Anda di halaman 1dari 3

KRITERIA UNTUK MENENTUKAN ABNORMALITAS

Para ahli kesehatan mental menggunakan berbagai kriteria dalam membuat keputusan tentang
apakah suatu perilaku abnormal atau tidak. Berikut kriteria umum yang digunakan untuk
menentukan abnormalitas
1. Perilaku yang tidak biasa
Artinya sikap maupun perilaku yang dimunculkan berbeda dengan orang-orang lain
pada umumnya.
2. Perilaku yang tidak dapat diterima secara sosial atau melanggar norma sosial
Artinya melakukan tindakan yang tidak bisa diterima atau dibenarkan didalam budaya
tertentu, namun perlu diingat bahwa perilaku abnormal di budaya tertentu bisa
dianggap normal pada situasi budaya lainnya.
3. Persepsi atau interpretasi yang salah terhadap realitas
Biasanya sistem sensori dan proses kognitif memungkinkan kita untuk membentuk
representasi mental yang akurat tentang lingkungan sekitar. Namun melihat sesuatu
ataupun mendengar suara yang tidak ada objeknya akan disebut sebagai halusinasi
dimana dalam budaya kita sering dianggap sebagai tanda tanda yang mendasari suatu
gangguan.
4. Orang orang tersebut berada dalam stres personal yang signifikan
Kondisi stress personal yang diakibatkan oleh gangguan emosi, seperti kecemasan,
ketakutan atau depresi dapat dianggap abnormal. Stress yang dimaksud yaitu stress
yang berkelanjutan walaupun sumber stressnya sudah hilang.
5. Perilaku maladaptif atau self-defeating
Merupakan perilaku yang menghasikan ketidak-bahagiaan dan bukan self-fulfillment.
Perilaku ini juga cenderung membatasi kemampuan individu untuk berfungsi dalam
peran yang diharapkan atau untuk beradaptasi dengan lingkungan sekitar.
6. Perilaku berbahaya
Merupakan perilaku yang dapat membahayakan ataupun merugikan diri sendiri
mauapun orang lain.
Sedangkan menurut coleman ada beberapa kriteria untuk menentukan abnormalitas,
diantaranya penyimpangan dari norma statistik, penyimpangan dari norma sosial, gejala salah
sesuai, tekanan batin, dan ketidakmatangan (winkel, 1991)

1. Penyimpangan dari norma statistik


Menurut norma statistik, yang disebut abnormal adalah setiap hal yang luar biasa atau
yang menyimpang dari norma. Namun kriteria ini tidak bisa diterapkan ke semua
perilaku yang ada mengingat kesesuaian realita atas dasar logika.
2. Penyimpangan dari norma sosial
Perilaku abnormal diartikan sebagai non-konfrormitas, yakni tidak patuh atau tidak
sesuai dengan norma sosial. Hal ini erat kaitannya dengan relativisme budaya dimana
segala sesuatu yang umum atau lazim adanya adalah normal.
3. Gejala salah sesuai
Abnormalitas dipandang sebagai ketidak efektifan individu dalam menghadapi.
Menanggapi ataupun melaksanakan tuntutan-tuntutan dari lingkungan fisik dan
sosialnya serta yang bersumber dari berbagai kebutuhan sendiri. Kriteria ini bertendensi
negatif dalam arti tidak memperhitungkan fakta bahwa seseorang dapat menyesuaikan
diri dengan baik tanpa memanfaatkan dan mengembangkan potensi yang dimiliknya.
4. Tekanan batin
Tekanan batin yang kronis dan tidak berkesudahan memang merupakan suatu indikasi
bahwa ada suatu yang bermasalah, namun normal juga jika seseorang merasa sedih
atau tertekan ketika mengalami musibah, kekecewaaan, atau ketidakadilan. Dimana hal
ini menjadikan kriteria ini bukan sebagai penentu apakah seseorang bisa dikatakan
normal ataupun abnormal. Hanya saja perasaan cemas, takut, kecewa, sedih dan rasa
bersalah yang mendalam merupakan indikasi abnormalitas.
5. Ketidakmatangan
Seseorang dikatakan abnormal jika perilakunya tidak sesuai dengan usianya, tidak
selaras dengan situasi yang ada. Ukuran yang sering digunakan adalah tugas-tugas
perkembangan pada setiap fase kehidupan.

References
Pati, W. C. (2022). Psikologi Abnormal (Definisi, Teori, dan Intervensi). Pekalongan, Jawa Tengah: PT.
Nasya Expanding Management.

Anda mungkin juga menyukai