat melaksanakan tugas-tugas perkembangan untuk menyiapkan diri
memasuki masa dewasa. Perlu memiliki suatu keterampilan tertentu. Bila anak mampu
menguasai suatu keterampilan tertentu dapat menimbulkan rasa berhasil, sebaliknya bila
tidak menguasai, menimbulkan rasa rendah diri.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan sosial


Menurut Hurlock (1998) factor yang mempengaruhi perkembangan sosial anak
yaitu:4
a. Keluarga
1. Hubungan antar orang tua, antar saudara antar anak dengan orang tua.
Hubungan anak dengan orangtua ataupun saudara akan terjalin rasa kasih saying,
dimana anak akan lebih terbuka dalam melakukan interaksi karena terjalinnya
hubungan yang baik yang di tunjang oleh komunikasi yang tepat. Peran orang tua
akan membimbing sang anak untuk mengenal lingkungan sekitar tempat tinggalnya.
2. Urutan anak dalam keluarga (sulung/tengah/bungsu)
Urutan posisi anak dalam keluarga berpengaruh pada anak misalnya sang anak
merupakan anak terakhir maka dipastikan sang anak selalu bergantung pada orangtua
dan saudaranya. Jika hal ini terjadi akan berpengaruh pada tingkat kemandirian anak
tersebut.
3. Jumlah keluarga
Pada dasarnya jumlah anggota yang besar berbeda dengan jumlah anggota yang
sedikit, maka perhatian, waktu dan kasih saying lebih banyak tercurahkan, dimana
segala bentuk aktifitas dapat ditemani ataupun dibantu. Hal ii berbeda dengan anak
dengan keluarga yang besar.
4. Perlakuan keluarga terhadap anak
Adanya perlakuan keluarga terhadap anak prasekolah secara langsung
mempengaruhi pribadi dan gerakan sang anak, dimana dalam keluarga tertanam rasa
saling perhatian, tidak kasar dan selalu merespon setiap kegiatan anak, maka dapat
berpengaruh terhadap perkembangan anak yang lebih baik dan terarah.

4
Ibid.

5
5. Harapan orang tua terhadap anak
Setiap orangtua memiliki harapan mempunyai anak yang baik, cerdas dan terarah
dalam masa depannya. Harapan orangtua adalah mempunyai anak yang
memilikiperkembangan sesuai dengan pertumbuhannya. Artinya bahwa
perkembangan anak pra sekolah yang sekolah bertujuan mempunyai arah sesuai
perkembangannya.
b. Factor diluar keluarga
1. Interaksi dengan teman sebaya
Setiap anak jika mempunyai perkembangan yang baik, maka secara alami dapat
berinteraksi dengan temannya tanpa harus disuruh atau dditemani keluarga karena
anak memiliki arahan yang jelas.
2. Hubungan dengan orang dewasa diluar rumah
Jika seorang anak selalu bergaul dengan siapa saja maka sang anak dapat
menyesuaikan lingkungan orang dewasa dimana anak tanpa malu-malu berinteraksi
dengan orang yang lebih dewasa darinya.
Menurut piaget (1998) menyebutkan bahwa ciri-ciri perkembangan social anak pada
umur 4-6 tahun adalah:5
a. Usia 4 tahun
Perkembangan social anak usia 4 tahun yang seharusnya adalah:
1. Sangat antusias
2. Lebih menyukai bekerja dengan 2 atau 3 teman yang dipilih
3. Suka memakai baju orangtua atau oranglain
4. Dapat membereskan alat permainannya
5. Tidak menyukai bila dipegang tangannya
6. Menarik perhatian karena dipuji
b. Usia 5 tahun
Perkembangan social anak usia 5 tahun yang seharusnya adalah:
1. Sengan dirumah dekat dengan ibu
2. Ingin disuruh, penurt suka membantu
3. Senang pergi ke sekolah
4. Gembira bila berngkat dan pulang sekolah

5
Ibid.

6
5. Kadang-kadang malu dan sukar untuk bicara
6. Bermain dengan kelompok 2 atau 5 orang
7. Bekerjanya terpacu oleh kompetisi dengan anak lain
c. Usia 6 tahun
Perkembangan social anak usia 6 tahun yang seharusnya adalah:
1. Mulai lepas dari sang ibu
2. Menjadi pusatnya sendiri
3. Sangat mementingkan diri sendiri, mau yang paling benar, mau menang, dan mau
yang nomer satu
4. Antusiasme yang implusif dan kegembiraan yang meluap-luap menular keteman
5. Dapat menjadi factor pengganggu di kelas
6. Adanya kecendrungan berlari lepas di halaman sekolah
7. Menyukai pekerjaannya dan selalu ingin membawa pulang.6

3. Sosialisasi pada anak


a. Perkembangan sosial pada masa kanak-kanak awal
Dari umur 2-6 tahun, anak belajar melakukan hubungan sosial dan begaul dengan
orang-orang dan bergaul diluar lingkungan rumah, terutama dengan anak-anak yang
umurnya sebaya. Masa kanak-kanak awal sering di sebut usia pragang (pregang age)
pada masa ini sejumlah hubungan yang dilakukan anak dengan anak lain meningkat dan
ini sebagian menentukan bagaimana gerak maju perkembangan sosial mereka. Anak-
anak yang mengikuti pendidikan prasekolah melakukan penyesuain sosial yang lebih
baik dibandingkan dengan anak-anak yang tidak mengikuti pendidikan prasekolah.
Karena mereka dipersiapkan secara lebih baik untuk melakukan partisipasi yang aktif
dalam kelompok dibandingkan dengan anak yang aktivitas sosialnya terbatas dengan
anggota keluarga dan anak-anak dari lingkungan tetangga terdekat. Keuntungan
pendidikan pra sekolah adalah memberikan pengalaman sosial dibawah bimbingan guru
yang terlatih yang membantu mengembangkan hubungan yang menyenamgkan dan
berusaha agar anak-anak tidak mendapat perlakuan yang mungkin menyebabkan
mereka menghindari hubungan sosial. Pola prilaku dalam situasi sosial pada masa
kanak-kanak awal: kerja sama, persaingan, kemurahan hati, hasrat akan penerimaan

6
Ibid.

7
sosial, simpati, empati, ketergantungan, sikap ramah, sikap tidak mengasingkn diri
sendiri, meniru, prilaku kekuatan.7
1) Hubungan dengan orang dewasa
Dengan berkembangnya keinginan terhadap kebebasan, anak-anak mulai melawan
otoritas orang dewasa. Jika mereka telah memperoleh kepuasaan prilaku kelekatan
pada masa kanak-kanak, mereka akan terus berusaha membina hubungan yang
bersahabat dengan orang dewasa, terutama anggota keluarga.
2) Hubungan dengan anak lain
Sebelum usia 2 tahun anak kecil terlibat dalam permainan seorang diri atau searah.
Sejak umur 3 atau 4 tahun, anak-anak mulai bermain bersama dengan kelompok,
berbicara satu sama lain pada saat bermain, dan memilih dari anak-anak yang hadir
siapa yang akan dipilih untuk bermain.
3) Bentuk umum prilaku sosial
Landasan yang diletakkan pada masa kanak-kanak awal akan menentukan cara anak
menyesuaikan diri dengan orang lain dan situasi sosial jika lingkungan merekan
semakin meluas dan jika mereka tidak mempunyai perlindungan dan bimbingan dari
orang tua sejak bayi. Terjadinya peningkatan prilaku sosial akan tergantung pada tiga
hal:
a. Seberapa kuat keinginan untuk diterima secara sosial
b. Pengetahuan mereka tentang cara memperbaiki perilaku
c. Kemampuan intelektual yang semakin berkembang dan memungkinkan
pemahaman hubungan antara prilaku mereka dengan penerimaan sosial.
b. Perkembangan sosial pada masa kanak-kanak akhir
Pada waktu mulai sekolah, anak memasuki usia geng yaitu usia pada saat itu
kesadaran sosial berkembang pesat. Menjadi pribadi yang sosial merupakan satu
tugas perkembangan yang terutama. Pada masa transisi dari usia pragang masa
kanak-kanak akhir, anak beralih dari satu kelompok ke kelompok lain atau dari
aktivitas ke kelompok ke aktivitas individual. Pola prilaku yang dipelajari dari
keangotaan gang:
1. Kerentanan (susceptibility) terhadap penerimaan dan penolakan sosial
2. Kepekaan yang belebihan

7
Ibid.

8
3. Mudah dipengaruhi dan tidak mudah dipengaruhi
4. Persaingan
5. Sikap sportif
6. Tanggung jawab
7. Wawasan sosial
8. Diskriminasi sosial
9. Prasangka
10. Antagonisme jenis kelamin.8

C. Perkembangan Sosial Masa Remaja


1. Perkembangan Sosial Remaja
Dalam penyesuaian diri terhadap lingkungannya, remaja telah mulai memperhatikan
dan mengenal berbagai norma pergaulan, yang berbeda dengan norma yang berlaku
sebelumnya didalam keluarganya. Dengan demikian, remaja mulai memahami norma
pergaulan dengan kelompok remaja, kelompok anak-anak, kelompok dewasa dan
kelompok orang tua. Pergaulan dengan sesama remaja lawan jenis dirasakan yang paling
penting tetapi cukup sulit, karena disamping harus memperhatikan norma pergaulan
sesama remaja, juga terselip pemikiran pemikiran adanya kebutuhan masa depan untuk
memilih teman hidup.9
Kehidupan sosial pada jenjang remaja ditandai dengan menonjolnya fungsi
intelektual emosional. Seorang remaja dapat mengalami sikap hubungan sosial yang
bersifat tertutup sehubungan dengan masalah yang dialami oleh remaja. Keadaan atau
peristiwa ini oleh Erik Erickson (dalam lefton, 1982:281) dinyatakan bahwa anak telah
mengalami krisi identitas. Proses pembentukan identitas diri dan konsep diri seseorang
adalah sesuatu yang kompleks. Banyak remaja yang amat percaya pada kelompok mereka
dalam menemukan jati dirinya. Dalam hal ini Erik Erickson berpendapat bahwa penemuan
jati diri seseorang didorong oleh pengaruh sosiaokultural. Semua perilaku sosial didorong
oleh kepentingan sosial. Pergaulan remaja banyak diwujudkan dalam bentuk kelompok
baik kelompok kecil maupun besar. Dalam menetapkan pilihan kelompok yang diikuti,
didasari oleh berbagai penimbangan, seperti moral, sosial ekonomi, minat dan kesamaan

8
Ibid.
9
https://caracariuangblog.wordpress.com/2016/03/02/makalah-perkembangan-sosial-remaja-serta-
implikasinya-dalam-pendidikan/

9
bakat, dan kemampuan. Baik didalam kelompok kecil maupun kelompok besar, masalah
yang umum dihadapi oleh ramaja dan yang paling rumit adalah faktor penyesuaian diri.
Didalam kelompok besar akan terjadi persaingan yang berat, masing-masing individu
bersaing tampil menonjol, memperlihatkan akunya. Oleh karena itu, sering terjadi
perpecahan dalam kelompok tersebut yang disebabkan oleh menonjolnya kepentingan
pribadi setiap orang. Teteapi sebaliknya dalam kelompok ini terbentuk suatu persatuan
yang kokoh, yang diikati oleh norma kelompok yang telah disepakati.
Nilai positif dalam kehidupan kelompok adalah tiap anggota kelompok belajar
berorganisasi, memilih pemimpin, dan mematuhi kelompok. Penyesuaian dalam
kelompok kecil, kelompok yang terdiri dari pasangan remaja berbeda jenis sekalipun, tetap
menjadi permasalahan yang cukup berat. Di dalam proses penyesuaian diri, kemampuan
intelektual dan emosional mempunyai pengaruh yang kuat. Saling pengertian akan
kekuarngan masing-masing dan upaya menahan sikap menonjolakn diri atau tindakan
dominasi terhadap pasangannya, diperlukan tindakan intelektual yang tepat dan kemapuan
menyeimbangkan pengendalian emosional. Dalam hubungan sosial yang lebih khusus,
yang mengarah kepemilihan pasangan hidup, pertimbangan faktor agama dan suku ini
bukan saja menjadi kepentingan masing-masing individu yang bersangkutan, tetapi dapat
menyangkut kepentingan keluarga dan kelompok yang besar (sesama agama atau sesama
suku).
Remaja pada tingkat perkembangan anak yang telah mencapai jenjang menjelang
dewasa. Pada jenjang ini, kebutuhan remaja telah cukup kompleks, cakrawala interaksi
sosial dan pergaulan remaja telah cukup luas. Dalam penyesuaian diri terhadap
lingkungannya, remaja telah mulai memperlihatkan dan mengenal berbagai norma
pergaulan, yang berbeda dengan norma yang berlaku sebelumnya di dalam keluarganya.
Dengan demikian, remaja mulai memahami norma pergaulan dengan kelompok remaja,
kelompok anak-anak, kelompok dewasa, dan kelompok orang tua.

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Sosial Remaja


Perkembangan sosial manusia dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya :
keluarga,kematangan anak,status sosial ekonomi keluarga,tingkat pendidikan,dan
kemampuan mental terutama mental dan intelegensi.10

10
Ibid.

10
a. Keluarga
Proses pendidikan yang bertujuan mengembangkan kepribadian anak lebih banyak
ditentukan oleh keluarga. Pola pergaulan dan bagaimana norma dalam menetapkan diri
terhadap lingkungan yang lebih luas ditetapkan dan diarahkan dalam lingkungan
keluarga.
b. Kematangan
Untuk mampu bersosialisasi dengan baik diperlukan kematangan fisik sehingga setiap
fisiknya telah mampu menjalankan fungsinya dengan baik.
c. Status Sosial Ekonomi
Kehidupan sosial banyak dipengaruhi oleh kondisi atau status kehidupan sosial keluarga
dalam lingkungan masyarakat. Masyarakat akan memandang anak,bukan sebagai anak
yang independent, tetapi akan dipandang konteksnya yang utuh dalam keluarga anak
itu. Secara tidak langsung pergaulan sosial anak, masyarakat dan kelompoknya akan
memperhitungkan norma yang berlaku di dalam keluarganya. Sehingga anak akan
menjaga status soisal dan ekonomi keluarganya.
d. Pendidikan
Pendidikan merupakan proses sosialisasi anak yang terarah. Karena pendidikan
merupakan proses pengoperasian ilmu yang normatif, akan memberikan warna
kehidupan sosial anak di dalam masyarakat dan kehidupan mereka di masa yang akan
datang. Penanaman norma perilaku yang benar secara sengaja diberikan kepada peserta
didik bukan saja dikenalkan kepada norma-norma lingkungan dekat, tetapi dikenalkan
kepada norma kehidupan bangsa (nasional) dan norma kehidupan antarbangsa. Etik
pergaulan membentuk perilaku kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
e. Kapasitas Mental, Emosi Dan Intelegensi.
Kemapuan berfikir dapat mempengaruhi banyak hal, seperti kemampuan belajar,
memcahkan masalah, dan berbahasa. Perkembangan emosi sangat berpengaruh sekali
terhadap perkembangan sosial anak. Pada hakekatnya anak yang berkemampuan
intelektual tinggi akan berkemampuan berbahasa secara baik. Oleh karena itu,
kemampuan intelektual tinggi, kemampuan berbahasa baik,dan pengendalian emosi
secara seimbang sangat menentukan keberhasilan dalam perkembangan sosial anak.11

11
Ibid.

11
3. Pengaruh Teman Sebaya dan Keluarga Terhadap Perkembangan Sosial Remaja
a. Teman Sebaya
Ketika seorang anak beranjak menjadi remaja, maka terjadi perubahan aspek
sosialnya. Yang awalnya bersifat egosentris akan berubah menjadi sociable. Begitu
mereka memasuki usia remaja, kebutuhan fisiologis dan kasih sayang orang tua akan
dikesampingkan dan digantikan oleh kebutuhan akan kehadiran teman-teman
sebayanya.12 Dengan kehadiran teman-teman sebayanya, remaja merasa dihargai, di-
orang-kan serta merasa dapat diterima oleh lingkungannya. Perasaan-perasaan tersebut
dapat membantu remaja untuk lebih percaya diri, lebih menghargai dirinya serta mampu
untuk memiliki citra diri yang positif. Sehingga teman sebaya memiliki fungsi bagi
perkembangan kepribadian si remaja.Ada beberapa aspek kepribadian yang dapat
dikembangkan melalui kehadiran teman sebaya, yaitu :
1) Aspek Fisik.dengan kehadiran teman sebaya, remaja dapat mengembangkan
keterampilan-keterampilan fisiknya, seperti kegiatan-kegiatan kelompok yang sama-
sama menyukai aktifitas fisik. Misalnya kelompok sepak bola, karate, dll.
2) Aspek Intelektual.Di sini remaja berkelompok dengan minat yang sama, seperti
ajang diskusi atau kegiatan-kegiatan yang banyak melibatkan kemampuan
intelektualnya.
3) Aspek Emosi. Remaja membuat kelompok untuk saling menyalurkan emosinya,
misalnya nonton bareng-bareng, nyanyi bareng-bareng (bikin band) atau kegiatan
lainnya yang bisa menyalurkan emosi mereka.
4) Aspek Sosial. Dengan kelompok, remaja merasa memiliki teman senasib, se ide,
seperjuangan sehingga melalui kegiatan sosial yang mereka bentuk, remaja merasa
dihargai oleh lingkungannya.
5) Aspek Moral. Remaja berkelompok untuk mengembangkan kemampuannya di
bidang keagamaan.
Dampak kehadiran teman sebaya juga tidak selamanya meberi pengaruh yang
positif bagi perkembangan remaja. Bila orang tua kurang memberikan pengetahuan
yang baik bagi remaja, maka akibatnya bisa menimbulkan hal-hal yang negatif. Yang

12
Ibid.

12
perlu diperhatikan agar remaja tidak menyimpang dari aturan aturan dalam
bersosialisasi yaitu :13
1) Peran Disiplin. Remaja harus mampu mengatur waktu. Kapan belajar, kapan
bermain dengan teman sebaya dan kapan membantu orang tua.
2) Peran Kontrol Orang Tua. Orang tua tetap harus dapat mengontrol remaja dalam
berhubungan dengan teman-teman sebayanya.
3) Hindari lingkungan yang dapat membawa remaja ke arah pergaulan yang negatif.
4) Pandai-pandai dalam memilih bentuk kegiatan yang akan dimasuki.
5) Pilihlah teman yang memberi dampak/pengaruh yang positif terhadap kita.
6) Memiliki aturan-aturan yang jelas sebagai bekal pada saat bersosialisasi dengan
teman-teman remaja yang lain.
b. Keluarga ( Rumah Tangga)
Dalam berbagai penelitian yang telah dilakukan, dikemukakan bahwa
anak/remaja yang dibesarkan dalam lingkungan sosial keluarga yang tidak
baik/disharmoni keluarga, maka resiko anak untuk mengalami gangguan kepribadian
menjadi berkepribadian antisosial dan berperilaku menyimpang lebih besar
dibandingkan dengan anak/remaja yang dibesarkan dalam keluarga sehat/harmonis
(sakinah).

4. Pengaruh Perkembangan Sosial Remaja Terhadap Tingkah Laku


Pikiran remaja sering dipengaruhi oleh ide-ide dari teori-teori yang menyebabkan
sikap kritis terhadap situasi dan orang lain,termasuk orang tuanya, setiap pendapat orang
lain dibandingkan dengan teori yang di ikuti atau diharapkan. Keadaan ini akhirnya dapat
menimbulkan perasaan tidak puas atau putus asa. Disamping itu, ternyata pengaruh
egosentris masih sering terlihat pada pikiran remaja,diantaranya adalah dapat
menyebabkan kekakuan para remaja dalam cara berfikir maupun cara bertingkah laku,
persoalan yang timbul pada masa remaja adalah banyak bertalian dengan perkembangan
fisik yang dirasakan mengganggu dirinya dalam bergaul. Karena disangkanya orang lain
sepikiran dan tidak puas mengenai penampilan dirinya, hal ini menimbulkan perasaan

13
Ibid.

13
seperti selalu diamati orang lain, perasaan malu, dan membatasi gerak-geriknya. Akibat
dari hal ini akan menyebaban tingkah laku yang canggung.14
Penyesuaian diri yang dilandasi dengan sifat ego menyebabkan remaja merasa
bahwa dirinya ampuh atau hebat sehingga berani menantang malapetaka dan
menceburkan diri dalam aktifitas yang sering kali dipikirkan atau direncanakan. Aktifitas
yang dilakukan umumnya aktifitas yang tergolong membahayakan. Namun melalui banyak
pengalaman yang didapatnya,maka sifat ego semakin brkurang. Pada akhir masa remaja
pengaruh egosentris sudah sedemikian kecilnya,sehingga remaja sudah dapat berhubungan
dengan orang lain tanpa meremehkan pendapat dan pandangan orang lain.

5. Upaya Mengembangkan Hubungan Sosial Remaja dengan Implikasi dalam


Penyelenggaraan Pendidikan
Melihat masa remaja sangat potensial dan dapat berkembang ke arah positif maupun
negatif maka intervensi edukatif dalam bentuk pendidikan, bimbingan, maupun
pendampingan sangat diperlukan untuk mengarahkan perkembangan potensi remaja
tersebut agar berkembang ke arah positif dan produktif.15
Dalam konteks bimbingan orang tua terhadap remaja, Hoffman (1989)
mengemukakan tiga jenis pola asuh orang tua, yaitu:
a. Pola asuh bina kasih (induction), adalah pola asuh yang diterapkan orang tua dalam
mendidik anaknya dengan senantiasa memberikan penjelasan yang masuk akal terhadap
setiap perilaku dan keputusan yang diambil bagi anaknya.
b. Pola asuh unjuk kuasa (power assertion), adalah pola asuh yang diterapkan orang tua
dalam mendidik anaknya dengan senantiasa memaksakan kehendaknya untuk dipatuhi
oleh anak meskipun sebenarnya anak tidak dapat menerimanya.
c. Pola asuh lepas kasih (love withdrawal), adalah pola asuh yang diterapkan orang tua
dalam mendidik anaknya dengan cara menarik sementara cinta kasihnya ketika anak
tidak menjalankan apa yang dikehendaki orang tuanya, tetapi jika anak sudah mau
melaksanakan apa yang dikehendaki orang tuanya maka cinta kasihnya itu
dikembalikan seperti sediakala.

14
Ibid.
15
Ibid.

14
Untuk dapat membantu perkembangan kepribadian peserta didik secara maksimal,
ada 5 kompetensi yang seharusnya dipenuhi oleh seorang guru, yaitu:
a. Kompetensi profesional (professional competency)
b. Kompetensi pribadi (personal competency)
c. Kompetensi moralitas (morality competency)
d. Kompetensi religiusitas (religiousity competency)
e. Kompetensi formal (formal competency).16
Berkenaan dengan upaya pengembangan hubungan sosial remaja, peran masyarakat
justru sangat besar seiring dengan perkembangan psikologis masa remaja. Variasi
perkembangan individu tejadi dalam segala macam hubungan dan pengalaman termasuk
variasi kebudayaan dan sosial yang ada dalam suatu masyarakat. Sistem kebudayaan,
lapisan sosial, kelompok agama, dan sebagainya memiliki nilai nilai tersendii yang sudah
tentu sangat berpengaruh terhadap para anggotanya.

16
Ibid.

15
BAB III
KESIMPULAN

Abu Ahmadi, berpendapat bahwa perkembangan sosial telah dimulai sejak manusia
itu lahir. Sebagai contoh, anak menangis saat dilahirkan, atau anak tersenyum saat disapa.
Hal ini membuktikan adanya interaksi sosial antara anak dan lingkungannya.
Sujiono juga menjelaskan (2003:61) setiap anak akan melalui sebuah proses panjang
dalam perkembangan sosialnya yang akhirnya seorang anak akan mempunyai nilai nilai
sosial yang ada dalam dirinya yang disebut proses imitasi, identifikasi dan internalisasi.
Kehidupan sosial pada jenjang remaja ditandai dengan menonjolnya fungsi
intelektual emosional. Seorang remaja dapat mengalami sikap hubungan sosial yang
bersifat tertutup sehubungan dengan masalah yang dialami oleh remaja. Keadaan atau
peristiwa ini oleh Erik Erickson (dalam lefton, 1982:281) dinyatakan bahwa anak telah
mengalami krisi identitas. Proses pembentukan identitas diri dan konsep diri seseorang
adalah sesuatu yang kompleks. Banyak remaja yang amat percaya pada kelompok mereka
dalam menemukan jati dirinya. Dalam hal ini Erik Erickson berpendapat bahwa penemuan
jati diri seseorang didorong oleh pengaruh sosiaokultural.

16
DAFTAR PUSTAKA

http://rachmimaulanaputri.blogspot.co.id/2012/11/perkembangan-sosial-anak-usia-
dini.html
https://caracariuangblog.wordpress.com/2016/03/02/makalah-perkembangan-sosial-
remaja-serta-implikasinya-dalam-pendidikan/

17

Anda mungkin juga menyukai