Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada dasarnya setiap orang di dunia ini, pasti sudah mengenal istilah
keluarga. Akan tetapi pada praktiknya, masih banyak orang yang tidak
mengetahui arti kata keluarga atau pun menjalankan fungsi keluarga yang
sebenarnya. Berbicara mengenai keluarga, setiap orang pasti langsung teringat
dengan ayah, ibu, anak, dan kehangatan rumah tangga. Tiga personel dan satu
situasi tersebut merupakan faktor utama yang menjadi dasar terbentuknya
sebuah keluarga. Tanpa dilengkapi salah satu personel atau pun kondisi
tersebut, sebuah keluarga tidak akan dapat berfungsi dengan baik.
Menurut Wikipedia, Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang
terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di
suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan.
Sedangkan Menurut Salvicion dan Celis (1998) di dalam keluarga terdapat dua
atau lebih dari dua pribadi yang tergabung karena hubungan darah, hubungan
perkawinan atau pengangkatan, di hidupnya dalam satu rumah tangga,
berinteraksi satu sama lain dan di dalam perannya masing-masing dan
menciptakan serta mempertahankan suatu kebudayaan.
Keluarga merupakan kesatuan hidup bersama yang pertama kali dikenal
oleh anak (dikenal dalam kehidupan manusia). Oleh sebab itu keutuhan dan
keharmonisan dalam keluarga sangat memberikan pengaruh yang besar bagi
berlangsungnya tumbuh kembang individu dari individu itu dilahirkan hingga
ia tumbuh menjadi pribadi yang dewasa. Secara umum, keluarga dapat
digolongkan menjadi tiga jenis yaitu keluarga inti, keluarga konjugal, dan
keluarga luas.
Keluarga inti merupakan jenis keluarga yang paling dasar sekaligus
paling kecil cakupannya. Meskipun begitu, keluarga inti merupakan jenis
keluarga yang memegang peranan terbesar dalam kehidupan setiap orang. Jenis
keuarga ini hanya terdiri atas ayah, ibu, dan anak. Keluarga konjugal merupakan
keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, anak, yang dilengkapi dengan

1
keberadaan/interaksi dari orang tua ayah atau pun ibu (kakek, nenek).
Dibandingkan dengan keluarga inti, cakupan keluarga konjugal cenderung jauh
lebih luas dan juga lebih kompleks. Keluarga luas merupakan jenis keluarga
dengan jumlah personil dan juga luas cakupan paling besar. Keluarga luas
terdiri dari personil keluarga konjugal yang telah dilengkapi dengan keberadaan
kerabat yang lebih kompleks seperti paman, bibi, sepupu, dan berbagai personel
keluarga lainnya.
Sebagai mahluk sosial tentunya anak akan mengalami permasalahan dalam
hidupnya, permasalahan yang dihadapi anak bisa membuat penghambat bagi
optimalisasi potensi dirinya. Tidak jarang saat ini kita mendapati anak yang
mengalami permasalahan di sekolah, dan ternyata sumber permasalahannya tidak
hanya timbul dari lingkungan sosialnya, tetapi dari lingkungan keluarga.
Bimbingan dalam keluarga merupakan suatu proses pemberian bantuan kepada
individu secara berkelanjutan dan sistematis, yang dilakukan oleh seorang ahli
yang telah mendapat latihan khusus untuk itu, dimaksudkan agar individu dapat
memahami dirinya, lingkungan keluarganya serta dapat mengarahkan diri
dengan baik dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan untuk dapat
mengembangkan potensi dirinya secara optimal untuk kesejahteraan dirinya
dan kesejahteraan masyarakat, khususnya untuk kesejahteraan keluarganya.
Anak di dalam suatu keluarga seringkali mengalami masalah dan berada
dalam kondisi yang tidak berdaya di bawah tekanan dan kekuasaan orang tua.
Permasalahan anak ada kalanya diketahhui oleh orang tua dan seringkali tidak
diketahui orang tua. Permasalahan yang diketahui oorang tua jika fungsi-fungsi
psikososial dan pendidikannya terganggu. Orang tua akan mengghantarkan
anaknya ke konselor jika mereka memahami bahwa anaknya sedang
menghadapi masalah atau sedang mengalami gangguan yang berat. Karena itu
konseling keluarga lebih banyak memberikan peayanan terhadap keluaga
dengan anak yang mengalami gangguan.
Permasalahan juga dapat ditemukan dari kedaan orang tua. Banyak di
jumpai orang tua tidak berkemampuan dalam mengelola rumah tangganya, dan
menelantarkan kehidupan rumah tanggannya sehingga terjadi kondisi tidak
seimbang dan penuh konflik, atau memberi perlakuan secara salah (abuse)
kepada anggota keluarga lain, sehingga keluarga memiliki berbagai masalah.

2
Jika mengerti, dan berkeinginan untuk membangun kehidupan keluarga yang
lebih stabil, mereka membutuhkan konseling.
Berbagai permasalahan-permasalahan keluarga tersebut dapat di
selesaikan melalui konsleing keluarga. Konseling keluarga menjadi efektif
untuk mengatasi maslah-masalah tersebut jika semua anggota keluarga ersedia
untuk mengubah sistem keluarganya yang telah ada dengan cara-cara baru
untuk membantu mengatasi anggota keluarga yang bermasalah. Konseling
keluarga dalam beberapa hal memiliki keuntungan. Namun demikian, konseling
keluarga juga memiliki beberapa hambatan dalam pelaksanaanya, dan perlu
dipertimbangkan oleh konselor jika bermaksud melakukannya. Dalam
kaitannya dengan bentuknya, konseling keluarga dikembangkan dalam
berbagai bentuk sebagi pengembangan dari konseling kelompok. Bentuk
konseling keluarga dapat terdiri dari ayah, ibu, dan anak sebagai bentuk
konvensionalnya.
Bentuk konseling keluarga ini disesuaikan dengan keperluannya.
Namun banyak ahli yang mengajurkan agar anggota keluarga dapat ikut serta
dalam konseling. Perubahan pada sistem keluarga dapat dengan mudah diubah
jika seluruh anggota keluarga terlibat dalam konseling, karena mereka tidak
hanya berbicara tentang keluarganya tetapi juga terlibat juga dalam penyusunan
rencana perubahan dan tindakannya. Dalam makalah ini penulis akan
membahas mengenai konseling keluarga menurut buku dari Prof.Dr.H.Sofyan
S. Willis yang berjudul Konseling Keluarga (Family Counseling) disertai
dengan kasus dan hasil analisis dari berbagai sumber.

B. Rumusan Masalah
1. Apa makna dan tujuan konseling keluarga?
2. Bagaimana sejarah konseling keluarga?
3. Bagaimanakah konseling keluarga dengan pendekatan sistem?
4. Bagaimana proses dan tahapan konseling keluarga?
5. Bagaimana teknik-teknik konseling keluarga?

C. Tujuan

3
1. Untuk mengetahui makna dan tujuan konseling keluarga.
2. Untuk mengetahui sejarah konseling keluarga.
3. Untuk mengetahui konseling keluarga dengan pendekatan sistem.
4. Untuk mengetahui proses dan tahapan konseling keluarga.
5. Untuk mengetahui teknik-teknik konseling keluarga.

D. Sitematika
Makalah ini terdiri dari lima bab dan setiap bab nya meiliki masing-masing sub-
bab. Adapun sistematikanya adalah sebagai berikut:
Bab I merupakan pendahuluan. Bab I ini terdiri dari beberapa sub-bab yaitu:
1. Latar Belakang
2. Rumusan Masalah
3. Tujuan
4. Sitematika

Bab II berisis mengenai kajian pustaka/kajian teori yang terdiri dari beberapa
sub-bab sebagai berikut:

1. Sejarah Konseling Keluarga


2. Konseling Keluarga dengan Pendekatan Sistem
3. Memahami Konseling Keluarga
4. Proses dan tahapan Konseling Keluarga
5. Teknik-teknik Konseling keluarga

Bab III berisi mengenai identifikasi kasus. Terdapat beberapa sub-bab dalam
bab tiga ini yaitu:

1. Deskripsi Kasus
2. Analisis Kasus

Bab IV berisi mengenai analisa kelompok yang terdiri sub-bab sebagai berikut:

1. Pembahasan (Hasil Analisis Keseluruhan)

Bab V membahas simpulan dan rekomendasi. Pada bab ini terdapat sub-bab
yaitu:

4
1. Kesimpulan
2. Rekomendasi

5
BAB II
KAJIAN TEORI

A. Sejarah Konseling Keluarga


Sejarah perkembangan konseling keluarga di dunia berasal dari Eropa
dan Amerika Serikat pada tahun 1919 yakni sesudah perang dunia I , Magnus
Hirschfeld mendirikan klinik pertama untuk pemberian informasi dan nasehat
tentang masalah seks di Berlin Institut For sexual science. Pusat informasi dan
advis yang sama didirikan pula di Vienna pada tahun 1922 0leh Karl Kautsky
dan kemudian pusat lain didirikan lagi di Berlin pada tahun 1924. Di Amerika
Serikat ada dua penentu yang masing-masing berkaitan dalam perkembangan
gerakannya yaitu: 1). Adanya perkembangan pendidikan keluarga yang
diusahakan secara akademik, dan kemudian menjadi pendidikan orang dewasa.
2). Munculnya konseling perkawinan dan keluarga terutama dalam masalah-
masalah hubungan diantara anggota keluarga (suami, istri dan anak-anak)
dalam konteks kemasyrakatan. Tokoh yang ulung dalam bidang pendidikan
kehidupan perkawinan dan keluarga pada awal sejarah masa lalu adalah Ernest
Rutherford Gover (1877-1948).
Perbedaan yang mencolok antara konseling Amerika Serikat dan Eropa
adalah: Amerika Serikat telah berorientasi teoritis (academic setting) misalnya
dengan menganut aliran-aliran psikologi terkenal, sedangkan Eropa hanya
berawal dari praktisi (para dokter terutama dokter kandungan) tanpa
memikirkan aspek teoritisnya. Sedangkan istilah family conseling (konseling
keluarga) sama dengan family therapy, dimana yang terakhir itu lebih populer
di AS. Pada masa perkembangan selanjutnya, konseling keluarga lebih banyak
digarap oleh para terapis dibidang psikiatri. Sebelumnya di AS lebih terkenal
istilah family conseling (konseling keluarga). Karena pelopornya adalah para
psikolog seperti Grover.
Perkembangan konseling keluarga di Indonesia sendiri tertimbun oleh
maraknya perkembangan bimbingan dan konseling di sekolah. Bimbingan dan
konseling (BK) di sekolah pada masa tahun 60-an bahkan sampai pada saat ini
dirasakan sebagai suatu kebutuhan, karena banyak sekali masalah-masalah
siswa, seperti kesulitan belajr, penyesuaian sosial, dan masalah perilaku siswa

6
yang tidak dapat dipecahkan oleh guru biasa. Jadi diperlukan guru BK untuk
membantu siswa. Namun sejak awal, lulusan BK ini memang sangat sedikit,
sehingga sekolah mengambil kebijakan menjadikan guru biasa merangkap BK.
Hal ini telah mencemarkan nama BK karena banyak perlakuan “guru BK” yang
tidak sesuai denga prinsip-prinsip BK, seperti memarahi siswa, bahkan ada
yang memukul. Mengenai kasus keluarga, banyak juga ditemukan di sekolah
seperti siswa yang menyendiri, dan suka bermenung. Dan memang belakngan
diketahui ternyata keluarganya berantakan, misalnya ayah ibu bertengkar dan
bercerai
Dalam proses perkembangan konseling keluarga terdapat dua dimensi
orientasi: 1) orientasi praktis, yaitu kebenaran tentang perilaku tertentu
diperoleh dari pelaksanaan proses konseling di lapangan. Gaya kepribadian
konselor praktis dengan gaya konduktor, kepribadiannya hebat, giat, dapat
menguasai audence sehingga mereka terpana. Selamjutnya dengan gaya
reaktor, yaitu kepribadian konselornya cenderung tidak menguasai,
menggunakan taktik secara dinamika kelompok dikeluarga. 2) orientasi
teoritis, cara yang ditempuh adalah dengan mengadakan penelitian.
Selanjutnya pengelompokan konselor, yaitu terdapat dua (A-Z) 1)
pengelompokan konselor (A) menurut Guerin 1976, dalam praktiknya, sering
memandu anggota keluarga kearah diskusi-diskusi tentang pengalaman, waktu,
ruang dalam sesi-sesi terapi. 2) kelompok (Z) yang berorientasi pada sistem.
Guerin 1976 ia mengamati bahwa ada tiga parameter penting dalam konseling
keluarga model Z ini. a) fokus terapetik yaitu gejala atau pertumbuhan; b)
derajat optimisme untuk melunakan perilaku manusia; c) tipe pendidikan yang
ditekankan.
Perkembangan konseling keluarga selanjutnya. Dimulai dari tahub 80-
an ditandai dengan adanya pengorganisasian dalam konseling keluarga dan
bermunculannya literatur yang makin banyak dalam bidang tersebut. Susan
Jones dalam bukunya “family Therapy” menggunakan perbandingan-
perbandingan pendekatan dalam konseling keluarga yaitu:
1. Integratif (Ackerman)
2. Psikoanalitik (Farmo, Steirlin, Grotjan)

7
3. Bowenian (Bowen)
4. Struktural (Minuchin)
5. Interaksional (Jackson, Watslawick, Haley, Satir)
6. Social Network (Speck, Attinev, Rueveni)
7. Behavioral (Patterson).

B. Konseling Keluarga dengan Pendekatan Sistem


1. Perspktif Sistem dalam Keluarga
Menurut teori sistem ada sistem yaitu sistem tertutup (closed
system) dan sistem terbuka (open system). Sistem tertutup adalah suatu
sistem yang tidak terpengaruh oleh dunia luar. Demikian pula dia tidak bisa
mempengaruhi dunia luar, misalnya sistem mesin mobil, motor, mesin
kereta api, dan sebagainya. Sedangkan sistem terbuka adalah suatu sistem
yang dapat dipengaruhi oleh dunia luar. Sebaliknya mungkin saja dia dapat
mempengaruhi dunia luar tersebut. Sebagai contoh: sistem keluarga, sistem
sekolah/universitas, dan sebagainya.
Proses dimana anggota keluarga saling berhubungan, berinteraksi,
dinamakan sistem keluarga.
a. Teori Sistem Secara Umum
1) Keseluruhan (wholessness)
Konsep ini menggambarkan bahwa suatu sistem tidak akan dapat
dipahami jika hanya melihat bagian-bagiannya saja.
2) Umpan Balik (Feed Back)
Umpan balik adalah bagaimana individu berkomunikasi dalam
sistem.
3) Homeostasis
Homeostasis merupakan kecenderungan sebuah sistem untuk
mencari keseimbangan dan kestabilan.
4) Equifinality
Equifinality adalah berbagao cara yang dapat digunakan untuk
menyelesaikan masalah.

8
b. Konselor Berfikir Sistem
Jika ada seorang anggota keluarga terganggu berarti seluruh sistem
keluarga juga terganggu. Sebaliknya jika ada seorang anggota keluarga
memperoleh keberhasilan atau keunggulan, maka seluruh anggota
keluarga akan bahagia dan sistem keluarga akan bertambah kuat
kesatuannya untuk saling membantu untuk kemajuan.
c. Penggabungan dan Integrasi Pendekatan Konseling.
Ada tiga isu yang selalu berkembang tentang kontradiksi kedua
pendekatan konseling psikoanalitik dan system:
1) Isu Masa Lalu vs Masa Kini
Pendekatan psikoanalitik mamandang bahwa pengalaman masa
lalu adalah penyebab terjadinya masalah. Secara singkat dapat
dikatakan bahwa pengalaman masa lalu dapat membantu
memahami yang terjadi saat ini
2) Isu vs Proses (content vs process)
Anggota keluarga yang berhadapan dengan konselor biasanya
mengeluh tentang isi (content). Sedangkan fokus dari konselor
lebih kepada proses atau keadaan bagaimana anggota keluarga
berinteraksi satu sama lain.
3) Intrapsikik vs Konteks Interpersonal
Psikoanalitik memfokuskan pada masa lalu individu untuk
mendorong insigh (intrapsikis); sedangkanteori sistem
mengutamakan interaksi interpersonalyang terjadi saat ini antara
anggota keluarga.

2. Konseling Keluarga Struktural : salvador minuchim


Minuchin menekankan perhatiannya pada bagaimana, kapan, dan kepada
siapa anggota keluarga saat ini berhubungan. Praktik konseling keluarga
struktural berdasarkan konsep kunci yaitu :
a. Keluarga sebagai sistem manusia yang mendasar Keluarga mempunyai
komponen-komponen yang membentuk organisme keluarga.
Komponenkomponen itu ialah anggota keluarga.

9
b. Fungsi subsistem dalam sistem keluarga Di dalam sistem keluarga
terdapat beberapa subsistem yaitu :
1) Marital Subsystem: merupakan sistem perkawinan antara sepasang
manusia yaitu suami dan istri.
2) Parental Subsystem: yaitu subsistem yang terdiri dari orang tua
(ayah-ibu)
3) Sibling System: yaitu subsistem anak-anak dalam sistem keluarga
(sibling = saudara kandung).
c. Karakteristik aturan-aturan sistem dan subsistem Ialah aturan-aturan
tentang siapa dan bagaimana berpartisipasi dalam sistem keluarga.
Yang bertujuan agar sistem keluarga berjalan dengan baik.
d. Pengaruh-pengaruh keterlibatan perilaku antara anggota keluarga
Perilaku egois menyebabkan terganggunya sistem keluarga. Faktor
penyebabnya ialah karena masing-masing anggota keluarga memiliki
aturan-aturannya sendiri-sendiri dalam interaksi di dalam sistem
keluarga. Ada beberapa kriteria ketidakberfungsian keluarga yang
dilihat dari tiga dimensi: aturan/batas-batas sistem dan subsistem
keluarga, masalah blok dalam keluarga, dan masalah kekuasaan.
e. Evolusi pola-pola transaksi

10
3. Kenali Struktur Keluarga
Menurut aliran structural, sebelum melakukan praktik khususnya
treatmen terhadap keluarga, maka perlu terlebih dahulu assessment
(taksiran, penilaian) terhadap pola interaksi keluarga saat itu. Teknik-
teknik konseling keluarga struktural yaitu:
a. Akomodasi (accomodation)
Ialah suatu teknik dimana konselor berperilaku dalam cara-cara
yang sama dengan gaya keluarga, langkah keluarga dan keistimewaan-
keistimewaan/keanehan keluarga. Dalam teknik ini terdapat dua
komponen penting:
1) Konselor berusaha untuk mengubah perilakunya supaya sesuai
dengan gaya sistem keluarga.
2) Komponen kedua didalam teknik akomodasi ialah penghargaan dan
rasa hormat terhadap adanya struktur keluarga.
b. Tracking (mengikuti jalan) Yaitu mengikuti jalan komunikasi atau
pikiran anggota keluarga.
c. Mimesis Bertujuan agar konselor mengadopsi gaya,langkah, perasaan,
penampilan fisik dan sebagainya dari keluarga.
d. Fokus Konselor memilih bidang informasi yang akan diolah.
e. Instruksi (enaciment) Konselor meminta klien untuk melakukan bukan
mengatakan.
f. Intensitas Suatu usaha konselor untuk memberi dan menekan pengaruh
kuat dalam keluarga.
g. Mengenal Batas-batas / Aturan Subsistem Keluarga. Usaha konselor
untuk memisahkan batas-batas antara subsistem suami isteri dengan
ayah-ibu.
h. Saling Mengisi (complementary) Usaha konselor untuk menimbulkan
pemahaman pada anggota keluarga.
i. Merekonstruksi Realitas Bila konselor mengungkapkan kembali atau
menginterpretasi pandangan dunia nyata keluarga, atau persepsi meraka
tentang diri dan masalahnya.

11
C. Memahami Konseling Keluarga
1. Latar Belakang Konseling Keluarga
a. Perubahan Kehidupan Keluarga
Dengan berakhirnya perang dunia II maka terjadilah perubahan
dalam sosio-kultur dalam masyrakat AS. Pengaruh tersebut menggejala
pula terhadap keluarga, dan anggota-anggotanya. Sehubungan dengan
hal tersebut, keluarga mendapat tangtangan dan tekanan dari luar dan
dalam dirinya sedangkan keluarga itu harus tetap bertahan. Kemajuan
disegala bidang, terutama ilmu dan teknologi terasa pula dampaknya
terhadap keluarga di Indonesia khususnya di kota-kota.

b. Keluarga Pecah (Broken Home)


Yang dimaksud keluarga pecah (broken home) dapat dilihat dari dua
aspek: 1. Keluarga itu terpecah karena strukturnya tidak utuh, karena
meninggal dunia, atau bercerai. 2. Orang tua tidak bercerai akan tetapi
struktur keluarga itu tidak utuh lagi karena ayah atau ibu jarang ada di
rumah, atau tidak memperlihatkan kasih sayang lagi.

c. Kasus Siswa di Sekolah


Banyak kasus siswa di sekolah yang bersumber dari keadaan
keluarganya, misalnya keluarga krisis. Biasanya jika ternyata memang
kasus itu berkaitan erat dengan masalah keluarga, maka guru
pembimbing (GP) akan berusahamelakukan kunjungan rumah (home
visit).

d. Konseling Keluarga dan Sekolah


Keluarga dan sekolah merupakan dua sistem yang amat penting
didalam kehidupan anak dan remaja. Keluarga berperan utama adalam
mempengaruhi anak-anak dalam proses perkembangan dan
sosialisasinya. Kemudian sekolah tidak hanya mengembangkan
keterampilan kognitif, akan tetapi juga mempengaruhi perkembangan
perilaku emosional dan sosial. Oleh karena itu konselor keluarga harus
mengetahui sistem sekolah dan dinamika kehidupan keluarga agar dapat
menangani kasus secara akurat. Perlunya kerjasama dengan pihak

12
sekolah untuk memperoleh informasi tentang anak dalam setting
sekolah.
Hal-hal yang harus dipertimbangkan oleh konselor diantaranya:
1) Pemikiran kembali peranan konselor keluarga disekolah. Konselor perlu
mempertimbangkan penempatan posisi antara keluarga dan sekolah
2) Pandangan terhadap teori sistem. Setiap anggota keluarga memiliki
perannya masing-masing, dari sinilah interaksi sistem terbentuk.
3) Sistem sekolah dan keluarga. Pemusatan perhatian pada pola-pola
interaksi dan urutannya dalam sistem keluarga dan sekolah berperan
untuk melihat bagaimana suatu masalah dipertahankan dalam sistem
tertentu atau berkembang dan bagaimana kedua sistem itu saling
mempengaruhi terhadap masalah anak.
4) Jenis-jenis masalah. Ada empat masalah pokok yang dihadapi anak
dalam penyesuaian diri di keluarga dan sekolah: pertama,
ketidakseimbangan sistem; kedua, gangguan perkembangan; ketiga,
gangguan yang bukan perkembangan; keempat, krisis lingkungan.
5) Peranan konselor keluarga. Tugas utama konselor adalah menciptakan
hubungan antara sistem sekolah dan keluarga dengan cara yang tidak
menimbulkan kecurigaan, ketakutan dan rasa ragu pada kedua sistem
6) Penilaian terhadap pengaruh sistem keluarga dan sekolah. Penilaian ini
berfungsi untuk memberikan gambaran/persepsi tentang masalah anak
secara detail.
7) Teknik-teknik pengumpulan data. Ada empat teknik yang dapat
digunakan untuk mengumpulkan data: pertama, wawancara; kedua,
teknik menggambar; ketiga, family sculpting; keempat, memberi tugas.
8) Tujuan observasi kelas: untuk melihat lebih dekat bagaimana anak
berinteraksi dengan teman dan guru.
9) Tindak lanjut pengumpulan data keluarga dan sekolah. Hal ini bertujuan
untuk memperoleh umpan balik dan menjembatani kedua sistem untuk
menyelesaikan masalah.

13
10) Tujuan konseling keluarga. Tujuan yang ditetapkan berupa tujuan jangka
pendek, menengah dan panjang yang berfokus pada interaksi dan
hubungan para anggota keluarga.
11) Intervensi. Fokus intervensi ada pada anak/hubungan anak dengan
guru/hubungan anak dengan teman-temannya dll. Oleh karena itu dalam
intervensi memerlukan stategi yang tepat untuk menyelesaikan masalah.

2. Pengertian Konseling Keluarga


Family Conseling atau konseling keluarga adalah upaya bantuan
yang diberikan kepada individu anggota keluarga melalui sistem
keluarga (pembenahan komunikasi keluarga) agar potensinya
berkembang seoptimal mungkin dan masalahnya dapat diatasi atas dasar
kemauan membantu dari semua anggota keluarga berdasarkan kerelaan
dan kecintaan terhadap keluarga.
a. Rumusan Definisi Konseling Keluarga
Di dalam buku perez (1979;25) Bahwa konseling keluarga adalah
suatu proses interaktif untuk membantu keluarga dalam mencapai
keseimbangan dimana setiap anggota keluarga merasakan
kebahagiaan.
b. Tujuan Konseling Keluarga
1) Tujuan Umum Konseling Keluarga
- Membantu anggota keluarga belajar dan menghargai secara
emosional.
- Membantu anggota keluarga menyadari fakta mengenai
permasalahan keluarga.
- Agar tercapai keseimbangan yang akan membuat
pertumbuhan dan peningkatan setiap anggota.
- Mengembangkan penghargaan penuh sebagai pengaruh dari
hubungan parental
2) Tujuan-tujuan Khusus Konseling Keluarga
- Untuk meningkatkan toleransi dan dorongan anggota
keluarga.

14
- Mengembangkan toleransi
- Mengembangkan motif dan potensi setiap anggota keluarga
- Mengembang kan keberhasilan persepsi diri orang tua secara
realistik sesuai dengan anggota keluarganya.
c. Perkembangan orientasi konseling keluarga
Awal abad 20 sampai tahun 60-an orientasi konsen keluarga
didominasi oleh dokter, khusunya dokter kandungan dan dokter
psikiatri. Namun sejak tahun 60-an muncul saingan para dokter yakni
sosiolog dan educasionis yang berorientasi pada sistem keluarga.

D. Proses dan Tahapan Konseling Keluarga


Ada lima jenis relasi hubungan dalam konseling keluarga:
1. Relasi seorang klien dengan konselor.
2. Relasi satu klien dengan klien lainnya.
3. Relasi konselor dengan sebagian kelompok anggota keluarga.
4. Relasi konselor dengan keseluruhan anggota keluarga.
5. Relasi antar sebagian kelompok denn sebagian kelompok lainnya.

Secara umum proses konseling berjalan menurut tahapan berikut :


1. Pengembangan Raport.
Tujuannya adalah untuk menciptakan keberanian dan kepercayaan diri
klien untuk menyampaikan isi hati, perasaan, kesulitan, dan rahasia kepada
konselor.
2. Pengembangan Apresiasi Emosional
Ada dua teknik konseling keluarga yang efektif yaitu sculpting dan role
playing. Kedua teknik ini memberikan peluang untuk menyatakan emosi
yang tertekan dan penghargaan terhadap luapan emosi anggota keluarga.
Sehingga segala kecemasan dan ketegangan psikis dapat mereda.
3. Pengembangan Altetnatif Modus Prilaku
Menurut brammer (1979 : 51) pada prinsipnya proses konseling terdiri dari
dua fase dasar yakni fase pembinaan hubungan konseling dan
memperlancar tindakan positif.
4. Fase Membina Hubungan Konseling

15
Proses hubungan konseling dapat dijabarkan sebagai berikut:
a. Klien memasuki ruang konseling, konselor mempersiapkan klien
supaya siap dibimbing.
b. Tahap Klarifikasi, klien menyatakan alasan kedatangannya.
c. Tahap Struktur, konselor mengadakan kontrak dengan klien tentang
lumayan waktu yang akan digunakan.
d. Tahap Meningkatkan relasi atau hubungan konseling, pada tahap ini
konselor membangun hubungan konseling untuk mmudahkan
pemberian bantuan.
5. Memperlancar Tindakan Positif
Fase ini terdiri atas bagian-bagian:
a. Eksplorasi, memgeksplorasi dan menelusuri masalah.
b. Perencanaan, mengembangkan perencanaan bagi klien aesuai dengan
tujuan untuk memecahkan masalah. 3. Penutup, mengevaluasi hasil
konseling, menutup hubungan konseling.

E. Teknik-teknik Konseling Keluarga


1. Teknik Konseling Keluarga Dalam Pendekatan Sistem. Perez (1979)
mengembangkan sepuluh teknik konseling keluarga yaitu:
a. Sculpting (mematung) yaitu suatu teknik yang mengizinkan anggota-
anggota keluarga untuk menyatakan kepada anggota lain.tentang
berbagai masalah diantara anggotaanggota keluarganya.
b. Role Playing (bermaim peran) yaitu teknik dengan memberikan peran
tertentu kepada anggota keluarga.
c. Silence (diam) klien sering datang jika keluarga bermasalah dan mereka
tutup mulut.
d. Confrontation (konfrontasi) yaitu teknik yang digunakan untuk
mempertentangkan pendapat-pendapat anggota keluarga.
e. Teaching Via Questioning yaitu suatu teknik mengajar anggota keluarga
dengan cara bertanya.
f. Listening (memdengarkan) digunakan agar pembicaraan di dengarkan
dengan sabar oleh orang lain.

16
g. Recapitulating (mengikhtisarkan), teknik yang digunakan konaelor
untuk mengikhtisarkan pembicaraan yang bergalau dari anggota
keluarga.
h. Summary (menyimpulkan), dalam fase konseling konselor
menyimpulkan sementara hasil ebicaraan.
i. Clarification (menjernihkan) yaitu usaha untuk memperjelas atau
menjernihkan suatu pernyataan.
j. Reflection (Refleksi) yaitu cara konselor untuk merefleksikn perasaan
klien.
2. Skill Individual Yang Perlu Dikuasai Konselor
a. Teknik Yang Berhubungan Dengan Pemahaman Diri Yang terbagi atas
tujuh kelompok yaitu :
1) Listening Skill (kemampuan mendengarkan)
2) Leading Skill (keterampilan memimpin)
3) Reflecting Skill (keterampilan merefleksi)
4) Summarizing Skill (keterampilan menyimpulkan)
5) Confronting Skill (ketetampilan mengkonfrontasi)
6) Interpreting Skill (keterampilan menafsirkan)
7) Informing Skill (keterampilan menginformasikan)
b. Keterampilan Untuk Menyenangkan Dan Menangani Krisis.
1) Contacting skills (keterampilan mengadakan kontak)
2) Reassuring skills (keterampilan menetramkan hati klien)
3) Relaxing skills (keterampilan untuk memberi relax/santai)
4) Crisis intervening skills
5) Developing action alternatives
6) Reffering skills (keterampilan mereferal klien)
c. Keterampilan Untuk Mengadakan Tindakan Positif dan Perubahan
Perilaku Klien. Tujuannya agar setelah konseling klien mengalami
perubahan prilaku dan mampu melakukan tindakan positif.

17
BAB III
IDENTIFIKASI KASUS

A. Deskripsi Kasus
Penulis menemukan sebuah kasus pada anak MTR. MTR adalah seorang
anak berkesulitan belajar yang terabaikan oleh orang tua nya dikarenakan
kondisi orang tua yang telah bercerai. MTR duduk di kelas empat Sekolah Dasar
dengan prestasi cukup jauh dibawah teman sebayanya. Bahkan MTR belum
lancar dalam membaca, menulis dan berhitung walaupun sudah duduk di kelas
empat. Untuk memperoleh data, penulis melakukan wawancara dan observasi
kepada anak, guru dan orangtua.
Menurut guru kelas MTR ini memang dapat dikatakan kurang dalam
belajar karena malas dan kurang motivasi untuk belajar. Di kelas pun MRT ini
sering kali mengganggu teman sekelasnya dan tidak konsentrasi ketika diberi
tugas. Sedangkan ibu dari MTR menyatakan bahwa MTR memang sulit sekali
jika di suruh belajar, setiap hari setelah pulang dari sekolah MTR selalu pergi
ke warnet untuk bermain game online. Bahkam ketika hari libur sekolah, MTR
pergi ke warnet dari pagi sampe sore.Ketika observasi dan wawancara langsung
kepada MTR, ia menerangkan bahwa ibunya tidak pernah memarahi meskipun
bermain di warnet seharian.
Ibunya pernah mendaftarkan MTR untuk mengikuti les dengan harapan
kemampuan akademik MTR dapat dikembangkan. Namun MTR tetap tidak
bisa baca, jelas ibunya. Hingga pada akhirnya orang tua hanya pasrah dengan
kondisi MTR ini dan menyerahkan perkembangan akademik MTR kepada
pihak sekolah.
Ada banyak faktor yang dianggap menjadi penyebab kondisi MTR saat
ini. Seperti Ayah dan ibu MTR bercerai sudah cukup lama, MTR adalah anak
ke-dua dari dua bersaudara. Kakaknya bekerja di luar kota sedangkan MTR
tinggal bersama ibunya. Keseharian ibu MTR adalah mengurus cucu (anak dari
kakak MTR) sehingga kurang sekali perhatian yang diberikan kepada MTR.
Sedangkan ayahnya sudah menikah lagi dan jarang sekali menemui MTR dan
ibunya.

18
Untuk mewujudkan keadaan suatu keluarga yang utuh dan harmonis tentu
saja membutuhkan kerjasama yang baik antara anggota keluarga dalam
menjalankan fungsinya masing-masing. Hal ini di sebabkan karena, apabila
masing-masing anggota keluarga tidak mampu menjalankan fungsinya dengan
baik, akan timbul adanya perpecahan dalam struktur keluarga yang tentu saja
perpecahan itu dapat memberikan pengaruh atau dampak yang kurang baik bagi
perkembangan anak.
Salah satu bentuk perpecahan dalam keluarga adalah terjadinya perceraian
antara kedua orang tua dimana terjadinya perceraian ini bukanlah hal yang di
inginkan oleh anak. Anak merupakan korban yang paling terluka ketika orang
tuanya memutuskan untuk bercerai. Anak dapat merasa ketakutan karena
kehilangan sosok ayah atau ibu mereka, takut kehilangan kasih sayang orang
tua yang kini tidak tinggal serumah. Mungkin juga mereka merasa bersalah dan
menganggap diri mereka sebagai penyebabnya. Prestasi anak di sekolah akan
menurun akibat dari kurang terperhatikannya perkembangan anak oleh kedua
orangtuanya.

B. Analisis kasus
Apabila kasus tersebut dianalisis dari sudut pandang konseling keluarga
permasalahan keluarga yang dialami subyek dikarenakan adanya
ketidakberfungsian struktur anggota keluarga. Dimana keluarga tersebut pecah
karena perceraian sehingga hilangnya peran ayah di dalam rumah membuat
anak kehilangan sosok ayah. Selain itu pergeseran peran ibu juga memberikan
andil yang cukup serius, yang anak mengalami krisis kepribadian. Sehingga
anak cenderung malas belajar.
Kepribadian seorang anak terbentuk dari bagaimana keluarga itu sendiri.
dengan pelik masalah yang dihadapi keluarga dari MTR membuat
permasalahanya tidak tertangani dengan baik. Sosok ibu yang sibuk untuk
menopang ekonomi dan mengurus cucu membuat MTR sedikit terabaikan.
Keadaan MTR yang demikian juga berimbas pada permasalahan di sekolah.
MTR yang dianggap kurang dan sering mengganggu teman ketika belajar
membuat guru merasa kesulitan untuk mengatasi permasalahan MTR.

19
Ditambah dengan sekolah yang belum memiliki guru konseling membuat guru
kelas MTR pun pasrah.
Seharusnya permasalahan tersebut dapat diselesaikan apabila ada
konseling keluarga dan sekolah. Dimana konselor dapat menjembatani keluarga
dan sekolah untuk menemukan titik temu permasalah menyelesaikan
permasalahan MTR. Tentunya konselor perlu mengetaui dinamika keluarga
MTR dengan baik dan bagaimana MTR di sekolah. Agar dapat menentukan
teknik yang tepat untuk menyelesaikan masalah ini.
Adapun untuk menyelesaikan masalah tersebut membutuhkan tahapan
dan proses konseling keluarga. Tahap pertama perlu membangun relasi antara
konselor dan keluarga MTR selanjutnya membangun relasi antara anggota
keluarga MTR. Karena bagaimanapun untuk menyelesaikan masalah keluarga
memerlukan kerjasama yang baik antara satu dengan yang lainnya. Hal tersebut
bertujuan untuk mengembangkan komunikasi dan potensi setiap anngota
keluarga. Selain itu penting juga bagi konselor untuk membantu anggota
keluarga mengapresiasi perasaan setiap orang di dalam keluarga. Sehingga
dapat terbentuk interaksi diantara keluarga MTR dengan Konselor.
Seteleh konselor dapat memasuki keluarga dengan baik konselor dapat
mengembangkan alternatif perilaku baru. Misalnya hilangnya peran ayah di
dalam rumah dapat digantikan dengan komunikasi yang baik lewat media
komunikasi digital. Sehingga anak tetap merasakan kehadiran seorang ayah di
dalam hidupnya. Peran ibu pun tak kalah penting jika biasanya ibu lebih fokus
mengurus cucunya, maka lebih baik cucu tersebut diurus oleh ibu kandungnya.
Karena seorang anak akan terbentuk dari keluarga dimana ia tinggal. Apabila
cucu tersebut tinggal dengan neneknya, maka ada kemungkinan anak tersebut
juga dapat kehilangan peran ayah dan ibu kandungnya. Dengan demikian MTR
pun dapat lebih terkendali oleh ibunya.
Permasalahan ekonomi pun dirasa tidak terlalu memberi andil. Karena
keluarga MTR dapat dikatakan cukup mampu. Hal ini dapat dilihat dari usaha
kos-kosan yang dimiliki ibu dari MTR yang diberikan oleh kakek MTR.

20
BAB IV
PEMBAHASAN

Keluarga merupakan pilar utama dalam pendidikan tentunya memiliki tugas


dan tanggung jawab yang penuh terhadap perkembangan dan pertumbuhan setiap
anggota keluarga. Kualitas keluarga menjadi tumpuan agar dapat timbul rasa aman,
tenteram dan harapan masa depan yang baik dalam mewujudkan kesejahteraan lahir
dan kebahagiaan batin, maka suami dan isteri harus melaksanakan peranan dan
fungsi sesuai dengan kedudukannya. Permasalahan-permasalahan yang terjadi di
dalam rumah tangga sangat berbahaya jika terus di biarkan berlanjut meskipun di
dalam keluarga perbedaan-perbedaan merupakan hal yang wajar.
Sebuah keluarga adalah sistem sosial yang alami, dimana seseorang
menyusun aturan, peran, struktur kekuasaan, bentuk komunikasi, cara
mendiskusikan pemecahan masalah sehingga dapat melaksanakan berbagai
kegiatan dengan lebih efektif. Permasalahan yang terjadi harus segera menemukan
solusi terbaiknya sehingga tidak menimbulkan dampak negatif bagi kelurga.
Penyelesaian berbagai permasalahan dalam keluarga salah satunya dapat di
selesaikan melalui konseling sehingga permasalahan yang di hadapi dapat
terselesaikan.
Gunarsa (2000) mengungkapkan ada beberapa aspek keharmonisan
keluarga yaitu kasih sayang antar anggota keluarga yang ditunjukkan dengan saling
menghargai dan saling menyayangi, saling pengertian sesama anggota keluarga
yang ditunjukkan dengan saling pengertian sehingga di dalam keluarga tidak terjadi
pertengkaran, dialog atau komunikasi efektif yang terjalin di dalam keluarga yang
diwujudkan dalam bentuk menyediakan cukup waktu, mendengarkan dan
pertahankan kejujuran serta mempunyai waktu bersama dan kerjasama dalam
keluarga.
Suasana rumah dapat mempengaruhi keharmonisan keluarga. Suasana
rumah adalah kesatuan yang serasi antara pribadi-pribadi, kesatuan yang serasi
antara orang tua dan anak. Jadi suasana rumah yang menyenangkan akan tercipta
bagi anak bila terdapat kondisi seperti anak dapat merasakan bahwa ayah dan
ibunya terdapat saling pengertian dan kerjasama yang serasi serta saling mengasihi

21
antara satu dengan yang lainnya, anak dapat merasakan bahwa orangtuanya mau
mengerti dan dapat menghayati pola perilakunya, dapat mengerti apa yang
diinginkannya, dan memberi kasih sayang secara bijaksana, anak dapat merasakan
bahwa saudara-saudaranya mau memahami dan menghargai dirinya menurut
kemauan, kesenganan dan cita-citanya, dan anak dapat merasakan kasih sayang
yang diberikan saudara-saudaranya.
Tujuan konseling keluarga secara umum menurut Glick dan Kessler (dalam
Latipun, 2001) adalah menfasilitasi komunikasi pikiran dan perasaan antar anggota
keluarga, mengubah gangguan dan ketidakfleksibelan peran dan kondisi,
memberikan pelayanan sebagai model dan pendidikan peran tertentu yang
ditunjukan kepada anggota keluarga. Selain itu secara umum konseling keluarga
menurut Willis (2008) yaitu membantu anggota-anggota keluarga belajar dan
menghargai secara emosional bahwa dinamika keluarga adalah kait-mengait di
antara anggota keluarga, untuk membantu anggota keluarga agar menyadari tentang
fakta jika satu anggota keluarga bermasalah, maka akan mempengaruhi kepada
persepsi, ekspetasi, dan interaksi anggota-anggota lain, agar tercapai keseimbangan
yang akan membuat pertumbuhan dan peningkatan setiap anggota, untuk
mengembangkan penghargaan penuh sebagai pengaruh dari hubungan parental.
Berdasarkan kasus yang dibahas sebelumnya di bab tiga mengenai masalah
yang dihadapi oleh keluarga dari MTR, diperoleh hasil analisis seperti yang telah
dipaparkan menurut teori konseling keluarga (family counseling) yang di tulis oleh
Sofyan S. Willis yaitu permasalahan tersebut dapat diselesaikan apabila ada
konseling keluarga dan sekolah. Dimana konselor dapat menjembatani keluarga
dan sekolah untuk menemukan titik temu permasalah menyelesaikan permasalahan
MTR. Tentunya konselor perlu mengetaui dinamika keluarga MTR dengan baik
dan bagaimana MTR di sekolah. Agar dapat menentukan teknik yang tepat untuk
menyelesaikan masalah ini. Adapun untuk menyelesaikan masalah tersebut
membutuhkan tahapan dan proses konseling keluarga.

Menurut Bowen, permasalah dalam keluarga juga dapat diselesaikan


dengan family system therapy. Family system therapy adalah sejenis terapi keluarga
yang berkonsenterasi pada interaksi anggota keluarga dan melihat seluruh keluarga

22
sebagai sebuah kesatuan atau sistem. Menurut penulis teori Bowen ini dapat
diaplikasikan pada permasalahan yang terjadi di dalam keluarga MRT karena
Bowen menekankan pada sistem emosi keluarga dan dapat dilacak melalui
dinamika keluarga orang tua dan bahkan keluarga kakek nenek. Dia tertarik
bagaimana keluarga memproyeksikan emosi mereka pada anggota keluarga tertentu
dan reaksi anggota keluarga itu terhadap anggota keluarga lainnya.
Teori Family System ini focus pada bagaimana interaksi dari bagian-bagian
itu dapat mempengaruhi operasi system tersebut secara keseluruhan. Penyebab
sirkular adalah salah satu dari konsep utama dalam teori ini, dengan gagasan yaitu
bahwa peristiwa-peristiwa saling berhubungan melalui serentetan umpan balik
yang berhubunngan. Pada pendekatan ini, dikembangkan untuk membantu orang
membedakan dirinya dari keluarganya. Salah satu kelebihannya adalah berfokus
pada riwayat keluarga multigenerasi dan pentingnya memahami dan menghadapi
pola-pola dimasa lalu, agar dapat menghindari pengulangan tingkah laku tertentu
dalam hubungan antar pribadi. Namun kelemahan dari sistem ini adalah tidak dapat
dipisahkan dari terapi dan membutuhkan investasi yang besar pada berbagai
tingkatan.
Menurut Kerr dan Bowen (1988), penyebab dari masalah individual hanya
dapat dipahami dengan melihat pada peranan keluarga sebagai unit
emosional. Diantara unit dalam keluarga, penyatuan secara emosional belum
terselesaikan dalam satu keluarga harus diketahui jika ingin mencapai kematangan
dan kepribadian yang unik. Masalah emosional tersebut akan terus terjadi dari
generasi ke generasi sampai masalah tersebut dapat ditangani secara efektif.
Perubahan harus terjadi pada setiap anggota keluarga lain dan tidak dapat
diselesaikan hanya oleh seorang individu didalam ruang konseling. Bowen sangat
menekankan pada klien untuk menyadari isu keluarga mereka sendiri.

23
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan
Keluarga merupakan kesatuan hidup bersama yang pertama kali
dikenal oleh anak. Oleh sebab itu keutuhan dan keharmonisan dalam
keluarga sangat memberikan pengaruh yang besar bagi berlangsungnya
tumbuh kembang individu dari individu itu dilahirkan hingga ia tumbuh
menjadi pribadi yang dewasa. Dalam sebuah keluarga tentunya sering
terjadi berbagai jenis permasalahan. Salah satu solusi untuk permasalahan-
permasalahan yang cukup kompleks yang terjadi dalam keluarga adalah
dengan dilaksanakannya konseling keluarga.
Konseling keluarga adalah upaya bantuan yang diberikan kepada
individu anggota keluarga melalui sistem keluarga (pembenahan
komunikasi keluarga) agar potensinya berkembang seoptimal mungkin dan
masalahnya dapat diatasi atas dasar kemauan membantu dari semua anggota
keluarga berdasarkan kerelaan dan kecintaan terhadap keluarga.
Konseling keluarga di dunia berasal dari Eropa dan Amerika Serikat
pada tahun 1919. Perkembangan konseling keluarga di Indonesia sendiri
tertimbun oleh maraknya perkembangan bimbingan dan konseling di
sekolah. Banyak sekali masalah-masalah siswa, seperti kesulitan belajar,
penyesuaian sosial, dan masalah perilaku siswa yang tidak dapat dipecahkan
oleh guru biasa.
Permasalahan keluarga dalam kasus MRT dikarenakan adanya
ketidakberfungsian struktur anggota keluarga. Dimana keluarga tersebut
pecah karena perceraian sehingga hilangnya peran ayah di dalam rumah
membuat anak kehilangan sosok ayah. Selain itu pergeseran peran ibu juga
memberikan andil yang cukup serius, yang anak mengalami krisis
kepribadian. Sehingga anak cenderung malas belajar.

24
B. Rekomendasi
Konseling keluarga dalam masa modern sekarang ini diharapkan
dapat berperan aktif dalam membantu menyelesaikan problem-problem
yang banyak dihadapi keluarga. Melihat dari perkembangan zaman yang
terus bergerak kearah yang lebih maju dan kompleks membuat setiap
manusia harus siap menghadapi dan bisa mengikuti arah kemajuan mulai
dari teknologi sampai peradaban. Konseling sebaiknya dapat membantu
problem-problem yang dihadapi keluarga dengan berbagai teori yang
muncul dimana di dalamnya terdapat beberapa teknik yang dapat
digunakan.

25

Anda mungkin juga menyukai