2019 Pencernaan --Proses gastrointestinal menghancurkan makanan dan menyerap konstituen- konstituennya ke dalam tubuh. Penyimpanan Energi --Konsekuensi pencernaan, energi diberikan ke tubuh dalam tiga bentuk : (1) lipid (lemak) (2) asam amino (produk hasil penguraian protein) (3) glukosa (zat gula sederhana yang merupakan produk hasil penguraian karbohidrat kompleks, yaitu zat tepung dan gula). Maqhfirah DR, S.Psi, M.Psi, Psikolog Fase metabolisme energi: -- Fase sefalik; fase persiapan, sering dimulai dengan melihat, mencium bau, atau bahkan hanya memikirkan tentang makanan, dan berakhir ketika makanan mulai diserap ke dalam aliran darah. --Fase absorptif; periode yang energinya diserap ke dalam aliran darah dari makanan memenuhi kebutuhan tubuh. --Fase puasa;periode yang semua energinya yang tidak tersimpan dari makanan sebelumnya telah digunakan dan tubuh menarik energi dari cadangannya untuk memenuhi kebutuhan energi, berakhir dengan mulainya fase sefalik berikutnya.
Maqhfirah DR, S.Psi, M.Psi, Psikolog
Teori Rasa Lapar dan Makan: Set Point versus Positive Incentive.
Set point assumption
Kebanyakan orang mengartibusikan rasa lapar & termotivasi untuk makan pada adanya defisit energi, & mereka melihat makan sebagai cara sumber energi tubuh dikembalikan ke tingkat optimalnya, artinya ke energi set point. Teori set-point glukostatik dan lipostatik tentang rasa lapar dan makan Dianggap saling melengkapi, bukan saling ekslusif satu sama lain. Teori glukostatik dianggap menjelaskan tentang inisiasi dan penghentian makanan, sementara teori lipostatik dianggap menjelaskan tentang pengaturan jangka panjang. Maqhfirah DR, S.Psi, M.Psi, Psikolog Pengaturan Berat Badan: Set Points versus Settling Points
Asumsi-asumsi Set point tentang Berat Badan dan Makan:
Varibilitas Berat Badan Teori-teori pengaturan tentang berat badan menunjukan bahwa metode terbaik untuk memepertahkan berat badan yang kostan adalah dengan makan tiap kali ada motivasi untuk makan,karena, menurut teori ini, fungsi utama rasa lapar adalah untuk mempertahankan set-point. Set point dan Kesehatan Dua macam bukti menujukan bahwa tingkat tipikal ad libitum (bebas makan) konsumsi ternyata tidak sehat. Maqhfirah DR, S.Psi, M.Psi, Psikolog Faktor-Faktor yang Menentukan Apa, Kapan, dan Berapa Banyak Kita Makan.
-- Faktor-faktor yang menentukan apa yang kita makan
Sebagai contoh, kebanyakan orang memiliki kegemasan terhadap rasa manis, berlemak, dan asin. Pola tipikal spesies preferensi rasa pada manusia ini bersifat adaptif karena dalam rasa manis dan berlemak biasanya merupakan ciri makanan-makanan tinggi energy yang kaya vitamin dan mineral, dan rasa asin merupakan ciri makanan-makanan kaya sodium. Sebaliknya, rasa pahit yang tidak disukai kebanyakan orang, sering kali berhubungan dengan toksin. Tampak jelas dari preferensi dan aversi rasa tipikal spesies masing-masing orang memiliki kemampuan untuk mempelajari preferensi aversi rasa tertentu.
Maqhfirah DR, S.Psi, M.Psi, Psikolog
Pengaturan Berat Badan Melalui Perubahan Efisiensi Pengunaan Energi Pada banyak teori set-point tersirat sebuah premis bahwa berat badan sebagian besar merupakan fungsi dari seberapa banyak orang makan. Set-Point dan Setting Point dalam pengontrolan Berat Badan 1. Berat badan tetap relatif konstan pada banyak. 2. Banyak individu dewasa yang mengalami perubahan berat badan jangka panjang. 3. Bila asupan makanan seorang subjek dikurangi, perubahan metabolik yang membatasi berkurangnya berat karena makan banyak. 4. Setelah seorang kehilangan berat badan dalam jumlah yang besar (misalnya dengan berdiet, olahraga atau pembuangan lemak melalui operasi), ada kecenderungan bagi berat badan orisinalnya untuk dicapai kembali begitu subjek kembali ke pola makan dan gaya hidup terkait energi sebelumnya. Maqhfirah DR, S.Psi, M.Psi, Psikolog Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kapan Kita Makan, Kunci untuk memahami rasa lapar adalah memahami bahwa menyantap makanan besar menimbulkan stress pada tubuh. Sebelum waktu makan, cadangan energy tubuh berada dalam keadaan seimbang homeostatic yang cukup baik, lalu ketika makan besar dikonsumsi, terjadi influksi bahan bakar yang mengganggu homeostasis kedalam aliran darah. Perasaan lapar yang kuat dan tidak menyenangkan menjelang waktu makan bukanlah derita tubuh meminta makan, melainkan prerasaan yaitu sensasi persiapan tubuh untuk makanan yang diperkiraka nmenggangu homeostasis.
Maqhfirah DR, S.Psi, M.Psi, Psikolog
Faktor-faktor yang memengaruhi seberapa banyak kita makan --Sinyal Kenyang --Sham Eating (makan pura-pura) --Appertizer effect dan rasa kenyang (efek makanan penggugah selera makan) --Besarnya porsi makanan dan rasa kenyang --Pengaruh social dan rasa kenyang --Rasa kenyang spesifik sensorik
Maqhfirah DR, S.Psi, M.Psi, Psikolog
Fisiologis Tentang Rasa Lapar Dan Kenyang
--Peranan glukosa darah
--Proses otak --Peran Traktus Gastrointestinal --Peptida lapar dan Kenyang --Serotonin dan Rasa Kenyang
Maqhfirah DR, S.Psi, M.Psi, Psikolog
Hipotalamus adalah pusat pengendali selera makan terbesar. Ada dua daerah pada hipotalamus yang merupakan pusat penting: 1.nukleus lateralis 2.nukleus ventromedial
Nukleus lateralis, terletak di setiap sisi lateral hipotalamus dan berperan sebagai
pusatlapar. Nukleus ini bekerja dengan cara mendorong sel saraf motorik untuk mencari makanan Stimulasi di daerah ini akan menyebabkan makan dalam jumlah banyak (hiperfagia), sedangkan destruksi di daerah ini menyebabkan kehilangan selera makan, yang dapat berujung pada kehilangan berat badan, massa otot, dan Treatment: penurunan CBT, terapi metabolisme psikososial tubuh. Nukleus ventromedial adalah pusat kenyang. Stimulasi di daerah ini akanmenyebabkan perasaan kenyang sehingga tidak mau makan(afagia),sebaliknya destruksidi daerah ini akan menyebabkan hasrat untuk makan yang berlebih dan dapat berakibat obesitas Maqhfirah DR, S.Psi, M.Psi, Psikolog Obesitas
Obesitas adalah kelebihan berat badan sebagai
akibat dari penimbunan lemak tubuh yang berlebihan.
Beberapa cara penanganan pada obesitas:
1. Leptin dan pengaturan lemak tubuh 2. Obat-Obatan Serotogenik dan Penanganan Obesitas
Maqhfirah DR, S.Psi, M.Psi, Psikolog
Anoreksia Nervosa Karakteristik diagnostik
A. Menolak utk mempertahankan BB pd/di ats berat minimal yg normal
ssuai usia & tinggi ssorg, ex: BB 15% di bawah normal B. Ketakutan yg kuat trhdp penambahan BB/menjadi gemuk, meskipun tbh’a kurus C. Citra tbh yg terdistorsi dmn tbh ssorg/bagian tbh ssorg dipandang gemuk, wlupun rg lain mmndag org tsb kurus D. Dlm kasus wanita yg tlh mengalami menstruasi, terjadi ketidakhadiran 3/lbh periode menstruasi
1. Memakan makanan dlm jmlh yg sgt luar biasa slma periode 2 jam 2. Merasa kehilangan kontrol trhdp pemasukan mknn pada saat episode tsb B. Perilaku tdk sesuai yg srg terjadi utk menjaga agar BB tdk bertambah, ex: rasa ingin muntah, penggunaan obt pencahar, diuretik/enema, dgn berpuasa atau latihan berlebihan C. Rata2 minimal dlm 1 mnggu terjadi 2 episode makan berlebihan & p.l kompensasi yg tdk ssuai utk menghindari bertambahnya BB, & terjadi minimal 3 bln D. Perhatian berlebihan yg trs menerus pd bentuk/BB
Treatment: CBT, terapi psikososial
Maqhfirah DR, S.Psi, M.Psi, Psikolog Thank You For Attention