DISUSUN
OLEH
KELOMPOK 6
1
BAB II
PEMBAHASAN
1
http://rachmimaulanaputri.blogspot.co.id/2012/11/perkembangan-sosial-anak-usia-dini.html
2
2) Perkembangan sosial adalah suatu proses kemampuan belajar dari tingkah laku
keluarganya serta mengikuti contoh-contoh serupa yang ada diseluruh dunia.
Sujiono juga menjelaskan (2003:61) setiap anak akan melalui sebuah proses panjang
dalam perkembangan sosialnya yang akhirnya seorang anak akan mempunyai nilai nilai
sosial yang ada dalam dirinya yang disebut proses imitasi, identifikasi dan internalisasi.
Menjadi orang yang mampu bermasyarakat (sozializ) memerlukan 3 proses. Masing-
masing prosesterpisah dan berbeda satu sama lain, tapi saling berkaitan., sehingga
kegagalan dalam suatu proses akan menurunkan kadar sosialisasi individu.
Proses sosialisasi:
a. Belajar berprilaku yang dapat di terima secara sosial
Setiap kelompok sosial mempunysi standar bagi setiap anggotanya tentang prilaku yang
dapat di terima. Untuk dapat bermasyarkat anak tidak hanya harus mengetahui prilaku
yang diterima, tetapi mereka juga harus menyesuaikan dengan patokan prilaku yang
diterima
b. Memainkan peran sosial yang dapat di terima
Setiap kelompok sosial mempunyai pola kebiasaan yang dapat di tentukan dengan
seksama oleh para anggotanya dan di tuntut untuk di patuhi
c. Perkembngan sikap sosial
Untuk bermasyarakat atau bergaul dengan baik anak-anak harus menyukai aktivitas
sosial dan orang.2
Pada perkembangannya, berdasarkan ketiga tahap proses ini, individu akan terbagi
kedalam dua kelompok, yaitu kelompok individu social dan individu nonsosial. Kelompok
individu social adalah mereka yang tingkah lakunya mencerminkan ketiga proses
sosialisasi. Mereka mampu mengikuti kelompok yang diinginkan dan diterima sebagai
anggota kelompok. Adakalanya mereka menginginkan adanya oranglain dan merasa
kesepian bila berada seorang diri. Selain itu mereka juga merasa puas dan bahagia jika
selalu berada dengan oranglain.
Kelompok individu nonsosial, mereka adalah orang-orang yang tidak berhasil
mencerminkan ketiga proses sosialisasi. Mereka adalah individu yang tidak tahu apa yang
diharapkan kelompok social sehingga tingkah laku mereka tidak sesuai dengan harapan
social. Kadang-kadang mereka tumbuh menjadi individu anti social, yaitu individu yang
2
Ibid.
3
mengetahui harapan kelompok social, tetapi dengan sengaja melawan hal tersebut.
Akibatnya individu anti social ini ditolak atau di kucilkan oleh kelompok social.
Melalui pergaulan anak atau hubungan sosial, baik dengan orang tua, anggota
keluarga, orang dewasa, dan teman sebaya lainnya, anak mulai mengembangkan bentuk-
bentuk tingkah laku sosial. Pada masa anak menurut Syamsu Yusuf, bentuk-bentuk prilaku
sosial itu adalah sebagai berikut :
a. Pembangkangan (negativisme), yaitu bentuk tingkah laku melawan
b. Agresi (Agresion), yaitu perilaku menyerang balik secara fisik (nonverbal) maupun
kata-kata (verbal).
c. Berselisih atau bertengkar (quarelling), terjadi apabila anak merasa tersinggung atau
terganggu oleh sikap dan perilaku anak lain.
d. Menggoda (teasing), yaitu sebagai bentuk lain dari agresif.
e. Persaingan (rivally)
Erik Erikson (1950) dalam Papalia dan Old, 2008:370 seorang ahli psikoanalisis
mengidentifikasi perkembangan sosial anak:3
a. Tahap 1: Basic Trust vs Mistrust (percaya vs curiga), usia 0-2 tahun.Dalam tahap ini
bila dalam merespon rangsangan, anak mendapat pengalaman yang menyenamgkan
akan tumbuh rasa percaya diri, sebaliknya pengalaman yang kurang menyenangkan
akan menimbulkan rasa curiga;
b. Tahap 2 : Autonomy vs Shame & Doubt (mandiri vs ragu), usia 2-3 tahun. Anak sudah
mampu menguasai kegiatan meregang atau melemaskan seluruh otot-otot tubuhnya.
Anak pada masa ini bila sudah merasa mampu menguasai anggota tubuhnya dapat
meimbulkan rasa otonomi, sebaliknya bila lingkungan tidak memberi kepercayaan atau
terlalu banyak bertindak untuk anak akan menimbulkan rasa malu dan ragu-ragu;
c. Tahap 3 : Initiative vs Guilt (berinisiatif vs bersalah), usia 4-5 tahun.
Pada masa ini anak dapat menunjukkan sikap mulai lepas dari ikatan orang tua, anak
dapat bergerak bebas dan ber interaksi dengan lingkungannya. Kondisi lepas dari orang
tua menimbulkan rasa untuk berinisiatif, sebaliknya dapat menimbulkan rasa bersalah;
d. Tahap 4 : industry vs inferiority (percaya diri vs rasa rendah diri), usia 6 tahun
pubertas.
3
Ibid.
4
Anak telah dapat melaksanakan tugas-tugas perkembangan untuk menyiapkan diri
memasuki masa dewasa. Perlu memiliki suatu keterampilan tertentu. Bila anak mampu
menguasai suatu keterampilan tertentu dapat menimbulkan rasa berhasil, sebaliknya bila
tidak menguasai, menimbulkan rasa rendah diri.
4
Ibid.
5
5. Harapan orang tua terhadap anak
Setiap orangtua memiliki harapan mempunyai anak yang baik, cerdas dan terarah
dalam masa depannya. Harapan orangtua adalah mempunyai anak yang
memilikiperkembangan sesuai dengan pertumbuhannya. Artinya bahwa
perkembangan anak pra sekolah yang sekolah bertujuan mempunyai arah sesuai
perkembangannya.
b. Factor diluar keluarga
1. Interaksi dengan teman sebaya
Setiap anak jika mempunyai perkembangan yang baik, maka secara alami dapat
berinteraksi dengan temannya tanpa harus disuruh atau dditemani keluarga karena
anak memiliki arahan yang jelas.
2. Hubungan dengan orang dewasa diluar rumah
Jika seorang anak selalu bergaul dengan siapa saja maka sang anak dapat
menyesuaikan lingkungan orang dewasa dimana anak tanpa malu-malu berinteraksi
dengan orang yang lebih dewasa darinya.
Menurut piaget (1998) menyebutkan bahwa ciri-ciri perkembangan social anak pada
umur 4-6 tahun adalah:5
a. Usia 4 tahun
Perkembangan social anak usia 4 tahun yang seharusnya adalah:
1. Sangat antusias
2. Lebih menyukai bekerja dengan 2 atau 3 teman yang dipilih
3. Suka memakai baju orangtua atau oranglain
4. Dapat membereskan alat permainannya
5. Tidak menyukai bila dipegang tangannya
6. Menarik perhatian karena dipuji
b. Usia 5 tahun
Perkembangan social anak usia 5 tahun yang seharusnya adalah:
1. Sengan dirumah dekat dengan ibu
2. Ingin disuruh, penurt suka membantu
3. Senang pergi ke sekolah
4. Gembira bila berngkat dan pulang sekolah
5
Ibid.
6
5. Kadang-kadang malu dan sukar untuk bicara
6. Bermain dengan kelompok 2 atau 5 orang
7. Bekerjanya terpacu oleh kompetisi dengan anak lain
c. Usia 6 tahun
Perkembangan social anak usia 6 tahun yang seharusnya adalah:
1. Mulai lepas dari sang ibu
2. Menjadi pusatnya sendiri
3. Sangat mementingkan diri sendiri, mau yang paling benar, mau menang, dan mau
yang nomer satu
4. Antusiasme yang implusif dan kegembiraan yang meluap-luap menular keteman
5. Dapat menjadi factor pengganggu di kelas
6. Adanya kecendrungan berlari lepas di halaman sekolah
7. Menyukai pekerjaannya dan selalu ingin membawa pulang.6
6
Ibid.
7
sosial, simpati, empati, ketergantungan, sikap ramah, sikap tidak mengasingkn diri
sendiri, meniru, prilaku kekuatan.7
1) Hubungan dengan orang dewasa
Dengan berkembangnya keinginan terhadap kebebasan, anak-anak mulai melawan
otoritas orang dewasa. Jika mereka telah memperoleh kepuasaan prilaku kelekatan
pada masa kanak-kanak, mereka akan terus berusaha membina hubungan yang
bersahabat dengan orang dewasa, terutama anggota keluarga.
2) Hubungan dengan anak lain
Sebelum usia 2 tahun anak kecil terlibat dalam permainan seorang diri atau searah.
Sejak umur 3 atau 4 tahun, anak-anak mulai bermain bersama dengan kelompok,
berbicara satu sama lain pada saat bermain, dan memilih dari anak-anak yang hadir
siapa yang akan dipilih untuk bermain.
3) Bentuk umum prilaku sosial
Landasan yang diletakkan pada masa kanak-kanak awal akan menentukan cara anak
menyesuaikan diri dengan orang lain dan situasi sosial jika lingkungan merekan
semakin meluas dan jika mereka tidak mempunyai perlindungan dan bimbingan dari
orang tua sejak bayi. Terjadinya peningkatan prilaku sosial akan tergantung pada tiga
hal:
a. Seberapa kuat keinginan untuk diterima secara sosial
b. Pengetahuan mereka tentang cara memperbaiki perilaku
c. Kemampuan intelektual yang semakin berkembang dan memungkinkan
pemahaman hubungan antara prilaku mereka dengan penerimaan sosial.
b. Perkembangan sosial pada masa kanak-kanak akhir
Pada waktu mulai sekolah, anak memasuki usia geng yaitu usia pada saat itu
kesadaran sosial berkembang pesat. Menjadi pribadi yang sosial merupakan satu
tugas perkembangan yang terutama. Pada masa transisi dari usia pragang masa
kanak-kanak akhir, anak beralih dari satu kelompok ke kelompok lain atau dari
aktivitas ke kelompok ke aktivitas individual. Pola prilaku yang dipelajari dari
keangotaan gang:
1. Kerentanan (susceptibility) terhadap penerimaan dan penolakan sosial
2. Kepekaan yang belebihan
7
Ibid.
8
3. Mudah dipengaruhi dan tidak mudah dipengaruhi
4. Persaingan
5. Sikap sportif
6. Tanggung jawab
7. Wawasan sosial
8. Diskriminasi sosial
9. Prasangka
10. Antagonisme jenis kelamin.8
8
Ibid.
9
https://caracariuangblog.wordpress.com/2016/03/02/makalah-perkembangan-sosial-remaja-serta-
implikasinya-dalam-pendidikan/
9
bakat, dan kemampuan. Baik didalam kelompok kecil maupun kelompok besar, masalah
yang umum dihadapi oleh ramaja dan yang paling rumit adalah faktor penyesuaian diri.
Didalam kelompok besar akan terjadi persaingan yang berat, masing-masing individu
bersaing tampil menonjol, memperlihatkan akunya. Oleh karena itu, sering terjadi
perpecahan dalam kelompok tersebut yang disebabkan oleh menonjolnya kepentingan
pribadi setiap orang. Teteapi sebaliknya dalam kelompok ini terbentuk suatu persatuan
yang kokoh, yang diikati oleh norma kelompok yang telah disepakati.
Nilai positif dalam kehidupan kelompok adalah tiap anggota kelompok belajar
berorganisasi, memilih pemimpin, dan mematuhi kelompok. Penyesuaian dalam
kelompok kecil, kelompok yang terdiri dari pasangan remaja berbeda jenis sekalipun, tetap
menjadi permasalahan yang cukup berat. Di dalam proses penyesuaian diri, kemampuan
intelektual dan emosional mempunyai pengaruh yang kuat. Saling pengertian akan
kekuarngan masing-masing dan upaya menahan sikap menonjolakn diri atau tindakan
dominasi terhadap pasangannya, diperlukan tindakan intelektual yang tepat dan kemapuan
menyeimbangkan pengendalian emosional. Dalam hubungan sosial yang lebih khusus,
yang mengarah kepemilihan pasangan hidup, pertimbangan faktor agama dan suku ini
bukan saja menjadi kepentingan masing-masing individu yang bersangkutan, tetapi dapat
menyangkut kepentingan keluarga dan kelompok yang besar (sesama agama atau sesama
suku).
Remaja pada tingkat perkembangan anak yang telah mencapai jenjang menjelang
dewasa. Pada jenjang ini, kebutuhan remaja telah cukup kompleks, cakrawala interaksi
sosial dan pergaulan remaja telah cukup luas. Dalam penyesuaian diri terhadap
lingkungannya, remaja telah mulai memperlihatkan dan mengenal berbagai norma
pergaulan, yang berbeda dengan norma yang berlaku sebelumnya di dalam keluarganya.
Dengan demikian, remaja mulai memahami norma pergaulan dengan kelompok remaja,
kelompok anak-anak, kelompok dewasa, dan kelompok orang tua.
10
Ibid.
10
a. Keluarga
Proses pendidikan yang bertujuan mengembangkan kepribadian anak lebih banyak
ditentukan oleh keluarga. Pola pergaulan dan bagaimana norma dalam menetapkan diri
terhadap lingkungan yang lebih luas ditetapkan dan diarahkan dalam lingkungan
keluarga.
b. Kematangan
Untuk mampu bersosialisasi dengan baik diperlukan kematangan fisik sehingga setiap
fisiknya telah mampu menjalankan fungsinya dengan baik.
c. Status Sosial Ekonomi
Kehidupan sosial banyak dipengaruhi oleh kondisi atau status kehidupan sosial keluarga
dalam lingkungan masyarakat. Masyarakat akan memandang anak,bukan sebagai anak
yang independent, tetapi akan dipandang konteksnya yang utuh dalam keluarga anak
itu. Secara tidak langsung pergaulan sosial anak, masyarakat dan kelompoknya akan
memperhitungkan norma yang berlaku di dalam keluarganya. Sehingga anak akan
menjaga status soisal dan ekonomi keluarganya.
d. Pendidikan
Pendidikan merupakan proses sosialisasi anak yang terarah. Karena pendidikan
merupakan proses pengoperasian ilmu yang normatif, akan memberikan warna
kehidupan sosial anak di dalam masyarakat dan kehidupan mereka di masa yang akan
datang. Penanaman norma perilaku yang benar secara sengaja diberikan kepada peserta
didik bukan saja dikenalkan kepada norma-norma lingkungan dekat, tetapi dikenalkan
kepada norma kehidupan bangsa (nasional) dan norma kehidupan antarbangsa. Etik
pergaulan membentuk perilaku kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
e. Kapasitas Mental, Emosi Dan Intelegensi.
Kemapuan berfikir dapat mempengaruhi banyak hal, seperti kemampuan belajar,
memcahkan masalah, dan berbahasa. Perkembangan emosi sangat berpengaruh sekali
terhadap perkembangan sosial anak. Pada hakekatnya anak yang berkemampuan
intelektual tinggi akan berkemampuan berbahasa secara baik. Oleh karena itu,
kemampuan intelektual tinggi, kemampuan berbahasa baik,dan pengendalian emosi
secara seimbang sangat menentukan keberhasilan dalam perkembangan sosial anak.11
11
Ibid.
11
3. Pengaruh Teman Sebaya dan Keluarga Terhadap Perkembangan Sosial Remaja
a. Teman Sebaya
Ketika seorang anak beranjak menjadi remaja, maka terjadi perubahan aspek
sosialnya. Yang awalnya bersifat egosentris akan berubah menjadi sociable. Begitu
mereka memasuki usia remaja, kebutuhan fisiologis dan kasih sayang orang tua akan
dikesampingkan dan digantikan oleh kebutuhan akan kehadiran teman-teman
sebayanya.12 Dengan kehadiran teman-teman sebayanya, remaja merasa dihargai, di-
orang-kan serta merasa dapat diterima oleh lingkungannya. Perasaan-perasaan tersebut
dapat membantu remaja untuk lebih percaya diri, lebih menghargai dirinya serta mampu
untuk memiliki citra diri yang positif. Sehingga teman sebaya memiliki fungsi bagi
perkembangan kepribadian si remaja.Ada beberapa aspek kepribadian yang dapat
dikembangkan melalui kehadiran teman sebaya, yaitu :
1) Aspek Fisik.dengan kehadiran teman sebaya, remaja dapat mengembangkan
keterampilan-keterampilan fisiknya, seperti kegiatan-kegiatan kelompok yang sama-
sama menyukai aktifitas fisik. Misalnya kelompok sepak bola, karate, dll.
2) Aspek Intelektual.Di sini remaja berkelompok dengan minat yang sama, seperti
ajang diskusi atau kegiatan-kegiatan yang banyak melibatkan kemampuan
intelektualnya.
3) Aspek Emosi. Remaja membuat kelompok untuk saling menyalurkan emosinya,
misalnya nonton bareng-bareng, nyanyi bareng-bareng (bikin band) atau kegiatan
lainnya yang bisa menyalurkan emosi mereka.
4) Aspek Sosial. Dengan kelompok, remaja merasa memiliki teman senasib, se ide,
seperjuangan sehingga melalui kegiatan sosial yang mereka bentuk, remaja merasa
dihargai oleh lingkungannya.
5) Aspek Moral. Remaja berkelompok untuk mengembangkan kemampuannya di
bidang keagamaan.
Dampak kehadiran teman sebaya juga tidak selamanya meberi pengaruh yang
positif bagi perkembangan remaja. Bila orang tua kurang memberikan pengetahuan
yang baik bagi remaja, maka akibatnya bisa menimbulkan hal-hal yang negatif. Yang
12
Ibid.
12
perlu diperhatikan agar remaja tidak menyimpang dari aturan aturan dalam
bersosialisasi yaitu :13
1) Peran Disiplin. Remaja harus mampu mengatur waktu. Kapan belajar, kapan
bermain dengan teman sebaya dan kapan membantu orang tua.
2) Peran Kontrol Orang Tua. Orang tua tetap harus dapat mengontrol remaja dalam
berhubungan dengan teman-teman sebayanya.
3) Hindari lingkungan yang dapat membawa remaja ke arah pergaulan yang negatif.
4) Pandai-pandai dalam memilih bentuk kegiatan yang akan dimasuki.
5) Pilihlah teman yang memberi dampak/pengaruh yang positif terhadap kita.
6) Memiliki aturan-aturan yang jelas sebagai bekal pada saat bersosialisasi dengan
teman-teman remaja yang lain.
b. Keluarga ( Rumah Tangga)
Dalam berbagai penelitian yang telah dilakukan, dikemukakan bahwa
anak/remaja yang dibesarkan dalam lingkungan sosial keluarga yang tidak
baik/disharmoni keluarga, maka resiko anak untuk mengalami gangguan kepribadian
menjadi berkepribadian antisosial dan berperilaku menyimpang lebih besar
dibandingkan dengan anak/remaja yang dibesarkan dalam keluarga sehat/harmonis
(sakinah).
13
Ibid.
13
seperti selalu diamati orang lain, perasaan malu, dan membatasi gerak-geriknya. Akibat
dari hal ini akan menyebaban tingkah laku yang canggung.14
Penyesuaian diri yang dilandasi dengan sifat ego menyebabkan remaja merasa
bahwa dirinya ampuh atau hebat sehingga berani menantang malapetaka dan
menceburkan diri dalam aktifitas yang sering kali dipikirkan atau direncanakan. Aktifitas
yang dilakukan umumnya aktifitas yang tergolong membahayakan. Namun melalui banyak
pengalaman yang didapatnya,maka sifat ego semakin brkurang. Pada akhir masa remaja
pengaruh egosentris sudah sedemikian kecilnya,sehingga remaja sudah dapat berhubungan
dengan orang lain tanpa meremehkan pendapat dan pandangan orang lain.
14
Ibid.
15
Ibid.
14
Untuk dapat membantu perkembangan kepribadian peserta didik secara maksimal,
ada 5 kompetensi yang seharusnya dipenuhi oleh seorang guru, yaitu:
a. Kompetensi profesional (professional competency)
b. Kompetensi pribadi (personal competency)
c. Kompetensi moralitas (morality competency)
d. Kompetensi religiusitas (religiousity competency)
e. Kompetensi formal (formal competency).16
Berkenaan dengan upaya pengembangan hubungan sosial remaja, peran masyarakat
justru sangat besar seiring dengan perkembangan psikologis masa remaja. Variasi
perkembangan individu tejadi dalam segala macam hubungan dan pengalaman termasuk
variasi kebudayaan dan sosial yang ada dalam suatu masyarakat. Sistem kebudayaan,
lapisan sosial, kelompok agama, dan sebagainya memiliki nilai nilai tersendii yang sudah
tentu sangat berpengaruh terhadap para anggotanya.
16
Ibid.
15
BAB III
KESIMPULAN
Abu Ahmadi, berpendapat bahwa perkembangan sosial telah dimulai sejak manusia
itu lahir. Sebagai contoh, anak menangis saat dilahirkan, atau anak tersenyum saat disapa.
Hal ini membuktikan adanya interaksi sosial antara anak dan lingkungannya.
Sujiono juga menjelaskan (2003:61) setiap anak akan melalui sebuah proses panjang
dalam perkembangan sosialnya yang akhirnya seorang anak akan mempunyai nilai nilai
sosial yang ada dalam dirinya yang disebut proses imitasi, identifikasi dan internalisasi.
Kehidupan sosial pada jenjang remaja ditandai dengan menonjolnya fungsi
intelektual emosional. Seorang remaja dapat mengalami sikap hubungan sosial yang
bersifat tertutup sehubungan dengan masalah yang dialami oleh remaja. Keadaan atau
peristiwa ini oleh Erik Erickson (dalam lefton, 1982:281) dinyatakan bahwa anak telah
mengalami krisi identitas. Proses pembentukan identitas diri dan konsep diri seseorang
adalah sesuatu yang kompleks. Banyak remaja yang amat percaya pada kelompok mereka
dalam menemukan jati dirinya. Dalam hal ini Erik Erickson berpendapat bahwa penemuan
jati diri seseorang didorong oleh pengaruh sosiaokultural.
16
DAFTAR PUSTAKA
http://rachmimaulanaputri.blogspot.co.id/2012/11/perkembangan-sosial-anak-usia-
dini.html
https://caracariuangblog.wordpress.com/2016/03/02/makalah-perkembangan-sosial-
remaja-serta-implikasinya-dalam-pendidikan/
17